Anda di halaman 1dari 8

Mari Berkenalan dengan Sundaland

Blok-Blok Utama dari Asia Tenggara. Jalur Ofiloit/arc ditandai oleh


arsiran berwarna hijau (Metcalfe 996,2011 a,b; dan Barber dkk 2005;
dimodifikasi oleh Hall 2014)

Sundaland (van Bemmelen, 1949 ; Hutchison, 1973,1989) adalah inti dari


kerak benua Asia Tenggara. Secara fisiografis, Sundaland meliputi Paparan Sunda
(Sunda Shelf) berserta daratan lain seperti Semenanjung Malaya, Pulau Jawa,
Kalimantan, Sulawesi bagian barat dan Serawak (Gambar 1). Pada bagian barat dan
selatan dibatasi oleh palung Sunda dan Jawa. Dibagian timur laut dibatasi oleh Red
River Shear Zone, sedangkan dibagian barat laut dibatasi oleh Blok Burma
sepanjang suture pada periode cretaceous dan zona ofiolit (Hutchison, 1975).
Adapun batas pada bagian timur sering menjadi perdebatan. Sebagian pakar
menarik batasnya mulai dari Barat Jawa, menuju timur laut hingga Kalimantan lalu
menerus ke Laut Cina Selatan. Namun, sekarang kita telah mengetahui bahwa
batas timur sundaland ialah dimulai dari Timur Jawa menuju Barat Sulawesi bahkan
mencakup Flores dan Sumba (Hall, 2014)

Sampai saat ini, ada beberapa konsep tektonik perkembangan Daratan


Sunda. Konsep pertama dimana mengatakan bahwa Perkembanan tektonik Daratan
Sunda sebagai produk daripada pertemuan dan penyusupan lempeng yang
berlangsung secara bertahap sejak Perm sampai sekarang, antara lempng Hindia-
Australia, Eurasia dan Pasifik. Katili (1974) menjelaskan sejarah perkembangan
tektonik dari Indonesia berdasarkan model tektonik lempeng, dengan cara
mengenali kembali lokasi-lokasi dari jalur-jalur subduksi dan daerah-daerah yang
mempunyai kegiatan magma kalk-alkalin.

Gambar 1. Peta wilayah Sundaland dan wilayah disekitarnya. Segitiga


hitam adalah gunung api (Siebert dan Simkin 2002 dalam Hall 2014)

Selanjutnya Dally 1991, mengutarakan bahwa sejak 70 55 Ma daratan


Sunda merupakan bagian daripada Asia Tenggara, dikelilingi oleh jalur-jalur
subduksi antara lempeng Hindia-Australia di Selatan dan lempeng Pasifik di utara.
Dan yang terakhir, konsep yang mengatakan bahwa Daratan Sunda berasal dari
unsur Pangea dan Gondwana, dimana konsep ini menjelaskan Daratan Sunda yang
terdiri dari suatu komplek berupa pola mosaic dari beberapa lempeng mikro yang
saling bergerak satu terhadap lainnya. Pulunggono dan Cameron pada tahun 1984
membahas lebih jauh mengenai konsep ini.
Gambar 2. Model ektrusi tektonik India-Asia (Tapponier, 1982)

Disamping itu, event tektonik yang berpengaruh terhadap wilayah sundaland


dan Asia Tenggara ialah tumbukan antara India-Eurasia pada 45 Ma. Molnar dan
Tapponier (1975), Tapponier et al (1982) menjelaskan dengan sangat elegen konsep
extrusion tectonic yang terjadi akibat tumbukan India-Eurasia. Mereka
menyimpulkan bahwa ada beberapa fenomena yang terjadi pada saat tumbukan,
terutama yang berasosiasi dengan continental collision dan didominasi oleh sesar
mendatar yang kemudian dinamakan extrusion tectonic atau istilah tectonic escape
yang diusulkan oleh Burke dan Sengor (1986) dalam Satyana 2006 (Gambar 2).

Satyana (2006) menjelaskan bahwa terminology escape tectonic


(extrusion tectonic) merujuk pada pergerakan lateral dari blok-blok geologi yang
terhubung atau terikat oleh patahan (fault-bounded) sebagai akibat dari tumbukan
atau kompresi. Pergerakan ekstrusi ini dapat terjadi pada semua skala, mulai dari
patahan yang berskala kecil, dengan hanya berukuran pergeseran sebesar
centimeter atau meter, hingga patahan kerak bumi berskala besar, dengan
pergeseran hingga kilometer.
Pada gambar 2 dapat dilihat ilustrasi dari peristiwa tumbukan India-Eurasia.
Akibat dari tumbukan ini menyebabkan deformasi yang meliputi pergeseran-
pergeseran melalui sesar-sesar mendatar yang berukuran raksasa, di antaranya
bagian tepi dari Asia Tenggara bergeser ke tenggara, termasuk sesar Sumatra
(Semangko), bagian tepi Timur Asia bergeser ke Timur.

