Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

KEPULAUAN MISOL

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ARFAN SYAHPUTRA
16/405729/TK/45401
RESTU SATRIO
16/ 400065/TK/45079
SATRIYA MAULANA IBRAHIM
16/400066/TK/45080
TIO ARDIANSYAH
16/400067/TK/4508
WILLY RIZKY AFFARI
16/400065/TK/45083

YOGYAKARTA
NOVEMBER
2018
DAFTAR ISI

Pendahuluan ............................................................................................................................. 1
Jura awal ................................................................................................................................. 1
Jura Tengah ............................................................................................................................ 1
Jura Akhir ............................................................................................................................... 1
Geologi Umum.......................................................................................................................... 2
Stratigrafi Regional Pulau Misool .......................................................................................... 2
Potensi batubara ...................................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta sebaran formasi-formasi Jura di Kepulauan Misool ..................................................... 3


Gambar 2. Peta lintasan seismik (Firdaus,2015) ..................................................................................... 3
Gambar 3. Penampang seismik lintasan 1 .............................................................................................. 4
Gambar 4. Sesar pada penampang seismik lintasan 1............................................................................ 5
Pendahuluan

Pulau Misool terletak di sebelah baratdaya daratan Irian Jaya, secara administratif
termasuk kedalam Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat. Daerah inventarisasi
merupakan bagian timur dari pulau ini dan dibatasi oleh koordinat geografis antara 01040’ -
01055’ Lintang Selatan dan 130 10’ – 130025’ Bujur Timur. Formasi-formasi batuan pada
kurun pratersier terutama yang berada dibagian timur kepulauan Indonesia terdiri atas formasi-
formasi batuan yang berasoisasi dengan batuan benua tua Gondwana (Mesozoikum). Pada
pembahasan paper ini akan di bahas pada potensi batuan Mesozoikum di Pulau Misool.

Pada Trias batuan yang terdapat di Pulau Misool berupa batuan malihan, lapisan rijang,
batugamping serpih batulanau, perselingan batugamping, batugamping pasirran.Sementara
pada Jura awal dibagi 4 jenjang yaitu: Hettangian, Sinemurian, Pliensbachian, dan Toarchian.
Pada pulau Misool hanya Toarchian yang dapat dikenali. Lalu pada Jura terdapat 3 Formasi
yaitu Formasi Yefbie, Demu, dan Lelinta.

Jura awal
1. Toarchian
Ditandai dengan adanya fosil Dactylioceras tenuicostatum dan batas atasnya oleh
pemunculan awal Dumortieria levesquei (Harland drr.1989). Pada jenjang ini litologi yang
ada berupa konglomerat, dan serpih batulanau pada Formasi Yefbie.

Jura Tengah
1. Aalenian
Ditandai dengan adanya fosil Amonite Bredya pada bagian atas Formasi Yefbie. Hasibuan
dan Grant-Mackie (2007) menemukan gastropoda Bathrotomaria foronica bersama Bredya
dari bagian bawah Formasi Yefbie.
2. Callovian
Ditandai dengan ditemukannya fosil Ammonite coffatia di bagian bawah Formasi Jefbie.
Terdapat pula pemuncula awal Belemnopsis wanneri pada Formasi Yefbie yang menentukan
bayas atas jenjang Callovian ini di Misool.

Jura Akhir
1. Oxfordian
Batas bawah ditandai dengan fosil Quenstedtoceras marie dan batas atasnya oleh
pemunculan akhir Amoeboceras rosenkrantzi.

1
2. Kimmeridgian
Tidak ditemukan fosil amonit, tetapi fosil dinoflagelata ditemukan di baggian bawah
Formasi Lelinta mengandung Scriniodinium galeritum, Scriniodinium ceratophorum,
Pyxidiella pandora, dan Wanaea clathrata yang menunjukan umur Kimmeridgian (Helby,
Hasibuan,1988).
3. Tithonian
Batas bawah dicirkan dengan keterdapan Aulacosphinctoides, Kossmatia, dan Parabolicers,
sdangkan jenjang batas atasnya dicirikan oleh adanya Uhligites, Kossmatia, dan Berriasella

Geologi Umum
Fisiografi P. Misool secara umum dapat dibedakan atas daerah perbukitan, daerah karst dan
dataran rendah. Daerah perbukitan menempati bagian barat, pantai utara dan pantai selatan
dengan ketinggian antara 100 – 565 meter di atas muka laut, umumnya ditempati oleh
batugamping, batupasir, serpih dan batuan malihan derajat rendah. Daerah karst terletak di
bagian tengah dan timur dengan ketinggian antara 50 – 480 meter di atas muka laut, ditempati
oleh batugamping Tersier yang dicirikan oleh dolina, gua dan sungai bawah tanah. Dataran
rendah menempati jalur-jalur sempit di bagian tengah yang sebagian berawa-rawa, ditempati
oleh sedimen klastik halus dengan ketinggian < 75 m di atas muka laut.

Stratigrafi Regional Pulau Misool


Stratigrafi Lembar Misool secara umum dapat dikelompokkan atas batuan sedimen, batuan
malihan dan batuan piroklastik dengan kisaran umur mulai dari Paleozoikum hingga Holosen.
Secara regional Pulau Misool yang berada di Kabupaten Raja Ampat Papua Barat masuk
kedalam Peta Geologi Lembar Misool, Irian Jaya skala 1 : 250.000, yang dipublikasikan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (E.Rusmana, U. Hartono, dan C.J. Pigram,
1989). Batuan yang terdapat di daerah Pulau Misool sebagian besar merupakan batuan sedimen
dan sedikit batuan malihan. Formasi tertua yang berumur Pra-Trias adalah Batuan Malihan
Ligu (pTRl), yang tediri dari pilit dan psammit derajat rendah. Formasi ini tertindih tak selaras
oleh batuan klastika laut berbutir halus Formasi Keskain (TRuk) yang berurnur Trias Tengah
sampai Trias Atas. Formasi Keskain tertindih tak selaras olehBatugamping Bogal (TRub) yang

2
Gambar 1. Peta sebaran formasi-formasi Jura di Kepulauan Misool

berumur Trias Atas dan Anggota Batunapal Lios (TRul) (tersingkap hanya di P. Lios) yang
ragam fasiesnya lebih bersifat endapan darat.

Tektonik

Gambar 2. Peta lintasan seismik (Firdaus,2015)

Keberadan sesar pada daerah penelitian. Sesar dapat diamati secara visualpada suatu singkapan
di alam, berupa terpotong dan bergesernya bidang perlapisan oleh bidang sesar.Pada
penampang seismic sesar ditunjukkan dengan adanya kenampakan diskontinuitas atau

3
ketidakmenerusan yang tiba-tiba dari reflektor seismik yang merefleksikan bidang perlapisan
secara lateral. Ketidakmenerusan ini dapat berupa terputus dan bergesernya seismik tersebut
secara lateral (Hidayatullah 2010). dengan menggunakan penampang seismik refleksi 2D dapat
mengidentifikasi sesar di Perairan Misool, Papua Barat. Sesar tersebut di tunjukkan dengan
adanya kenampakan diskontinuitas atau ketidakmenerusan yang tiba-tiba dari reflektor seismik
yang merefleksikan bidang perlapisan secara lateral. Ketidakmenerusan.

Gambar 3. Penampang seismik lintasan 1

reflektivitas tersebut menunjukkan strukturlapisan bumi di bawah laut yang akan diidentifikasi
keberadaan sesarnya. Kedalaman laut lintasan 1 tampak pada penampang dengan penetrasi
gelombang mencapai TWT 300 ms hingga TWT 5000 ms. Hasil identifikasi sesar di Perairan
Misool, Papua Barat dengan menggunakan metode magnetik yang dilakukan oleh Sari et al.
(2017) menunjukkan keberadaan sesar yang membentang dari Barat Laut ke arah Tenggara dan
berada pada kedalaman 25 m hingga 75 m dari dasar permukaan laut.
Gambar 3 menunjukkan hasil identifikasi sesar pada daerah penelitian. Hasil ini dapat berupa terputus
dan bergesernya seismik tersebut secara lateral pada penampang seismik refleksi 2D. Pada dua lintasan
seismik yang diidentifikasi tampak adanya sesar pada penampang seismic lintasan 1. Sesar tampak
diantara daerah CDP 26761 hingga 27547 pada TWT 3500 ms hingga

