GEOLOGI REGIONAL
yang akan membenuk inti dari Asia Tenggara, terpisah dari Gondwana pada
Devon Akhir dan menyatu dengan Blok South China pada Jaman Karbon Awal.
Blok Indocina, yang didalam model Cameron dan Pulunggono, 1984, disebut
juga bagian timur mikrolempeng East Malay dicirikan oleh magmatisme pada
membentuk bagian barat dari Malay Peninsula yang dipisahkan oleh suture
Raub-Bentong line dengan adanya batuan melange, batuan beku basa, dan
Jaman Trias.
merah, perulangan batulempung dan batupasir dengan fosil Trias Akhir selain
6
sampai pada bagian barat. Mutus Assemblage memiliki penyebaran yang meluas
sampai pada Formasi Tuhur dan Formasi Kualu yang berumur Trias Tengah-
Gambar 2.1 Mikroplate bagian barat Indonesia dari Pulunggono (1985), setelah
merupakan bentuk dari Cathaysian (Ueno, 2001 dalam Barber dan Crow, 2003).
Busur Permian dan batas barat daya dari Permian Mergui Plate (Cameron dan
Pulunggono, 1984). Woyla Group ini termasuk Sikuleh, Natal, dan Bengkulu
7
Busur Bentaro-Saling vulkanik bersubduksi dengan Sundaland ketika
Woyla Meso-tetis bergabung dengan prisma akresi kompleks pada Jaman Kapur
(Barber, 2000)
struktur maupun evolusi cekungan sejak Tersier merupakan hasil interaksi dari
8
ketiga arah struktur utama yaitu, berarah timurlaut-baratdaya atau disebut Pola
Jambi, berarah baratlaut-tenggara atau disebut Pola Sumatra, dan berarah utara-
selatan atau disebut Pola Sunda. Juga Pola Lematang berarah barat baratlaut –
Fase pertama adalah fase kompresi yang berlangsung dari Yura Awal
sampai Kapur (Gambar 2.3). Tektonik ini menghasilkan sesar geser dekstral
WNW – ESE seperti Sesar Lematang, Kepayang, Saka, Pantai Selatan Lampung,
Musi Lineament dan N – S trend. Terjadi wrench movement dan intrusi granit
Fase kedua adalah fase tensional pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal
yang menghasilkan sesar normal dan sesar tumbuh berarah N – S dan WNW –
9
bersamaan dengan kegiatan gunung api. Terjadi pengisian awal dari cekungan
Fase ketiga yaitu adanya aktivitas tektonik Miosen atau Intra Miosen
2.5) menyebabkan sebagian Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim telah
menjadi tinggian tererosi, sedangkan pada daerah yang relatif turun diendapkan
10
Gambar 2.5 Fase Kompresi Miosen Tengah-sekarang dan ellipsoid model
Gambar 2.6 Peta geologi lembar Palembang oleh S.Gafoer, dkk (1995)
Sumatera Selatan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok batuan Pra-
11
2.3.1 Batuan Pra-Tersier
cekungan sedimen Tersier. Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan
metamorf dan batuan sedimen (De Coster, 1974) Westerveld (1941), membagi
Mesozoikum (Yurakapur) berupa seri fasies vulkanik dan seri fasies laut dalam.
yang intensif pada zaman Kapur Tengah sampai zaman Kapur Akhir dan
diintrusi oleh batuan beku sejak orogenesa Mesozoikum Tengah (De Coster,
1974).
Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap
genang laut dan tahap susut laut. Sedimen-sedimen yang terbentuk pada tahap
genang laut disebut Kelompok Telisa (De Coster, 1974, Spruyt, 1956), dari umur
Eosen Awal hingga Miosen Tengah terdiri atas Formasi Lahat (LAF), Formasi
Sedangkan yang terbentuk pada tahap susut laut disebut Kelompok Palembang
(Spruyt, 1956) dari umur Miosen Tengah – Pliosen terdiri atas Formasi Air
Benakat (ABF), Formasi Muara Enim (MEF), dan Formsi Kasai (KAF).
12
a. Formasi Lahat (LAF)
Menurut Spruyt (1956), Formasi ini terletak secara tidak selaras diatas
batuan dasar, yang terdiri atas lapisan-lapisan tipis tuf andesitik yang secara
berangsur berubah keatas menjadi batu lempung tufan. Selain itu breksi andesit
tufan, segarnya berwarna hijau dan lapuknya berwarna ungu sampai merah
keunguan. Menurut De Coster (1974) formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat,
Akhir hingga Oligosen Awal. Formasi ini diendapkan dalam air tawar daratan.
Ketebalan dan litologi sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya
karena bentuk cekungan yang tidak teratur. Tebal formasi ini sekitar 200 m –
umur Eosen hingga Miosen Awal, tejadi kegiatan vulkanik yang menghasilkan
andesit (Westerveld, 1941 vide of side katilli 1941), kegiatan ini mencapai
batuan “Lava Andesit tua” yang juga mengintrusi batuan yang diendapkan pada
lain yang pernah digunakan adalah Houthorizont (Musper, 1937) dan Lower
bersentuhan langsung secara tidak selaras dengan batuan Pra Tersier. Formasi
13
ini dibeberapa tempat menindih selaras Formasi Lahat (De Coster, 1974),
ini diperoleh dari data pemboran sumur Limau yang terletak disebelah Barat
dua, yaitu : Anggota “Gritsand” terdiri atas batupasir, yang mengandung kuarsa
dan ukuran butirnya pada bagian bawah kasar dan semakin atas semakin halus.
