GEOLOGI
2.1.1. Geomorfologi
batuan, struktur dan sejarah geologi yang berbeda satu sama lain. Daerah
PT.BASTEMINDONESIA
8
Di bagian pesisir timur yang berbatasan dengan Teluk Bone merupakan
2.1.2. Litologi
batuan tertua yang dijumpai di daerah ini adalah Formasi Latimojong (Tkl)
yang berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi
ini telah termetamorfisme terdiri dari filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit
dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock
Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja (Tet) dan Tersier
Eosen Toraja Limestone (Tetl) yang berumur Eosen terdiri dari serpih,
Lamasi (Tolv) yang berumur Oligosen, terdiri dari aliran lava bersusunan
Tmb dan Tmpss yang terdiri dari napal dan sisipan batugamping yang
breksi yang berumur Miosen Bawah hingga Miosen Tengah. Di tempat lain
PT.BASTEMINDONESIA
9
diendapkan satuan batuan Tmc yang terdiri dari konglomerat, meliputi
sedikit batupasir glaukonit dan serpih. Ketebalan satuan batuan ini antara
dengan satuan batuan Tmpl yang terdiri dari lava yang bersusunan
piroksin dan andesit trakit serta felspatoid. Kelompok satuan batuan ini
1000 meter.
Akhir dan yang kedua berumur Pliosen. Di daerah Palopo Granit berumur
PT.BASTEMINDONESIA
10
menerobos batuan gunungapi Walimbong yang berumur Mio-Pliosen,
terdapat terumbu koral (Qal) menempati daerah pesisir timur dan barat,
daerah ini berbatasan langsung dengan laut serta daerah di sekitar Danau
sampai sekarang.
2.1.3. Struktur
kerak bumi yang disebabkan oleh gerak lempeng Australia dan Hindia ke
Asia dan Selama Paleogen dan Neogen Awal, daerah ini merupakan
PT.BASTEMINDONESIA
11
Secara regional orogenesa pada Pulau Sulawesi mulai
Sulawesi Timur dimulai pada Kapur Akhir atau Awal Tersier. Perlipatan
Miosen Tengah pada Lengan Timur Sulawesi dan dibagian tengah dari
aktifitas vulkanik terjadi pada Lengan Utara dan Selatan (Sukamto, 1975).
tengah dan sedikit kearah timur yang berbatasan dengan bagian barat dari
orogenesa sebelum Intra Miosen mungkin terjadi dua kali, yaitu sebelum
dan sesudah Eosen. Orogenesa Larami terjadi pada Kapur Akhir hingga
PT.BASTEMINDONESIA
12
terhenti dan disusul oleh terbentuknya sesar bongkah yang menyebabkan
terban maupun sembul. Perlipatan yang kuat diikuti oleh sesar sungkup
yang terjadi pada Miosen Tengah pada bagian tengah dari Mandala
PT.BASTEMINDONESIA
13
timurlaut-baratdaya. Sesar-sesar mendatar yang dimaksud adalah Sesar
dominan adalah Sesar Naik Makale di bagian baratdaya dan Sesar Anjak
1974).
PT.BASTEMINDONESIA
14
2.1.4. Alterasi
Mio Oz (Querubin and Walters 2012). Alterasi batuan samping pada Awak
Mas terdiri atas 3 tipe yaitu kuarsa - serisit - pirit (serisitisasi), albit - serisit
dimana L > 50%, dengan temperatur urat kuarsa sekitar 194 derajat
2.1.5. Mineralisasi
Latimojong) berumur Kapur Atas dan batuan granit (Djuri dan Sudjatmiko,
1974).
