Anda di halaman 1dari 8

JUDUL

Navira Nawa Kunniasih*


Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya

*e-mail: naviranawakunniasih@gmail.com

Abstrak.

Abstract.

PENDAHULUAN

Indonesia terletak pada pertemuan lempeng besar dunia dan beberapa lempeng kecil atau microblocks
(Bird, 2003), yang menyebabkan daerah tersebut berpotensi mengalami banyak kejadian gempa.
Indonesia berada pada zona tektonik sangat aktif, dikarenakan berada pada zona pertemuan antara 3
lempeng tektonik besar dan 9 lempeng tektonik kecil yang menjadikan Indonesia memiliki tatanan
tektonik kompleks (Bock et al, 2003). Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi gempa cukup
tinggi adalah Pulau Jawa, ini dikarenakan kondisi geologi pulau Jawa yang merupakan daerah subduksi
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Di Pulau Jawa, gempa bumi terjadi di daerah selatan dan
utara Pulau Jawa dengan pusat gempa berada di kedalaman kurang dari 100 km hingga 300 km di bawah
permukaan laut (Putra et al, 2012). Gempa Bumi yang terjadi di Pulau Jawa diakibatkan oleh pergerakan
sesar-sesar aktif di Pulau Jawa. Berdasarkan hasil studi geodetic deformasi permukaan di Pulau Jawa
dengan menggunakan pengamatan GPS ditunjukkan adanya kemenerusan dari Flores back arc thrust
kearah barat di Pulau Jawa sejauh 300 km yang berada pada Zona Kendeng (Koulali et al, 2016). Salah satu
daerah di Pulau Jawa yang dilintasi oleh segmen sesar aktif Baribis-Kendeng adalah Kabupaten Batang,
dimana segmen sesar yang ada adalah Segmen Weleri (Pusgen, 2017). Sesar Baribis-Kendeng segmen
Weleri ini menyebabkan terjadinya gempa berkekuatan M 2,2 dan kedalaman 31 km di wilayah Kabupaten
Batang pada 29 September 2021 (BMKG, 2021).

Dengan adanya sesar aktif pada wilayah Kabupaten Batang yang berpotensi terjadi gempa bumi maka
perlu dilakukan analisis untuk mengetahui potensi gempa daerah sesar aktif Baribis-Kendeng segmen
Weleri.

Geologi Daerah Penelitian

Kabupaten Batang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang berbetasan langsung dengan Laut Jawa. Secara
geografis, terletak antara 60 51’ 46” dan 70 11’ 47” LS hingga 1090 40’ 19” dan 1100 03’ 06” BT. Kondisi
wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah, dan
pengunungan. Kondisi geologi Kabupaten Batang didominasi oleh batuan alluvial (Qa), kipas alluvial (Qf),
batuan gunungapi jembangan (Qjya), dan Endapan danau dan alluvial (Qla). Sementara itu, Kabupaten
Batang juga tersusun oleh Formasi Damar (QTd) berupa batulempung tufaan, breksi gunung api,
batupasir, tufa, dan konglomerat. Serta Anggota Batupasir Formasi Damar (Tpds) berupa batupasir tufaan
dan konglomerat, dengan sebagian terekat kalsit (Condon et al, 1996 dalam Peta Geologi Lembar
Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa).
Gambar 1. Peta Stratigrafi Regional Kabupaten Batang dalam Peta Lembar Banjarnegara dan
Pekalongan, Jawa

Kabupaten Batang dilintasi oleh Sesar aktif Baribis-Kendeng segmen Weleri yang terletak pada bagian
utara Kabupaten Batang yang membentang dengan arah barat-timur. Sesar Kendeng merupakan zona
sesar yang memanjang mengarah barat timur dari Jawa Tengah hingga bagian barat Jawa Timur. Sesar ini
terdiri dari kumpulan sesar-sesar naik dan lipatan-lipatan (blind faults) yang dapat diamati dari adanya
anomali Bouguer di daerah ini (Hamilton, 1979; Simandjuntak dan Barber, 1996; Smyth, 2008). Di bagian
barat sesar kendeng ini terlihat menyambung ke dalam sistem Sesar Semarang dan Baribis. Gempa-gempa
dangkal berukuran sedang (M4-5) terjadi di sepanjang zona sesar ini dalam beberapa tahun terakhir. Sesar
Baribis-Kendeng segmen Weleri yang berada di Kabupaten Batang ini bertipe R, dengan kedudukan dip
45S dan memiliki panjang 17 km (Pusgen, 2017).

