Anda di halaman 1dari 18

Penjelasan Seisme (Gempa Bumi) dan Dampaknya - Hampir semua

proses dinamika perubahan muka Bumi yang terjadi karena tenaga


endogen diikuti dengan gempa. Inilah salah satu bukti adanya tenagatenaga dari dalam Bumi.
Bahkan dalam aktivitas vulkanisme, frekuensi terjadinya gempa menjadi
indikator tingkat keaktifan suatu gunung api. Karena fenomena ini
merupakan gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke
permukaan Bumi akibat adanya gangguan pada lempeng Bumi.
a. Penggolongan Gempa
Mengenali dan mengetahui berbagai sifat bencana yang ditimbulkan
merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali dalam rangka mitigasi
bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa, sulit sekali
dicegah dan ditentukan kapan dan di mana lokasinya, tetapi pencegahan
jatuhnya korban dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah mengenali
berbagai jenis gempa.

Jika kita mempertanyakan dari


mana gempa itu berasal atau bagaimana gempa itu terjadi, maka kita
dapat melihat pada tiga sumber terjadinya gempa, yaitu karena

pergerakan lempeng tektonik, aktivitas gunung api, atau karena


runtuhan tambang atau lubang-lubang interior di dalam Bumi.
Gempa karena lepasnya sejumlah energi pada saat pergerakan lempeng
Bumi disebut gempa tektonik. Akibat aktivitas gunung api, maka
disebut gempa vulkanik, dan karena adanya runtuhan disebut gempa
runtuhan.
Selain tiga penggolongan gempa tersebut, masih ada beberapa
penggolongan gempa berdasarkan parameternya.
1) Berdasarkan kedalaman pusat gempa atau hiposentrum:
a) Gempa dalam, jika hiposentrumnya terletak 300700 km di bawah
permukaan Bumi.
b) Gempa intermidier, jika hiposentrumnya terletak 100300 km di
bawah permukaan Bumi.
c) Gempa dangkal, jika hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah
permukaan Bumi.
2) Berdasarkan bentuk episentrumnya:
a) Gempa linier, jika episentrum berbentuk garis. Contoh:
Gempa tektonik karena patahan.
b) Gempa sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Contoh: Gempa
vulkanik dan gempa runtuhan.
3) Berdasarkan letak episentrumnya:
a) Gempa daratan, jika episentrumnya di daratan.
b) Gempa laut, jika episentrumnya di dasar laut.

4) Berdasarkan jarak episentrumnya:


a) Gempa setempat, jika jarak episentrum dan tempat gempa terasa
sejauh kurang dari 1.000 km.
b) Gempa jauh, jika jarak episentrumnya dan tempat gempa terasa
sekitar 10.000 km.
c) Gempa sangat jauh, jika jarak episentrum dengan tempat terasa lebih
dari 10.000 km.
b. Gempa di Indonesia

Dari kejadian-kejadian gempa yang terjadi di Indonesia, mungkin kamu


sudah tahu mengapa gempa sering kali terjadi? Ya, tiga lempeng
tektonik yang melewati Indonesia membuat negeri kita rawan terjadi
gempa. Jadi secara alami, negeri kita memang negeri gempa. Kenyataan
ini bukan untuk ditakuti, tetapi untuk diwaspadai bahwa gempa bisa
terjadi kapan saja di negara kita.
Mulai sekarang, kenalilah apakah wilayah tempat tinggalmu merupakan
daerah rawan gempa? Kamu dapat menemukan kejelasan tentang hal ini
dengan melihat peta persebaran jalur-jalur gunung api di depan dan
mengumpulkan informasi sejarah terjadinya gempa di wilayahmu.

Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di


Indonesia terbagi dalam enam daerah aktivitas:
1) Daerah Sangat Aktif
Wilayah sangat aktif memungkinkan terjadinya gempa dengan kekuatan
lebih dari 8 skala Richter. Meliputi wilayah Halmahera dan lepas pantai
utara Papua.
2) Daerah Aktif
Di wilayah ini kemungkinan gempa dengan kekuatan 8 sampai 7 skala
Richter sering terjadi. Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, Kepulauan
Sunda, dan Sulawesi Barat.
3) Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter bisa terjadi.
Wilayah ini meliputi Sumatra, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Tengah.
4) Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter mungkin terjadi.
Wilayah ini meliputi pantai barat Sumatra, Jawa bagian utara, dan
Kalimantan bagian timur.
5) Daerah Gempa Kecil
Gempa dengan kekuatan kurang dari 5 skala Richter jarang terjadi.
Wilayah ini meliputi pantai timur Sumatra.
6) Daerah Stabil

Tidak ada catatan sejarah gempa di wilayah ini. Wilayah ini meliputi
Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian barat, serta pantai selatan
Papua.
Mencermati daerah aktivitas gempa tersebut dengan kenyataan di
sepanjang tahun 2009, wilayah di barat, selatan, dan timur Indonesia
rawan terjadi gempa. Tercatat gempa paling merusak tahun 2009 terjadi
di Padang dan sebagian Sumatera Barat. Nah, kamu bisa mengetahui
kejadian-kejadian gempa di Indonesia yang lebih lengkap dengan
mengunjungi situs www.bmkg.go.id.
c. Dampak Gempa
Seperti bahasan kita sebelumnya bahwa gempa merupakan salah satu
tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka Bumi. Oleh karena itu,
gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan Bumi. Bentuk
deformasi akan sangat tergantung pada arah dan kekuatan tenaga
endogen itu sendiri. Di permukaan Bumi dampak gempa juga
dipengaruhi oleh kekuatan gempa itu sendiri.
Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak
bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuhan.
Memang benar gempa tidak hanya memberikan dampak bagi
lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Cobalah
temukan dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial.
Oleh karena dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh gempa, maka
kejadian gempa digolongkan sebagai salah satu bencana yang harus

diwaspadai karena dapat juga menyebabkan tsunami. Ya, gempa


menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tsunami. Akan tetapi, tidak
semua gempa menyebabkan tsunami.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan tsunami, antara lain gempa
berkekuatan besar seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004 (lebih besar 6
SR, pusat gempa berada di dasar laut dengan pusat gempa yang dangkal,
dan adanya dislokasi kerak Bumi bawah laut).
Gerakan vertikal pada kerak Bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik
atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan air yang ada di atasnya. Pada akhirnya menyebabkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai akan
menjadi gelombang besar yang disebut tsunami.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan gempa bumi sebagai berikut.
a. Seismologi : Ilmu yang mempelajari gempa bumi.
b. Hiposentrum : Pusat gempa yang terletak di dalam Bumi.
c. Episentrum : Pusat gempa di permukaan Bumi atau dasar laut,
dengan gelombang gempa dari dalam Bumi dirambatkan pertama kali di
permukaan Bumi atau dasar laut.
d. Seismograf : Alat pencatat gempa.
e. Seismogram: Gambaran getaran Bumi yang dicatat oleh seismograf
dalam bentuk garis patah-patah. Semakin kuat getaran, semakin lebar
penyimpangan garis patah-patah. Semakin lama getaran sampai di
tempat, semakin panjang pita seismograf menggambarkan seismogram.
f. Pleistoseista: Garis batas daerah yang mengalami kerusakan
terberat yang terletak di sekitar episentrumnya.

g. Isoseita : Garis pada permukaan Bumi yang menghubungkan


tempat-tempat yang mempunyai kerusakan fisik yang sama akibat
gempa.
h. Homoseista : Garis permukaan Bumi yang mencatat gelombang
gempa primer pada waktu yang sama dan berupa garis lingkaran atau
elips.

Gempa bumi adalah suatu guncangan yang cepat di bumi disebabkan oleh patahan atau
pergeseran lempengan tanah di bawah permukaan bumi. Kebanyakan gempa bumi terjadi di
perbatasan antara pertemuan dua lempengan. Setiap hari terjadi puluhan bahkan ratusan
gempa bumi di muka bumi ini, hanya saja kebanyakan kekuatannya kecil sekali sehingga tidak
terasa oleh kita. Ada tiga gelombang gempa yaitu : 1. Gelombang longitudinal yaitu gelombang
gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan kecepatan 7 - 14 km per
detik. Gelombang ini pertama dicatat dengan seismograf dan yang pertama kali dirasakan
orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer. (gelombang longitudinal) 2.
Gelombang Transversal yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan
kecepatan 4 - 7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder. (gelombang tranversal) 3.
Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di
permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 - 3,9 km per detik. Gelombang inilah yang
paling banyak menimbulkan kerusakan. Gelombang permukaan terbagi menjadi dua, yaitu : a.
Gelombang Love. Gelombang ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya yaitu A.E.H.
Love seorang ahli matematika dari Inggris yang mengerjakan model matematika untuk jenis
gelombang ini di pada 1911. Gelombang ini adalah yang tercepat dan menggerakkan tanah dari
samping ke samping. (gelombang Love) b. Gelombang Rayleigh. Keberadaan dari gelombang
ini diperkirakan secara matematika oleh W.S. Rayleigh pada 1885. Pada saat merambat,
Gelombang R akan menggulung media yang dilewatinya, dimana gerakan dari gelombang ini
mirip dengan gerakan gelombang air di laut. Karena gerakan yang menggulung ini, maka
lapisan tanah atau batuan akan naik dan turun, dan akan ikut bergerak searah dengan gerakan
gelombang. Kebanyakan goncangan dari gempa berhubungan erat dengan Gelombang R ini.
Pengaruh kerusakan yang diakibatkan oleh Gelombang R dapat lebih besar dibandingkan
gelombang-gelombang gempa lainnya. (gelombang Rayleigh) Getaran gempa ada yang
horizontal dan ada yang vertikal, sehingga alat pencatatnya juga ada macamnya. 1. Seismograf
horizontal terdiri atas massa stasioner yang digantung pada tiang dan dilengkapi engsel di
tempat massa itu. Digantungkan serta jarum di bagian bawah massa itu. Jika ada gempa
massa itu tetap diam (stasioner) sekalipun tiang dan silender di bawahnya ikut bergetar dengan
bumi. Akibatnya terdapat goresan pada silender berlapis jelaga. Goresan pada silender itu
berbentuk garis patah yang dinamakan seismogram. (seismograf horizoontal) 2. Pada
seismograf vertikal, massa stationer digantung pada pegas, yang berfungsi untuk menormalkan

gravitasi bumi. Pada waktu getaran vertikal berlangsung, tempat massa itu digantung dan
silender alat pencatat ikut bergoyang, namun massa tetap stationer, sehingga terdapat
seismogram pada alat pencatat. (seismograf vertikal) Di sebuah stasiun gempa dipasang dua
seismograf horizontal yang masing-masing berarah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua
seismograf ini tercatat getaran berarah timur-barat dan utara-selatan, sehingga dari resultannya
petugas dapat menentukan arah episentrum. Dibantu oleh sebuah seismograf vertikal yang
dipasang bersama kedua seismograf tadi, dapat ditentukan letak episentrum gempa tersebut.
Untuk mencatat getaran yang lemah, diperlukan seismograf yang sangat peka. Namun, getaran
yang terlalu kuat membuat seismograf tidak mampu membuat catatan, karena tangkai alat
pencatat bisa mengalami kerusakan.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Seismograf
By Gugun

February 5, 2014PeralatanNo commentsDibaca: 5449 kali

0
SHARES

FacebookTwitterSubscribe

Sebuah pertanyaan sederhana yang kerap terlintas. Bagaimana


menghitung kekuatan gempa bumi dengan daya rambatnya?
Bagaimana alat pengukur itu bekerja?
Beberapa akan menjawab seismometer, sedangkan sisanya akan
mengatakan seismograf. Kerap terjadi kebingungan antara
tertukarnya pengertian dua kata di atas, yaitu seismometer dengan
seismograf. Tulisan ini akan berusaha untuk menjawab itu,
sekaligus menjelaskan cara kerja seismometer dan seismograf.
Seismometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
perubahan getaran permukaan tanah. Seismometer biasanya
digunakan untuk hal yang berkaitan dengan peristiwa gempa bumi.
Sedangkan seismograf memiliki cara kerja yang lebih rinci.

Seismograf adalah seperangkat alat yang terdiri dari bandul


pemberat dengan pensil di ujungnya. Jadi saat terjadi gempa bumi
atau goyangan, pensil akan ikut bergetar dan merekam sebuah
pola dalam selembar kertas.

Seismograf adalah alat pencatat parameter gempa yang dirangkai


bersama dengan seismometer. Sebuah seismograf dapat mencatat
gempa komponen vertical dan komponen horizontal. Ketika
peristiwa gempa bumi terjadi, getaran yang pertama direkam
seismograf adalah gelombang tubuh (body wave). Gelombang tubuh
terbagi lagi menjadi dua, yaitu gelombang primer dan sekunder.
Gelombang primer yang memiliki cepat rambat gelombang
paling tinggi adalah gelombang yang terekam pertama, diikuti
rekaman gelombang sekunder dengan cepat rambat gelombang
yang lebih rendah. Gelombang permukaan (surface wave) sampai
terakhir karena memiliki cepat rambat yang paling rendah.
Seismograf mencatat semuai itu dalam bentuk seismogram.
Dari grafik yang terlihat di seismogram itu, pemerintah atau institusi
yang diberi kewenangan dapat mengeluarkan peringatan akan
adanya bahaya. Tentu sebelumnya grafik itu telah dikalibrasi
sehingga peringatannya tidak keliru dan terjamin akurat.

Nah, mengapa kadang sampai getaran terkecil pun masih bisa


ditangkap oleh seismograf, namun tidak oleh manusia?
Gempa bumi adalah vibrasi permukaan bumi. Permukaan hanya
melibatkan kerak bumi, dimana terjadi pergesekan sebongkah kerak
dengan kerak yang lain, dengan kekuatan dan pergerakan yang
signifikan. Energi dari pergerakan ini diubah menjadi getaran di
dalam #bumi. Selanjutnya, getaran ini dapat dirasakan sampai
ratusan kilometer.
Getaran-getaran ini adalah sejenis gerakan gelombang yang
bergerak dengan kecepatan yang bervariasi melalui kerak bumi.
Karena kadang getaran-getaran itu menempuh jarak yang tidak
dekat, bisa jadi Anda tidak dapat melihatnya, bahkan ketika sudah
sampai di bawah kaki Anda. Tetapi seismograf dapat. Beginilah
cara kerjanya:
Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan
gempa. Yaitu skala Omori, Mercalli, Cancani, dan Richter. Skala
richter merupakan skala yang paling terkenal, serta yang paling
sering digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, umumnya
disebut dengan magnitude (M).
Berdasarkan skala-skala ini, kita dapat memahami potensi kekuatan
gempa bumi yang pada akhirnya berguna dalam perencanaan tata
kota. Seperti desain jalan raya, konstruksi bangunan, jembatan
layang, bandara, dan lain-lain.
Berdasarkan skala Richter, kekuatan gempa bumi dapat dibagi
menjadi:
) > 3,5 Terekam, namun biasanya tidak terasa.

) 3,5-5,4 Sering terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan.


) < 6,0 Berpotensi menyebabkan kerusakan berat pada bangunan
yang kurang kuat.
) 6.1-6.9 Berpotensi menyebabkan kerusakan fisik dan memakan
korban jiwa sampai radius 100 km.
) 7.0-7.9 Tergolong gempa besar. Berpotensi menyebabkan
kerusakan serius dengan cakupan wilayah yang luas.
) > 8 Gempa bumi besar. Berpotensi menyebabkan kerusakan
serius, dengan cakupan wilayah beberapa ratus km.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, sekarang alat
pendeteksi gempa sudah dilengkapi dengan hasil catatan yang lebih
akurat dan terperinci.

ISTILAH - ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN GEMPA

1. Seismologi: Ilmu yang mempelajari gempa bumi


2. Seismograf: Alat pencatat gempa
3. Seismogram: Hasil gambaran yang berupa garis - garis patah
4. Hiposentrum: Pusat gempa di dalam bumi
5. Episentrum: Tempat di permukaan bumi / permukaan laut yang tepat di atas
hiposentrum
6. Homoseista: Garis permukaan Bumi yang mencatat gelombang gempa primer
pada waktu yang sama dan berupa garis lingkaran atau elips
7. Pleistoseista: Garis khayal yang membatasi daerah yang mengalami kerusakan
terhebat di sekitar episentrum
8. Isoseista: Garis yang menghubungkan titik-titik pada permukaan bumi dimana
intensitas gempanya sama

9. Makroseista: Daerah di permukaan bumi yang mengalami kerusakan terberat


akibat gempa

Istilah-istilah dalam Gempa bumi :

Seismologi

: ilmu yang mempelajari gempa bumi

Seismograf

: alat pencatat gempa

Seismogram

: hasil gambaran seimograf yang berupa garisgaris patah

Hiposentrum

: pusat gempa di dalam bumi

Episentrum

: tempat di permukaan bumi/permukaan laut


yang tepat di atas hiposentrum. Pusat gempa
di permukaan bumi

Homoseista

: garis khayal pada permukaan bumi yang


mencatat gelombang gempa primer pada
waktu yang sama

Pleistoseista

: garis khayal yang membatasi sekitar


episentrum yang mengalami kerusakan
terhebat akibat gempa

Isoseista

: garis pada peta yang menghubungkan


tempat-tempat yang mempunyai kerusakan

fisik yang sama

Mikroseista

: gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan


dapat diketahui hanya dengan menggunakan
alat gempa

10

Makroseista

: gempa yang terjadi sangat besar


kekuatannya, sehingga tanpa menggunakan
alat mengetahui jika terjadi gempa

Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo
maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya.
Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari
seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo
maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3
mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles
Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan
perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping
ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh
seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antaragelombangP dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat
gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping ini dicontohkan
sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter dan selisih
antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis dari titik
24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong
skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter.

Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah
Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk
gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo
gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi
tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter
seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang
magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam
pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang
lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
Skala

Efek gempa

Richter

< 2.0

Gempa kecil , tidak terasa

2.0-2.9

Tidak terasa, namun terekam oleh alat

3.0-3.9

Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan

4.0-4.9

5.0-5.9

6.0-6.9

Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh


bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan.

Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang


kecil. Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik

Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km

Skala

Efek gempa

Richter

7.0-7.9

Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas

8.0-8.9

Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil

9.0-9.9

Menghancurkan area ribuan mil

10.0-10.9

Terasa dan dapat menghancurkan sebuah benua

Dapat terasa di separuh sisi bumi. Biasanya hanya terjadi akibat tumbukan
11.0-11.9

meteorit raksasa. Biasanya disertai dengan gemuruh. Contohnya tumbukan


meteorit di teluk Chesepeak.

Bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam sekali, saat tumbukan meteorit
12.0-12.9

di semenanjung Yucatan, 65 juta tahun yang lalu yang membentukkawah


Chicxulub

> 13.0

Belum pernah terekam

Skala Gempabumi
Besar kekuatan gempa bumi biasanya diukur dengan menggunakan 3 skala, yaitu:
1.) Berdasarkan energi yang dilepaskan di pusat gempa.

Magnitude menunjukkan besaran atau jumlah energi yang dilepaskan pada suatu pusat
gempa (Hypocenter) yang dapat diukur dengan seismograf.Magnitude pertama kali
didefinisikan oleh Charles Richter tahun 1935, sehingga kini dikenal sebagai skala Richter.
Gempa dengan skala 3 magnitude atau lebih biasanya hampir tidak terlihat, dan gempa
dengan skala magnitude 7 biasanya lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di
daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa bumi terbesar bersejarah
besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya.
Tingkatan dalam skala richterdapat dilihat sebagai berikut:
< 2,0 : Umumnya tak terasa, tapi terekam.
2,0-2,9: Getaran hampir terasa, tapi belum terasa oleh kebanyakan orang.
3,0-3,9: Terasa oleh sebagian kecil orang.
4,0-4,9: Terasa oleh hampir semua orang.
5,0-5,9: Mulai menimbulkan kerusakan.
6,0-6,9: Menimbulkan kerusakan pada daerah padat penduduk.
7,0-7,9: Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar
8,0-8,9: Gempa dahsyat, getaran kuat, kehancuran dekat epicentrum.
(Asyhari, 2011)
2.) Berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa (efek yang terekam
di lapangan)
Biasanya disebut dengan Intensity (intensitas), digunakan dalam menentukan kuatnya
getaran tanah akibat suatu gempa dengan melihat respon orang atau bangunan yang
terasa atau terjadi pada saat gempa berlangsung pada lokasi tertentu (Siddiq, 1999 dalam
Sudibyakto, 2000).

Intensitas gempa oleh Boen (2000) kemudian dinyatakan secara sederhana, merupakan
derajat kerusakan akibat gempa bumi/ intensitas maksimum yang dihasilkan oleh gempa
tersebut.umumnya menggunakan skala intensitas menurut tingkat kerusakan atau yang
dirasakan manusia.
Salah satu skala intensitas yang dikenal adalah MMI (Modified Mercalli Intensity) digunakan
sejak tahun 1956.Meskipun demikian skala intensitas sifatnya sangat subyektif dan telah
digunakan sejak sebelum ditemukan alat-alat pencatat gempa bumi.
Sedangkan tingkatan dalam skala Mercalli dapat dilihat sebagai berikut:

3.) Berdasarkan Percepatan batuan dasar maksimum / PGA (Peak Ground


Acceleration)
Untuk kepentingan design bangunan, data gempa yang diperlukan adalah berupa data
PGA ini. Untuk mengetahui besarnya PGA ini, bisa dihitung dari besarnya magnitude dan
kedalaman gempa, kemudian dengan rumus atenuasi yang kini sudah berkembang hingga
beberapa generasi. Beberapa contohrumus atenuasi diantaranya adalah sbb:
Donovan (1973), mengemukakan hubungan antara Skalla Richter (R) dengan PGA (dalam
g atau cm/det^2) adalah:
PGA= 1080*e^(0.5R)*(H+25)^-1.32
Dimana H adalah jarak Hypocenter dalam km.
Sedangkan Matuschka (1980) menyatakan:
PGA= 119*e^(0.81R)*(H+25)^-1.15
Dimana H adalah jarak Hypocenter dalam km.

Berdasarkan catatan gempa dari accelerograph, dan besarnya PGA ini bisa dibuat
spectrum respon yang nantinya akan digunakan sebagai bahan evaluasi kekuatan
bangunan terhadap gempa bumi. Dimana setiap gempa di setiap lokasi akan memiliki
spektrum respon yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai