PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang
mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang
berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang
membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya
terhadap stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di
alam dengan mengunakan alat mikroskop.
Indonesia dipandang dari sudut pandang geologi lebih terkhusus lagi pada
sisi mikropaleontologinya, maka letak indonesia yang berada pada garis khatulistiwa
yang menjadikan Indonesia sebagai daerah tropis, sehingga berbagai jenis organisme
mampu berkembang dengan baik. Dari hal inilah yang nenyebabkan betapa unik dan
beragamnya mikrooragnisme yang tumbuh dan sangat erat kaitannya dengan
mikropaleontologi. Oleh karenanya keanekaragaman mikroorganisme tersebut yang
telah ada sejak jutaan tahun yang lalu, dan telah menjadi fosil mikro. Berangkat dari
hal tersebut, maka dianggap perlua adanya suatu penelitian untuk mengetahui jenis-
jenis fosil mikro yang ada yang dianggap mampu menjelaskan keadaan masa lampau
suatu daerah tempat terdapatnya.
Kompleks daerah desa Pasangkayu menjadikan daerah tersebut menjadi
daerah yang cocok untuk melakukan penelitian Lapangan Mikropaleontologi, selain
itu daerah tersebut juga tersusun oleh batuan sedimen yang memiliki perlapisan yang
ideal sebagai tempat penelitian. Selain itu daerah itu juga dianggap mampu
merpresentasikan kandungan fosil yang ada pada daerah tersebut dan daerah-daerah
sekitarnya, yang pada akhirnya diharapkan mampu diperoleh umur serta lingkungan
pengendapan tempat terbentuknya daerah tersebut. Sebagai aplikasi dari ilmu
Mikropaleontologi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari diadakannya fieldtrip Mikropaleontologi ini adalah peserta
diharapkan mampu mengetahui kondisi zona biostratigrafi dan lapisan dari daerah
penelitian, mengenal berbagai macam fosil mikro terutama dari golongan
Foraminifera yang umumnya banyak dijumpai.
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian Mikropaleontologi ini yaitu :
1. Peserta mampu mengetahui umur relatif batuan dari satuan litologi yang
menyusun daerah penelitian.
2. Peserta mampu mengetahui lingkungan pengendapan dari satuan litologi yang
menyusun daerah penelitian.
3. Peserta dapat mengetahui ketebalan dan penyebaran dari satuan batuan yang
menempati daerah penelitian
4. Peserta dapat mengetahui sejarah geologi pembentukan daerah penelitian dari
hasil analisis kolom biostratigrafi
1.3 Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan pada Field Trip Mikropaleontologi dibatasi pada
umur dan lingkungan pengendapan hubungan stratigrafi pada suatu lapisan disuatu
daerah. Penelitian ini di fokuskan pada keberadaan fosil mikro yaitu fosil Plantonik
dan Bentonik pada suatu lapisan. Sehingga kita dapat mengetahui umur dan
lingkungan pengendapan lapisan tersebut serta hubungan stratigrafi lapisan tersebut
dengan lapisan yang lain.
1.4 Letak dan Kesampaian Daerah
Secara administratif, daerah penelitian terletak di Desa Ako, Kecamatan
Pasangkayu, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat kira-kira sebelah utara
kota Mamuju. Waktu pelaksanaan Fild Trip pada hari Sabtu, 7 september 2023 dari
jam 07:20– 10:30 WITA. Lokasi penelitian berjarak sekitar 123 km dari kampus
Universitas Tadulako. Perjalanan dimulai dari depan lab petrologi Universitas
Tadulako, menuju daerah penelitian dengan menggunakan kendaraan bermotor bus
kampus, yang ditempuh selama kurang lebih tiga jam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Orbulina bilobata
3) Orbulina suturalis
b. Genus Globigerina
1) Globigerina nephentes
Ciri khas : aperturenya melengkung semi bulat dengan pinggiran
melipat ke atas.
Spesies Globigerina nephentes
2) Globigerina praebulloides
Ciri khas : kamar menggembung, suture pada bagian spiral radial
sehingga sangat melengkung, tertekan, pada bagian umbilical radial, tertekan,
umbilicusnya dalam.
3) Globigerina seminulina
Ciri khas : kamar spherical satu yang terakhir elongate, umbilicus kecil
hingga sangat lebar, sangat dalam. Aperture berbentuk elongate atau
melengkung rendah, interiomarginal umbilical dibatasi oleh lengkungan.