4
5000 ms. Keberadaan sesar tersebut membentang dari Barat Laut ke arah Tenggara. Hal ini
mengkonfirmasi dari keberadaan sesar yang diidentifikasikan oleh Sari et all (2017) membentang dari
Barat Laut ke arah Tenggara. Lintasan seismik 2 adalah lintasan yang berorientasi dari Barat ke arah
Timur Perairan

GambarGambar
3. Sesar4.pada penampang
Sesar pada seismik
penampang lintasan
seismik lintasan11

Misool. Daerah reflektivitas tersebut menunjukkan statigrafi lapisan bumi yang ada di bawah laut. sesar
yang teridentifikasi terdapat pada penampang seismik lintasan 1 antara daerah CDP 26.761 hingga
27.547 pada TWT 3500 ms hingga 5000 ms. Keberadaan sesar tersebut membentang dari Barat Laut
ke arah Tenggara.

Potensi batubara
Pada Satuan Batugamping Atkari dtemukan satu lapisan (seam) batubara dengan ketebalan
lapisan sekitar 1,70 m yng dinamakan Lapisan A. Lapisan batubara ini tesingkap di lokasi MIS01
cabang S. Anjaliu, Desa Pooley dan MIS-02 cabang S. Waifau, Desa Pooley.
Pada Satuan Batunapal Kasim ditemukan empat singkapan batubara masing-masing pada lokasi
MIS-03, MIS-04, MIS-05 dan MIS-06 yang diperkirakan membentuk tiga lapisan tipis batubara dengan
ketebalan < 1 meter dengan penyebaran lateral yang sempit. Lapisan ini dinamakan masing-masing
Lapisan K-1, K-2 dan K-3 dengan ketebalan masing-masing adalah 0,50 m; 0,50m dan 0,40 m.
Dari hasil analisis tersebut tampak bahwa secara umum batubara daerah Misool memiliki
kisaran nilai Kandungan air melekat (M) antara 10,62% - 14,69%, Karbon tetap (FC) antara 28,21 –

5
35,16, Kandungan Abu (Ash) antara 12,11% - 21,08 %, Kadar belerang total (St) antara 3,25 % - 7,14
%, HGI antara 36 – 81 dan Nilai panas antara 4492 kal/gr – 5301 kal/gr.
Kualitas batubara berdasarkan lapisan menunjukkan lapisan A (Pada Satuan Batugamping
Atkari) memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan lapisan K-1 dan lapisan K-2 yang terdapat pada
Satuan Batunapal Kasim. Perbedaan ini diperkirakan karena faktor pembebanan yang berpengaruh
terhadap tingkat pembatubaraan pada masing-masing Satuan tersebut.
Berdasarkan data – data ini, dilakukan penghitungan sumber daya batubara dengan beberapa
kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan sistem pelaporan batubara pada
Pusat Sumber Daya Geologi.
Sumber daya batubara = Panjang x Lebar x Tebal x Berat Jenis
Sumber daya batubara = 6250 m x 462 m x 1,725 m x 1,45 ton/m3 = 7.222.359,375 ton ~ 7,222 juta
ton.
Endapan batubara di daerah ini secara fisik cukup layak untuk ditindak lanjuti dengan
penyelidikan yang lebih rinci namun untuk itu diperlukan kajian yang lebih mendalam dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, dimana dalam hal ini faktor yang menjadi kendala adalah
keterbatasan sarana dan pra sarana yang tersedia serta mahalnya biaya transportasi untuk mencapai
lokasi sehingga akan berimplikasi terhadap tingginya biaya operasional.

6
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Dahlan dkk.. 2007. Inventarisasi Batubara Marginal Daerah Pulau Misool Provinsi Irian Jaya
Barat. Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan Tahun 2007:
Pusat Sumber Daya Geologi

https://www.scribd.com/doc/302444530/GEOLOGI-CEKUNGAN-BINTUNI-DAN-
SALAWATI-KAWASAN-KEPALA-BURUNG-PAPUA-BARAT

Anda mungkin juga menyukai