Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Profil Perusahan

PT.Bintang Morowali Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di

dalam bidang pertambangan salah satu kontraktor dari perusahan PT Bintang

Delapan Mineral ( BDM ).

PT.Bintang Morowali Sejahtera memiliki daerah konsesi penambangan

sebesar 575 hektar yang terletak di Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi

Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah pada wilayah IUP (Ijin Usaha

Pertambangan) pada PT. Bintang Delapan Mineral.

2.1.2 Lokasi Dan Kesampaian Daerah

Lokasi kegiatan penambangan PT.Bintang Morowali Sejahtera pada wilayah

IUP (Ijin Usaha Pertambangan) PT. Bintangdelapan Mineral yang terletak di

Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi

Tengah. Secara geografis terletak pada koordinat 121° 48’ 18.3” – 122° 7’

59.1” Bujur Timur dan 2° 43’ 0.4” – 2° 55’ 43.7” Lintang Selatan.

Lokasi penelitian tugas akhir pada PT. Bintang Morowali Sejahtera dapat

ditempuh dengan jalur darat menggunakan bus selama ± 14 jam dari Makassar

ke Sorowako kemudian jalur laut selama 45 menit dari Sorowako ke Nuha

(penyeberangan Danau Matano), selanjutnya menggunakan bus lagi selama ±

12 jam dari Nuha ke Bahodopi . Selain itu juga bisa dengan jalur perjalanan

dilakukan melalui jalan darat selama ± 8 jam dari Kendari, dengan kondisi

2-1
jalan beraspal dan jalan tanah berbatu, terutama setelah memasuki wilayah

Provinsi Sulawesi Tengah.

Lokasi Penelitian

Sumber : PT. Bintang Morowali Sejahtera


Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian

2.1.3 Keadaan Geologi Regional Sulawesi

Setidaknya terdapat empat fase tektonik utama yang membentuk

arsitektur pulau ini, yaitu pada Periode Kapur Tengah, Kala Oligo–Miosen,

2-2
Kala Miosen Tengah dan Kala Awal Pliosen. Katili (1978), Sukamto (1975),

Hall (1996), Wilson dan Moss (1999), serta Nichols dan Moss (1999)

mendukung teori penunjaman berumur Eosen – Oligosen dengan arah

penunjaman ke barat, sedangkan Parkinson (1991,1996,1998) serta

Simanjuntak dan Barber (1996) menerima teori penunjaman berarah timur

(Villenevue,2001).

Sumber : PT. Bintang Morowali Sejahtera


Gambar 2.3
Peta Geologi Regional Sulawesi (Armstrong F. Sompotan, 2007).

2-3
Berdasarkan keadaan litotektoniknya, Pulau Sulawesi terbagi menjadi 4
bagian, yaitu:
1. Mandala Barat (West and North Sulawesi Volcano – Plutonic Arc), merupakan

jalur magmatik bagian timur Paparan Sunda yang tersusun atas batuan

vulkanik bermumur Cenozoic dan batuan pluton.

2. Mandala Tengah (Central Sulawesi Methamorphic Belt), merupakan batuan

malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok

Indoaustralia.

3. Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt), berupa ofiolit yang merupakan

segmen dari kerak samudra berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias –

Miosen. Mandala ini merupakan wilayah dimana endapan nikel laterit biasa

terbentuk.

4. Banggai-Sula dan Tukang besi Continental Fragment, merupakan kepulauan

paling timur, dimana Banggai Sula dan Tukang Besi adalah pecahan benua

yang berpindah ke barat karena strike-slip fault dari New Guinea.

Batuan ofiolit yang berada pada Mandala Sulawesi Timur, merupakan

batuan pembawa nikel, sedangkan Mandala Banggai-Sula dicirikan oleh

endapan batas kontinen, dimana Formasi Tolaka merupakan unit litologi tertua

yang diendapkan pada zaman Trias hingga Awal Yura pada lingkungan neritik

hingga fluviatil. Pada Yura Akhir diendapkan Formasi Nanaka pada

lingkungan terestrial hingga laut dangkal. Formasi Masiku diendapkan pada

Yura Akhir hingga Kapur Awal pada lingkungan neritik luar, sedangkan

Formasi Soladik diendapkan pada Eosen Akhir hingga Miosen Awal di

lingkungan laut dangkal.

2-4
Mandala Sulawesi Timur tersusun atas Komplek Ultramafik yang

merupakan bagian dominan dari geologi regional Kabupaten Morowali dan

merupakan batuan tertua di mandala ini yang diendapkan pada Awal Kapur.

Pada Kapur Akhir diendapkan Formasi Matano di lingkungan laut dalam,

diteruskan oleh pengendapan Formasi Tomata yang merupakan Post-Neogene

Orogenic Clastic Sediment di lingkungan laut dangkal hingga air tawar pada

Miosen Akhir – Pliosen.

Tatanan stratigrafi regional daerah ini disusun oleh :

a. Kompleks Ultrabasa (PTUb)

Kompleks ultrabasa yang merupakan batuan tertua, disusun oleh harzburgit,

lherzolit, wehrlit, serpentinit, dunit, diabas dan gabro. Batuan ini tersebar di

bagian tengah dan umumnya menempati perbukitan dan pegunungan yang

memanjang baratlaut – tenggara. Singkapannya dapat dijumpai pada beberapa

tebing curam maupun yang terkupas.

b. Formasi Salodik

Formasi ini disusun oleh kalsilutit, batugamping pasiran, napal, batupasir dan

rijang.

c. Formasi Tokala

Formasi Tokala terdiri atas perselingan batugamping klastik, batupasir sela,

wake, serpih, napal dan lempung pasiran dengan sisipan argilit.

d. Formasi Tomata

Formasi Tomata tersusun oleh perselingan batupasir konglomerat,

batulempung dan tuf dengan sisipan lignit. Sebarannya terutama di bagian

selatan dan baratdaya. Satuan ini berumur Miosen – Pliosen.

2-5
e. Endapan Aluvial

Endapan ini merupakan endapan termuda, terdiri dari material lepas

berukuran lempung sampai kerakal yang merupakan hasil dari rombakan

batuan yang lebih tua, tersebar di sepanjang tepi pantai timur dan sekitar tepi

danau.

