mineral di Kota Parepare dan sekitarnya ini, dirujuk dari hasil Pemetaan Geologi
Barat, Sulawesi (Rab Sukamto, 1982) serta Lembar Majene dan Bagian Barat
regionalnya, Kota Parepare terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara
termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar
Palopo (Djuri dan Sudjatmiko, 1974; Djuri, dkk., 1998). Sedangkan bagian
III.1.1.1 Geomorfologi
Daerah penelitian terletak pada Busur Sulawesi Selatan bagian utara yang
21 18
barat dan selatan sedangkan bagian tengah merupakan perbukitan bergelombang
dan bagian timur merupakan dataran rendah. Ketinggian pegunungan ini melebihi
2000 m dengan puncak tertinggi adalah Gunung Rantemario yang terletak pada
bergelombang lemah sampai kuat. Bagian pesisir timur yang berbatasan dengan
Teluk Bone merupakan dataran rendah, secara umum disusun oleh alluvium.
III.1.1.2 Stratigrafi
metamorf berumur Pra-Kapur yang tertindih oleh batuan sedimen dan batuan
Dalam Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo
(Djuri dan Sudjatmiko, 1974) yang memuat daerah penelitian, berdasarkan urutan
19
Latimojong (Tkl) yang berumur Kapur dengan ketebalan lebih kurang 1000
meter. Formasi ini telah termetamorfisme terdiri atas filit, serpih, rijang, marmer,
kuarsit, dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock
selaras Formasi Toraja yang terdiri atas Tersier Eosen Toraja (Tet) dan Tersier
Eosen Toraja Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri atas serpih,
batugamping dan batupasir serta setempat batubara, di mana batuan ini telah
mengalami perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada
umumnya berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah (Djuri dan Sudjatmiko,
1974).
Pada bagian atas formasi ini dijumpai Batuan Volkanik Lamasi (Tolv)
yang berumur Oligosen, terdiri atas aliran lava bersusunan basaltik hingga
Satuan batuan berikutnya adalah satuan Tmb dan Tmpss yang terdiri atas napal
gampingan, konglomerat dan breksi yang berumur Miosen Bawah hingga Miosen
Tengah. Pada tempat lain diendapkan satuan batuan Tmc yang terdiri atas
batuan ini antara (100-400) meter dan berumur Miosen Tengah hingga Pliosen.
batuan Tmpl yang terdiri atas lava yang bersusunan andesit sampai basal, pada
20
beberapa tempat terdapat breksi andesit, piroksin dan andesit trakit serta
feldspatoid. Kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal hingga Pliosen
dan mempunyai ketebalan (500-1000) meter. Pada beberapa tempat dijumpai pula
satuan batuan Tmpa, yang merupakan Molasa Sulawesi yang terdiri atas
Selain satuan batuan di atas, dijumpai dua batuan terobosan granit yang
berbeda umurnya. Pertama berumur Miosen Akhir dan yang kedua berumur
Pliosen. Pada daerah Palopo, Granit berumur Miosen Akhir menerobos Formasi
(Simandjuntak, 1981).
seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit. Setempat
Pasangkayu yang berumur 3,35 juta tahun / Pliosen Akhir (Sukamto, 1975).
Satuan batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri atas
lempung, lanau, pasir, kerikil dan setempat-setempat terdapat terumbu koral (Qal)
yang menempati daerah pesisir timur dan barat, daerah ini berbatasan langsung
dengan laut serta daerah di sekitar Danau Tempe yang berumur Holosen dan
21
III.1.1.3 Struktur Geologi
karena Pulau Sulawesi merupakan suatu daerah yang banyak mendapat pengaruh
Sulawesi ini ditafsirkan sebagai hasil pemekaran kerak bumi yang disebabkan
oleh gerakan lempeng Australia dan Hindia ke utara dan lempeng Pasifik ke barat,
selama Paleogen dan Neogen Awal, daerah ini merupakan suatu busur volkanik
kalk-alkali yang berkaitan dengan proses penunjaman dari Laut Tethys sebelah
pergeseran mendatar.
Secara regional orogenesa pada Pulau Sulawesi mulai berlangsung sejak Zaman
Trias, terutama pada Mandala Banggai – Sula yang merupakan mandala tertua,
sedangkan pada Mandala Geologi Sulawesi Timur dimulai pada Kapur Akhir atau
Awal Tersier. Perlipatan yang kuat menyebabkan terjadinya sesar anjak yang
berlangsung pada Miosen Tengah pada Lengan Timur Sulawesi dan di bagian
tengah dari Mandala Geologi Sulawesi Selatan, di waktu yang bersamaan suatu
trangresi lokal berlangsung pada Lengan Tenggara Sulawesi dan suatu aktifitas
22
Berdasarkan pembagian Mandala Sulawesi (Sukamto, 1975), maka
daerah penelitian terletak pada Mandala Geologi Sulawesi Selatan bagian tengah
dan sedikit kearah timur yang berbatasan dengan bagian barat dari Mandala
sebelum Intra Miosen mungkin terjadi dua kali, yaitu sebelum dan sesudah Eosen.
Orogenesa Larami terjadi pada Kapur Akhir hingga Miosen Awal, mengangkat
dan melipat endapan Mesozoikum dan sedimen tua lainnya, kemudian terhenti
Gaya horisontal terhenti dan disusul oleh terbentuknya sesar bongkah yang
menyebabkan terban maupun sembul. Perlipatan yang kuat diikuti oleh sesar
sungkup yang terjadi pada Miosen Tengah pada bagian tengah dari Mandala
Sulawesi Selatan, melipat batuan pada Formasi Latimojong dan Formasi Toraja
kemudian tersesarkan.
sesar geser berarah baratlaut-tenggara yang searah dengan pergerakan sesar Palu-
aktif, arah gerak sesar Palu-Koro memperlihatkan kesamaan gerak dari jalur Sesar
Matano dan jalur Sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah
23
yang konsekuen terhadap Mandala Banggai-Sula. Kemudian akibat dari Lempeng
penunjaman Sulawesi Utara hingga pergerakan dari Sesar Palu-Koro masih aktif
(gambar 2).
disebabkan karena sesar tersebut melalui Danau Tempe. Bidang geser Plio-
bahwa dari kedua bidang geser di Sulawesi Tengah dianggap seumur, sedangkan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada Mandala Sulawesi Selatan
mendatar yang dimaksud adalah Sesar Mendatar Malimbo di bagian utara daerah
penelitian, Sesar Walanae Barat di baratdaya daerah penelitian, dan sesar naik
yang paling dominan adalah Sesar Naik Makale di bagian baratdaya serta Sesar
1974).
24
Gambar 3.1. Peta pola struktur geologi regional Pulau Sulawesi (Simandjuntak,
1986)
3.2.1.1 Geomorfologi
25
Berdasarkan keadaan bentangalam (morfologi) dapat dibagi atas 4 satuan
daerah pedataran.
tekstur topografi kasar, batuan penyusunnya adalah breksi gunungapi dan batuan
Utara-Selatan.
sedang, batuan penyusunnya adalah batuan sedimen, batuan ubahan, dan batuan
geologi, bersifat mengerosi batuan dasar dan berpola aliran perpaduan dendritik
dan rectangular. Pada bagian Timur erosi berjalan secara efektif, sedangkan di
bagian Tengah proses erosi dan sedimentasi berjalan hampir seimbang, dan di
26
III.2.1.2 Stratigrafi
terkersikkan, dan tergerus melalui sesar naik ke arah Baratdaya, pada bagian yang
pejal terlihat struktur berlapis, ketebalannya tidak kurang dari 2.500 meter,
Batuan malihan (metamorf) sebagian besar tersusun dari sekis dan sedikit
geneis, mineralnya yang terlihat adalah glaukofan, garnet, epidot, mika dan
klorit. Batuan malihan ini umumnya berfoliasi miring ke arah Timurlaut, sebagian
terbreksikan dan tersesarkan naik ke arah Baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 2.000 meter dan bersentuhan sesar dengan batuan sekitarnya,
Lasitae.
kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal,
diorit dan lempung. Himpunan batuan ini mendaun, umumnya miring ke arah
Timurlaut dan tersesarkan naik ke arah Baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 1.750 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan
27
Formasi Balangbaru merupakan tipe sedimen flysch yang tersusun dari
menunjukkan umur Kapur Akhir, formasi ini tebalnya sekitar 2.000 meter,
tertindih secara tidak selaras oleh formasi batuan yang lebih muda.
paralaks sampai laut dangkal, ketebalan formasi ini tidak kurang 400 meter,
tertindih selaras oleh Formasi Tonasa dan menindih tak selaras Formasi
Balangbaru.
fosil Moluska dan Foraminifera yang menunjukkan umur Eosen Awal sampai
Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan neritik, tebal formasi ini tidak
kurang dari 3.000 meter, menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih
tak selaras batuan Formasi Camba, diterobos oleh batuan beku (trakhit, diorit, dan
dasit).
28
dan batulempung, umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat, tebal
perlapisan (4 - 100) cm, tufanya berbutir halus hingga lapilli, mengandung fosil
Foraminifera kecil yang menunjukkan umur Miosen Tengah sampai Miosen Atas
dan diendapkan dalam lingkungan neritik, formasi ini tebalnya sekitar 5.000
meter, menindih tak selaras Formasi Tonasa dan Formasi Mallawa, diterobos
batuan sedimen laut; breksi gunungapi; lava; konglomerat gunungapi dan tufa
yang berbutir halus sampai lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batugamping dan
napal. Batuan ini bersusunan andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan,
sill dan stock bersusunan basal dan andesit. Berdasarkan kandungan fosil dan
sebagian besar diendapkan dalam lingkungan laut neritik sebagai fasies gunungapi
Formasi Camba, menindih tak selaras Formasi Mallawa dan Tonasa, sebagian
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa, pejal dan sarang, berbutir
Foraminifera dan sedikit Moluska dan koral yang diperkirakan berumur Miosen
Tengah. Batuan Intrusi terdiri dari dasit, diorit, trakhit, basal, dan andesit berupa
29
perbukitan-pegunungan, umurnya diperkirakan Miosen Atas dan mengintrusi
Struktur geologi daerah penelitian terdiri atas: perlipatan, sesar dan kekar.
sesar sungkup yang terjadi pada batuan ultrabasa, melange dan metamorf terjadi
pada Kapur Atas. Sesar normal, dan sesar geser terjadi oleh karena adanya gaya
mendatar yang berarah Barat-Timur, pada kala Miosen Tengah sampai Pliosen
Atas.
Kekar terbuka yang saling memotong dengan intensitas tinggi dijumpai pada
30
batuan ultrabasa dan metamorf serta batuan Formasi Balangbaru, sedangkan yang
intensitas rendah sampai sedang dijumpai pada batuan yang berumur Tersier.
Pulau Sulawesi, yaitu struktur sesar Walanae, searah dengan sesar geser Palu
Koro di Sulawesi Tengah. Sesar Walanae terbagi dua yaitu sesar Walanae Barat
dan sesar Walanae Timur yang terbentuk pada Kala Plio – Plistosen.
memanjang dari utara ke selatan pada Lengan Sulawesi bagian barat. Struktur
Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai Kala Pliosen.
Menurunnya Terban Walanae dibatasi dua sistem sesar normal, yaitu sesar
Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar
bagian selatan, sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi yang merata dari
selatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut
gunungapi masih dapat dia amati di daerah sebelah barat ini, suatu tebing
31
Sesar utama yang berarah Utara – Baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah,
dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan yang berarah hampir sejajar
mendatar berarah kira-kira Timur Barat pada waktu sebelum akhir Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang mengsesarkan
dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian Timur Lembah Walanae dan di
III.2.1 Geomorfologi
proses geomorfologinya.
Maka daerah penelitian di bagi atas satu satuan bentang alam yaitu :
32
III.2.1.1 Satuan Bentangalam Pedataran Pantai
keseluruhan lokasi penelitian, dengan luas satuan ini sekitar 1145 m2. Penyebaran
satuan bentangalam ini berada pada bagian timur daerah penelitian yaitu di daerah
Pantai Lumpue.
daratan dan sangat dikontrol oleh proses alamiah di laut yaitu angin (wind), arus
(Current) dan gelombang (Wave) yang terjadi secara terus menerus (van Zuidam
1985). Aksi alamiah antara angin, gelombang dan arus akan menimbulkan dua
pengaruh yaitu yang bersifat destruktif dan konstruktif. Destruktif yaitu yang
bersifat menghancurkan seperti abrasi oleh arus dan gelombang dan kostruktif
(Thornburry, 1969).
3)% dan relatif sangat landai, beda tinggi antara (0 – 4) meter. Maka berdasarkan
parameter di atas maka relief daerah ini termasuk dalam topografi berupa
genetik berupa jenis erosi yang terjadi yaitu abrasi yang merupakan proses erosi
yang dikontrol oleh aksi alamiah angin, arus dan gelombang. Proses abrasi yang
33
Proses sedimentasi yang terjadi berupa pengendapan material pasir
yang bersortasi baik dan endapan lumpur, Sedimentasi yang terjadi berasal dari
daratan dan diangkut oleh mekanisme transportasi oleh arus sungai menuju ke laut
dan kemudian mengalami proses pengerjaan kembali oleh aksi alamiah laut
berupa angin, arus dan gelombang hingga menghasilkan material pasiran dengan
III.2.1.2 Sungai
34
Pembahasan mengenai sungai atau aliran permukaan pada daerah penelitian
penelitian termasuk dalam aliran external, yaitu aliran air yang mengalir di
Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai maka jenis sungai pada
daerah penelitian berupa Sungai Normal ini merupakan sungai yang mempunyai
debit aliran tetap tidak dipengaruhi oleh musim kemarau atau penghujan. Jenis
sungai seperti ini berkembang pada daerah penelitian yaitu pada sungai yang
Foto 3.3. Sungai yang langsung bermuara ke pantai lumpue (x arah aliran
sungai) di foto relatif ke arah selatan.
III.2.2 Stratigrafi
35
Pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah penelitian
didasarkan pada litostratigrafi tidak resmi, yang bersendikan pada ciri fisik yang
dapat diamati di lapangan, meliputi jenis batuan, keseragaman gejala litologi, dan
urutan satuan batuan yang menerus, serta dapat terpetakan pada sekala 1 : 25.000
batuan – batuan hasil proses sedimentasi dan erupsi gunung api hal ini
lithostratigrafi tidak resmi, maka pembagian satuan daerah penelitian dari muda
a. Satuan alluvial
b. Satuan Trakit
Pembahasan dan uraian dari urutan satuan stratigrafi daerah penelitian dari
1. Dasar penamaan
litologi dan batuan yang penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini
36
secara lateral dimana litologi yang paling dominan pada satuan ini yaitu lava trakit
. Berdasarkan hal tersebut maka penamaan satuan ini yaitu satuan basal.
2. Penyebaran Satuan
daerah penelitian atau sekitar 145 m2. Satuan ini menempati daerah di sebelah
utara daerah penelitian . Singkapan satuan batuan ini dijumpai dalam kondisi
segar pada daerah pantai lumpue sampai ketinggian 50 meter. Secara umum
3. Ciri litologi
kehitaman.
batuannya menunjukan struktur aliran ditandai dengan bentuk yang berupa blok-
37
Foto 3.4. singkapan trakit pada stasiun 1 yang menunjukkan kenampakan aliran (layer)
di daerah pantai lumpu difoto relatif kearah utara.
mendasari bahwa satuan batuan daerah penelitian ini merupakan batuan beku
umumnya berwarna putih keabu-abuan, dalam kondisi lapuk berwarna coklat tua,
mineral berupa biotit dan mineral gelas yang tidak bisa dikenali secara
38
4. Umur dan Lingkungan Pembentukan
batuan pada formasi Parepare vulkanik yang didasarkan pada kesamaan litologi
dan penyebaran geografis batuan secara lateral. Menurut Sukamto (1982) batuan
dicirikan dengan kondisi batuan yang umumnya tufa, konglomerat, breksi dan
Ciri – ciri litologi tersebut menujukan ciri yang sama dengan dengan
satuan batuan yang tersingkap pada daerah penelitian, demikian pula dengan
Maka berdasarkan hal tersebut satuan basal daerah penelitian termasuk dalam
penamaan satuan, penyebaran satuan, ciri fisik material, umur dan lingkungan
1. Dasar Penamaan
39
terbentuknya menunjukan bahwa material tersebut berasal dari proses erosi dan
2. Penyebaran Satuan
Penyebaran satuan ini berada pada bagian selatan daerah penelitian dan
dan lumpur yang merupakan hasil interaksi antara darat dengan laut. Material
pasir pada daerah berasal dari proses erosi material di tempat lain kemudian
mekanisme laut lalu diendapkan pada daerah pantai ini. Endapan lumpur ini
umumnya berada pada daerah muara sungai ke laut dan merupakan campuran
antara material lempung dengan air. Material batu yang berukuran bolder hingga
kerikil terbentuk merupakan material hasil abrasi di sekitar pantai dan belum
40
Foto 3.5. Endapan alluvial akibat proses erosi dan sedimentasi pada
sepanjang garis pantai lumpue difoto relatif ke arah utara.
dan Pantai (Qac) terdiri atas material lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di
material pasir, batu, lempung dan lumpur dan menyebar di sepanjang pantai.
daerah penelitian ini memiliki kesamaan dengan endapan alluvium danau dan
41
pantai (Qac). Berdasarkan kesamaan tersebut maka satuan alluvial pantai darah
penelitian dikorelasikan dengan Qac yang berumur Holosen dan terendapkan pada
daerah pantai.
5. Hubungan stratigrafi
42