2) Globigerinoides conglobatus
Ciri khas : kamar awalnya subspherical, tiga kamar terakhir bertambah
secara perlahan. Umbilicus sempit, tertutup dan dalam. Aperture primer
interiomarginal umbilical, umbilical panjang, melengkung dibatasi oleh sebuah
lengkungan, serta terdapat aperture sekunder.
4) Globigerinoides fistulosus
Mempunyai kamar spherical, kamar terakhir bergerigi pada peri-peri, suture
pada bagian spiral melengkung tertekan, umbilicusnya sangat lebar. Aperture
primer interiomarginal umbilical, lebar, terbuka dengan adanya sebuah lip.
Terdapat aperture sekunder pada kamar awalnya.
6) Globigerinoides obliquus
Satu kamar terakhir berbentuk oblique. Aperture primer interiomarginal
umbilical, sangat melengkung yang dibatasi oleh sebuah rim. Sebagian kecil
dari kamar terakhir memperlihatkan sebuah aperture sekunder yang
berseberangan dengan aperture primer.
7) Globigerinoides primordius
Ciri khasnya hampir sama dengan Globigerina praebulloides tetapi
mempunyai aperture sekunder pada sisi dorsal.
8) Globigerinoides ruber
Perputaran kamarnya terlihat mulai dari samping. Aperture
interiomarginal umbilical, dengan lengkungan sedang yang terbuka dibatasi
oleh sebuah rim. Pada sisi dorsal terdapat aperture sekunder.
2) Globoquadrina altispira
Empat kamar terakhir bertambah ukurannya secara sedang, umbilicus
sangat lebar, dalam, aperture interiomarginal sangat lebar terlihat elongate pada
bagian atas, terdapat flap.
Spesies Pullenitina
h. Genus Catapsydrax
Mempunyai hiasan pada aperture berupa bulla pada Catapsydrax
dissimilis dan tegilla pada Catapsydrax stainforthi. Juga mempunyai accessory
aperture yaitu infralaminal accessory aperture pada tepi hiasan aperturenya.
Spesies yang termasuk dalam genus ini:
1) Catapsydrax dissimillis
Spesies Catapsydrax dissimillis
2. Family Globorotaliidae
Umumnya mempunyai bentuk test biconvex, bentuk kamar
subglobular atau angular conical, susunan kamar trochospiral. Aperture
mamanjang dari umbilicus kepinggir test dan terletak pada dasar apertural
face. Pada pinggir test ada yang mempunyai keel dan ada pula yang tidak.
Genus yang termasuk dalam family Globorotaliidae:
a. Genus Globorotalia
Berdasarkan ada tidaknya keel maka genus ini dibagi menjadi 2
subgenus,yaitu:
1) Subgenus Globorotalia
Subgenus ini mencakup seluruh Globorotalia yang mempunyai keel.
Untuk membedakan subgenus ini dengan subgenus lainnya maka
penulisannya diberi kode sebagai berikut : Globorotalia (G) Beberapa
spesies yang termasuk subgenus ini :
a) Globorotalia tumida
Test trochospiral rendah sampai sedang, sisi spiral lebih convex
daripada sisi umbilical, permukaannya licin kecuali pada kamar dari
putaran akhir dan umbilical pada kamar akhir yang pustulose. Suture
disisi spiral pada mulanya melengkung halus lalu melengkung tajam
mendekati akhir hampir lurus hingga radial, pada distal kembali
melengkung hamper tangensial ke peri-peri.
2) Subgenus Turborotalia
Mencakup seluruh Globorotalia yang tisak mempunyai keel. Untuk
penulisannya diberi kode sebagai berikut: Globorotalia (T) Beberapa spesies
yang termasuk subgenus ini:
a) Globorotalia siakensis
Susunan kamar trochospiral lemah, peri-peri equatorial globulate,
kamar tidak rata, subglobular, kamar 5-6 terakhir membesar tidak teratur.