Pada bagian teratas batupasir ini berubah menjadi batupasir konglomeratan atau
pada anggota ini terdapat sisa-sisa tumbuhan dan batubara, ketebalannya antara
(Spruyt, 1956), juga masih menurut Spruyt (1956) anggota “transisi” pada
sampai sedang dan batulempung serta lapisan batubara. Batupasir pada bagian
Molusca, Crustacea, sisa ikan foram besar dan foram kecil, diendapkan pada
lingkungan paralis, litoral, delta, sampai tepi laut dangkal dan berangsur menuju
laut terbuka kearah cekungan. Formasi ini berumur Oligosen Akhir hingga
Miosen Awal. Ketebalan formasi ini pada bagian selatan cekungan mencapai
460 – 610 meter, sedangkan pada bagian utara cekungan mempunyai ketebalan
14
kurang lebih 300 meter (De Coster, 1974). Ketebalan formasi ini sekitar 400 –
1937) “Crbituiden Kalk” (Martin, 1952), “Midle Telisa Member” (Marks, 1956),
Baturaja Kalk Sten Formatie (Spruyt, 1956) dan Telisa Limestone (De Coster,
1974). Baturaja Kalk Sten Formatie (Spruyt, 1956) dan Telisa Limestone (De
Coster, 1974). Menurut Spruyt (1956), formasi ini diendapkan secara selaras
ini mengandung foram besar antara lain Spiroclypes spp, Eulipidina Formosa
Schl, Molusca dan lain sebagainya. Ketebalannya antara 19 - 150 meter dan
daerah dalam cekungan yang dangkal adalah selaras, tetapi pada beberapa
15
Spruyt (1956) Formasi ini terdiri atas napal tufaan berwarna kelabu cerah sampai
keras, tuff, breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis batugamping. Endapan
sediment pada formasi ini banyak mengandung Globigerina spp, dan napal yang
seri monoton dari serpih dan napal yan mengandung Globigerina sp dengan
selingan tufa juga lapisan pasir glaukonit. Umur dari formasi ini adalah Awal
(1986) berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah (N9 – N12). Ketebalan
formasi ini adalah antara 150 – 2200 m (Laporan internal PT. Pertamina EP asset
2, 2013).
Lokasi tipe formasi ini , menurut Musper (1937), terletak diantara Air
Muara Enim (Lembar Lahat). Nama lainnya adalah “Onder Palembang Lagen”
(Musper, 1937), “Lower Palembang Member” (Marks, 1956), “Air Benakat and
pada saat permulaan dari endapan susut laut. Formasi ini berumur dari Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir. Litologinya terdiri atas batupasir tufaan, sedikit
16
Pada formasi ini dijumpai Globigerina spp, tetapi banyak mengandung Rotalia
spp. Pada bagian atas banyak dijumpai Molusca dan sisa tumbuhan. Di Limau,
biru sampai coklat kelabu, serpih lempung pasiran dan batupasir tufaan. Di
daerah Jambi ditemukan berupa batulempung kebiruan, napal, serpih pasiran dan
kelaut dangkal bagian atas (De Coster, 1974). Ketebalan formasi ini berkisar 100
(Tobler, 1906). Menurut Spruyt (1956) formasi in terlatak selaras diatas Formasi
Air Benakat. Formasi ini dapat dibagi menjadi dua anggota “a” dan anggota “b”.
Anggota “a” disebut juga Anggota Coklat (Brown Member) terdiri atas
Anggota “b” disebut juga Anggota Hijau Kebiruan (Blue Green Member) terdiri
atas batulempung pasiran dan batulempung tufaan yang berwarna biru hijau,
berwarna putih sampai kelabu terang. Pada anggota “a” terkadang dijumpai
sedangkan pada anggota “b” selain batubara dan sisa tumbuhan tidak dijumpai
17
fosil kecuali foram air payau Haplophragmoides spp (Spruyt, 1956). Anggota
air payau dan darat (Spruyt, 1956). Umur dari formasi ini ialah Miosen akhir
hingga pliosen dan ketebalan formasi ini berkisar 500 – 1000 m (Laporan
1973). Pada bagian bawah terdiri atas batupasir tufan dengan beberapa selingan
lapisan batulempung tufan dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas terdapat
lapisan tuf batuapung yang mengandung sisa tumbuhan dan kayu terkersikkan
moluska air tawar Viviparus spp dan Union spp, umurnya diduga Plio-Plistosen.
Lingkungan pengendapan air payau sampai darat. Satuan ini terlempar luas
dibagian timur Lembar dan tebalnya mencapai 35 meter, pada daerah lain tebal
formasi ini berkisar 850 – 1200 m (Laporan internal PT. Pertamina EP asset 2,
2013).
alluvial ini bervariasi, dan satuan ini terdiri dari hasil rombakan beku, batuan
18
sedimen, batuan metamorf yang bersifat lepas berukuran pasir halus hingga
kerakal.
Gambar 2.7 Kolom litostratigrafi dan episode tektonik cekungan Sumatera Selatan
19