Struktur utama yang membentuk daerah ini adalah sesar dan lipatan, dimana

Sesar Matano sebagai sesar utama, sesar geser kiri dengan arah baratlaut –

tenggara. Sesar ini diduga berhubungan dengan Sesar Sorong, dimana

keduanya merupakan satu sistem sesar jurus yang mungkin telah terbentuk

sejak Oligosen. Sesar yang juga mempunyai pengaruh pada regional Sulawesi

bagian timur dan tenggara adalah Sesar Lasolo. Sejurus dengan Sesar Matano,

Sesar Lasolo oleh beberapa penulis disebut sebagai Sesar Hamilton, yaitu sesar

geser kiri yang diduga masih aktif hingga kini.

Lipatan yang berkembang dibagi menjadi 3 jenis yaitu; lipatan terbuka, lipatan

tertutup dan lipatan superimposed. Lipatan terbuka berupa lipatan lemah yang

mengakibatkan kemiringan lapisan tidak melebihi 35º, lipatan ini berumur

Miosen hingga Plistosen dan umumnya mempunyai sumbu lipatan yang

bergelombang dan berarah barat – timur sampai baratlaut – tenggara.

Lipatan tertutup berupa lipatan sedang dengan kemiringan lapisan 35 º – tegak,

bahkan di beberapa tempat lapisan ini mengalami pembalikan. Perlipatan ini

terbentuk pada Oligosen atau bahkan lebih tua.

Lipatan Superimposed merupakan lipatan yang terdapat pada batuan-batuan

Mesozoikum dengan sumbu lipatan berarah baratlaut – tenggara.

2.1.4 Profil Endapan Nikel Laterit

2-6
Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 5 zona gradsi sebagai

berikut:

1. Iron Capping

Berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron

capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang

terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite Layer

Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil

menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat

hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral

manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite,

chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3. Silika Boxwork

Berwarna putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan

sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian

mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,

magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal

dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang

serpentinized.

4. Saprolite

Merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic

rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa

kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke

bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral

2-7
primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi

sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan

tekstur batuan asal masih terlihat.

5. Bedrock

Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang

lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah

tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama

dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh

mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya

root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya

tersembunyi(Badrun,2011).

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan tiga penelitian terdahulu yang

relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Kajian study analisis kadar

nikel laterit di PT.Primasentosa Alamlestari.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti Tahun Hasil Penelitian
Arfandi Iskandar Alam 2008 Proses Terbentuknya Endapan Nikel Laterit
endapan bijih nikel yang terdapat didaerah
penelitian terbentuk sebagai hasil residual
concentration, dan digolongkan dalam jenis nikel
laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan
kimiawi pada batuan ultra basa peridotit.
Batuan peridotit sebagai batuan induk bijih nikel
yang mengandung unsur – unsur mineral utama
seperti, mineral garnierite, olivine dan piroksin
dimana Ni dari mineral ini merupakan subtitusi

2-8
dari unsur Fe dan Mg, kandungan unsur – unsur
pada mineral ini sangat kecil. Menurut Bolt
(1971), kandungan Ni yang terdapat pada batuan
peridotit.
Hendro Purnomo 2009 Endapan nikel laterit terbentuk sebagai hasil dari
pelapukan lanjut batuan ultra basa pembawa Ni
Erry Sumarjono
silikat.Secara umum profil endapan nikel laterit
terdiri dari lapisan tanah penutup, lapisan
limonit, lapisan saprolit dan batuan dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk menaksir potensi
sumber daya nikel laterit dan sebaran kadar
mineralisasi nikel di daerah penelitian dengan
mengunakan study analisis kadar nikel.
Berdasarkan data yang ada dilakukan analisis.
Metode analisis ini digunakan untuk
mengestimasi kadar nikel pada suatu blok yang
belum diketahui nilai kadarnya secara
horizontal.Perbedaan ini terjadi karena pada data
taksiran terjadi penyeragaman nilai kadar,
sehingga dalam perhitungan tonase tidak terjadi
over estimate pada lapisan yang tebal.
Penyebaran nilai kadar nikel dari hasil taksiran
kriging menunjukkan bahwa sebaran
mineralisasi nikel dengan kadar > 1.2% terdapat
pada bagian utara dan selatan daerah
penelitian.Hasil validasi silang antara data aktual
dengan data taksiran menunjukkan hasil yang
kurang bagus.Proses analisis akan memberikan
nilai pengestimasi kadar nikel berdasarkan
kadar-kadar sampel yang telah dikoreksi.
Estimasi sumber daya pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode study

2-9
analisis kadar nikel laterit untuk penaksiran
kadar nikel.
Viny Ariani 2009 Nikel laterit merupakan endapan bijih nikel yang
terbentuk dari proses laterisasi pada batuan
ultramafik yang mengandung unsur Ni, baik
peridotit ataupun serpentinit. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik zonasi profil nikel laterit
permukaan dan bawah permukaan pada unsur
Ni, Co, Fe, SiO2, Al2O3 dan MgO. Metode
penelitian yang digunakan merupakan metode
observasi berupa kenampakan zonasi laterit
permukaan, litologi serta analisis petrografi
batuan dasar. Karakteristik profil nikel laterit
permukaan daerah penelitian terdiri atas zona
limonit di cirikan oleh mineral hematit, goethite
dan ferricrete, ukuran butir lempung-pasir,
peningkatan akan unsur Fe, Co, dan Al2O3, zona
saprolit di cirikan oleh kehadiran mineral
serpentin, garnierit, silika dengan ukuran butir
kerakal-bongkah, peningkatan kadar unsur Ni,
SiO2 dan MgO. Zona batuan dasar di cirikan
dengan kehadiran mineral dominan serpentin dan
silika, ukuran butir bongkah peningkatan kadar
unsur SiO2 dan MgO. Hasil analisis petrografi
berupa peridotit (Websterites) tersusun oleh
mineral serpentin, clinopiroksen, ortopiroksen
dan olivin.

2.3 Kajian Teori

2.3.1 Pengertian Preparasi Sampel

2-10
Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh

untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan

kepentingan. Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat 2 jenis preparasi:

1.      Contoh ruah (bulk samples)

Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan (pengukuran volume),

pencucian, pendulangan, pengeringan, pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan

masing-masing fraksi.

2.      Konsentrat dulang

Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat kemagnetan

(magnetic separation)(Badrun,2011).

2.3.2 Prosedur Preparasi Sampel

Sebelum dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara umum preparasi

untuk contoh adalah sebagai berikut:

1.   Pengeringan

Contoh yang diterima dalam keadaan basah dikeringkan terlebih dahulu di

udara terbuka atau dalam oven dengan temperatur di bawah 1000C.

2.   Penumbukan

Penumbukan hanya dilakukan terhadap contoh berupa sedimen dan batuan

padat untuk mendapatkan butiran mineral dan fragmen batuan yang halus, tanpa

merusak bentuk aslinya.

3.   Penimbangan

2-11
Contoh yang sudah kering ditimbang dan dicatat dalam formulir analisis.

4.   Pembagian

Pembagian contoh (cone quartering/splitting) dilakukan apabila berat contoh

yang diterima melebihi kebutuhan (> 1000 gram).

5.   Pengayakan

Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan mineral berdasarkan perbedaan

ukuran besar butirnya. Sehingga diperoleh 6 fraksi butiran berukuran lebih besar dari

2 mm, 1 mm, 1/2 mm, 1/4 mm, 1/8 mm, dan lebih kecil dari 1/8 mm.

2.3.3 Sampling

Sampling atau pengambilan sampel adalah tahap awal dari suatu analisis,

oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi representatif.

Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian kecil dari material,

sedemikian rupa sehingga dapat mewakili sifat seluruh material tersebut. Didalam

melakukan pengambilan, lebih baik mengambil contoh beberapa kali dengan jumlah

kecil daripada mengambil contoh hanya sekali dengan jumlah yang banyak.

Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana pengambilan

contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah:

1.    Ukuran Populasi

Pop ulasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil contohnya.

Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah sampel yang harus

diambil. Semakin besar pengambilan dilakukan, maka semakin baik data yang

diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta tenaga.

2. Increament

2-12
Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai

bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan.

3.    Bentuk dan ukuran material

Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan

sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis terhadap bahan galian ditentukan

berhasil tidaknya hasil sampling.

Ada dua mekanisme sampling, yaitu:

a. Hand sampling

Hand sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan dengan

tangan. Cara ini sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat tergantung pada

ketelitian operatornya. Cara pengambilan contoh secara hand sampling ini ada

beberapa macam yaitu:

b. Grab sampling

Grab sampling adalah cara pengambilan sampel yang paling sederhana. Cara

ini memerlukan ketelitian dari operatornya dan dilakukan apabila material yang akan

diambil benar-benar homogen (serba sama). Cara pengambilannya dengan

menggunakan sekop tangan dengan jumlah yang sama dan dalam interval tertentu.

Sampel yang diperoleh biasanya kurang representatif.

c. Shovel sampling

Shovel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan

shovel. Dengan cara ini mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih murah,

waktu yang diperlukan sedikit, dan memerlukan tempat yang tidak begitu luas.

Syarat pengambilannya dengan metode ini adalah bahwa sampel yang diambil tidak

boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.

2-13
d. Stream sampling

Stream sampling adalah cara pengambilan contodengan menggunakan alat

yang disebut hand sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa pulp basah dan

diambil searah aliran yang ada pada stream tersebut.

e. Pipe sampling

Pipe sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan menggunakan

alat pipa atau tabung dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5 inchi. Bentuk dari alat ini

berupa pipa dengan ujung yang satu dibuat rinci dan ujung lainnya dibuat untuk

pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah pipa dimana yang ada dibagian dalam

berukuran lebih kecil, sehingga antara kedua pipa tersebut terdapat celah untuk

tempat sampel nantinya. Cara ini dipakai apabila material yang akan diambil berupa

material padat yang tidak terlalu keras dan halus. Cara pengambilannya hanya

dengan menekankan alat tersebut pada material yang akan diambil dengan posisi

tegak lurus, kemudian pipa diputar kekanan dan kekiri kemudian diangkat.

f. Coning and Quartering

Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam

laboratorium. Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah:

1. Dilakukan pencampuran (mixing) terhadap material yang akan diambil sebagai

contoh.

2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut (cone)

3. Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut

terpotong, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.

4. Seperempat  bagian yang bersilangan diambil sebagai sampel untuk dianalisa

 Mechanical Sampling

2-14
Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengambil contoh dalam jumlah

banyak dibandingkan dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara ini

akan didapat hasil yang lebih representative dari pada “ Hand Sampling“. Dari hasil

pengambilan contoh baik dengan metode “Hand sampling “ maupun “mechanical

sampling”, sebagai langkah selanjutnya adalah melakukan pengalisaan. Contoh alat

termasuk mechanical sampling adalah:

 Riffle sampler

Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi

menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan. Riffle-Riffle inilah yang

berfungsi sebagai pembagi contoh tersebut dengan harapan dapat terbagi sama rata.

 Vezin sampler

Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan “revolting cutter”. Yaitu

pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk suatu area

yang bulat/bundar sehingga diharapkan dapat memotong seluruh alur dari bijih.

2.3.4 Analisa Ayak

Tujuan dari analisa ayak adalah:

1. Mengetahui kuantitas produksi suatu alat.

2. Mengetahui distribusi partikel pada ukuran tertentu.

3.Mengetahui “ Ratio of Concentration”

4. Mengetahui “Recovery”.

Dalam analisa ayak ini diperlukan peralatan yang menunjang antara lain adalah:

-  Screen (ayakan)

-  Timbangan

2-15
-  Microscop

Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam mesh

maupun dalam metrik (mm). untuk ukuran dalam mesh maka makin besar  angkanya

berarti makin halus material itu. Tetapi sebaliknya untuk metric (mm), semakin besar

angkanya maka akan semakin besar pula ukuran material itu.

Untuk mesh disini yang dimaksud adalah bahwa dalam satu inchi persegi

screen terdapat lubang sebanyak sekian lubang, tergantung numeriknya, misalnya 20

mesh berarti dalam satu inchi persegi terdapat 20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan

menunjukkan besarnya diameter dari partikel, tetapi menunjukkan berapa banyaknya

lubang pada screen setiap inchi persegi.

Pelolosan material dalam pengayakan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain

adalah:

a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan.

b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan.

c.  Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel.

d.  Komposisi air dalam material akan diayak.

e.  Letak pelapisan material pada permukaan sebelum diayak.

Kapasitas screen pada umumnya tergantung pada:

a.  Luas penampang permukaan screen

b.  Ukuran bukaan

c.  Sifat lainnya dari feed : seperti berat jenis, kandungan air, dan temperature.

d. Tipe dari mechanical screen yang di gunakan

Effisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan sebagai

perbandingan dari energy out put dengan input. Dengan demikian dalam screening

2-16
bukannya effisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi. Effisiensi secara

umum dalam screen tergantung pada beberapa hal sebagai berikut:

a. Lamanya feed didalam atau diatas screen

b. Jumlah lubang yang terbuka

c. Kecepatan feed

d. Tebal lapisan feed

e.  Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang

diolah.

2.3.5 Teknik Pengambilan Contoh

Pengambilan conto jika ditinjau secara umum dimaksudkan untuk mengambil

sebagian dari massa tersebut yang cukup representatif untuk mewakili keseluruhan

yang besar. Sampling atau pengambilan conto adalah suatu proses pengambilan

sebagian kecil endapan yang mana bagian tersebut dapat mewakili keseluruhan

endapan. Cara pengambilan conto didasarkan pada JIS (Javanese Industrial

Standart), yaitu dengan cara two stage sampling dan devision method of increment.

Cara two stage sampling adalah pengambilan conto melalui dua tahap secara

sistematis yaitu pada tahap pertama dilakukan pengambilan contoh pada dua titik

yang berhadapan sedangkan pada tahap kedua dilakukan penggabungan contoh

keseluruhan pada suatu tempat yang sama.

Cara devision method of increament adalah pengambilan contoh dibagi dalam

beberapa divisi yang dilakukan untuk pekerjaan preparasi contoh. Jumlah contoh

bijih nikel yang di ambil tergantung pada tipe endapan dan tingkat

2-17
pengembangannya, apakah suatu prospecting atau suatu eksplorasi detail, sebagian

atau seluruh development mine.

Salah satu Unit Kerja Pengawasan Kualitas yaitu Unit Satuan Kerja Persiapan

Sampel berperan penting dalam pengambilan sampel yaitu contoh yang telah diambil

dimasukkan ke dalam kantong dan diberi kode serta diikat dengan tali yang

mempunyai warna tertentu. Kemudian contoh tersebut dikirim ke preparasi contoh

dimana telah tertulis seperti kode contoh, front penambangan, titik bor, jam kerja dan

tanggal pengambilan contoh.

1. B = 10 kg

A B 2. B = 10 kg
1 2
Keterangan :
A. Pengambilan contoh pada dua titik yang berhadapan
B. Dilakukan penggabungan contoh keseluruhan pada tempat yang sama dengan
titik yang berbeda masing-masing 10 kg.
. letak
pengambilan sample.

Sumber: PT. Bintang Morowali Sejahtera

Gambar 2.2 Cara Pengambilan Sample Pada Tumpukan

2.3.6 Preparasi Contoh

2-18
Preparasi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengolah conto dari

lapangan yang masih heterogen dan kasar menjadi material yang homogen dan halus

sesuai dengan persyaratan laboratorium. Boulder-boulder conto perlu dimasukkan ke

dalam pengecilan ukuran sampai semua conto menjadi sama rata, setelah itu

dilakukan pengayakan dengan ukuran lolos yang sudah ditentukan.

Faktor lain yang penting untuk diperhatikan adalah kontaminasi zat – zat lain

terhadap conto. Oleh karena itu contoh harus dijaga dari kontak langsung dengan zat

lain terutama zat cair. Conto dari lapangan yang berasal dari suatu tumpukan besar di

mana diambil beberapa increment, biasanya disatukan dalam preparasi conto.

Setelah conto diperoleh sebelum di bawah ke laboraturium untuk dilakukan

analisis kadar (assay). Karena yang dianalisa tersebut hanya sebagian kecil dari

conto, maka diperlukan preparasi (persiapan) conto, agar pada bagian conto yang

dianalisis bersifat representatif terhadap kondisi sebenarnya yang terlihat pada

(Gambar 2.3).

2-19
Gambar 2.3 Prosedur Umum (Coning & Quatering) Preparasi Contoh untuk Analisis
Laboratorium dan Dokumentasi (Chaussier et al., 1987).

Secara umum ukuran contoh dapat berpengaruh terhadap hasil analisis

sehingga sebelum dianalisa dilakukan pengurangan contoh. Pengurangan ukuran

partikel atau dengan kata lain proses pembagian (spilit) contoh sebaiknya dilakukan

pada fraksi ukuran yang telah seragam. Secara umum ukuran conto sangat

berpengaruh terhadap hasil analisa sehingga biasanya analisa dilakukan pada dua

laboratorium yang berbeda dan sebagian contoh lainnya disimpan sebagai

dokumentasi Metode reduksi yang umum digunakan adalah splitting dan quartering.

Metode reduksi splitting dapat dilihat pada (Gambar 2.4) dan metode quartering

dapat dilihat pada (Gambar 2.5).

2-20
Gambar 2.4 Reduksi Jumlah Contoh dengan Menggunakan Metode Splitting
(Chaussier et al., 1987).

2-21
QAQC SAMPLE EFO DI STOCK PILE
4500 Whint

1-10 load 11 -20 Load 21 -30 Load


Approx 15 Kg Approx 15 kg Approx 15 kg

Jaw Crusher Jaw Crusher Jaw Crusher


-10 mm -10 mm -10 mm

Mi XI N G M IX ING MI X I N G
With Scoop With Scoop With Scoop

M ATR IX MA TRI X MA T RI X
4x 5 4x5 4x5
Gambar 2.5 Reduksi Jumlah Contoh dengan Metode Quartering
Scoop 30 D Scoop 30 D Sloop 20 D
Sample Wet

(Chaussier
Efo Product
Preparasi et al., 1987)
Moisture
contonts
Efo Product
Preparasi
Moisture
Contonts
Efo Product
Preparasi
Moisture
Contonts

Efo Production Timbang Basah


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada metode Quatering :
Preparasi on Sample dengan talang

Driying Oven
Drying Despatction Oven
1. Material dicampur sehingga homogen.
With Temp 105ᴼc
With temp 2000°C
17 Hours
1 - 1,5 Hours

2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut.


Jaw Chusher M C
-10MM

Ket :

kerucut terpotong%dan
MC = ( W2-W1) - (W3-W1)
3. Ujung kerucut ditekan sehinggaMixing
membentuk
3x
Spliter 3x
dibagi
W2 - W1empat
W1 = Berat Talang
bagian sama besar. Roolcruser
W2 = Berat Basah Kotor
-3 MM
W3 = Berat Kering Kotor

4. Dua bagian yang bersebranganMixing


diambil
3x
untuk dijadikan conto yang dianalisis.
Spliter 3x

Top Drinding/Dishmill
-200 Mesh

Manual Mixing by Plastik


Bag

REDUCTION
(Matrix 20 Div.4x5)

FINAL SAMPLE(PULP)

2-22
XRF 100 gram ARCHIVES 100 gram
(-200 mesh) (-200 mesh)

XRF ANALYSIS
Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017

Gambar 2.6 Prosedur Umum Preparasi Contoh

2.3.2.1 Penambangan Sistim Selective Mining

Selective mining yaitu suatu cara penambangan yang diterapkan bila bijih

menyebar dengan kadar yang tidak merata, dimana pada tempat-tempat tertentu

2-23
terdapat bijih dengan kadar yang relatif tinggi atau di atas COG, dan pada tempat

lainnya terdapat bijih dengan kadar yang rendah atau dibawa COG.

Untuk mendapatkan bijih dengan kadar yang sesuai permintaan pasar atau

pabrik, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut

dilakukan dengan sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai

dengan kadar yang diinginkan.

Alasan untuk melakukan selective mining adalah bahwa bila seluruh material

bijih dengan kadar yang tidak merata ditambang maka kadar bijih tersebut akan

berada di bawah COG (Cut Of Grade).

Tumpukan bijih nikel pada front penambangan akan dimuat dan diangkut ke

stockfile sesuai dengan titik bor dan jumlah incrementnya. Setelah sampai di stock

file akan diadakan pengecekan ulang atau recheking kadar untuk mengetahui

ketelitian atau kebenaran bijih nikel yang ada pada front penambangan.

Setelah recheking kadar diketahui dan tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan dengan kadar dari front penambangan maka akan diadakan pemindahan

tumpukan sesuai dengan kebutuhan baik untuk pabrik maupun untuk ekspor.

Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar dibawah

sampai diatas Cog, agar dapat dimixing dengan kadar rendah dengan maksud hasil

mixingnya memenuhi Cog yang telah ditetapkan dan juga target produksi pertahun

harus tercapai. Dimana nilai kadar sangat tergantung pada bagian mana lapisan

material yang dikeruk saat disampling.

2.3.2.2 Penentuan Kadar

2-24
Setelah pekerjaan preparasi selesai conto kemudian dikirim ke laboratorium untuk

dianalisa. Kadar bijih nikel akan diketahui setelah diadakan analisis kadar di

laboratorium dengan menggunakan analisa sinar x dan analisa kimia.

2.3.2.3 Analisa Sinar X (X-Ray)

Analisa sinar X adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendeteksi unsur-

unsur yang dikandung oleh conto tersebut dengan suatu alat pendeteksi yaitu Sinar X

berupa sinar elektromagnetik yang mempunyai daerah panjang gelombang antara 0,1

– 100 Ao, dimana 1 Ao = 10-8 cm = 0,1 mm.

1. Sifat-sifat sinar X

Sinar X merambat menurut garis lurus, dapat dikolimasikan dengan celah (slit).

a). Sinar X terdiri dari partikel-partikel yang bermuatan, oleh karena itu

magnet dan medan listrik tidak dapat membelokkan arah berkas sinar.

b). Sinar X dapat diperoleh dengan jalan membom sinar sasaran (target

material) dengan berkas electron yang berenergi tinggi. Bahan sasaran yang

mempunyai berat atom yang lebih tinggi merupakan sumber sinar X yang

efisien.

c). Dapat menghitamkan plat film (sifat photography).

d). Apabila menumbuk bahan-bahan tertentu (Ca-Wolframat : ZnS, CdS, NaI

dan lain-lain) akan memancarkan sinar pendaflour, artinya menyerap sinar

kemudian memancarkan kembali (sifat fluoresensi)

e). Tidak dapat terionisasi.

2. Penggunaan Sinar X dalam Analisis

Penggunaan sinar X untuk keperluan analisa zat, banyak persamaannya dengan

penggunaan sinar tampak dan sinar ultra violet untuk keperluan yang sama,

2-25
sehingga dapat dipahami bahwa ada cara-cara analisa yang didasarkan pada

penyerapan sinar X, pemancaran pendaflour sinar X dan difraksi sinar X dengan

panjang gelombang antara 0,1 – 25 Ao.

3. Cara-cara Analisa dengan Menggunakan sinar X

a. Berdasarkan Penyerapan Sinar X

Sinar X dapat diserap oleh materi, banyaknya serapan ditentukan oleh jenis

bahan penyerapan dan banyaknya bahan penyerap. Perbedaan fundamental

antara penyerapan sinar X bukan dilakukan oleh molekul-molekul melainkan

dilakukan oleh atom-atom. Misalnya penyerapan sinar X oleh Brom hanya

tergantung pada jumlah atom-atom Brom yang ada dalam jalan yang dilalui

oleh sinar tersebut dan jumlah atau banyaknya atom brom ini tergantung dari

apakah Brom itu berupa gas beratom satu atau berupa cairan dan padatan.

b. Berdasarkan Pemancaran Pendaflour sinar X

Bila suatu sinar ditempatkan dalam sinar X maka energi sinar X itu akan

diserap oleh atom-atom unsur tersebut. Atom-atom ini akan tereksitasi dan

kemudian akan memancarkan sianr X dengan berbagai panjang gelombang

yang karekteristik untuk atom-atom unsur tersebut. Proses pemancaran sinar

X ini disebut peristiwa pendaflour sianr X atau Fluoresensi sinar X untuk

analisa dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

c. Berdasarkan Difraksi Sinar X

Salah satu sifat sinar X yaitu bahwa dari sinar X ini akan merambat menurut

arah garis lurus dan mempunyai daya tembus yang besar, oleh karena sinar X

ini juga sebagai sinar elektomagnetik, maka sinar X mestinya dapat juga

didefraksi oleh kisi defraksi. Hanya saja mengingat panjang gelombang sinar

2-26
X sangat kecil maka untuk dapat mendefraksikan sinar X yang dipergunakan

jalur-jalur harus sangat berdekatan sekali letaknya.

4. Spektometer Sinar X ( X – Ray Spectrometer)

Spektometer Sinar X adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


intensitas fluoresensi atau pendaflour sinar X ( sinar sekunder ) yang
dipancarkan oleh suatu conto.
Suatu conto akan memancarkan flueresensi sinar apabila conto tersebut disinari

dengan sinar X yang berasal dari tabung sinar X (sinar X primer). Intensitas

flouresensi sinar yang dipancarkan tersebut berbanding lurus dengan konsentrasi

unsur-unsur yang terdapat di dalam conto tersebut.bagan susunan alat

spectrometer sinar X. (gambar 3.4 hal.3-19).

Secara garis besarnya susunan alat sinar X flouresent spektometer dapat dibagi :

a. Sinar X Generator

Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi

yang stabil (10-10.000 KV) untuk digunakan pada tabung sinar.X.

b. Spektometer

Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mengspektrumkan pemancaran

sinar X flouresensi yang berasal dari conto.

c. Electronik Circuit Sample

Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk menghitung dan merekam

sinyal yang dideteksi oleh spektometer.

A. Analisa Kimia

Analisa kimia adalah analisa yang dilakukan dengan cara analisa

volumetric atau gravimetric dimana contoh dilarutkan dengan aquaregia

2-27
(3HCL Pekat + 1HNO3 Pekat) dan filtratnya dititrasi dengan larutan KCN

dalam kondisi basa (Ph-nya ± 8) dengan indikator AGJ.

Prinsip dasar cara volumetric adalah ion-ion Ni+2 diendapkan dalam larutan

Dymethil Glioxime dalam suasana basa lemah membentuk endapan nikel

Dymethil Glioxime yang berwarna merah, kemudian dilarutkan kembali dan

dititrasi dengan larutan standar EDTA lalu dipijarkan.

Hasil dari analisa kimia ini hanya digunakan sebagai pembanding hasil

analisa sinar X jika terjadi perbedaan yang cukup signifikan sehingga kesalahan

kesalahan penentuan kadar dapat diatasi.

Penentuan kadar cadangan suatu daerah yaitu dari hasil pemboran pada kegiatan

eksplorasi yang dianalisa di laboratorium kimia. Kemudian hasil analisa kadar

tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar dibawah sampai diatas Cog.

Tabung Sinar
X Kristal
Penganalisa
Kolimot
Conto or

K
ol 2
Celah

Gambar 2.7 Skema Susunan alat pendaflour sinar X

2-28
B. Persentase Perbedaan Kadar

Untuk mengetahui Persentase perbedaan kadar dengan cara membandingkan

kadar bijih nikel selektive mining dengan kadar bijih nikel recheking pada titik bor

yang sama dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

q1−q2
Q = q1 x 100 % .....................................................................(3.1)

Dimana:
Q = Persentase Perbedaan kadar
q1 = Kadar eksplorasi
q2 = Kadar produksi

2.3.2.5. Peralatan Yang Dipergunakan Dalam Pengambilan Sampel

Cara devision method of increament adalah pengambilan conto dibagi dalam

beberapa divisi yang dilakukan untuk pekerjaan preparasi conto. Jumlah conto bijih

nikel yang di ambil tergantung pada tipe endapan dan tingkat pengembangannya,

apakah suatu prospecting atau suatu eksplorasi detail, sebagian atau seluruh

development mine. Adapun perlengkapan yang digunakan dalam pengambilan conto

sampel (pada Gambar 4.1) yaitu:

a. Pacul pengeruk dan skop 125 D masing-masing satu buah dengan berat dalam

satu sampel 15 kg dengan cara pengambilan sampel 2-3 titik dalam bucket

excavator.

2-29
b. Kantong sampel yang digunakan pada pengambilan sampel face production yaitu

karung berwarnah putih dan kantong sampel dari platik dengan kapasitas 15 kg.

c. Sampel yang telah disediakan dan diikat dengan tali pengikat beserta dengan

kode dan weybel sampel pada front yang berbeda.

d. Kemudian kantong-kantong tersebut dikirim ke preparasi conto yang tertulis

seperti kode pada front penambangan, nomor titk bor, tanggal penambangan dan

nama dari tumpukan

Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017


Gambar 2.9 Peralatan Pengambilan Sampling
2.3.2.6 Alat yang Digunakan untuk Preparasi Contoh

Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan preparasi conto adalah sebagai

berikut :

A. Ayakan

Ayakan berfungsi untuk memisahkan butiran yang halus dan kasar. Ayakan yang

digunakan yaitu ayakan yang berukuran -20 mm, -10 mm dan -3 mm (pada

Gambar 4.2) yang terbuat dari anyaman (jalinan) kawat-kawat halus yang diatur

2-30
dengan tepat membentuk lubang bujur sangkar/persegi ; kawatnya sejenis

tembaga, bronze atau alloy. Proses pengayakan dilakukan secara manual oleh

dua orang.

Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017


a. Ayakan -20 mm b. Ayakan -10 mm dan -3 mm

Gambar 2.10 Profil (a) Ayakan -20 mm, (b)-10 mm dan -3 mm (kanan ke kiri)

B. Crusher

Crusher berfungsi untuk menggiling sampel yang masih dalam bentuk butiran

dan kasar. Crusher yang digunakan pada preparasi sampel produksi yaitu:

 Jaw Crusher

Jaw Crusher merupakan alat penghancur tingkat pertama (pada Gambar 4.3-a),

jadi menghancurkan batuan dalam bongkah-bongkah besar yang diterima dari

tambang. Ukuran yang diloloskan oleh Jaw Crusher yaitu ukuran –20 mm dan -10

mm. Dengan cara memasukkan batu ke dalam mulut crusher, sesuaikan jumlah dan

ukuran batu sehingga memungkinkan mesin crusher dapat menghancurkan-nya

dengan baik dan tidak tertumpah.

2-31
Jika ada batu yang terjepit dan tidak bisa bergerak ke bawah, gunakan tuas untuk

menekan batu tersebut agar dapat di hancurkan. Tunggu hingga semua batu yang

dimasukkan tadi telah hancur dan telah keluar ke penampungan. Ulangi dimulai

dengan pada point 3 untuk sample-sample berikutnya.

 Roll Crusher

Roll Crusher merupakan alat penghancur tingkat kedua (secondary crushing)

yang berguna memperkecil ukuran batuan yang sudah lolos dari primer crushing

(Gambar 4.3-b). Ukuran yang diloloskan oleh Roll Crusher yaitu ukuran –3 mm.

Dengan masukkan material ke dalam mulut roll crusher, sesuaikan jumlah dan

ukuran material sehingga memungkinkan mesin roll crusher dapat menghancurkan-

nya dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada material yang terjepit dan tidak bisa

bergerak ke bawah, gunakan tuas untuk menekan batu tersebut agar dapat di

hancurkan,

a. Jaw Crusher -10 mm

2-32
Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017
b. Roll Crusher -3
Gambar 2.11 Profil (a) Jaw Crusher -10 mm, (b) Roll Crusher -3.

C. Top Grinding

Grinder berfungsi untuk menggiling sampel yang berupa butiran-butiran halus.

Ukuran yang diloloskan yaitu ukuran –100 mesh (pada Gambar 4.4-b).

Masukkan material ke dalam mulut top grinding, sesuaikan jumlah dan ukuran

material sehingga memungkinkan mesin top grinding dapat menghaluskan-nya

dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada material yang terjepit dan tidak bisa

bergerak ke bawah, gunakan tuas untuk menekan material agar bisa lebih halus.

2-33
Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017
a. Drying Oven listrik b. Top Grinding -100 Mesh
Gambar 2.12 Profil (a). Drying Oven listrik, (b). Top Grinding -100 mesh

D. Disk Mill

Disk mill berfungsi untuk menghancurkan sampel yang berukuran -200 mesh

(Gambar 4.5-a). Masukkan sample produksi hasil boyd yang sudah dikomposit

dengan hati-hati agar tidak tertumpah di luar mangkok Disc Mill.

Atur dan ratakan sample produksi yang sudah masuk di dalam Mangkok Disc

Mill agar tutup mangkok Disc Mill bisa terpasang dengan baik.masukkan mangkok

Disc Mill ke dalam Mesin Disc Mill. Buka penutup dan keluarkan sample produksi

untuk proses selanjutnya, bersihkan kembali mangkok Disc Mill sebelum sample

berikut diproses. Gunakan cara yang sama (1 -14) untuk setiap sample yang akan

dibuat jadi pulp (-200 mesh).

Jangan memasukkan sample yang lebih kasar dari produksi boyd crusher (+10

mesh). Sample Washing Out/Blank yang digunakan untuk Disc Mill yaitu setiap 10

sample yang diproses di Disc Mill dan dilanjutkan untuk di analisa untuk mengontrol

kontaminasi di Disc Mill

E. Compressor

2-34
Compressor berfungsi untuk membersihkan alat pada saat preparasi conto selesai

dilakukan (Gambar 4.5-b), digunakan untuk membersihkan oven secara berkala dan

digunakan untuk memompa ban gerobak.

Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017

a. Disk Mill +100 mesh b. Compressor


Gambar 2.13. Profil (a). Disk Mill +100 mesh, (b). Compressor

F. Skop pengambilan sampel

Skop pengambilan sampel berfungsi untuk mengambil sebagian conto yang

dianggap mewakili suatu sampel. Masing-masing skop memiliki ukuran-ukuran yang

berbeda (Gambar 4.6). pada skop 125 D memiliki panjang: 25 cm, lebar: 30 cm dan

tinggi: 10 cm, skop 20D memiliki panjang: 9 cm, lebar: 8 cm, dan tinggi: 5 cm.

2-35
Skop 10D memiliki panjang: 6 cm, lebar: 6 cm, dan tinggi: 3 ½ cm. Skop 1D

memiliki panjang: 3 cm, lebar: 3 cm, dan tinggi: 2 cm.

Sampling adalah suatu pekerjaan untuk mengambil sampel atau conto dari

sejumlah material yang ada dan sampel tersebut harus dapat mewakili (representatif)

keadaan dan sifat dari keseluruhan material

Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari.2017

a. Skop 20 D, 15D, dan 1D b. Skop 125 D

Gambar 2.14. a. Skop 20 D, 15D, dan 1D (kiri-kanan) dan b. Skop 125 D

2.3.7 Tahapan Preparasi Sampel Cek dan Sampel Produksi

Dalam analisis kadar nikel, persiapan conto (preparasi) sangat penting karena

jika terjadi kesalahan maka data analisis laboratorium yang akan keluar juga tidak

2-36
sesuai dengan yang sebenarnya. Oleh sebab itu perlu memperhatikan prosedur kerja

menurut SOP (standar operasi prosedur) dengan baik, adapun tahapan preparasi

untuk sampel ceck dan sampel produksi adalah sebagai berikut:

A. Tahapan Preparasi Sampel Ceck/Patok

a. Sampel yang diangkut dari front penambangan atau dari stock pile diletakkan

dan disatukan di tempat preparasi sesuai dengan kode dan weybel yang telah

ditetapkan

b. Sampel diayak menggunakan ayakan -20 mm.

c. Yang tidak lolos diayakan dihancurkan menggunakan jaw crusher -10 mm.

d. Sampel yang lolos diayakan dengan yang di crusher disatukan kemudian

dimixing sebanyak 3 kali menggunakan sekop.

e. Setelah dimixing 3 kali sampel diambil dengan matriks 4 x 5 menggunakan

sekop 20 D (± 6500 gr), diperoleh kira-kira 6,5 kg untuk ukuran material 20 mm

dan sampel yang tidak diambil dibuang (reminder).

f. Sampel yang diambil diayak menggunakan ayakan ukuran -3 mm.

g. Butiran yang tidak lolos diayakan -3 mm dihancurkan di Roll Crusher -3 mm.

h. Setelah dihancurkan dimixing 3 kali.

i. Sampel diambil dengan matriks 4 x 5 menggunakan sekop 10 D (± 2500

gram).

j. Sampel yang diambil dimasukkan kedalam oven listrik menggunakan talang

(pan) sampel dengan temperatur 105oC selama ± 20 menit (tergantung

kelembaban sampel).

2-37
k. Setelah sampel kering selanjutnya dihancurkan menggunakan top grinding

100 mesh.

l. Sampel di ayak menggunakan Dish Mill -100 mesh.

m. Setelah sampel dihaluskan menggunakan Disk Mill, sampel kemudian

dimasukkan kedalam plastik untuk di mixing secara manual selama ± 2 menit.

n. Setelah dimixing sampel tersebut diambil menggunakan sekop ukuran 1 D (±

512 gr) dengan matriks 4 x 5 atau sebanyak 20 segmen.

o. Kantong sampel diberikan label atau kode sampel yaitu kode A dan C.

p. Sampel A diambil 1 sendok tiap segmen (20 sendok) untuk di kirim ke

laboratorium instrumen.

q. Dan 20 sendok lagi untuk sampel C dijadikan sebagai arsip.

B. Tahapan Preparasi Sampel Produksi.

Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan pada proses preparasi sampel

ekspor adalah sebagai berikut:

a. Sampel terlebih dahulu dikeringkan menggunakan panas matahari sebelum

dipreparasi, sampel tersebut dipisahkan menurut sub lot masing-masing dimana 1

sub lot berjumlah 70 increment (2100 ton).

b. Setelah sampel kering selanjutnya di ayak dengan ukuran -20 mm, butiran yang

tidak lolos dihancurkan menggunakan Jaw cruser -10 mm.

c. Hasil ayakan dan crusher dimixing sebanyak 3 kali menggunakan sekop biasa.

d. Sampel tersebut dibagi 2 bagian menggunakan Riffling no. 50 dengan sendok

riffling sebanyak 2 kali.

2-38
e. Hasil riffling setelah dilakukan 2 kali, sebagian diambil untuk lanjut ke proses

berikutnya dan sebagiannya lagi dibuang.

f. Selanjutnya diayak dengan ayakan -10 mm, dan yang tidak lolos dihancurkan

menggunakan Hummer secara manual.

g. Sampel yang lolos dari hasil crusher di satukan kemudian dimixing 3 kali.

h. Yang tidak lolos, dihaluskan di Roll crusser -3 mm.

i. Dimixing lagi 3 kali kemudian dimasukkan ke riffling no. 10 sebanyak 2-3 kali

(± 4 kg).

j. Sampel yang diambil di keringkan di oven listrik selama ± 20 menit dengan suhu

105oC.

k. Setelah kering dimasukkan ke mesin Top grinding 100 mesh.

l. Diayak dan yang tidak lolos dihaluskan menggunakan Disk mill -100 mesh.

m. Selanjutnya dimixing secara manual menggunakan plastik sampel ± 20 menit.

n. Setelah sampel tersebut dimixing artinya sudah siap untuk tahap final (terakhir).

o. Sampel diambil dengan matrik 8 x 8 menggunakan sekop 1 D (160 gr) / kantong

sampel, 1 sendok kapasitasnya 8 gr dengan per matriks.

p. Sampel dimasukkan kedalam 4 kantong sampel dengan kode yang berbeda

masing-masing sebanyak 160 gr.

q. Final sample dimasukkan dalam kantong dan diberi label (pada Gambar 4.7).

A = 160 gram Dikirim ke lab. Instrument

B = 160 gram Dikirim ke Lab. Kimia

C = 160 gram Untuk pembeli

D = 160 gram Arsip

2-39
Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari, 2017

Gambar 2.15. Profil Final Sampel pada Proses Preparasi dengan

Menggunakan Sistem Matriks 8 x 8.

2.3.8 Analisis Sampel..

1. Analisis kadar Ni menggunakan X-Ray di Lab. Instrumen.

Yang didukung dengan 2 Alat (pada Gambar 4.8) yaitu:

 2 unit Komputer untuk 1`alat X-Ray

 Mesin X-Ray type Minipal 2 dan Epsilon 3

2-40
a. Mesin X-Ray Type Minipal 2

Sumber : PT. Primasentosa Alamlestari 2017 .

a. Mesin X-Ray Type Epsilon 3

Gambar 2.16. a. X-Ray type Minipal 2, b. Mesin X-Ray Type Epsilon 3

Cara kerja:
2-41
1. Pra analisis sampel

 Sampel yang telah di antar dari ruangan preparasi disiapkan dan diurutkan

berdasarkan nomor urut sampel.

 Sampel dimasukkan kedalam wadah kecil seperti tutup kaleng yang telah

diberi penomoran sebelumnya sesuai dengan nomor urut sampel.

 Sampel dimasukkan ke dalam mesin press dan dilakukan pengepressan

dengan kekuatan press sebesar 210 – 220 psi.

 Sampel yang telah dipadatkan dengan mesin press dibersihkan dari debu-

debu dengan udara bertekanan.

2. Analisis sampel

 Masukkan sampel ke holder.

 Tempatkan pada turret, mis. Turret no. 1 hingga 24

 Klik Add Current dan ketik nomor urut sampel.

 Tunggu hasil analisis yang terbaca di komputer.

 Hasil yang keluar tersebut disalin kedalam buku catatan.

 Setelah selesai di catatan hasil analisis di pindahkan kedalam komputer yang

telah disediakan untuk menyimpan hasil analisis dari sampel selective

mining, recheck/ produksi dan percobaan.

3. Setelah analisis lakukan pekerjaan berikut :

 Hasil analisis disimpan diperiksa kembali dan di persiapkan untuk dicetak

keesokan paginya.

 Sampel yang telah dianalisis dibuang ketempat sampah.

 Prosedur analisis kadar unsur sampel dengan X-Ray Magix Fast telah selesai.

2-42
2-43

Anda mungkin juga menyukai