Gempa Bumi

Gempabumi merupakan guncangan pada permukaan bumi yang dihasilkan dari gelombang seismic akibat
pelepasan energy secara tiba-tiba dalam bumi (Hunt, 1984). Dinamika bumi memungkinkan terjadinya
gempabumi. Kurang dari 10% kejadian gempabumi dunia terjadi di Indonesia, sehingga Indonesia
termasuk dalam wilayah rawan gempabumi. Sebaran kegempaan di Indonesia terdapat pada batas
pertemuan lempeng dan berkaitan dengan aktivitas sesar aktif pada kerak bumi (Supartoyo, 2014).

Mekanisme sumber gempa diawali dengan terjadinya gerakan yang terus-menerus di dalam bumi yang
mengakibatkan adanya stress yang lama kelamaan akan terakumulasi da mampu merubah bentuk geologi
dari lapisan batuan. berikutnya suatu lapisan batuan dikenai gaya stress sehingga akan terjadi perubahan
bentuk geologinya. Pada daerah sebelah kiri akan mendapat stress ke atas, sedangkan daerah kanan akan
mendapat stress ke bawah. Proses ini berjalan terus sampai stress yang terjadi di daerah ini cukup besar
untuk merubahnya menjadi gesekan antara kedua daerah. Lapisan batuan yang sudah tidak mampu lagi
menahan stress ini, maka akan terjadi suatu pergerakan atau perpindahan secara tiba-tiba sehingga
terjadilah patahan. Peristiwa pergerakan secara tiba-tiba ini disebut gempa bumi. Teori ini dikenal dengan
nama Teori Reid atau Elastic Rebound Theory (Wawondoru, 2012).

Gambar 2. Mekanisme terjadinya gempa bumi Teori Elastic Rebound

Mekanisme focus memberikan tambahan informasi mengenai parameter gempabumi seperti jenis sesar
gempabumi. Parameter sesar terdiri dari ukuran sesar yang dinyatakan dalam kilometer (km) yaitu
panjang dan lebar. Parameter lainnya yaitu jarak pergeseran, momen seismic, stress drop, serta source
process atau proses pecahnya batuan saat terjadi gempa atau rupture process. Strike adalah jurus sesar
diambil dari permukaan sesar yang arahnya ditarik searah jarum jam. Kisaran derajatnya dari arah 0 0 –
360o. Dip adalah sudut kemiringan sesar dari blok yang tegak (foot-wall block) dikukur dari bidang
mendatar horizontal. Ukuran sudut nilainya dari 00 – 90o. Sedangkan, rake atau slip adalah arah
pergerakan sesar yang diukur dari penampang muka sesar dengan arah diukurnya arah strike kearah mana
slip bergerak (berlawanan arah strike dan dip) ukuran sudutnya dari -1800 – 180o. Jarak pergeseran slip
atau dislocation dinyatakan dalam besaran meter (Siagian, 2011).

Dalam keadaan yang sebenarnya permukaan sesar (patahan) atau fault dapat mempunyai keadaan yang
berbeda dan demikian pula dengan pergerakannya yang dapat mempunyai arah yang berlawanan
sepanjang permukaannya. Berdasarkan bentuk gerakan dasarnya, sesar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu sesar mendatar atau strike-slip fault. Stress yang terbesar adalah stress horizontal dan stress vertkal
bernilai kecil. Sesar relative ke bawah terhadap blok dasar disebut sesar turun atau sesar normal atau
gravity fault. Gerakan relative ke atas terhadap blok dasar, disebut dengan sesar naik atau thrust fault
atau reserve fault (Hikmawati, 2012).

Gelombang Gempa

Gelombang gempa (seismic waves) adalah gelombang yang menjalar di dalam bumi yang disebabkan oleh
adanya deformasi struktur di bawah bumi akibat adanya tekanan ataupun tarikan karena sifat
keelastisitasan bumi. Gelombang ini membawa energy kemudian menjalar ke segala arah di seluruh
bagian bumi dan mampu dicatat oleh seismograf (Boorman, 2002). Secara umum gelombang seismic dpat
dibedakan menjadi dua yaitu gelombang badan (Body Wave) dan gelombang permukaan (surface wave).
Gelombang badan merupakan gelombang seismic yang menjalar di bawah permukaan bumi. Gelombang
badan dapat merambat melalui volume internal padatan elastis. Gelombang ini terdiri dari dua tipe yaitu
gelombang kompresional (p-waves) dan gelombang geser (s-waves). Gelombang P atau gelombang
primer, gelombang ini merupakan gelombang longitudinal dimana gerakan partikel medium yang dilewati
serah dengan arah penjalarannya. Gelombang P adalah gelombang longitudinal seperti gelombang bunyi.
Gelombang-gelombang tersebut mempunyai laju hingga 14 km/s dan melalui padatan, cairan dan gas.
Karena bergerak lebih cepat dari pada gelombang S, gelombang P merupakan yang pertama tiba pada
detector gempa. Gelombang S atau gelombang sekunder, merupakan gelombang transversal dimana
gerakan partikelnya tegak lurus dengan arah penjalaran gelombangnya. Gelombang S adalah gelombang
geseran transversal yang menjalar dengan laju 3.5 km/s. Gelombang ini memiliki kecepatan 60% lebih
lambat dari gelombang P dan hanya dapat menjalar melalui padatan karena cairan dan gas tidak dapat
menampung tegangan geser (Kearey, 2002).

Gambar 3. (a) Gelombang Kompresional (P-waves), dan (b) Gelombang geser (S-waves)
Gelombang permukaan adalah gelombang yang terjadi pada permukaan bumi dan menjalar pada
sepanjang permukaan inti bumi. Gelombang ini terjadi akibat pantulan gelombang P dan S yang sampai di
permukaan dan inti bumi. Gelombang permukaan terdiri dari gelombang Rayleigh dan gelombang Love.
Gelombang Rayleigh (R), yaitu gelombang yang terpadu pada permukaan bebas (free boundary) medium
berlapis maupun homogeny dengan gerakan partikel eleptik retograd. Gelombang Rayleigh membuat
permukaan bumi bergulung seperti ombak di lautan. Gelombang Rayleigh menimbulkan efek gerakan
tanah yang sirkular. Hasilnya tanah bergerak naik turun seperti ombak di laut. Gelombang Rayleigh
merambat dengan kecepatan sekitar 0.804 km/s pada permukaan bumi (Boorman, 2002). Gelombang
love adalah gelombang ketika lapisan permukaan menutupi setengah ruang jenis lain dari gelombang
permukaan. Gelombang love melibatkan gerakan transversal sejajar dengan permukaan tanah dan
kadang-kadang disebut gelombang SH. Gelombang Love menimbulkan efek gerakan tanah yang
horizontal, dan tidak menghasilkan perpindahan vertikal. Gelombang Love pada umumnya merambat
dengan kecepatan sekitar 2.413 km/s pada permukaan bumi (Boorman, 2002).

Gambar 4. (a) Gelombang Rayleigh, (b) Gelombang Love.

Percepatan Tanah Maksimum (PGA)


Percepatan Tanah Maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) adalah nilai percepatan tanah
terbesar pada permukaan yang pernah terjadi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu akibat
getaran gempabumi (Boatwright, et al., 2001). PGA ini merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap
kejadian gempabumi. Dampak paling parah yang pernah dialami suatu lokasi gempabumi dapat dipahami
dengan menggunakan data PGA. Efek primer gempabumi adalah keadaan struktur bangunan, baik yang
berupa bangunan perumahan rakyat, gedung bertingkat, fasilitas umum, monument, jembatan, dan
infrastruktur lainnya yang diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkan oleh gempabumi (Massinai, et al.,
2013).

METODOLOGI

Perhitungan Magnitudo Maksimum

Magnitudo Maksimum dapat dihitung dengan persamaan menurut Well and Coppersmith, sebagai
berikut.

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 5,08 + 1,16 log 𝐿𝑓

Dimana,

Mmax = magnitude maksimum

Lf = panjang sesar (km)

Perhitungan Periode Ulang Gempa Maksimum

Periode ulang dari suatu patahan dapat dihitung dengan persamaan dari Well and Coppersmith, yaitu
1000
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 10(−5,46+0,82𝑀𝑚𝑎𝑥)
𝑠𝑙𝑖𝑝 − 𝑟𝑎𝑡𝑒
Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum (PGA)

Nilai PGA dapat dihitung dengan menggunakan metode deterministic. Langkah-langkah dalam penentuan
nilai PGA adalah,

 Nilai PGA yang ditentukan adalah nilai PGA pada titik-titik grid yang telah dibuat dengan aplikasi
globbalmapper. Jarak antar grid yang digunakkan adalah 1 km.
 Kemudian dicari jarak minimum dari tiap titik grid/pengamat kepada sesar tersebut dari bagian
pangkal hingga ujung sesar pada setiap segmen sesar.
 Setelah data jarak minimum yang sudah ditemukan, dihitung nilai PGA ke setiap titik- titik grid,
dengan menggunakan rumus,
𝑒 0.5𝑀
𝐴 = 1080
(𝑅 + 25)1,32
Dimana,
A = nilai PGA (cm/s2)
M = magnitude maksimum (M)
R = jarak minimum titik ke sesar (km)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Magnitudo Maksimum

Sesar Baribis-Kendeng segmen Weleri memiliki panjang 17,075 km. Perhitungan magnitudo maksimum
menggunakan persamaan dari Well and Coppersmith dengan data panjang sesar, didapatkan magnitudo
maksimum sebesar

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 5,08 + 1,16 log 17,075


𝑀𝑚𝑎𝑥 = 5,08 + 1,427
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 6,507 𝑀
Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan magnitude maksimum Sesar Baribis-Kendeng segmen Weleri
sebesar 6,507 M. Angka ini menunjukkan magnitudo maksimum suatu gempa yang dapat terjadi di sesar
segmen Weleri tersebut.

Periode Ulang Gempa Maksimum

Berdasarkan pengolahan dengan ArcGis, sesar Baribis-Kendeng segmen Weleri memiliki slip-rate sebesar
0,5 mm/yr. Dengan menggunakan persamaan Well and Coppersmith maka periode ulang gempa
maksimum yang dapat terjadi di sesar Baribis-Kendeng segmen Weleri adalah
1000
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 10(−5,46+0,82𝑀𝑚𝑎𝑥)
𝑠𝑙𝑖𝑝 − 𝑟𝑎𝑡𝑒
1000 (−5,46+0,82×6,5)
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 10
0,5
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 1482,62 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat diketahui periode ulang kemungkinan terjadinya
gempa dengan magnitude maksimum yaitu 6,507 M pada Sesar Baribis-Kendeng segmen Weleri adalah
1.482,62 tahun. Angka ini merupakan angka prediktif atau angka perkiraan maksimum dari kemungkinan
gempa tersebut terjadi namun dengan pergerakan geologi yang terus menerus terjadi di bawah
permukaan bumi tentu angka ini bukan salah satu acuan pasti.

Percepatan Tanah Maksimum (PGA)


KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai