Anda di halaman 1dari 6

1.

Pergerakan Lempeng Tektonik


Gempa terjadi ketika ada pelepasan energi dari dalam bumi secara mendadak. Energi
pemicu gempa terlepas setelah mengalami akumulasi dalam jangka waktu tertentu.
Mengutip laman BMKG, akumulasi energi yang muncul dihasilkan dari pergerakan
lempeng-lempeng tektonik.
Pergerakan dapat membuat lempeng-lempeng bumi saling mengunci sehingga
memicu pengumpulan energi. Saat batuan di lempeng tektonik tidak mampu lagi
menahan desakan akibat pergerakan yang terus berlangsung, energi yang terakumulasi
tadi terlepas. Proses yang memicu guncangan gempa ini biasa terjadi di sekitar jalur sesar
atau patahan. Maka dari itu, dalam laporan peristiwa gempa bumi kerap keluar istilah
pergerakan lempeng tektonik dan patahan (sesar). Kedua fenomena itu juga termasuk di
antara faktor penyebab muka bumi mempunyai bentuk bervariasi, bukan hamparan datar.
Lempeng adalah materi penyusun bumi di lapisan paling atas. Lempeng bumi bisa
mempunyai ketebalan hingga 100 kilometer. Lempeng-lempeng tektonik yang tidak stabil
dan terus bergerak itu merupakan bagian dari litosfer, lapisan bumi terluar serta kerap
disebut kulit bumi. Sementara patahan atau sesar, dalam ilmu geologi, didefinisikan
sebagai bidang rekahan yang dipengaruhi oleh pergeseran relatif satu blok batuan
terhadap blok lainnya. Jarak pergeseran blok batuan dan luas bidangnya bisa berukuran
milimeter hingga kilometer. Sesar besar umumnya muncul karena gaya tektonik
pergerakan lempeng.
Tipisnya lapisan kulit bumi menyebabkan bagian ini mudah terpecah menjadi
semacam potongan-potongan yang tidak beraturan. Potongan-potongan kulit bumi ini
disebut dengan lempeng tektonik. Sebagai bagian dari kerak bumi yang tidak stabil,
lempeng-lempeng di atas terus bergerak.
Dilihat dari bentuk dan dampaknya, jenis pergerakan lempeng tektonik bisa
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu transform, divergen, dan konvergen.
Penjelasan tentang 3 jenis pergerakan lempeng itu adalah sebagai berikut:
 Transform merupakan bertemunya 2 lempeng yang menyebabkan gesekan secara
menyamping di sepanjang sesar. Pergeseran ini bisa berupa sinistral ataupun
desktral. Pergerakan lempeng dengan pola jenis ini mirip dengan pergeseran kerak
bumi yang terjadi akibat adanya patahan horizontal.
Contoh jenis batas lempeng transform adalah sesar San Andreas di California.
 Divergen merupakan pertemuan dua lempeng yang saling bergerak menjauh
akibat terjadinya perpecahan di litosfer.
Contoh akibat pergerakan divergen, dapat muncul pemekaran dasar lautan di
lempeng samudra. Di lempeng benua, pergerakan jenis ini bisa memicu
pembentukan lembah.
 Konvergen adalah pertemuan dua lempeng yang saling berdekatan. Akibat
perbedaan kepadatan, salah satu lempeng akan menghunjam hingga masuk ke
bawah lempeng lainnya. Pergerakan jenis konvergen juga bisa disebut dengan
pertemuan lempeng yang saling bertumbukan.
Contoh akibat pergerakan konvergen adalah lempeng tektonik Indo-Australia
yang bergerak ke arah utara dan menghunjam ke bawah lempeng tektonik Eurasia
yang relatif diam.
Sementara jika dilihat dari segi luas dan waktu terjadinya, pergerakan lempeng
tektonik bisa dibedakan menjadi 2, yaitu gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
1) Gerak Epirogenetik ialah pergeseran atau pergerakan lempeng
(lapisan kerak bumi) yang relatif lambat dan berlangsung dalam waktu
lama. Pergerakan epirogenitik juga meliputi daerah yang luas.
Contoh: tenggelamnya benua Gondwana menjadi Sesar Hindia.
Selain itu, terdapat dua macam gerak epirogenitik.
Pertama, pirogenitik positif yang merupakan gerak turunnya daratan
sehingga permukaan air laut terlihat naik.
Contoh: penurunan daratan pulau-pulau di Indonesia timur, seperti
yang terjadi di Kepulauan Maluku (dari pulau-pulau barat daya sampai
pulau Banda).
Kedua, epirogenitik negatif yang berupa naiknya daratan sehingga
kelihatannya permukaan air turun.
Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.
2) Gerak Orogenetik adalah pergerakan lempeng, atau pergeseran kerak
bumi, yang relatif cepat dan berlangsung lebih singkat jika
dibandingkan dengan gerak epirogenitik. Pergerakan lempeng
orogenetik juga hanya meliputi daerah yang sempit. Orogenetik kerap
pula disebut proses pembentukan pegunungan.
Contoh: pembentukan Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum
Mediterania, dan sebagainya.
Pergerakan lempeng jenis orogenetik dapat memicu tekanan horizontal
dan vertikal di litosfer sehingga berakibat pada kemunculan dislokasi
atau perpindahan letak lapisan kulit bumi. Fenomena ini bisa
mengakibatkan patahan dan lipatan terbentuk (folded process dan fault
process).
Hasil dinamika di litosfer sebagai akibat proses fisika dan kimia,
seperti tekanan pada lapisan batuan dalam bumi ataupun aktivitas
magma, akan memunculkan tenaga endogen.
Tenaga endogen dengan arah tekanan vertikal bisa membentuk
tonjolan di muka bumi. Sementara itu, tekanan dengan arah mendatar
bisa mendorong pembentukan lipatan-lipatan di muka bumi (jalur
pegunungan lipatan), dan juga retakan atau pematahan lapisan-lapisan
litosfer yang mewujud menjadi patahan (sesar).

2. Mikrotremor
Mikrotremor dapat juga disebut dengan suatu getaran yang memiliki periode pendek
yang merupakan akumulasi akibat dari efek gelombang laut, interaksi angin dengan
tanaman dan kegiatan atmosfer (Toiba dkk). Mikrotremor diperkenalkan pertama kali
oleh Aki dan Kanai (1957) dengan tujuan untuk mempelajari serta mengetahui
karateristik dari batuan sedimen struktur tanah bawah permukaan berhubungan dengan
daerah dinamis pada suatu titik pengukuran.
Mikrotremor biasa disebut juga sebagai ambient noise. Ambient noise adalah suatu
getaran yang berasal dari tanah dengan amplitudo tertentu serta dapat menggambarkan
keadaan geologi pada daerah tersebut yang diakibatkan oleh peristiwa alam ataupun
buatan, seperti angin, getaran kendaraan atau gelombang laut. Pada Penelitian
mikrotremor berdasarkan parameter periode dominan dan amplifikasi maka dapat
diketahui karakteristik lapisan tanah. Dan parameter yang terukur antara lain frekuensi
dominan (f0) dan ketebalan sedimen. Mikrotremor adalah getaran tanah yang secara terus
menerus dan sangat kecil yang berasal dari getaran aktivitas manusia, angin, lalu lintas,
dan lain-lain (Kanai, 1983).
3. Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang-gelombang yang merambat di dalam bumi
dan di permukaan bumi. Gelombang seismik berasal dari suatu sumber seismik, misalkan
gempa, ledakan (proses kimia atau nuklir), erupsi gunung api, dan longsoran. Getaran
gempa menimbulkan gelombang gempabumi yang menjalar ke seluruh lapisan bumi.
Gelombang seismik secara ringkas dapat dijelaskan terdiri dari 2 jenis, yaitu gelombang
yang merambat di permukaan (surface waves) dan di kedalaman interior (body waves)
(Gazali, 2017).

Gambar 3.1 Jenis pergerakan gerakan gelombang seismik di lapisan dan permukaan bumi
(Sunarjo dkk, 2012)

4. Periode Predominan Tanah


Periode Predominan Tanah Dalam mencari nilai percepatan tanah di suatu tempat,
perlu digunakan nilai periode dominan tanah di tempat itu, berdasarkan hubungan:
1
T=
f
dengan adalah periode (s), dan adalah frekuensi (Hz) maka nilai periode dominan tanah di
suatu tempat dapat dicari dengan mencari nilai frekuensi predominannya terlebih dahulu.
Untuk mencari nilai frekuensi predominan tanah, bisa digunakan teknik Horizontal to
Vertical Spectral Ratio (HVSR). Kondisi tanah setempat mempengaruhi karakteristik
gelombang gempabumi selama gempa bumi terjadi.

5. Transformasi Fourier
Secara harfiah, transformasi atau alih ragam citra dapat diartikan sebagai perubahan
bentuk suatu citra. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa perubahan geometri pixel
seperti perputaran (rotasi), pergeseran (translasi), penskalaan, dan lain sebagainya atau
dapat juga perubahan ruang (domain) citra ke domain lainnya, seperti transformasi
Fourier.
Transformasi Fourier yang mengubah representasi domain spasial citra menjadi
representasi alternatif dalam domain Fourier, dalam bentuk frekuensi spasial Fungsi basis
dari transformasi Fourier adalah berupa fungsi sinyal sinus. Melalui transformasi Fourier,
suatu citra atau fungsi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan sinyal sinus atau kosinus
dengan amplitudo dan frekuensi yang bervariasi. Frekuensi yang dominan pada suatu
citra dapat diketahui melalui transformasi ini. Pada citra satu dimensi, transformasi
Fourier diskrit dinyatakan sebagai berikut:

N−1
−2 j π ux
F (u) ∑ f ( x ) exp[ ¿ ¿]¿ ¿
x=0 N

Dengan citra satu dimensi yang dilambangkan dengan fungsi matriks f(x) = (f(0), f(1),
f(2), … f(N-1)) berukuran N, dengan indeks x bernilai dari 0 sampai dengan N-1, akan
menghasilkan citra 1 dimensi yang dilambangkan dengan fungsi matriks F(u) = (F(0),
F(1), F(2), … F(N-1)) dengan indeks u bernilai dari 0 sampai dengan N-1. F(u)
menyatakan komponen frekuensi spasial dengan u menyatakan koordinat frekuensi
spasial, sedangkan j merupakan bilangan kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Usmanto, B., & Bernadhita, H. S. U. (2019, August). Rancang Bangun Alat Pengukur
Gempa Berbasis Internet Of Things (IoT). In Prosiding Seminar Nasional
Darmajaya (Vol. 1, pp. 264-270).
Nandi Haerudin, N. H., ALAMI, F., & Rustadi, R. (2019). Mikroseismik, Mikrotremor dan
Microearthquake Dalam Ilmu Kebumian.
Putri, A., Purwanto, M. S., & Widodo, A. (2017). Identifikasi Percepatan Tanah Maksimum
(PGA) dan Kerentanan Tanah Menggunakan Metode Mikrotremor Jalur Sesar
Kendeng. Jurnal Geosaintek, 3(2), 107-114.
Nastiti, A. K., Purwanti, E., & Supardi, A. (2013). Klasifikasi Kelainan Jantung Dengan
Metode Transformasi Fourier Dan Jaringan Saraf Tiruan. Klasifikasi Kelainan
Jantung Dengan Metod. Transform. Fourier Dan Jar. Saraf Tiruan.

Anda mungkin juga menyukai