TINJAUAN PUSTAKA
Hipotesis yang diajukan adalah Utara, Lempeng Pasifik di Timur dan Lempeng Hindia-
sebagai berikut Australia di Selata. Kawasan ini yang merupakan pusat, tektonik
geomorfologi dan segmen kini, terutama disebabkan karena tidak hanya sulitnya
bagaimanapun juga berbagai model geologi yang aktual berdasarkan aspek data
struktur geologi, diusulkan sedikit demi sedikit mendekatkan para pakar morfotektonik,
dan morfometri di DAS Jenelata geologi pada pemahaman tatanan tektonik kawasan
Lengkese. Hasil pengolahan data dari tiga parameter Indonesia Timur khususnya pulau
geomorfologi DAS diteliti, karena wilayah ini dari segi tektonik merupakan Jenelata
Lengkese. Secara spesifik bagian kontinen Sunda yang adalah bergabung dengan
tektonik merupakan pecahan dari Papua dan Australia, Geologi regional adalah studi
geologi dari suatu daerah dalam skala besar, biasanya penelitian itu mencakup
beberapa disipplin geologi seperti geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi suatu
daerah. Geologi regional terdiri dari tiga pembahasaan, yaitu (Massinai, 2012):
2.1.1 Geomorfologi
yaitu; lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara, lempeng Pasifik yang
bergerak ke arah barat dan lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara
serta lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng Filipina. Proses tumbukan keempat
lempeng tersebut menyebabkan Pulau Sulawesi memiliki empat buah lengan dengan
(Sompotan, 2012).
Daerah Tana Toraja ini termasuk lengan selatan Sulawesi Selatan yang secara
fisiografi terbagi dua bagian yaitu lengan Selatan bagian Utara dan lengan Selatan
bagian Selatan. Lengan Selatan bagian Utara meliputi daerah poros Tenggara Barat
Laut yaitu Palopo sampai ke pantai Barat muara Sungai Karama dan Cekungan Tempe
pada sisi yang lain, kemudian dilanjutkan dengan proses Tenggara-Barat Laut dari
muara Sungai Cenrana melalui Danau Tempe sampai muara Sungai Sa’dan. Bagian
utara dari lengan selatan merupakan daerah pegunungan yang memanjang antara
Gunung Kalondo, Gunung Sesean, dan Gunung Karua. Daerah penelitian termasuk
dalam satuan pedataran tinggi yang terletak di bagian tengah mengarah ke timur,
tepatnya di Sangkaropi. Penyebarannya mengikuti dataran banjir sungai Sa’ dan, diapit
lereng antara 0o-10o, lapisan penutup berupa soil hasil residual batuan sekitar dan hasil
dan hanya sebagian kecil yang merupakan pedataran dan lembah sempit. Daerah Tana
Toraja berada pada ketinggian sekitar 600–2600 meter dari permukaan laut. Letak
topografi daerah ini dikontrol oleh jenis batuan, struktur geologi dan proses geologi
muda seperti erosi dan pelapukan. Daerah perbukitan dan pegunungan dikontrol oleh
batuan yang kompak dan resisten dan topografi karst yang penyebarannya sempit
mengikuti kontak sesar. Pada perbukitan yang disusun batuan sedimen piroklastik,
tidak begitu terjal dan relatif tumpul akibat proses eksogen aktif berupa erosi yang
Kapur sampai Kuarter, yang terbagi atas 15 unit batuan, baik metamorf, beku,
vulkanik, maupun sedimen. Struktur geologinya bervariasi, dengan arah umum utara-
selatan, timur laut-barat daya, dan barat laut-tenggara (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).
kaitannya dengan akses dari keterdapatan mineral logam yang disusun oleh batuan
vulkanik. Tingkat pelapukan yang cukup tinggi, menyebabkan vegetasi menjadi rapat.
wilayah Kecamatan Sa’dan merupakan daerah perbukitan sedang sampai terjal 45% –
pegunungan tertinggi antara lain pada Buttu Sambaru berada di bagian utara daerah
sangkaropi.(Irfan.dkk, 2009).
Terendapkan pada batuan piroklastik yang terdiri dari tufa hijau, tufa lapilli, breksi dan
lava. Aktifitas mineralisasi dan ubahan hidrotermal membentuk tiga zona yaitu ; 1)
zona ubahan silisifikasi, membentuk himpunan mineral kuarsa-mineral bijih. 2)
Endapan sulfida pada tubuh bijih di daerah sangkaropi terdiri dari tiga tipe yaitu
bijih masif, bijih fragmental, dan stokwork. Mineral bijih secara umum terbagi atas
mineral hipogen dan mineral supergen. Mineral hipogen terdiri dari pirit, pyrrhotit,
tetrahedral, kalkopirit, sfalerit, galena; sedikit bornit dan kalkosit, serta mineral oksida
membentuk mineral kovelit, malakit dan azurit. Hematit merupakan hasil oksida
abu-abu tua sampai muda, masif dan faneritik, mengandung urat-urat kuarsa,
2. Breksi tufa-andesitik; terutama terdiri dari tufa andesitik, breksi dan tufa lapilli yang
berinterkalasi dengan tufa pasiran, tufa halus, batulempung atau batulumpur, dan
3. Batuan dasit; berwarna hijau, teralterasi, dan terdistribusi di bagian atas breksi tufa
4. Tufa asam; tersusun atas tufa asam, breksi tufa, breksi dan lempung, yang
berwarna abu-abu sampai hijau muda, feneritik. Breksinya tersusun oleh fragmen-
8. Lava andesitik dan piroklastika; terutama tersusun oleh lava andesitik dan
piroklastika. Lava andesitik berwarna hijau dan masif. Batuan piroklastika andesitik
tersusun oleh breksi volkanik dengan sejumlah kecil lempung dan batuan
tersilisifikasi.
Sungai-sungai yang ada berupa sungai besar maupun kecil. Di bagian barat sungai
terbesar adalah Sungai Saddang, sedangkan di bagian timur adalah Sungai Lamasi.
struktur. Struktur yang berkembang pada daerah ini berupa sesar normal dan pada
Daearah Sulawesi ini dapat dibagi mejadi tiga Mandala Geologi, yaitu Mandala
Sulawesi Barat, Mandala Sulawesi Timur serta Mandala Banggai Sula. Daerah Tanah
Secara umum stratigrafi daerah Tana Toraja tersusun oleh beberapa jenis
batuan seperti batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan batuan
metamorf yang berumur kuarter – tersier. Ketebalannya belum dapat diketahui sebab
adanya pengaruh metamorfisme yang kuat pada batuan sehingga terjadi perlipatan
yang rumit. Umur batuan tersebut berumur Kapur, serta termasuk dalam Formasi
dan tertindih tidak selaras oleh Batuan Gunungapi Lamasi (Toml) yang terdiri atas
batuan gunung api, sedimen gunung api dan Batugamping yang berumur
Batugamping (Tomc), tertindih selaras oleh Formasi Riau (Tmr) yang terdiri atas
Batugamping dan napal. Formasi Riau berumur Miosen Awal-Miosen Tengah, tertindih
tidak selaras dengan Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan Gunungapi Talaya (Tmtv).
Formasi Sekala terdiri dari Batupasir hijau, napal, dan Batugamping yang bersisipan
Gunungapi Talaya terdiri atas Breksi, lava, dan Tufa yang bersusunan Andesit-Basalt
dan mempunyai Tufa Beropa (Tmb). Batuan Gunungapi Talaya berhubungan dengan
berbagai jenis batuan berupa material sedimen, material vulkanik , dan batuan beku,
serta batuan yang termetamorfisme, dengan umur yang berbeda beda ,secara
stratigrafi pada daerah Sangkaropi dapat dibagi atas beberapa satuan litologi, yaitu
(Tappi, 2013):
terdiri dari bongkah, kerikil, dan pasir. Satuan ini berada pada daerah
2. Satuan batuan Breksi Tufa, Satuan ini dicirikan oleh kenampakan fisik
dari batuan tersebut, batuan ini tersingkap serta disisipi oleh batulanau dan
penelitian.
4. Tufa andesit – Breccia, Batuan ini terdiri dari tufa andesit, breksi dan tufa
lapili yang berhubungan dengan tufa pasiran, tufa halus, batulempung atau
5. Batuan Dasit, Berwarna hijau dan merupakan alterasi dan dihasilkan oleh
6. Tuff, Terdiri dari acidic tuff, brkesi tufa, breksi dan lempung yang berwarna
abu-abu sampai hijau terang dengan tekstur phaneritik. Breksi disusun oleh
7. Andesit piroklastik dan Lava, terdri dari lava andesit dan pyroklastik. Lava
Riolit dan Lava, Struktur massive dan terdiri dari tufa riolit sampai tufa
kecoklatan.
Selatan pulau Sulawesi secara struktur menjadi dua bagian, yaitu lengan Utara bagian
Selatan dan lengan Selatan bagian Selatan. Struktur di lembar Tana Toraja adalah
sesar normal dan sesar naik yang berarah utama timur – selatan barat daya, barat
timur dan barat laut – selatan menenggara. Pada kala Miosen Bagian Tengah – Miosen
akhir Bagian atas terjadi tektonik disertai kegiatan gunung api yang menghasilkan
batuan gunungapi Talaya, Tufa Barufu. Batuan gunung api Talaya tersusun oleh
andesit – basalt yang keatas susunannya berubah menjadi leucit basalt hingga
terbentuk batuan gunung api Adang. Pada kala Miosen Tengah Bagian akhir kegiatan
gunung api di sertai terobosan batholit granit Mamasa dan Granit Kambuno menerobos
batuan yang lebih tua dan membawa larutan hidrothermal yang kaya akan bijih sulfida
tembaga di Sangkaropi dan Bilolo, disertai pengangkatan dan pensesaran berupa sesar
turun dam sesar naik berarah timur laut – selatan barat daya. Sejak plistosen akhir
daerah ini diduga daratan sampai terjadi aktivitas gunung api yang menghasilkan tufa
(Bemmelen, 1942).
Adapun struktur geologi yang terdapat pada daerah sangkaropi adalah berupa
struktur sesar normal, dimana penciri dari sesar normal tersebut adalah ditemukannya
mata air berupa air terjun tepatnya pada daerah Buntu Pongpatora. Dan hal inilah
yang menyebabkan terjadinya proses mineralisasi pada daerah ini (Inze, 2013).
2.2 Mineral
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral
dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah,
atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa mineral tersebut dapat
mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga
memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Beberapa jenis mineral
memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari
dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur
mineral batuan dengan fluida hidrotermal yang mengandung berbagai macam unsur.
Unsur-unsur ini berasal dari uap magma yang berasosiasi dengan aktivitas magma
yang bergerak menuju rekahan-rekahan batuan akibat dari kontrol struktur geologi,
seperti aktivitas tektonik. Mineral sulfida memiliki banyak jenis tergantung dari
mineral induk (mineral batuan) yang dilalui oleh fluida hidrotermal. Jenis-jenis
pirhotit, sinnabar, molibdenit, galena, millerit, stanit, stibnit, sfalerit, cobaltit dan
alamdalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Pemanfaatan cebakan mineral
sulfida dengan mengekstrak bijih menjadi komponen bernilai ekonomi yang dapat
terdiri dari logam, bahan kimia dan bahan baku untuk industri lain (Suprapto, 2012).
Pirit terbentuk di sekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur
yang tinggi. Proses mineralisasi terjadi pada tempat - tempat keluarnya atau sumber
Mineral (bijih) sulfida sangat penting sebagai sumber bahan tambang. Mineral
logam utama yang banyak ditemukan adalah tembaga, nikel, timah, dan seng,
berasosiasi dengan kalkopirit, bornit, molibdenit, pirit, pirotit, galena, dan sfalerit
(Zulfitrah, et al., 2018).
Setiap jenis mineral terbentuk, terdapat dan dapat berasosasi dengan mineral
lain ditentukan dari susunan, rumus bangun dan komposisi kimianya. Telah diketahui
bahwa mineral dapat terbentuk dalam lima sistem/mekanisme kristalisasi; yaitu sistem
magmatik, sistem air permukaan dan bawah permukaan, sistem hidrotermal, sistem
menentukan sifat-sifatnya, meliputi sifat fisik, sifat kimia dan sifat optis mineral
(Mulyaningsih, 2018).
Sifat fisik mineral adalah kenampakan fisik mineral yang dapat diamati tanpa
menggunakan bantuan alat. Sifat fisik mineral meliputi warna, cerat, perawakan,
bentuk, kilap, kekerasan dan berat jenis. Sifat fisik mineral umumnya dapat dikenali
pada tubuh mineral yang berukuran makro, sedangkan untuk mineral yang berukuran
mikro akan lebih sulit dikenali, tanpa bantuan alat pembesar. Sifat fisik mineral
lingkungan geologi di mana mineral tersebut terbentuk (pada kondisi oksidasi atau
reduksi), asosiasi mineral tersebut dengan mineral yang menyertainya, dan mekanisme
pembentukannya.
a. Warna Mineral
Warna mineral adalah warna yang ditunjukkan oleh mineral secara fisik,
setelah kristalisasinya, oleh unsur yang lain, maka warnanya bervariasi. Jenis
Kalsedon adalah mineral silikat dengan komposisi SiO2; merupakan salah satu
anggota dari kelompok kuarsa. Kalsedon dicirikan oleh warna coklat susu
kristal kuarsa yang sangat halus. Hal itu yang menyebabkan kalsedon ini
memiliki warna yang tidak sama dengan warna dasarnya. Ortoklas pegmatik
berwarna pink tidak tembus cahaya, sedangkan ortoklas dari sistem magmatik
mineral karena adanya penambahan suhu dan tekanan. Hal itu biasanya
berhubungan dengan proses intrusi dan atau pelelehan batuan sebagaian.
hasil lelehanya akan kontak dengan tubuh mineral atau massa batuan yang
b. Cerat
coklat tetapi warna ceratnya hitam, sulfur berwarna kuning dengan warna cerat
putih, pirit berwarna keemasan dengan warna cerat hitam, dan galena
dan ceratnya merah bata - merah kehitaman, kuarsa (white smoke) warna
perawakan dan ceratnya adalah putih, dan lain- lain. Warna cerat adalah
manifestasi dari perpaduan unsur kation dan anion yang menyusun mineral.
Sifat cerat ini diidentifikasi dengan cara menggoreskan mineral di atas benda
yang lebih keras; untuk mineral yang memiliki kekerasan kurang dari 7 dapat
macam, ada yang putih susu (onyx), tak berwarna transparant, ungu
(amethis), coklat (kalsedon), biru (blue saphir), merah dan lain-lain; namun
semua jenis kuarsa tersebut memiliki warna cerat yang sama yaitu putih. Apa
Beberapa mineral di alam juga sering memiliki sifat fisik yang hampir sama;
hematit mirip dengan magnesit, urat kalsit mirip dengan urat kuarsa, fluorit
mirip dengan apatit, pirit mirip dengan kalkopirit, ortoklas mirip dengan
bentuk dasar dari susunan / bangun mineral. Bentuk mineral dapat sama
mineral tidak sempurna maka tidak akan memiliki bentuk yang sama dengan
1. Dull / tanah / serbuk; yaitu mineral yang berbentuk serbuk atau tanah
lepas-lepas, contoh adalah talk dan mineral lempung yang lain, seperti
2. Kubik; yaitu bentuk kristal yang memiliki enam (6) sisi dengan luasan
kristal secara tabular seperti buku, a≠b≠c dan α=β=γ = 90o ; contoh
adalah nefelin.
mineralnya adalah filamen klorit (inklusi Cl) dalam kuarsa dan filamen
Warna amethis dibentuk oleh iradiasi unsur besi trivalen (Fe3+ ) pada
jel silika dengan jari-jari ionik yang besar. Beberapa geode amethis
d. Kilap
Kilap adalah refleksi mineral dalam menangkap sinar; ada dua jenis
kilap yaitu metalik dan non-metalik. Kilap metalik yaitu kilap yang
jika dikenai sinar. Kilap non metalik yaitu kilap kaca, kilap tanah (earthy),
kilap lilin, kilap mutiara, kilap sutra dan kilapnya mineral yang tidak
e. Kekerasan
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4·2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6 Orthoclase KAlSi3O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
f. Belahan Dan Pecahan
ada yang sempurna searah, dua arah dan tiga arah, kurang sempurna dan
tidak sempurna. Belahan sempurna seperti yang terlihat pada susunan batu
g. Pecahan
sekitar area yang dikenai tekanan tersebut sama di semua arah dalam mineral
permukaan tidak teratur disebut splintery atau fraktur tidak teratur; jika
meliputi unsur-unsur utama, unsur jejak dan unsur jarang (REE), sebagaimana yang
juga menyusun bumi (dari inti bumi, mantel bumi dan kerak bumi). Komposisi kimia
bumi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal bumi, seperti jatuhan meteorit, biokimia
dan hidrokimia permukaan bumi. Di samping faktor- faktor tersebut, komposisi kimia
mineral juga dipengaruhi oleh adanya perubahan volume, tekanan, energi, panas,
daya, entropi dan suhu. Energi adalah kapasitas dalam menghasilkan suatu
perubahan. Sedangkan panas, atau energi termal, hasil dari pergerakan secara acak
dari masing-masing molekul atau atom-atom dalam suatu sistem, disebut sebagai
energi kinetik. Daya dan panas adalah dua bentuk utama dari energi tersebut. Sifat
kimia mineral dipelajari melalui studi geokimia. Studi ini ditujukan untuk mengetahui
sifat-sifat kimia yaitu komposisi unsur mayor (utama), jejak (trace elements), unsur
atau alterasi dan pelapukan. Unsur-unsur utama yang menyusun mineral tersebut,
dikenal sebagai oksida mayor. Oksida mayor penyusun mineral dalam batuan terdiri
atas SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, MgO, TiO2, MnO, and P2O5. Karena sifat titik leleh
basalt dan gabro (basa) tinggi (900-1200 oC), unsur-unsur mayor yang terdapat
dalam batuan beku tersebut bersifat relatif immobile (tidak bergerak) pada zona
ubahan; sedangkan dalam granit atau riolit karena memiliki titik leleh rendah
(<650oC), maka relatif mudah bergerak. Unsur jejak yang terdapat dalam basalt atau
gabro cenderung kurang variatif dibandingkan dalam granit dan riolit. Unsur REE
yang bertekstur halus, yaitu batuan sedimen klastika seperti batulanau, napal,
batupasir dan matriks dan fragmen breksi dan konglomerat; pada batuan metamorf
yang terfoliasi dan tak-terfoliasi; pada batuan beku bertekstur afanitik; dan batuan
(lava dan intrusi dangkal). Sifat optis mineral juga ditujukan untuk mengidentifikasi
mineral-mineral seperti piroksen ortho dan olivin pada basalt; andesin, piroksen klino
dan horenblenda pada andesit; dan feldspar, kuarsa dan muskovit pada riolit dan
terkait dengan proses hidrotermal di lingkungan bawah laut. Endapan ini terjadi
sebagai lensa polymetallic masif sulfida yang terbentuk pada atau mendekati dasar
akumulasi mineral sulfida berlapis yang mengendap dari cairan hidrotermal di bawah
dasar laut dalam berbagai setting geologi dari masa terbentuknya hingga sekarang.
Adapun beberapa hal yang khas dari endapan VMS adalah: Endapan bijih dengan
kadar sulfida sangat tinggi (mencapai 95%) Kandungan barit dan anhidrit yang
dominan. Kandungan logam dasar mempunyai nilai ekonomis yang lebih besar
dasar laut yaitu di antara batas lempeng divergen di mana ophiolite berasosiasi
dengan endapan yang terbentuk akibat pemekaran lantai samudera (endapan Baie
bahwa endapan VMS umumnya terbentuk pada tektonik ekstensional dasar laut yaitu
lingkungan back arc basin pada tatanan busur vulkanik. Kedua pendapat tersebut
pada intinya sama. Terdapat pendapat lain juga yang mengatakan bahwa endapan
inilah yang membuat beberapa scientist untuk melakukan tes untuk memastikannya.
Dari hasil tes, tidak terlihat distribusi waktu pembentukan endapan yang berkisar
pada umur 3500 SM di Blok Pilbara-Australia. Hutcison mencatat bahwa umur
supracrustal, sehingga tidak termasuk dalam fenomena metalogenik serta dari area
keraguan bahwa aktifitas vulkanik dilaut dalam, berumur dan memilike tipe
petrokimia yang sama, ini sangat jelas terjadi distribusi sebagian pada endapan VMS.
2730 yang terjadi akibat sabuk vulkanik di Canadian Shield, tapi hanya 2 komposisi
sabuk vulkanik yang diketahui berumur sama dengan yang ada di Australia
(Franklin et al,1981).
struktur pada kebanyakan pada lapisan sulfida massif yang telah termetamorfosa dan
didasarkan pada endapan VMS telah terlihat pada zonasi dari kimia, mineralogi dan
tekstur bijih dan perubahan metasomatisme menjadi batuan induk dalam jalur
alterasi hidrotermal. Mineral logam lainnya, pirotit, magnetit dan bornit (jika ada)
cenderung untuk terkonsentrasi pada inti zona stockwork dan bagian tengah basalt
pada lapisan sulfida massif. Barit, umumnya terjadi dengan konsentrasi spalerit dan
galena yang paling tinggi pada zona paling luar dari lapisan sulfida massif. Pirit,
umumnya lebih dulu berada di sepanjang pola zonasi sulfida, cenderung untuk
mencapai bagian yang relatif maksimum dimana spalerit menjadi dominan daripada
magmatis dengan air laut menyebabkan tingginya kadar sulfida dan sulfat
massive sulfide tipe kuroko menimbulkan ketertarikan tersendiri untuk dikaji oleh
tersebut antara lain pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit. Selain itu, beberapa endapan
bijih tipe kuroko dapat memiliki kandungan mineral-mineral sulfida lainnya meskipun
dalam jumlah yang lebih sedikit seperti bornit, akantit, argentit, golongan tenantit-
Kajian tentang endapan bijih tipe koroko ini pada awalnya berkembang di
Jepang. Penelitian kuroko sendiri banyak dilakukan secara masif di Jepang pada
dekade 1960-an dan 1970-an. Tercatat hingga tahun 1974 saja sudah lebih dari 800
publikasi ilmiah mengenai kajian geologi dan mineralogi dari endapan bijih tipe
kuroko yang dilakukan di Jepang. Pada dekade 1980- an, mulai ditemukan endapan-
endapan bijih sejenis yang memiliki karakteristik endapan bijih tipe kuroko di negara-
negara lain yang berada di luar Jepang seperti di Turki (Leitch, 1981), Indonesia
(Yoshida et al., 1982; Nishiyama et al., 1983; Maulana et al., 2019) dan Yunani
(Hauck, 1988). Di Indonesia sendiri, endapan bijih tipe kuroko ditemukan di daerah
Maulana et al., 2019). Pada dekade 2000-an, ditemukan juga karakteristik endapan
bijih tipe kuroko di Virginia, Amerika Serikat (Seal et al., 2008). Pada penelitian tiga
tahun terakhir ini, ditemukan endapan bijih yang menyerupai karakteristik kuroko di
daerah timur laut Rusia (Volkov et al., 2017), timur laut Aljazair (Laouar et al., 2018)
2.5 Alterasi
kontak dengan larutan hidrotermal. Faktor penyebab terjadinya proses alterasi yaitu
temperatur, kimia fluida, Konsentrasi batuan induk ( host rock), reaksi kinetic, waktu
pada batuan.
sifat kimiawi larutan hidrotermal pada fase tertentu pada interaksi larutan hidrotermal
dengan batuan samping. Corbeet and Leach (1997) membagi kelompok himpunan
terbentuk pada kondisi pH fluida yang sangat rendah secara umum < 2.
4.
sampai alkalin.
Salah satu wilayah di Indonesia yang terdapat adanya indikasi alterasi dan
mineralisasi emas akibat adanya proses hidrotermal berada di daerah Gunung Gupit.
prospek keterdapatan alterasi dan mineralisasi emas yang ada di daerah Gunung Gupit
(Larasati, 2012).
disebut alterasi mineral) dengan adanya perubahan temperatur, tekanan, dan reaksi
kimia. Proses hidrotermal pada kondisi tertentu akan menghasilkan kumpulan mineral
tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral. Sehingga terjadi adanya mineralisasi
terhadap tubuh batuan dengan proses pengendapan mineral bijih akibat adanya
alterasi hidrotermal. Berdasarkan penelitian Idrus tahun 2013, tipe endapan emas
hidrotermal di daerah penelitian berupa endapan epitermal tipe sulfidasi tinggi dengan
jenis alterasi yang berasosiasi dengan tipe endapan tersebut yaitu silisifikasi, argilik
lanjut (adv argilik), argilik, dan propilitik ditunjukkan pada Gambar 2.10. Stratigrafi
daerah penelitian tersusun oleh satuan lava andesit, satuan breksi autoklastik dan
satuan breksi andesit dengan struktur geologi berupa kekar dan tiga sesar geser
Endapan sulfida masif volkanogenik (VMS) juga dikenal sebagai sulfida masif
yang diinangi vulkanik, sulfida masif terkait vulkanik, atau endapan sulfida masif dasar
laut, merupakan sumber penting tembaga, seng, timah, emas, dan perak (Cu, Zn, Pb,
Au, dan Ag). Endapan ini terbentuk di atau dekat dasar laut di mana fluida hidrotermal
dengan air dasar atau air pori di litologi dekat dasar laut. Lensa sulfida masif sangat
bervariasi dalam bentuk dan ukuran dan mungkin seperti polong atau seperti
lembaran. Mereka umumnya stratiform dan dapat terjadi sebagai beberapa lensa
Deposito sulfida masif vulkanogenik dalam berbagai ukuran mulai dari polong
kecil kurang dari satu ton (yang umumnya tersebar melalui medan prospektif) hingga
akumulasi super raksasa. Endapan sulfida masif volkanogenik berkisar antara 3,55 Ga
(miliar tahun) hingga endapan berumur nol yang secara aktif terbentuk dalam
pengaturan ekstensional di dasar laut, terutama punggungan samudra tengah, busur
pulau, dan cekungan penyebaran busur belakang. Pengakuan luas deposit VMS dasar
laut modern dan cairan ventilasi hidrotermal terkait dan fauna ventilasi telah menjadi
salah satu penemuan paling menakjubkan dalam 50 tahun terakhir, dan eksplorasi
dasar laut dan studi ilmiah telah banyak berkontribusi pada pemahaman kita tentang
proses pembentukan bijih dan tektonik. Kerangka kerja untuk deposit VMS di
Bijih besar dalam deposit VMS terdiri dari >40 persen sulfida, biasanya Pirit,
Pirhotit, Kalkopirit, Sfalerit, dan Galena. Gangue non-sulfida biasanya terdiri dari
Kuarsa, Barit, Anhidrit, Besi (Fe) oksida, Klorit, Serisit, Bedak, dan padanan
metamorfosisnya. Komposisi bijih mungkin didominasi oleh Pb-Zn-, Cu-Zn-, atau Pb-
Cu-Zn, dan beberapa endapan dikategorikan secara vertikal dan lateral (Shanks, dkk.,
2012).
Banyak endapan memiliki zona pengumpan atau stringer di bawah zona masif
yang terdiri dari urat dan urat sulfida yang bersilangan dalam matriks batuan induk
dan gangue yang berubah secara pervasif. Perubahan zonasi pada batuan induk di
sekitar endapan biasanya berkembang dengan baik dan termasuk argilik lanjut
(Kaolinit, Alunit), Argilik (Ilit, Serisit), Serisit (Serisit, Kuarsa), Klorit (Klorit, Kuarsa),
dan Propilitik (Karbonat, Kuarsa, Epidot, Klorit). Fitur yang tidak biasa dari endapan
VMS adalah asosiasi umum dari endapan “ekshalatif” stratiform yang diendapkan dari
cairan hidrotermal yang berasal dari dasar perairan. Endapan ini dapat meluas jauh
melampaui batas sulfida masif dan biasanya terdiri dari silika, besi, dan oksida
(VMS). Terminologi ini telah digunakan selama lebih dari 35 tahun dan mencakup
asosiasi temporal dan spasial mineralisasi sulfida dengan proses vulkanik bawah laut.
Istilah serupa untuk endapan VMS yang tercatat dalam literatur termasuk sulfida
vulkanikgenik, sulfida masif vulkanik, sulfida masif ekshalatif, sulfida masif ekshalatif
vulkanik, sulfida masif ekshalatif bawah laut, sulfida masif yang diinangi vulkanik,
sulfida masif yang diinangi oleh sedimen vulkanik, sulfida masif yang terkait dengan
vulkanik sulfida masif, dan endapan sulfida masif vulkanofil. Dalam beberapa penelitian
sebelumnya, istilah Pirit cupreous dan endapan Pirit stratabound digunakan mengacu
pada badan bijih kaya Pirit yang ditampung oleh rangkaian vulkanik ofiolitik di Siprus
dan di tempat lain. Baru-baru ini, istilah deposit sulfida masif polimetalik telah
diterapkan oleh banyak penulis untuk mineralisasi VMS di dasar laut modern yang
mengandung sejumlah besar logam dasar Nama lain yang umum digunakan untuk
subtipe deposit VMS seperti tipe Siprus, tipe Besshi, tipe Kuroko, tipe Noranda, dan
jenis Ural berasal dari daerah kegiatan penambangan yang luas (Shanks, dkk., 2012).
dalam beberapa pengaturan. Pengaturan tektonik utama untuk endapan VMS termasuk
cekungan busur belakang, tepi kontinen rifted, dan cekungan pull-apart. Komposisi
batuan vulkanik yang menampung endapan sulfida individu berkisar dari felsik hingga
mafik, tetapi campuran bimodal tidak jarang. Lapisan vulkanik terdiri dari lava masif
dan lava bantal, aliran lembaran, hyaloclastites, breksi lava, endapan piroklastik, dan
sedimen vulkanikklastik. Umur endapan berkisar dari Archean Awal (3,55 Ga) hingga
Holosen deposit saat ini terbentuk di berbagai lokasi dalam pengaturan laut modern.
Endapan dicirikan oleh Fe sulfida yang melimpah (Pirit Atau Pirhotit) dan jumlah
Kalkopirit dan Sfalerit yang bervariasi tetapi lebih rendah Bornit, Tetrahedrit, Galena,
Barit, dan fase mineral lainnya terkonsentrasi di beberapa endapan. Badan sulfida
masif biasanya memiliki bentuk lensoidal atau seperti lembaran. Banyak, tetapi tidak
semua, endapan menutupi sistem urat pembawa sulfida yang tidak selaras (zona
Stringer stau Stockwork) yang mewakili saluran aliran fluida di bawah dasar laut. Zona
alterasi pervasif yang dicirikan oleh mineral Kuarsa sekunder dan phyllosilicate juga
logam dalam tubuh sulfida masif dari Fe+Cu di dasar hingga Zn+Fe±Pb±Ba di bagian
atas dan margin mencirikan banyak endapan. Fitur lain yang terkait secara spasial
dengan endapan VMS adalah batuan sedimen ekshalatif (kimia), intrusi subvolkanik,
Asosiasi dengan jenis deposit mineral lain yang terbentuk di lingkungan bawah
laut masih bersifat tentatif. Ada kemungkinan beberapa kekerabatan genetik di antara
endapan VMS, formasi besi tipe Algoma, dan endapan mangan vulkanogenik. Endapan
ekshalatif-sedimen (SEDEX) memiliki fitur morfologi yang serupa secara luas konsisten
paleotektonik yang ditafsirkan (keretakan intrakratonik gagal dan tepian kontinen tipe
Atlantik yang terbelah), karakteristik cairan hidrotermal (air asin NaCl terkonsentrasi),
tidak adanya atau kekurangan batuan vulkanik, dan asosiasi dengan batuan serpih dan
lingkungan busur samudera bawah laut modern dan kuno telah mengarah pada
hipotesis bahwa ada hubungan transisi antara VMS dan jenis endapan mineral
Endapan sulfida masif dari sulfida logam dasar adalah salah satu endapan bijih
logam paling awal yang diketahui dan diekstraksi karena kadarnya yang tinggi, kontras
yang kuat dengan batuan pedesaan, pewarnaan besi dan gossan di permukaan, serta
penambangan dan ekstraksinya yang relatif sederhana. Namun, memahami waktu dan
cara penempatan endapan ini terbukti jauh lebih sulit, dan baru pada paruh kedua
abad kedua puluh beberapa bukti, tidak terkecuali penemuan aktivitas hidrotermal di
dasar laut modern, berkonspirasi untuk meyakinkan para peneliti dan penjelajah
bahwa endapan ini terbentuk secara sinergis pada atau sedikit di bawah dasar laut
tektonik laut di mana terdapat hubungan spasial dan temporal yang kuat antara
(margin samudera dan kontinental), dan lingkungan cekungan busur belakang terkait.
Selain itu, lingkungan ekstensi onal dapat terbentuk di pasca-akresi dan (atau)
pengaturan busur penerus (tepi kontinen rifted dan cekungan strike-slip). Endapan
dapat ditetapkan untuk rezim tektonik lempeng tertentu, dengan semua kecuali tipe
terran Archean kurang pasti, karena peran sistem tektonik lempeng konvensional
dalam sejarah bumi awal terus diperdebatkan. Jadi, meskipun endapan VMS Archean
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah relatif batuan mafik, felsik, dan sedimen
yang terkait, klasifikasi tersebut tidak selalu sesuai dengan pengaturan tektonik
lempeng modern. Namun, karena proses lempeng tektonik tampaknya telah beroperasi
dari endapan VMS dijelaskan di bawah ini dalam konteks rezim tektonik lempeng
di sepanjang pegunungan tengah laut (65 persen), dengan sisanya di cekungan busur
belakang (22 persen), di sepanjang busur vulkanik (12 persen), dan di gunung berapi
intraplate (1 persen), tetapi distribusi ini mungkin bias oleh eksplorasi ridge-centric
yang didorong oleh program seperti Ridge dan Interridge. Sebaliknya, sebagian besar
endapan VMS yang terawetkan dalam catatan geologi tampaknya telah terbentuk di
busur vulkanik samudera dan kontinental ekstensional dan pengaturan busur belakang
seperti sistem busur-belakang busur Jepang Miosen dan Palung Okinawa modern dan
Cekungan Lau dan Manus. Kekurangan umum dalam catatan geologi dari deposit VMS
daur ulang kerak dasar laut setidaknya sejak Paleoproterozoikum, kerak dasar laut saat
ini tidak lebih dari 180 juta tahun (Shanks, dkk., 2012).
terawetkan dalam catatan geologis, studi tentang proses vulkanik, tektonik, dan
untuk model sistem hidrotermal pembentuk VMS saat ini. Ventilasi asap hitam bersuhu
tinggi (350 °C), pertama kali ditemukan di East Pacific Rise pada tahun 1979, adalah
fitur yang paling dapat dikenali dari aktivitas hidrotermal dasar laut dan paling umum
di pegunungan tengah laut yang menyebar dengan cepat. Studi tentang perokok hitam
terus memberikan informasi penting tentang proses geodinamik dan kimia yang
mengarah pada pembentukan sistem hidrotermal dasar laut namun, karena tidak
dapat diaksesnya, pertanyaan penting tentang pembentukan dan evolusinya tetap ada,
termasuk struktur tiga dimensi sistem hidrotermal dasar laut dan sumber panas yang
mendorong sirkulasi fluida suhu tinggi. Aspek-aspek sistem pembentuk VMS ini, serta
arsitektur regional dari sekuens vulkanik yang menampung endapan, lebih mudah
diselidiki melalui studi skala regional dan terperinci dari lingkungan VMS kuno. Namun,
interpretasi dari pengaturan endapan VMS purba dapat menjadi sulit, terutama ketika
mereka hadir dalam sliver yang terdeformasi secara tektonik dalam orogen.
Pengaturan tektonik yang dijelaskan di bawah ini mewakili jenis anggota akhir banyak
pengaturan alam adalah transisi dalam beberapa hal antara pengaturan ini (misalnya,
busur vulkanik dan cekungan busur belakang terkait dapat berubah secara lateral dari
2.3.1 Punggungan Laut Tengah dan Cekungan Busur Belakang Dewasa (Asosiasi
Litologi Mafik-Ultramafik)
Sistem punggungan tengah laut global saat ini membentuk pegunungan bawah laut
dengan panjang lebih dari 50.000 kilometer dan rata-rata sekitar 3.000 meter di atas
regional dan tingkat pasokan magma. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi ukuran dan
peningkatan laju penyebaran dan insiden ventilasi hidrotermal (Shanks, dkk., 2012).
2.3.2 Punggungan Tertutup Sedimen dan Celah Terkait (Asosiasi Litologi Siliklastik-
Mafik)
Pusat penyebaran aktif yang menjadi proksimal tepi kontinen melalui subduksi
penjalaran kerak samudera dan pengembangan celah tepi kontinen, atau proses
tektonik lempeng yang lebih kompleks (Laut Merah) dapat mengalami tingkat
sedimentasi yang tinggi oleh sungai-sungai besar yang melibatkan lumpur hemipelagic
dan klastik sedimen yang berasal dari kerak benua yang berdekatan. Saat ini, sekitar
5% dari pusat penyebaran aktif dunia ditutupi oleh sedimen dari tepi kontinen
terdekat, termasuk bagian dari Juan de Fuca dan Gorda Ridges di Pasifik timur laut dan
East Pacific Rise utara di Teluk California. Tingginya tingkat sedimentasi di lokasi ini
basal yang relatif padat di dasar laut. Akibatnya, letusan gunung berapi jarang terjadi
di punggungan yang terendapkan, tetapi intrusi dasar laut yang membentuk kompleks
sedimen ambang sering terjadi. Ventilasi cairan hidrotermal suhu tinggi dapat terjadi di
sekitar tepi kusen yang terkubur, seperti di Lembah Tengah, Palung Escanaba, dan
Cekungan Guaymas saat ini. Meskipun kusen mungkin sebagian bertanggung jawab
untuk sirkulasi hidrotermal, cairan suhu tinggi tampaknya berasal dari ruang bawah