STRUKTUR GEOLOGI
Pulau Sulawesi dengan bentuknya yang khas seperti huruf “K” terletak di
daerah pertemuan tiga lempeng aktif utama dunia, yaitu lempeng Hindia-Australia
yang bergerak ke arah utara-timur laut, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak
kearah barat-barat laut, dan Lempeng Eurasia yang hampir statis atau bergerak
Lengan Utara, Lengan Timur, Lengan Tengah dan Lengan Tenggara tersusun oleh
batuan yang beragam yang berbeda umur dan genesanya. (Surono, 2015)
menjadi empat mandala geologi (gambar 4.1); Lajur Gunungapi Sulawesi Barat,
Lajur Malihan Sulawesi Tengah, Lajur Ofiolit Sulawesi Timur dan Kepingan
mulai Lengan Selatan sampai ke Lengan Utara Sulawesi. Lajur Malihan Sulawesi
Tengah diduga terbentuk karena subduksi pada Kapur. Lajur Ofiolit Sulawesi
Timur, yang merupakan hasil pemekaran Samudera Pasifik pada Kapur – Eosen,
ditemukan di bagian timur Sulawesi, dan kepingan benua yang tersebar di bagian
93
Simandjuntak dkk (1991) mengelompokkan ofiolit dan kepingan benua di bagian
Gambar 4.1 Struktur sesar aktif Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya
(dimodifikasi dari Silver dkk., 1983 dan Rehault dkk.,
1991 oleh Surono dkk., 1997 dalam Surono 2011).
samudera yang disusun bawah ke atas, oleh batuan peridotit (lerzolit, harzburgit,
dunit), gabro mikro, retas piroksenit, diabase (dolerit), basal dan endapan pelagis
94
Lajur Ofiolit Sulawesi Timur (LOST) atau East Sulawesi Ophiolite Belt
Kompleks Ofiolit Oman dan Kompleks Ofiolit Papua Nugini. Pengamatan atau
analisis citra penginderan jauh, seperti SRTM, Landsat atau IFSAR dapat dengan
batas yang tegas, kemungkinan berupa batas tektonik ataupun batas Morfologi
lurus, dengan ukuran dari beberapa meter hingga beberapa ratus meter (Surono,
2015).
Lajur Ofiolit Sulawesi Timur memiliki penyebaran yang luas, mulai ujung
atas Lengan Timur Sulawesi sampai Ujung bawah lengan tenggara Sulawesi.
mafik lebih dominan, khususnya sepanjang pantai utara Lengan Timur Sulawesi.
Batuan Komples ofiolit disekitar Danau Matano (Waheed, 1975 dalam Surono
2015) disusun oleh hasburgit dan lesorit terserpentinkan sedangkan batuan basa
dan retas jarang dijumpai. Kearah Lengan Tenggara Sulawesi, batuan kompleks
dan gabro (Simandjuntak, 1993). Batuan pelagic yang menutupinya terdiri atas
perselingan batuan karbonat, rijang radiolarian dan serpih merah. Batuan sedimen
pelagic tersebut diberi nama Formasi Matano (Simandjuntak, 1993 dalam Surono
2012), dengan tipe lokasi di tepi danau Matano (Soroako), Sulawesi Selatan.
Penarikan umur fosil Globotruncana sp., Ritaliopora sp., dan Heterohelix sp.,
95
dalam batugamping dan radiolarian dalam rijang (Surono dan Sukarna, 1995;
belas sampel basal batusimpang dan paleomagnetik tiga puluh satu sampel batuan
dari Lengan Timur Sulawesi. Hasil analisa tersebut menunjukkan, batuan ini
diduga merupakan bagian dari pematang tengah samudera (mid oceanic ridge)
yang berasal dari Samudera Pasifik, yang mulai Kapur sampai Oligosen Awal
mengalami pemekaran.
Pada Kapur Akhir ujung barat ofiolit ini menunjam di bawah tepi timur
Lajur Gunungapi Sulawesi Barat, mulai dari Lengan Selatan sampai Lengan Utara
bagian timur Sulawesi, terdiri atas berbagai ukuran. Kepingan Benua Sulawesi
ofiolit yang terjadi terjadi pada akhir Oligosen di Lengan Tenggara Sulawesi dan
pada Miosen Awal di Lengan Timur Sulawesi. Surono dkk. (1997 dalam Surono
96
Kepingan Benua Besar Banggai-Sula menabrak ofiolit, sehingga kepingan besar
ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, yang kini tersebar di bagian
Sula yang sebelum bertabrakan berada di bagian belakang, kini menjadi di depan
terus terbentuklah cekungan laut dangkal (Surono, 1995 dalam Panggabean dan
Surono 2011), yang kemudian diisi oleh Molasa Sulawesi. Cekungan seperti ini
menyebar rata di Sulawesi bagian timur. Sesuai umur Molasa Sulawesi, di Lengan
sedangkan di Lengan Timur baru mulai pada akhir Miosen Tengah. Pengendapan
kepingan benua, dibanyak tempat tampak jelas kompleks ini tersesar naikkan ke
atas kepingan benua dan keduanya ditutupi secara tak selaras oleh sedimen
Matano, Sesar Lawanopo, Sesar Kilaka, dan Sesar Palu-Koro. Hal ini diduga
karena pengaruh Sesar Sorong. Pengaruh Sesar Sorong ini terus berkembang
97
sampai sekarang, sehingga sesar mendatar di Sulawesi tersebut masih aktif sampai
berlangsung sejak zaman Trias, terutama pada Mandala Geologi Sulawesi Bagian
Timur dimulai pada Kapur Akhir atau Awal Tersier. Perlipatan yang kuat
lengan Timur Sulawesi dan Bagian Tengah dari Mandala Sulawesi Barat, serta
Sulawesi, suatu aktifitas vulkanik terjadi di lengan Utara dan Selatan. (Sukamto,
1975).
aktivitas tektonik yang berlangsung di bagian Timur pulau Sulawesi. Hal ini
tampak dari kondisi struktur geologi yang kompleks pada daerah penelitian
jenis struktur, umur struktur geologi yang dihubungkan dengan kronologi urutan
pembentukan struktur dan stratigrafi daerah penelitian, serta pada kondisi fisik
Metode dan cara yang dilakukan dalam mengenali dan menganalisis struktur
geologi yang bekerja pada daerah penelitian dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
98
1. Melakukan interpretasi pola kontur pada peta topografi
5. Membuat sketsa atau foto dari struktur geologi maupun unsur struktur yang
dijumpai di lapangan.
bentuk statistik dan dibuat dalam bentuk diagram – diagram pola, untuk
data kekar dengan menggunakan diagram rose (diagram kipas) dan proyeksi
stereografis
adanya kekar, lipatan, serta aspek fisik lainnya yang membuktikan keberadaan
sebelumnya maka indikasi struktur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian
terdiri atas :
99
1. Struktur Lipatan.
2. Struktur kekar.
3. Struktur sesar.
Kenampakannya sangat jelas pada Formasi yang berlapis, seperti pada batuan
sedimen atau batuan vulkanik, atau jenisnya yang telah termetamorfisme. Namun
pada batuan yang menampakkan perlapisan atau foliasi semisal banded gabbro
untuk mendeterminasi aspek geometri dari lipatan. Banyak teori yang berdasarkan
pada kenampakan lipatan yang diamati di penampang vertikal yang tegak lurus
terhadap strike axial plane dari lipatan. Penamaan struktur lipatan pada
penampang terutama didasari pada sikap atau posisi axial plane dan limb
(Billings, 1946).
100
Hinge line/fold axis (sumbu lipatan) merupakan garis pada lengkungan
terdapat hinge lines dalam suatu lipatan. Lipatan dapat dikatakan simetris bila
limb pada sisi lain axial plane memiliki panjang yang sama, dan lipatan tidak
Berdasarkan pada sifat axial plane dan limb, perlipatan secara umum dapat
dibagi menjadi antiklin dan sinklin. Antiklin merupakan lipatan yang berbentuk
akan menampakkan sikap tertentu. Selain itu, perlipatan berdasarkan sifat axial
plane dan limb dapat dibagi lebih mendetail menjadi overtuned fold, recumbent
fold, isoclinal fold, chevron fold, fan fold dan lain sebagainya (Billings, 1946).
maka dapat diintepretasikan bahwa struktur lipatan yang terdapat pada daerah
penelitian berupa lipatan sinklin yang disebabkan oleh gaya kompresi dimana
gaya tersebut terus berlangsung sehingga melewati batas elastisitas batuan dan
Gambar 4.3 Kenampakan limb kiri dan limb kanan yang memperlihatkan lipatan sinklin
pada stasiun 82 dan 84
101
Gambar 4.4 Analisis Lipatan Dengan Streonet di Sungai Pancuma
Tabel 4.1 Tabel Hasil Analisa Lipatan di Sungai Pancuma stasiun 82 dan 84
axial line axial surface limb kiri limb kanan
trend plunge strike dip strike dip strike dip
261 18 150 67 85 78 234 37
penelitian mengacu pada Teori sistem Harding (1973), yang menyatakan bahwa
arah umum gaya tektonik yang membentuk lipatan adalah relatif tegak lurus
102
sumbu lipatan. Berdasarkan hasil rekonstruksi lipatan diperoleh arah sumbu
lipatan, yaitu pada lipatan sinklin yang berarah relatif barat baratdaya – timur
Penentuan umur lipatan pada daerah penelitian yakni didasari oleh korelasi
umur perlipatan secara regional yang berumur miosen tengah sehingga dapat
Kekar (joint) merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit
kekar merupakan suatu retakan pada batuan (fracture) yang relatif tidak
pengukuran lebar, bukaan kekar, jarak/spasi kekar, posisi kekar pada singkapan
batuan, mengukur kedudukan kekar dan pengambilan data kekar dalam bentuk
foto.
1. Kekar Sistematik yaitu kekar yang umumnya selalu dijumpai dalam bentuk
pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau
103
2. Kekar Tidak Sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya, dan
1. Compression Joints atau Kekar Gerus yaitu kekar yang diakibatkan oleh
2. Extention Joints atau kekar tarik merupakan kekar yang diakibatkan oleh
bekerja.
Berdasarkan bentuknya, maka kekar pada daerah penelitian termasuk dalam kekar
shear joint (gerus) kekar-kekar ini dijumpai dalam bentuk saling berpasangan,
kekar ini membentuk suatu pola atau sistem kekar yang sistematik atau teratur
dengan kenampakan yang relatif sejajar terhadap satu sama lain serta memiliki
kekar pasangan yang saling berpotongan (cross joint). Kekar gerus ini dijumpai di
lokasi penelitian pada batuan sedimen dengan litologi konglomerat dan perlapisan
batupasir dan batulempung, dapat dilihat pada (Gambar 4.5) dan (Gambar 4.6).
Struktur kekar pada daerah penelitian diukur untuk mendapatkan arah tegasan
utama yang bekerja dan berkembang pada daerah penelitian, data pengukuran
tersebut berupa arah jurus rekahan (strike) dan sudut kemiringan bidang rekahan
104
terhadap bidang horizontal (dip). Terdapat dua stasiun pengukuran struktur kekar
batulempung dengan data yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan analisa
menggunakan georose dan proyeksi stereograph seperti pada (Gambar 4.7) dan
(Gambar 4.8).
Gambar 4.5 Kenampakan kekar gerus dengan litologi konglomerat di Sungai Mosologi
pada stasiun 64.
Foto 4.6 Kenampakan kekar gerus dengan litologi perlapisan batupasir dan batulempung
di Sungai Pancuma pada stasiun 83.
105
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran kekar pada litologi
konglomerat di Sungai mosologi pada
stasiun 64.
strike strike
No. dip (°) No. dip (°)
(N…°E) (N…°E)
1 138 78 21 44 77
2 27 76 22 221 79
3 28 75 23 303 55
4 143 78 24 104 64
5 36 74 25 126 48
6 136 76 26 128 69
7 9 75 27 114 64
8 107 32 28 34 58
9 61 39 29 209 61
10 19 44 30 341 75
11 39 53 31 261 63
12 109 65 32 178 59
13 27 80 33 117 52
14 105 73 34 11 72
15 349 84 35 203 65
16 351 59 36 284 71
17 275 26 37 282 59
18 297 81 38 16 56
19 98 74 39 54 65
20 119 67 40 153 68
Gambar 4.7 Hasil pengolahan struktur kekar dengan diagram kipas pada Stasiun 64 di
Sungai Mosologi
106
Hasil analisis kekar dengan menggunakan diagram kipas pada stasiun 64
maksimum (σ1) yang bekerja pada daerah penelitian relatif berarah timur timurlaut
– barat baratdaya (N65oE), sumbu tegasan minimum (σ3) yaitu relatif berarah
Sungai Mosologi dengan populasi kekar berjumlah 40 data kekar, data kekar
terdapat pada batuan Konglomerat dengan orientasi jurus shear fracture 1 relatif
berarah timur laut – barat daya (N30oE) dengan kemiringan/dip kekar 76°, dan
orientasi jurus shear fracture 2 yaitu timur menenggara – barat baratlaut (N108oE)
107
dengan kemiringan/dip kekar 66°, bidang bantu yaitu berarah N269oE, dengan
dengan orientasi tegasan maksimum (σ1) relatif berarah timur timurlaut – barat
utara 66°,N179°E orientasi tegasan minimum (σ3) relatif berarah utara baratlaut –
Diperoleh sumbu tegasan utama maksimum (σ1) yang bekerja pada daerah
penelitian relatif berarah utara – selatan (N5oE), sumbu tegasan minimum (σ3)
108
Gambar 4.9 Hasil pengolahan struktur kekar dengan diagram kipas pada stasiun 83 di
Sungai Pancuma
Sungai Pancuma dengan populasi kekar berjumlah 32 data kekar, data kekar
terdapat pada litologi batupasir dan batulempung dengan orientasi jurus shear
fracture 1 relatif berarah utara timurlaut – selatan baratdaya yaitu N26oE dengan
kemiringan/kekar sesar 71°, dan orientasi jurus shear fracture 2 relatif berarah
bidang bantu yaitu berarah N186oE, dengan kemiringan/dip bidang bantu 20°,
(σ1) yaitu relatif berarah utara – selatan 1°,N4°E orientasi tegasan menengah (σ2)
relatif berarah timur – barat 70°,N93°E orientasi tegasan minimum (σ3) relatif
109
Gambar 4.10 Hasil pengolahan struktur kekar dengan stereograf pada Stasiun 83 di
Sungai Pancuma.
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan
bumi yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar
terhadap blok yg lain. Sesar umumnya berhubungan dengan struktur yang lain
Pergerakan yg tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa mengakibatkan gempa
bumi. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona rekahan pada batuan
yang sudah mengalami pergeseran (Ragan 2009). Menurut Ragan (2009) ada dua
110
hal yang terdapat pada slip batuan yakni slip sejajar dengan kemiringan (dip)
bidang patahan dan slip yang sejajar dengan jurus strike bidang patahan.
1. Dip Slip
2. Strike slip
Idealnya strike slip fault memiliki arah slip horizontal sedangkan normal dan
riverse fault memiliki arah slip searah dip. Namun terdapat penyimpangan dari
arah dip slip dan strike slip sebenarnya dalam artian arah slip memiliki net slip
terus menerus.
satu blok batuan terhadap blok batuan lainnya akan menyebabkan efek
111
Pembentukan sesar geser pada kenyataannya tidak merupakan suatu garis
lurus, tetapi akan terdapat lekukan pada zona sesar tersebut, pada daerah inilah
yang kemudian akan membentuk sesar naik (restraining) atau sesar turun
(releasing) sebagai struktur ikutan dari sesar geser tersebut (Robert & Eldridge,
1992) dalam Frohlich, (2006). Gaya yang bekerja dalam satu titik akan
pada pola prinsip sumbu tegasan, yaitu tegasan terbesar/maksimum ( σ1), tegasan
intermediet (σ2) dan tegasan minimum (σ3) istilah lainnya disebutkan bahwa satu
tegasan vertikal (Sv) dan horizontal maksimum (Shmax) dan serta tegasan
minimum (Shmin). Berdasarkan hal tersebut sesar dibagi atas 3, yaitu sesar naik
(trust fault) sesar normal (normal fault) dan sesar mendatar (strike slip fault).
maksimum (σ1), Shmax adalah principal stress menengah (σ2), dan Shmin
2. Sesar naik (reverse fault) terbentuk apabila Shmax merupakan principal stress
112
3. Sesar mendatar (strike-slip fault) terbentuk apabila Shmax merupakan prinsipal
stress maksimum (σ1), Sv adalah prinsipal strees menengah (σ2), dan Shmin
Gambar 4.11 Animasi Step over system sesar mendatar (Fossen 2010).
113
Gambar 4.12 Hubungan antara orientasi principal stress dan tectonic regime, bidang
kompresi “P” dan bidang tension “T” menurut anderson, 1951 dalam
Fossen 2010
Tabel 4.4 Magnitude tegasan relatif dan rezim pensesaran (zobback, 2009)
Tegasan
σ σ
Rezim σ1
2 3
A. Klasifikasi Sesar
Berdasarkan teori mengenai hubungan sesar dan tegasan yang
perlunya kita klasifikasikan sesar berdasarkan data utama yang digunakan yaitu
114
kedudukan bidang sesar, pitch striasi dan arah pergerakannya yang berguna untuk
sesar ini dibuat berdasarkan nilai rake/pitch yang diukur dari jurus bidang
(Gambar 4.13)
Klasifikasi sesar berdasarkan nilai pitch ini dibuat agar representatif dengan
pengukuran nilai pitch di lapangan yang diukur terhadap strike bidang sesar. Nilai
pitch yang digunakan dalam klasifikasi ini yaitu 0°-180° positif (+) untuk
pergerakan naik dan 0°-180° negatif (-) untuk pergerakan turun. Klasifikasi
dibawah ini terdiri dari 2 sesar yang di anggap murni bergerak sejajar strike yaitu
sesar geser mengiri dan sesar geser menganan dan 2 sesar yang di anggap murni
bergerak sejajar dip yaitu sesar naik dan sesar turun sedangkan sesar sesar transisi
di antara sesar geser dan sesar sejajar dip merupakan sesar diagonal yang terdiri
sebagai berikut yaitu sesar geser mengiri dengan nilai pitch -10° sampai +10°,
dan sesar geser menganan dengan nlai pitchnya -170° sampai +170°,dan sesar
yang bergerak relatif sejajar dip yaitu sesar turun dengan nilai pitch -80° sampai
-100° dan sesar naik dengan nilai pitch +80° sampai +100°, sesar diagonal
sinistral positif (+) terbagi dua yaitu sesar mengiri naik dengan nilai pitch +10°
115
sampai +45° dan sesar naik mengiri dengan nilai pitch +45° sampai +80°.
Sedangkan untuk sesar sinistral negatif (-) terbagi dua yaitu sesar mengiri turun
dengan nilai pitch -10° sampai -45° dan sesar turun mengiri dengan nilai pitch
-45° sampai -80°. Serta untuk sesar diagonal dextral (+) terdiri dari sesar naik
menganan dengan nilai pitch +100° sampai +135° dan sesar menganan naik
dengan nilai pitch +135° sampai +170° sedangkan untuk sesar dextral negatif (-)
terbagi dua yaitu sesar turun menganan dengan nilai pitch -100° sampai -135° dan
sesar menganan turun dengan nilai pitch -135° sampai -170°, seperti pada gambar
di bawah ini.
Gambar 4.13 Klasifikasi sesar berdasarkan nilai rake dan arah pergerakan sesarnya
(Gultaf, 2014)
B. Hukum Dihedral.
116
Pengukuran bidang-bidang sesar dan gelinciran atau gores-garis dapat
dinyatakan secara numerik berupa jurus, kemiringan, arah gelinciran, dan pitch,
proyeksi bagian bawah dari jaring Schmid. Bidang sesar adalah PF, gores-garis
kita dapat membuat bidang bantu (PA) yang tegak lurus gores-garis (A) dan tegak
lurus bidang sesar (PF). Bidang tersebut mempunyai sebuah definisi geometri
yang murni dan bukan sebagai bidang kembarnya atau bidang konjugasinya,
droits) yang diperlihatkan pada (Gambar 4.14), daerah titik-titik (P) merupakan
dihedral tekanan di mana terdapat σ1 dan daerah titik warna putih (T) merupakan
dihedral tarikan dimana terletak σ3. (Laboratorium Geologi Dinamik ITB, 2009).
117
Kenampakan morfologi secara langsung di lapangan serta pada peta
punggung bukit, pelurusan sungai, kelokan sungai yang sangat tajam, dan
terbentuk akibat pergerakan sesar seperti gawir sesar. Data yang didapatkan
dilapangan kemudian dipadukan dengan hasil interpretasi peta topografi dan hasil
penelitian dapat disimpulkan. Selain itu identifikasi struktur juga harus tetap
topografi maka sesar yang bekerja pada daerah penelitian berupa sesar geser dan
sesar naik. Untuk mempermudah pembahasan maka sesar ini diberi nama
belakang berdasarkan nama geografis daerah yang dilalui sesar yaitu Sesar Geser
Tojo, Sesar Geser Mosologi, Sesar Geser Pancuma, dan sesar Naik Pancuma.
Sesar geser Tojo yang berada pada bagian selatan daerah penelitian, yang
memanjang relatif dari selatan ke arah baratdaya daerah penelitian, melewati desa
Tojo lebih tepatnya berada pada Sungai Tojo sehingga sesar Geser Mengiri ini
dinamakan sesar geser mengiri Tojo. Penentuan sesar Geser Tojo ini didasarkan
adanya data primer seperti striasi dengan menggunakan klasifikasi Gultaf, 2014.
Yang menunjukkan jenis sesar geser mengiri dan data sekunder yang dijumpai
118
dilapangan, interpretasi topografi dari pola kontur serta data geologi regional yang
Sesar geser mengiri Tojo ini memiliki dimensi yang lebih kecil di
hasil analisa tegasan sesar geser mengiri Tojo ini memiliki rezim tegasan atau tipe
gaya strike-slip sehingga sesar yang terbentuk benar adanya yaitu sesar stike slip
yang disesuaikan dengan klasifikasi yang digunakan yaitu Sesar Geser Mengiri.
Gambar 4.12 Dijumpai stritiasi pada litologi konglomerat merupakan indikasi geologi yang
menandakan adanya jalur sesar geser yang dijumpai pada stasiun 12.
119
Gambar 4.13 Dijumpai stritiasi pada litologi konglomerat pada stasiun 14.
