TINJAUAN UMUM
memanjang berarah relatif barat laut – tenggara dan utara – selatan, yang
Gambar 2.1
Morfologi area PT. Tanjung Putia
2-1
2.1.1. Lokasi dan Kesampain Daerah
secara geografis terletak pada koordinat 121° 48’ 18.3” – 122° 7’ 59.1”
mineral ± 5 km.
2-2
Lokasi Penelitian
Gambar 2.2
Peta Lokasi Penelitian
arsitektur pulau ini, yaitu pada Periode Kapur Tengah, Kala Oligo–Miosen,
Kala Miosen Tengah dan Kala Awal Pliosen. Katili (1978), Sukamto
(1975), Hall (1996), Wilson dan Moss (1999), serta Nichols dan Moss
(Villenevue,2001).
2-3
Sumber : Armstrong F. Sompotan, 2007
Gambar 2.3
Peta Geologi Regional Sulawesi
blok Indoaustralia.
2-4
c. Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt), berupa ofiolit yang
kepulauan paling timur, dimana Banggai Sula dan Tukang Besi adalah
New Guinea.
merupakan unit litologi tertua yang diendapkan pada zaman Trias hingga
Awal Yura pada lingkungan neritik hingga fluviatil. Pada Yura Akhir
dangkal. Formasi Masiku diendapkan pada Yura Akhir hingga Kapur Awal
2-5
Post-Neogene Orogenic Clastic Sediment di lingkungan laut dangkal
yang terkupas.
b) Formasi Salodik
c) Formasi Tokala
sisipan argilit.
d) Formasi Tomata
bagian selatan dan barat daya. Satuan ini berumur Miosen – Pliosen.
e) Endapan Aluvial
2-6
Endapan ini merupakan endapan termuda, terdiri dari material
lipatan, dimana Sesar Matano sebagai sesar utama, sesar geser kiri
dengan arah barat laut - tenggara. Sesar ini diduga berhubungan dengan
Sesar Sorong, dimana keduanya merupakan satu sistem sesar jurus yang
pengaruh pada regional Sulawesi bagian timur dan tenggara adalah Sesar
penulis disebut sebagai Sesar Hamilton, yaitu sesar geser kiri yang diduga
melebihi 35º, lipatan ini berumur Miosen hingga Plistosen dan umumnya
pembalikan. Perlipatan ini terbentuk pada Oligosen atau bahkan lebih tua.
2-7
Lipatan Superimposed merupakan lipatan yang terdapat pada
tenggara.
2-8
perbukitan bergelombang sedang menempati daerah bagian sisi timur
bagian timur laut dimana dicirikan dengan aliran sungai yang bersumber
pada satu jenis aliran berbentuk memanjang relatif lurus dan lebar yang
yang relatif keras dan pada bagian barat daya, pola aliran sungai yang
menjadi penyusun utama yaitu batuan beku dan batuan sedimen. Batuan
2-9
1. Satuan Peridotit
Gambar 2.5
Kenampakan satuan batuan peridotit
2. Satuan Konglomerat
tersusun oleh batuan konglomerat dengan sisipan batu pasir. Satuan ini
2-10
berada di bagian Timur daerah penelitian. Batuan konglomerat berwarna
sampai 20 cm, matrik berupa batu pasir sedangkan warna lapuk hitam
berlapis
2-11
Tabel 2.1
Kolom Stratigrafi
seperti pola kelurusan sungai dan gawir serta indikasi yang ada pada jalur
sesar yaitu sesar geser kanan dengan arah Baratdaya Timurlaut berada di
bagian Baratlaut daerah penelitian. Sesar ini dipengaruhi oleh gaya yang
dan musim hujan, dengan curah hujan antara 2,500 mm – 3,000 mm per
tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan April dan curah
dan akan tetap diterapkan adalah sistem tambang terbuka (Open pit/ open
2-12
dilakukan secara umum adalah : pembersihan lahan (land clearing),
nikel.Teknik penggalian bijih nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi
mengikuti sebaran lapisan Bijih nikel pada setiap pit yang akan ditambang.
pada tahun 2013 akan ditimbun di outside dump dan pada tahun
telah habis ditambang dengan cara tambang terbuka (mine out) terhadap
2-13
Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai
kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada
biaya.
teknis dan ekonomis sumberdaya nikel laterite yang ada, sehinga jumlah
1. Kedalaman lapisan
2-14
2. Ketebalan lapisan dan penyebarannya
setiap blok atau lubang bor harus dihitung kualitas dan kuantitasnya
memiliki nilai ekonomis atau akan ditambang adalah suatu hal yang
optimalisasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan
antara lain:
2-15
Kelayakan penentuan batas cadangan, seperti Cut Of Greade (COG),
Seperti model yang kita buat adalah pendekatan dari realitas berdasarkan
cadangan bijih dapat berupa data geologi, data kadar, data lokasi, peta
topografi.
Untuk menghitung tonase ore (ton) diperoleh dari hasil kali volume
diperoleh dari hasil kali Tonase ore (ton) dengan Kadar rata – rata.
2-16
Pertimbangan ekonomis ini menyangkut ongkos. Data untuk
“stripping ratio”nya.
Ratio”.
Kondisi pasar
operasi
Dimensi jenjang/bench
2-17
Pemilihan peralatan mekanis
● Pertimbangan teknis
● Pertimbangan Teknologi.
2-18
Pertimbangan – pertimbangan yang harus di perhatikan dalam
Kedalaman bahan galian; panjang, lebar, dan tebal dari bahan galian
Keadaan topografi.
penambangan, yaitu :
2-19
pengurangan yang digunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh
mining recovery.
- Geologi faktor
- Mining loss
- Dilution
tambang bijih, nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore. Di
…............................................(2.3)
Geometri Jenjang
2-20
2. Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang digunakan harus
splitting.
2-21
menggunakan bendera kecil. Operator shovel diperintahkan
pedoman.
lereng, tinggi lereng dan lebar bench. Orientasi lereng menentukan tipe
memerlukan kemiringan lereng yang lebih kecil untuk menjaga agar lereng
keseluruhan.
...........………....…………..…….. (2.4)
2-22
dimana :
Hc = Ketinggian kritis
B = N + L + L1 + l2 ……………………………………… (2.5)
keterangan :
B = lebar jenjang, m
dump truck.
Disini tidak disediakan lebar untuk alat muat / gali karena dianggap
penambangan, yaitu:
2-23
a. Tinggi Jenjang.
atas dan bagian bawah yan dipisahkan oleh jarak H yang disebut dengan
lereng (toe), puncak (crest) dan sudut muka jenjang (face angle). Sudut
orientasi jenjang dan peledakan. Pada batuan keras sudut ini bervariasi
Gambar 2.6.
2-24
Sumber Irwandy Arif dan Gatut S. Adisoma, 2002 hal IV-10
Gambar 2.6
Bagian – bagian Jenjang menurut Hustulid
Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang
dasar (Bench Floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest dan toe
jenjang.
penambangan lebar yang digali di jenjang kerja ini disebut cut. Lebar
dasar ke posisi toe yang baru setelah cut digali (lihat Gambar 2.7).
atasnya.
2-25
Kedua fungsi tersebut dapat di gambarkan pada Gambar 2.8.
Secara umum lebar dari jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi
tumpukan dan kaki lereng (toe ) untuk menangkap batuan yang jatuh (
2.8.
Tabel 2.2.
2-26
Dimensi Jejang penangkap ( Call, 1986 )
widht ( m )
(m) (m) (m) (m)
30 4.5 2 5.5 10
45 5 3 8 13
Sumber : Perencanaan Tambang, Irwandy Arif dan Gatut S. Adisoma, 2002 hal IV-14
Gambar 2.10
2-27
Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya Ramp
Gambar di atas adalah suatu lereng yang terdiri dari 5 jenjang dan
1 ramp (Gambar 2.10) dimana sudut lerengnya dibuat dari garis yang
.... ........
.....(2.6)
Dimana:
n = jumlah jenjang
2-28