PT.BASTEMINDONESIA
15
Adam Marnas,ST dengan nomor keanggotaan IAGI : 3127 sekaligus
Asrijal,ST, Saktiawan, Andi Rifan dan Indah Marsyam serta Hasbi dan
aliran, tipe genetik sungai, stadia sungai dan daerah. Pengambilan data
litologi terdiri dari dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri litologi,
Pengambilan data struktur terdiri arah dan jumlah kekar, jenis perlipatan
dan ciri-ciri sesar di lapangan dan pengambilan data bahan galian yang
bernilai ekonomis dari semua data geologi yang telah didapat di lapangan,
diolah dan dianalisi, maka akan dibuatkan sejarah geologi dari lokasi
penyelidikan.
PT.BASTEMINDONESIA
16
tanah dan kerikil. Kemudian, rendam ayakan berisi kerikil itu di dalam air.
Pastikan gerakan Anda tidak terlalu kuat, sehingga isi ayakan tumpah ke
melarutkan material halus seperti debu maupun tanah liat. Pada proses
ini, akar-akaran juga mungkin akan naik ke permukaan ayakan. Pada fase
ini, pastikan semua kotoran, debu, dan tanah liat disingkirkan dari
2.2.3. Geomorfologi
satuan morfologi dan analisis sungai, yang terdiri dari klasifikasi sungai,
penentuan pola aliran sungai, tipe genetik dan stadia sungai, serta
PT.BASTEMINDONESIA
17
yang dibentuk oleh proses-proses alami yang memiliki karakteristik
stadia, jenis litologi serta pengaruh struktur geologi atau tektonik yang
bumi yang dipengaruhi oleh dua proses utama yakni proses endogen dan
eksogen.
PT.BASTEMINDONESIA
18
Zuidam (1983) dalam Hindartan dan Handayana (1994) yang dapat
Tabel 1. Klasifikasi relief berdasarkan pada besar sudut lereng dan beda
tinggi Van Zuidam (1983) dalam Hindartan dan Handayana
(1994).
SUDUT
SATUAN RELIEF BEDA TINGGI
LERENG
Bergelombang/Miring 8 % - 13 % 25 m – 75 m
berikut:
PT.BASTEMINDONESIA
19
6. Bentangalam asal eolian
denudasional).
Selatan daerah eksplorasi. Daerah yang termasuk dalam satuan ini adalah
Buntu Benteng Baru (637m),Buntu Poton (812 m), Buntu Solongan (698),
Salu Tiba, Salu Bekak, Salur Sarean, Salu Lengkong Sawah, Bekak,
Zuidam, 1983 dalam Hindartan dan handayana, 1994), yang dicirikan oleh
relief dengan nilai kelerengan berkisar 56% sampai 140 % dengan beda
PT.BASTEMINDONESIA
20
tinggi berkisar antara (500 - 800) meter. Batuan yang menyusun satuan
batuan baik secara fisik, kimia dan biologi, sehingga batuan menjadi
Tingkat
Tebal Soil (cm)
Pelapukan
< 50 Rendah
dicirikan dengan:
rendah.
PT.BASTEMINDONESIA
21
- Adanya kenampakan tekstur batuan induk yang masih nampak, akan
rendah, bila diremas terasa sedikit butiran keras, tebal soil antara 50
sedang.
sama bahkan berbeda jauh dari batuan induknya, tebal soil lebih besar
tinggi.
tinggi. Erosi atau tingkat pengikisan ditentukan oleh jenis batuannya, iklim,
pada tabel 3 dan tabel 4. Proses erosi yang dominan bekerja pada satuan
ini berupa erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur (rill, gully dan
adanya sheet erosion. Erosi alur yang bekerja umumnya berupa rill, gully
PT.BASTEMINDONESIA
22
Tabel 3. Penentuan tingkat erosi berdasarkan horison tanah/ sheet
erosion (van Zuidam, 1985).
PT.BASTEMINDONESIA
23
Foto 1. Kenampakan satuan pegunungan terjal denudasional
PT.BASTEMINDONESIA
24
Erosi alur kecil (riil erosion) dan erosi alur sedang (gully erosion)
umumnya dijumpai pada lereng sebelah barat Buntu Bekak dan lereng
yang menyerupai huruf “V”, dapat disimpulkan bahwa erosi yang bekerja
dari massa batuan atau material hasil gerakan tanah yang berlangsung di
atasnya.
dan rock fall. Ditinjau dari aspek pemanfaatan tata guna lahan, daerah
2. S u n g a i
Tarra, Salu Paraga, Salu Sarean, Salu Bua dan Salu Bekak. Pembahasan
A. Klasifikasi Sungai
terjadi hujan yang deras dan beberapa hari setelah terjadi hujan.
penghujan.
PT.BASTEMINDONESIA
26
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka jenis sungai yang terdapat
tergantung oleh keadaan musim, dimana pada musim hujan volume airnya
1969).
ruang (Thornbury, 1969). Pola aliran pada suatu daerah dikontrol oleh
proses geologi kuarter. Pola aliran sungai aliran ini sangat dikontrol
batuan.
batuan homogen dan telah dipengaruhi oleh struktur geologi pada suatu
bahwa pola aliran sungai yang berkembang pada daerah penelitian adalah
PT.BASTEMINDONESIA
27
Foto 4. Sungai Bekak yang memperlihatkan bentuk lembah “V”,
yang menunjukkan erosi vertikal yang dominan.
disusun oleh batuan beku, maka tipe genetik sungai yang ada di daerah
PT.BASTEMINDONESIA
28
D. Stadia Sungai
dengan melihat pola dan bentuk-bentuk lembah sebagai hasil kerja aliran
sungai. Dalam hal ini untuk penentuan stadia sungai, parameter yang
secara vertikal dan secara lateral, derajat gradien sungai, dan bentang
dewasa dicirikan oleh derajat erosi vertikal yang seimbang dengan derajat
erosi lateral, sedangkan sungai berstadia tua dicirikan oleh derajat erosi
menunjukkan bahwa derajat erosi vertikal yang lebih dominan dari erosi
PT.BASTEMINDONESIA
29
Foto 5. Kenampakan Sungai Sarean yang memperlihatkan
adanya point bar dan chanel bar, bentuk lembah “U”,
sebagai penciri stadia sungai dewasa.
3. Stadia Daerah
lanjutan yang dialami oleh daerah ini mulai dari saat terangkat hingga
terjadi perataan. Hal ini terlihat dari tingkat erosinya, yang ditentukan oleh
lembah yang relatif curam, sungai-sungai yang relatif masih lurus, erosi
dan bute, sungai yang mengalami erosi lateral, bermeander dengan “point
PT.BASTEMINDONESIA
30
bar” dan sungai yang bercabang. Stadia tua dicirikan oleh permukaan
yang relatif datar, aliran sungai yang tidak berpola, sungai berkelok-kelok
dengan meander dan “point bar” yang luas, endapan aluvial disepanjang
tubuh sungai, danau tapal kuda (ox bow lake), dan litologi yang relatif
erosi vertikal lebih dominan dari erosi lateral. Sementara pada bagian
menjelang dewasa.
menjelang dewasa.
pada ciri-ciri litologi dan dominasi batuan yang teramati di lapangan serta
PT.BASTEMINDONESIA
31
dapat terpetakan dalam sekala 1 : 25.000 (Sandi Stratigrafi Indonesia,
1996).
berikut:
1. Satuan Basal
PT.BASTEMINDONESIA
32
bentuk mineral anhedral, komposisi mineral terdiri dari mineral gelas,
bantal yang terdapat pada satuan batuan ini sebagai penciri batuan
ekstrusif.