Gambar 4.14 Kenampakan gawir sesar pada batuan konglomerat stasiun 11, merupakan
indikasi geologi yang menandakan adanya sesar. Arah foto ke utara
120
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran striasi yang dilakukan di
bahwa adanya struktur sesar melewati jalur sungai ini. Berikut data hasil
pengukuran data bidang sesar, pitch dan pergerakannya seperti dibawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran bidang sesar, pitch dan pergerakannya di Sungai Tojo.
No. Strike/dip pitch Nama sesar
1 N110°E 70° 5° Sesar Mengiri Klasifikasi menurut
2 N107°E 72° -15° Sesar Mengiri Turun Gultaf 2014
pengukuran bidang sesar terdiri dari beberapa data pengukuran dan dalam
pengolahan data sesar dan analisa dari bidang sesar tersebut menggunakan
software fault-Kin (lihat Gambar 4.18 dan Tabel 4.6) untuk mengetahui arah
tegasan utama atau densitas tegasan serta jenis sesar yang terbentuk menggunakan
A B
. .
Gambar 4.18 Hasil Analisa bidang sesar menggunakan prinsip hukum dihedral di sungai
Tojo.
Hasil analisa pengolahan data sesar dengan metode dihedral yang terdapat
pada Sungai Tojo dengan jumlah 2 data sesar yang konsisten dan terdapat pada
121
sesar 70°- 72°, serta pitch sesar berkisar 5° – (-15°) sehingga dapat disimpulkan
sesar ini adalah sesar mengiri. Hasil analisa gaya dalam penentuan tipe tegasan
didapatkan nilai rata-rata dengan orientasi tegasan maksimum (σ1) relatif berarah
Timur Laut – Barat Daya yaitu 17°, N66°E, orientasi tegasan menengah (σ2) relatif
berarah Barat Daya – Timur Laut yaitu 70°, N212°E, dan orientasi tegasan
minimum (σ3) relatif berarah Barat Laut - Tenggara yaitu 10°, N332°E.
Berdasarkan hasil analisa Densitas tegasan σ1, σ2, dan σ3 diatas, tipe tensor
tegasan yang bekerja yaitu σ2 secara umum menunjukkan posisi tegasan relatif
sub-vertikal dan σ1 secara umum menunjukkan posisi tegasan yang relatif sub-
Densitas tegasan σ1, σ2, dan σ3 yang di sesuaikan dengan prinsip tegasan dapat
disimpulkan bahwa tipe tegasan di Sungai Tojo yaitu tipe tegasan miring atau
oblique stress type, dengan demikian sejarah dan jenis pensesaran secara umum
membentuk atau dipengaruhi oleh sesar oblique. Hasil analisa densitas tegasan ini
di sesuai dengan hasil plot nilai pitch pada klasifikasi gultaf 2014 bahwa sesar
yang dijumpai adalah sesar oblique dengan nama sesar sesuai klasifikasi yaitu
Menurut Sippel (2009), penyebab sumbu tegasan yang miring (oblique stress
type) adalah karna dipengaruhi oleh struktur tua atau struktur geologi yang
sebelumnya telah ada dan mempengaruhi tegasan dan sesar yang akan terbentuk
penelitian sangat tinggi yang dipengaruhi oleh bidang rekahan atau sesar yang
122
telah ada sebelumnya (pre-existing fault) sehingga mempengaruhi sesar yang akan
terbentuk setelahnya.
Penentuan umur dari pembentukan sesar pada daerah penelitian ini yaitu
berdasarkan umur batuan termuda yang dilewati sesar geser ini, sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur pembentukan Sesar Mengiri Tojo berumur Post Miosen
Tengah.
Orientasi dan
No. Lokasi Litologi P (σ 1 ) B (σ 2 ) T (σ 3 ) tipe gaya
tipe sesar
TMg-BBL,
1 Konglomerat 10°, N66°E 69°, N185°E 18°, N332°E Strike Slip
sesar mengiri
Sungai
Tojo TMg-BBL,
2 Konglomerat 23°, N65°E 67°, N238°E 3°, N334°E Oblique sesar mengiri
Turun
TMg-BBL,
Total 17°, N66°E 70°, N212°E 10°, N332°E Oblique
sesar mengiri
Sesar geser Mosologi yang berkerja pada bagian Tengah daerah penelitian,
yang memanjang relatif dari barat ke timur daerah penelitian, melewati desa Tojo
lebih tepatnya berada pada Sungai Mosologi sehingga sesar geser mengiri ini
dinamakan sesar geser mengiri Mosologi. Sesar ini dijumpai melewati satuan
konglomerat.
Penentuan sesar geser Mosologi ini didasarkan adanya data primer seperti
pergerakan sesar geser yang pernah terjadi pada lokasi ini yang melewati zona
lemah yaitu Sungai Mosologi sehingga dapat tersingkapnya gawir sesar ini dan
123
topografi yang diliat dari kerapatan kontur dan pergereseran bentuk topografi
daerah penelitian.
Sesar geser mengiri Mosologi ini memiliki dimensi yang lebih besar
dibandingkan sesar geser dan sesar naik yang terdapat pada daerah penelitian.
lapangan sehingga dapat disimpulkan sesar yang terbentuk daerah mosologi yaitu
Gambar 4.19 Kenampakan gawir sesar pada batuan konglomerat stasiun 64, merupakan
indikasi geologi yang menandakan adanya sesar. Arah Foto N 1350E.
124
Gambar 4.20 Kenampakan gawir sesar pada batuan konglomerat stasiun 56,
merupakan indikasi geologi yang menandakan adanya sesar.
Penentuan umur dari pembentukan sesar pada daerah penelitian ini yaitu
berdasarkan umur batuan termuda yang dilewati sesar geser ini, sehingga dapat
Miosen Tengah.
Sesar geser Pancuma yang berada pada bagian utara daerah penelitian,
yang memanjang relatif kearah barat laut daerah penelitian, melewati desa
Pancuma lebih tepatnya berada pada Sungai Pancuma sehingga sesar Geser
Menganan ini dinamakan sesar geser menganan Pancuma. Sesar ini dijumpai
Pancuma ini didasarkan adanya data primer seperti offset litologi dilantai sungai
125
yang di temukan pada stasiun 79 yang menunjukkan sesar geser menganan,
cermin sesar yang menunjukkan adanya striasi pada bidang sesar yang
sesar geser menganan naik, serta terdapat tebing tinggi di sepanjang sungai yang
naik ini dan data sekunder yang dijumpai dilapangan, serta interpretasi topografi
Sesar geser menganan naik ini memiliki dimensi yang paling kecil di
bandingkan Sesar geser lainnya yang terdapat pada daerah penelitian. Berdasarkan
hasil analisa tegasan sesar geser menganan Pancuma ini memiliki rezim tegasan
atau tipe gaya strike-slip sehingga sesar yang terbentuk benar adanya yaitu sesar
stike slip yang disesuaikan dengan klasifikasi yang digunakan yaitu sesar geser
menganan naik.
Gambar 4.21 Kenampakan offset litologi pada batuan perselingan batupasir dan
batulempung di stasiun 79 dilantai Sungai Pancuma, merupakan indikasi
menandakan adanya sesar geser menganan.
126
Gambar 4.22 Kenampakan gawir sesar pada batuan konglomerat stasiun 83, merupakan
indikasi geologi yang menandakan adanya sesar. Arah Foto N 275ºE.
Gambar 4.23 Kenampakan striasi pada bidang sesar di Sungai Pancuma Stasiun 84
dengan litologi konglomerat
127
Gambar 4.24 Kenampakan striasi pada bidang sesar di Sungai Pancuma Stasiun 83
dengan litologi konglomerat, arah foto
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran striasi yang dilakukan di
bahwa struktur sesar melewati jalur sungai ini dan dapat dianalisis tegasan utama
sesar ini berdasarkan stritiasinya dengan streonet, berikut data hasil pengukuran
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran bidang sesar, pitch dan pergerakannya di Sungai Pancuma.
No. Strike/dip Pitch Nama sesar
1 N330°E 68° 150° Geser Menganan Naik
2 N332°E 72° 148° Geser Menganan Naik Klasifikasi menurut
3 N327°E 75° 155° Geser Menganan Naik Gultaf 2014
4 N325°E 72° 153° Geser Menganan Naik
Hasil pengukuran bidang sesar terdiri dari beberapa data pengukuran yaitu
dalam pengolahan data sesar dan analisa dari bidang sesar tersebut menggunakan
software fault-Kin Win 64 (lihat Gambar 4.25 dan Tabel 4.8) untuk mengetahui
1 2
128
3 4
arah tegasan utama atau densitas tegasan serta jenis sesar yang terbentuk
Gambar 4.25 Hasil Analisa bidang sesar menggunakan prinsip hukum dihedral di sungai
Pancuma.
Tabel 4.8 Hasil Analisa PBT sesar di Sungai Pancuma.
No tipe Orientasi dan
Lokasi Litologi P (σ1) B (σ2) T (σ3)
. gaya tipe sesar
36°,
batupasir, 4°, 56°, Obliqu BL-Tg, sesar
1 batulempung N21°E N116°E
N288°
e menganan Naik
E
35°,
batupasir, 8°, 54°, Obliqu BL-Tg, sesar
2 batulempung N23°E N123°E
N289°
e menganan Naik
Sungai E
Pancuma 28°,
Konglomerat, 6°, 63° Obliqu BL-Tg, sesar
3 batupasir N16°E N118°E
N282°
e menganan Naik
E
33°,
Konglomerat, 5°, 58°, Obliqu BL-Tg, sesar
4 batupasir N17°E N114°E
N283°
e menganan Naik
E
129
6°, 58° 33°t, Obliqu BL-Tg, sesar
total
N19°E N118°E N286°E e menganan Naik
Hasil analisa pengolahan data sesar dengan metode dihedral yang terdapat
pada Sungai Pancuma dengan jumlah 4 data sesar dan terdapat pada singkapan
yaitu N325°E - N332°E, dengan kemiringan/dip sesar 68°- 75°, serta pitch sesar
berkisar 148° – 155° sehingga dapat disimpulkan sesar ini adalah sesar menganan
naik. Hasil analisa gaya dalam penentuan tipe tegasan didapatkan nilai rata-rata
dengan orientasi tegasan maksimum (σ1) relatif berarah Utara Timurlaut – selatan
baratdaya yaitu 6°,N19°E, orientasi tegasan menengah (σ2) relatif berarah timur
menenggara – barat baratlaut yaitu 58°, N118°E, dan orientasi tegasan minimum
(σ3) relatif berarah barat baratlaut – timur menenggara yaitu 33°, N286°E.
Berdasarkan hasil analisa Densitas tegasan σ1, σ2, dan σ3 diatas, tipe tensor
tegasan yang bekerja yaitu σ2 secara umum menunjukkan posisi tegasan relatif
Densitas tegasan σ1, σ2, dan σ3 yang di sesuaikan dengan prinsip tegasan dapat
disimpulkan bahwa tipe tegasan di Sungai Pancuma yaitu tipe tegasan miring atau
oblique stress type, dengan demikian sejarah dan jenis pensesaran secara umum
membentuk atau dipengaruhi oleh sesar oblique. Hasil analisa densitas tegasan ini
di sesuai dengan hasil pengeplotan nilai pitch pada klasifikasi gultaf 2014 bahwa
sesar yang dijumpai adalah sesar oblique dengan nama sesar sesuai klasifikasi
130
Menurut Sippel (2009), penyebab sumbu tegasan yang miring (oblique stress
type) adalah karna dipengaruhi oleh struktur tua atau struktur geologi yang
sebelumnya telah ada dan mempengaruhi tegasan dan sesar yang akan terbentuk
penelitian sangat tinggi yang dipengaruhi oleh bidang rekahan atau sesar yang
Penentuan umur dari pembentukan sesar pada daerah penelitian ini yaitu
berdasarkan umur batuan termuda yang dilewati sesar geser ini, sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur pembentukan sesar geser menganan naik pancuma ini
131
Mekanisme pembentukan struktur geologi pada daerah penelitian didasarkan
pada pendekatan teori Harding (1973), yang dapat di interpretasi dari hasil
penggabungan dengan data analisis kekar, analisa lipatan dan analisa sesar serta
penciri sesar yang dijumpai di lapangan. Gaya yang bekerja pada pembentukan
struktur secara regional mengakibatkan gaya imbas yang menghasilkan arah gaya
penelitian.
pembentukan struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian terjadi dalam
pembentukan struktur geologi pada daerah penelitian dimulai pada kala post
Pada periode pertama dimulai pada kala post Miosen setelah terbentuknya
berlangsung pada kala ini mengakibatkan adanya suatu hasil regime strike-slip
dengan arah umum tegasan maksimum (σ1) relatif berarah Timur Laut – Barat
Daya yaitu 17°, N66°E, orientasi tegasan menengah (σ2) relatif berarah Barat
Daya – Timur Laut yaitu 70°, N212°E, dan orientasi tegasan minimum (σ3) relatif
berarah Barat Laut - Tenggara yaitu 10°, N332°E. Regime strike-slip tersebut
batuan mengalami fase deformasi plastis membentuk struktur lipatan. Gaya tekan
132
plastis sehingga batuan akan mengalami fase rekahan yang kemudian menjadi
patahan membentuk Sesar Geser Mosologi dan Sesar Geser Tojo yang bersifat
Pada periode kedua dimulai pada kala Miosen Tengah setelah terbentuknya
kala ini mengakibatkan adanya suatu hasil gaya kompresi dengan arah umum
akan mengalami rekahan dan patahan membentuk sesar geser pancuma yang
melalui pendekatan umur satuan batuan termuda yang dilewatinya yang berumur
Miosen tengah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur relatif dari sesar pada
133
134