Tidak ada catatan sejarah gempa di wilayah ini. Wilayah ini meliputi
Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian barat, serta pantai selatan
Papua.
Mencermati daerah aktivitas gempa tersebut dengan kenyataan di
sepanjang tahun 2009, wilayah di barat, selatan, dan timur Indonesia
rawan terjadi gempa. Tercatat gempa paling merusak tahun 2009 terjadi
di Padang dan sebagian Sumatera Barat. Nah, kamu bisa mengetahui
kejadian-kejadian gempa di Indonesia yang lebih lengkap dengan
mengunjungi situs www.bmkg.go.id.
c. Dampak Gempa
Seperti bahasan kita sebelumnya bahwa gempa merupakan salah satu
tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka Bumi. Oleh karena itu,
gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan Bumi. Bentuk
deformasi akan sangat tergantung pada arah dan kekuatan tenaga
endogen itu sendiri. Di permukaan Bumi dampak gempa juga
dipengaruhi oleh kekuatan gempa itu sendiri.
Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak
bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuhan.
Memang benar gempa tidak hanya memberikan dampak bagi
lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Cobalah
temukan dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial.
Oleh karena dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh gempa, maka
kejadian gempa digolongkan sebagai salah satu bencana yang harus
Gempa bumi adalah suatu guncangan yang cepat di bumi disebabkan oleh patahan atau
pergeseran lempengan tanah di bawah permukaan bumi. Kebanyakan gempa bumi terjadi di
perbatasan antara pertemuan dua lempengan. Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan
gempa bumi di muka bumi ini, hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali sehingga tidak
terasa oleh kita. Ada tiga gelombang gempa yaitu : 1. Gelombang longitudinal yaitu gelombang
gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan kecepatan 7 - 14 km per
detik. Gelombang ini pertama dicatat dengan seismograf dan yang pertama kali dirasakan
orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer. (gelombang longitudinal) 2.
Gelombang Transversal yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan
kecepatan 4 - 7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder. (gelombang tranversal) 3.
Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di
permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 - 3,9 km per detik. Gelombang inilah yang
paling banyak menimbulkan kerusakan. Gelombang permukaan terbagi menjadi dua, yaitu : a.
Gelombang Love. Gelombang ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya yaitu A.E.H.
Love seorang ahli matematika dari Inggris yang mengerjakan model matematika untuk jenis
gelombang ini di pada 1911. Gelombang ini adalah yang tercepat dan menggerakkan tanah dari
samping ke samping. (gelombang Love) b. Gelombang Rayleigh. Keberadaan dari gelombang
ini diperkirakan secara matematika oleh W.S. Rayleigh pada 1885. Pada saat merambat,
Gelombang R akan menggulung media yang dilewatinya, dimana gerakan dari gelombang ini
mirip dengan gerakan gelombang air di laut. Karena gerakan yang menggulung ini, maka
lapisan tanah atau batuan akan naik dan turun, dan akan ikut bergerak searah dengan gerakan
gelombang. Kebanyakan goncangan dari gempa berhubungan erat dengan Gelombang R ini.
Pengaruh kerusakan yang diakibatkan oleh Gelombang R dapat lebih besar dibandingkan
gelombang-gelombang gempa lainnya. (gelombang Rayleigh) Getaran gempa ada yang
horizontal dan ada yang vertikal, sehingga alat pencatatnya juga ada macamnya. 1. Seismograf
horizontal terdiri atas massa stasioner yang digantung pada tiang dan dilengkapi engsel di
tempat massa itu. Digantungkan serta jarum di bagian bawah massa itu. Jika ada gempa
massa itu tetap diam (stasioner) sekalipun tiang dan silender di bawahnya ikut bergetar dengan
bumi. Akibatnya terdapat goresan pada silender berlapis jelaga. Goresan pada silender itu
berbentuk garis patah yang dinamakan seismogram. (seismograf horizoontal) 2. Pada
seismograf vertikal, massa stationer digantung pada pegas, yang berfungsi untuk menormalkan
gravitasi bumi. Pada waktu getaran vertikal berlangsung, tempat massa itu digantung dan
silender alat pencatat ikut bergoyang, namun massa tetap stationer, sehingga terdapat
seismogram pada alat pencatat. (seismograf vertikal) Di sebuah stasiun gempa dipasang dua
seismograf horizontal yang masing-masing berarah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua
seismograf ini tercatat getaran berarah timur-barat dan utara-selatan, sehingga dari resultannya
petugas dapat menentukan arah episentrum. Dibantu oleh sebuah seismograf vertikal yang
dipasang bersama kedua seismograf tadi, dapat ditentukan letak episentrum gempa tersebut.
Untuk mencatat getaran yang lemah, diperlukan seismograf yang sangat peka. Namun, getaran
yang terlalu kuat membuat seismograf tidak mampu membuat catatan, karena tangkai alat
pencatat bisa mengalami kerusakan.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Seismograf
By Gugun
0
SHARES
FacebookTwitterSubscribe
Seismologi
Seismograf
Seismogram
Hiposentrum
Episentrum
Homoseista
Pleistoseista
Isoseista
Mikroseista
10
Makroseista
Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo
maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya.
Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari
seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo
maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3
mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles
Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan
perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping
ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh
seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antaragelombangP dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat
gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping ini dicontohkan
sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter dan selisih
antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis dari titik
24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong
skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah
Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk
gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo
gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi
tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter
seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang
magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam
pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang
lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
Skala
Efek gempa
Richter
< 2.0
2.0-2.9
3.0-3.9
4.0-4.9
5.0-5.9
6.0-6.9
Skala
Efek gempa
Richter
7.0-7.9
8.0-8.9
9.0-9.9
10.0-10.9
Dapat terasa di separuh sisi bumi. Biasanya hanya terjadi akibat tumbukan
11.0-11.9
Bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam sekali, saat tumbukan meteorit
12.0-12.9
> 13.0
Skala Gempabumi
Besar kekuatan gempa bumi biasanya diukur dengan menggunakan 3 skala, yaitu:
1.) Berdasarkan energi yang dilepaskan di pusat gempa.
Magnitude menunjukkan besaran atau jumlah energi yang dilepaskan pada suatu pusat
gempa (Hypocenter) yang dapat diukur dengan seismograf.Magnitude pertama kali
didefinisikan oleh Charles Richter tahun 1935, sehingga kini dikenal sebagai skala Richter.
Gempa dengan skala 3 magnitude atau lebih biasanya hampir tidak terlihat, dan gempa
dengan skala magnitude 7 biasanya lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di
daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa bumi terbesar bersejarah
besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya.
Tingkatan dalam skala richterdapat dilihat sebagai berikut:
< 2,0 : Umumnya tak terasa, tapi terekam.
2,0-2,9: Getaran hampir terasa, tapi belum terasa oleh kebanyakan orang.
3,0-3,9: Terasa oleh sebagian kecil orang.
4,0-4,9: Terasa oleh hampir semua orang.
5,0-5,9: Mulai menimbulkan kerusakan.
6,0-6,9: Menimbulkan kerusakan pada daerah padat penduduk.
7,0-7,9: Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar
8,0-8,9: Gempa dahsyat, getaran kuat, kehancuran dekat epicentrum.
(Asyhari, 2011)
2.) Berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa (efek yang terekam
di lapangan)
Biasanya disebut dengan Intensity (intensitas), digunakan dalam menentukan kuatnya
getaran tanah akibat suatu gempa dengan melihat respon orang atau bangunan yang
terasa atau terjadi pada saat gempa berlangsung pada lokasi tertentu (Siddiq, 1999 dalam
Sudibyakto, 2000).
Intensitas gempa oleh Boen (2000) kemudian dinyatakan secara sederhana, merupakan
derajat kerusakan akibat gempa bumi/ intensitas maksimum yang dihasilkan oleh gempa
tersebut.umumnya menggunakan skala intensitas menurut tingkat kerusakan atau yang
dirasakan manusia.
Salah satu skala intensitas yang dikenal adalah MMI (Modified Mercalli Intensity) digunakan
sejak tahun 1956.Meskipun demikian skala intensitas sifatnya sangat subyektif dan telah
digunakan sejak sebelum ditemukan alat-alat pencatat gempa bumi.
Sedangkan tingkatan dalam skala Mercalli dapat dilihat sebagai berikut:
Berdasarkan catatan gempa dari accelerograph, dan besarnya PGA ini bisa dibuat
spectrum respon yang nantinya akan digunakan sebagai bahan evaluasi kekuatan
bangunan terhadap gempa bumi. Dimana setiap gempa di setiap lokasi akan memiliki
spektrum respon yang berbeda.