PT.BASTEMINDONESIA
34
Penentuan umur dari satuan ini ditentukan berdasarkan data - data
lapangan dan dari analisis petrografis diperoleh nama batuan Basal hal
yang berumur lebih tua, yakni satuan serpih adalah kontak lelehan,
3.2.5. Struktur
PT.BASTEMINDONESIA
35
yang selanjutnya mengacu pada konsep-konsep dasar mekanisme
1. Struktur Kekar
: “shear joint”, “tension joint” dan “release joint” (Davis, 1984). Sedangkan
stasiun 10 pada basal di Salu Sarean (Tabel 4.3 dan 4.4) dan di stasiun
Salah satu metode dalam penentuan arah-arah gaya yang bekerja dan
PT.BASTEMINDONESIA
36
di daerah eksplorasi pendahuluan adalah dengan melakukan analisa data
Hasil analisis kekar gerus pada lokasi pengukuran yaitu pada stasiun 2
2. Struktur Sesar
sesar, penyebaran breksi sesar, zona hancuran, striasi, gawir sesar, serta
PT.BASTEMINDONESIA
38
sungai secara tiba-tiba, selanjutnya dihubungkan dengan arah tegasan
pada daerah penelitian terdiri dari sesar geser Totabaro, sesar geser
melewati daerah Bekak, Totabaro, Buntu Benteng Baru dan Salu Sarean
b. Adanya breksi sesar pada basal yang dijumpai pada aliran Salu
PT.BASTEMINDONESIA
39
Foto 12. Kenampakan breksi sesar pada satuan Basal
di Salu Prapasuan
baratdaya. Sesar geser ini melalui daerah Kamasi, Salu Sarean, Salu
sebagai berikut:
a. Adanya breksi sesar satuan basal dijumpai pada daerah Salu Sarean
PT.BASTEMINDONESIA
40
Berdasarkan pengamatan lapangan, interpretasi peta topografi dan
hasil pengukuran arah tegasan utama yang relatif berarah utara timurlaut-
baratdaya. Jalur sesar ini melewati aliran Salu Tiba. Indikasi sesar geser
a. Adanya breksi sesar pada batuan beku basal yang dijumpai di Salu
Tiba.
satuan basal
hasil pengukuran arah tegasan utama yang relatif berarah Utara timurlaut-
satuan basal.
PT.BASTEMINDONESIA
41
Penafsiran umur dari struktur geologi yang dijumpai di daerah
termuda yang dilewati struktur tersebut. Satuan batuan yang dilewati oleh
struktur geologi daerah penelitian antara lain satuan basal yang berumur
(breksi sesar, cermin sesar, zona hancuran, striasi, drag fault dan air
dari terbentuknya struktur kekar, baik kekar gerus maupun kekar tarik dan
3.2.6. Alterasi
tinggi dan vegetasi yang lebat yang menutupi singkapan batuan. Tipe
alterasi ini dijumpai tersebar luas pada breksi vulkanik yang dicirikan
dengan penggantian mineral biotit menjadi klorit atau epidot. Type alterasi
argilik dan filik tidak di jumpai pada lokasi eksplorasi. Kemungkinan kedua
type alterasi ini penyebarannya tidak terlalu luasataupun sudah lapuk dan
tertutup oleh endapan recent. Adapun type Alterasi yang dijumpai di derah
1. Propilik/kloritisasi
Zona laterasi ini meliputi daerah yang Bulu Kuse, pada WIPU PT
Babtem Indonesia terletak pada daerah bagian barat. Ciri dari zona
berwarna hijau akibat pergantian biotit oleh klorit. Selain itu batuan
karbonat. Pengkayaan mineral pada zona ini tidak terlalu tinggi. Pirit
umum dijumpai dalam bentuk pirit halus yang tersebar pada rekahan
ini.
PT.BASTEMINDONESIA
43
Pada bataun breksi vulkanik, mineralisasi umumnya dijumpai pada
Kekar tersebut terisi oleh mineral alterasi yang kadang ikut membawa
PT.BASTEMINDONESIA
44
Foto 14. Batuan yang mengalami alterasi kloritisasi
3.2.7. Mineralisasi
tenggara hingga timur laut. Ketebalan urat silica tersebt bervariasi abtara 1
PT.BASTEMINDONESIA
45
Foto 15. Kenampakan bentuk mineralisasi dalam bentuk vein kuarsa
di Salu Bekak
PT.BASTEMINDONESIA
46