Pada kedua sisi suturenya radial, tertekan, umbilical agak lebar sampai agak
sempit, dalam. Aperture interiomarginal umbilical extra umbilical, agak
rendah, terbuka, melengkung, dibatasi oleh bibir atau rim.
c. Genus Hastigerina
Bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau
loosely coiled. Mempunyai aperture equatorial yang terletak pada apertural
face.Contoh: Hastigerina aequilateralis
Genus Hastigerina-Spesies Hastigerina aequilateralis
i) Arburescent
Contoh : Dendrophyra crectosa
- Tak teratur (irregular)
Contoh : Planorbulinoides reticnaculata
- Setengah lingkaran (hemispherical)
Contoh : Pyrgo murrhina
- Inverted v-shaped chamber (palmate)
Contoh : Flabellina rugosa
- Fusiform
Contoh : Vaginulina laguman
- Rotaloid test, Merupakan test yang terputar tidak pada satu bidang,
dengan posisi pada dorsal seluruh putaran terlihat, sedang pada
ventral hanya putaran terakhir yang terlihat. Susunan kamar ini
disebut juga Low Trochospiral. Contoh: Rotalia
- Helicoid test, merupakan test yang terputar meninggi, dimana
lingkarannya dengan cepat menjadi besar. Terdapat pada subfamily
Globigerinidae (plankton). Susunan kamar ini disebut juga High
Trochospiral. Contoh: Globigerina
- Biserial, test yang tersusun dua baris kamar yang terletak berselang-
seling. Contoh: Textularia dan Bolivina SP
Trochammina abrupta
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Trochamminida
Family : Trochamminidae
Taxon Profile
2. Trochammina alpina
Trochammina alpina
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Trochamminida
Family : Trochamminidae
Taxon Profile
3. Trochammina alutensis
Trochammina alutensis
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Trochamminida
Family : Trochamminidae
Taxon Profile
B. Spesies Haploragmoides
Cangkang : planispiral , beberapa gulungan , biasanya tidak sepenuhnya
rumit,ruang sederhana
Dinding : berpasir atau dengan spikula spons , tegas disemen , jumlah semen
sangat bervariasi dalam spesies yang berbeda ;
Aperture : sederhana , di dasar wajah apertural ruangan.
1. Haploragmoides bubiki
Haploragmoides bubiki
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Haploragmoididae
Family : Haploragmoididae
Taxon Profile
2. Haploragmoides walteri
Haploragmoides walteri
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Haploragmoididae
Family : Haploragmoididae
Taxon Profile
C. Spesies Milliammina
Cangkang : pada tahap awal planispiral , ruang setengah
kumparan panjang, kemudian menambahkan dalam berbagai bidang dan
menjadi tidak teratur triloculine atau quinqueloculine dalam pandangan akhir;
Dinding : halus areanaceous , dengan semen mengandung silica
Aperture : bulat , terminal , dengan tepi dalam sering infolded menyerupai gigi
1. Milliammina fusca
Milliammina fusca
Class : Miliolata
Subclass : Miliamminana
Order : Schlumbergerinida
Family : Rzehakinidae
Taxon Profile
2. Milliammina obliqua
Milliammina obliqua
Class : Miliolata
Subclass : Miliamminana
Order : Schlumbergerinida
Family : Rzehakinidae
Taxon Profile
D. Spesies Ammobaculites
Cangkang : ruang awal close melingkar , kemudian yang
dibiasanya serangkaian linier , sederhana
Dinding : arenaceous
Aperture : pada tahap awal di dasar wajah apertural , pada
orang dewasa bulat , terminal , sederhana
1. Ammobaculites agglutinans
Ammobaculites agglutinans
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Lituolida
Family : Lituolidae
Taxon Profile
2. Ammobaculites barrowensis
Ammobaculites barrowensis
Class : Rotaliata
Subclass : Textulariana
Order : Lituolida
Family : Lituolidae
Taxon Profile
E. Spesies Elphidium
Spesies Elphidium
Cangkang : lenticular , planispirally terdaftar , involute atau sebagian evolute,
biumbonate , mungkin memiliki konektor pusar di setiap sisi , tujuh hingga dua
ruang di whorl akhir .
Suture : sangat menorehkan , membentuk ruang interlocular yang
berkomunikasi dengan sistem kanal spiral pusar . Dinding: berkapur , halus
melubangi
Aperture : pori tunggal interiomarginal atau beberapa , dan mungkin memiliki
bukaan areal tambahan
1. Elphidium aculeatum
Class : Rotaliata
Subclass : Rotaliana
Order : Elphidiida
Family : Elphidiida
Taxon Profile
2. Elphidium advenum
Elphidium advenum
Class : Rotaliata
Subclass : Rotaliana
Order : Elphidiida
Family : Elphidiida
Taxon Profile
F. Spesies Ammonia
Spesies Ammonia
Cangkang : bikonveks dengan trochospiral rendah 3 sampai 4 evolusi , spiral
sisi evolute, pusar sisi rumit dan mungkin memiliki konektor pusar dikelilingi
oleh fisura pusar .
Aperture : aperture primer lengkungan extraumbilical interiomarginal ,
berbatasan dengan bibir yang menonjol pada akhir pusar .
1. Ammonia beccarii
Ammonia beccarii
Class : Rotaliata
Subclass : Rotaliana
Order : Rotaliida
Family : Rotaliidae
Taxon Profile
2. Ammonia tepida
Ammonia tepida
Class : Rotaliata
Subclass : Rotaliana
Order : Rotaliida
Family : Rotaliidae
Taxon Profile
3. Ammonia pauciloculata
Ammonia pauciloculata
Class : Rotaliata
Subclass : Rotaliana
Order : Rotaliida
Family : Rotaliidae
Taxon Profile
2.5 Manfaat
Mikropaleontologi/mikrofosil seperti Foraminifera dimanfaatkan untuk
menemukan minyak bumi. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti
sekeping kecil contoh batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan
selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terbentuk.
Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian
mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan
menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam
mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung
minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.
Selain dapat menentukan daerah prospek minyak, mikrofosil juga digunakan
dalam menentukan kondisi geologi suatu daerah serta dapat menentukan umur batuan
suatu daerah projek. Dan dengan ilmu ini kita juga dapat menentukan sejarah geologi,
menentukan umur dari pada batuan dan lingkungan pengendapannya.
Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan problem geologi
terutama bagi perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi. Zonasi foraminifera
planktonik merupakan salah satu zonasi mikrofosil yang cukup teliti untuk
kepentingan penentuan umur. Zonasi fosil yang ketelitiannya lebih kurang setara
dengan zonasi ini adalah zonasi nannoplankton gampingan. Fosil nannoplankton
gampingan mempunyai ukuran yang fantastik kecil (3-40 mikron). Karena itu dalam
pengamatannya diperlukan mikroskop dengan perbesaran minimum 5000 x bahkan
20.000 kali. Manfaat atau kegunaan fosil foraminifera yaitu
4. Untuk menentukan umur batuan yang mengandungnya.
5. Membantu dalam studi Lingkungan pengendapan atau fasies.
6. Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan
atau bawah peimukaan.
7. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi dan regresi, misalnya
dengan menggunakan foraminifera bentos Rotalia beccarii (fosil penciri daerah
transgresi), Gyroidina soldanii (fosil penciri batial atas) dan lain-lain.
8. Untuk penyusunan satuan biostratigrafi.
Berdasarkan kegunaannya, maka dikenal beberapa istilah yaitu :
b. Fosil Indeks/Fosil Penunjuk/Fosil Pandu. Fosil yang digunakan sebagai penunjuk
umur. Pada umumnya jenis fosil ini mempunyai penyebaran vertikal yang pendek
dan penyebaran lateral luas serta mudah dikenal.
c. Fosil Batimetri/Fosil Kedalaman Fosil yang dapat digunakan untuk menentukan
lingkungan kedalaman. Pada umumnya yang dipakai adalah foraminifera bentos
yang hidup di dasar laut. Contoh : Elphidium spp., penciri lingkungan transisi
(Tipsword dkk., 1966).
d. Fosil Horison/Fosil Lapisan/Fosil Diagnostik Fosil yang mencirikan atau khas
terdapat di dalam lapisan yang bersangkutan. Contoh : Globorotalia tumida
(penciri N.18).
e. Fosil Lingkungan Fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk lingkungan
sedimentasi. Contoh : Radiolaria sebagai penciri laut dalam.
f. Fosil Iklim Fosil yang dapat digunakan sebagai penunjuk iklim pada saat itu.
Contoh : Globigerina pachiderma
Foraminifera jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak.
Planktonik pada umumnya hidup mengambang dan bergerak tergantung oleh arus
pasif di permukaan laut. Fosil planktonik ini dapat digunakan dalam memecahkan