Evolusi Sundaland
Hall (2008, 2012) dan yang terbaru pada tahun 2014 saat pertemuan
tahunan MGEI di Palembang telah merekonstruksi keterbentukan Sundaland. Konsep
yang diajukannya tentu didukung juga oleh pendapat beberapa peneliti
sebelumnya. Secara umum perkembangan Sundaland dibagi menjadi dua fase :
Fase pertama pada masa Permian Trias, dan Fase kedua pada masa Jura-
Cretaceous. Berikut tahapan evolusi Sundaland secara garis besarnya :

Gambar 3. Model Skematik dari subduksi Paleo-Tethys Ocean pada


periode Perm-Trias dan tumbukan antara Sibumasu-East Malaya. BRSZ-
Bentong-Raub Suture Zone. (Sevastjanova dkk 2011 ; Metcalfe 2000,
2008,2009; Barber dan Cow 2009, dimodifikasi oleh Hall 2014)
Permian-Trias
Pada umur ini kita akan menemukan bagian tertua daripada Sundaland, yaitu
Malaysia dan Sumatera yang berkumpul pada akhir Paleozoik dan Trias seperti yang
digambarkan oleh Metcalfe (2011). Pada gambar 3 menunjukkan penampang yang
dibuat oleh Sevastjanova (2011) yang mengilustrasikan model subduksi periode
Perm-Trias pada Paleo-Tethys Ocean dan tumbukan (kolisi) antara Sibumasu
terhadap Malaya Timur . Kita perhatikan pada gambar, dimulai sejak Awal Perm
sampai akhir Perm terjadi pergerakan Sibumasu menuju Malaya Timur dimana pada
waktu bersamaan proses subduksi pada Paleo-Tethys terus terjadi. Memasuki awal
trias, terjadi tumbukan (kolisi) antara blok sibumasu dengan Malaya Timur yang
menyebabkan banyak proses magmatisme granitoid pada area ini.

Jura-Cretaceous
Pada periode setelah Trias, terjadi penunjaman (subduksi) ke arah barat pada
lempeng Pasifik dibagian Asia Timur (Gambar 4 ) hingga awal Cretaceous akhir.
Aktivitas penunjaman ini menghasilkan komplek akresi dibeberapa tempat seperti
pada Sarawak, bagian offshore daratan Luconia-Dangerous, dan kemungkinan
Palawan, timur laut Sundaland.
Hall (2009,2011,2012) menginterpretasikan Bahwa SW Borneo sebagai
bagian dari Blok Banda dan kerak yang melandasi Sabah bagian timur sert NW
Sulawesi berpisah dari Australia pada masa Jura lalu mengalami akresi dengan
Sundaland pada awal Cretaceous sekitar 115 dan 110 Juta tahun lalu sepanjang
kelurusan Biliton yang memanjang ke arah selatan dari Laut Natuna (Ben-Avraham
dan Emery, 1973).
East Java-West Sulawesi (EJWS) diinterpretasikan sebagia bagian dari Blok
Argo dan memisahkan diri dari Australia pada masa Jura. Blok East Java-West
Sulawesi bersama dengan Blok Sabah-NW Sulawesi bersatu dengan Asia Tenggara
sekitar 90 juta tahun lalu dan tumbukan ini ditandai oleh suture yang memanjang
dari Barat Jawa melalui Pegunungan Meratus ke arah utara (Hamilton, 1979;
Parkinson et al,1998). Pada waktu bersamaan dengan tumbukan ini, Woyla intra-
oceanic arc mengalami tumbukan (kolisi) dengan Sumatera pada bagian barat
Sundaland (Barber, et al 2005).
Pada periode setelah Jura sebagian besar Indochina hingga ke selatan
meliputi Semenanjung Thai-Malaya dan beberapa bagian dari Paparan Sunda
termasuk Sumatera yang sebelumnya merupakan daratan yang telah ada,
mengalami proses subduksi (penunjaman). Pada masa ini, aktivitas vulkanisme
berlangsung cukup masiv. Clements tahun 2011 mengatakan bahwa subduksi pada
awal cretaceous akhir mempunyai kontribusi besar terhadap pengangkatan pada
sundaland, ditandai oleh ketidakselarasan regional.
Inilah tahap akhir dari pembentukan formasi atau bagian dari Sundaland saat
ini. Batuan-batuan yang berada dibawah ketidakselarasan regional tadi adalah
berumur cretaceous atau batuan yang relative lebih tua dibandingkan batuan yang
berada diatas ketidakselarasan (berumur eosin atau lebih muda) akanberumur lebih
muda, dimana jeda waktu pada ketidakselarasan ini lebih dari 80 juta tahun
(Clements et al, 2011). Batuan-batuan yang ditemukan sangat terbatas namun
memberikan informasi bahwa seperti pada Sarawak dan NW Borneo didominasi oleh
endapan klastik terrestrial lingkungan sungai, kecuali pada bagian ekstrem wilayah
Sarawak, Sabah, Barat Sulawesi dan kemungkinan offshore timur Jawa ditemukan
bukti-bukti tipekal endapan laut dalam.
Sekali lagi dapat disumpulakn bahwa perkembangan Sundaland dibagi
menjadi dua fase : Fase pertama pada masa Permian Trias, dan Fase kedua pada
masa Jura-Cretaceous. Tulisan ini dibuat sebagai pengantar untuk membahas
sejarah perkembangan tektonik di wilayah Indonesia. Penulis berpendapat
pemahaman secara garis besar mengenai tektonik pada wilayah Sundaland akan
membantu kita dalam mempelajari tektonik pada wilayah Indonesia, khususnya
bagian barat Indonesia.

Gambar 4. Rekonstruski pada 150,110,90, dan 50 juta tahun lalu. A ialah


Argo yang menjadi East Java-West Sulawesi (EJ-WS); Ba ialah Banda yang
menjadi SW Borneo (SWB); IB ialah Inner Banda yang menjadi Sabah-NW
Sulawesi (S-NWS). Luc-DG ialah Blok Luconia dan Dangerous Ground (Hall
2012, dimodifikasi oleh Hall, 2014)
Barber, A.J., Crow, M.J., Millsom ,J. S. (2005): Sumatra: Geology, Rescources and
Tectonics Evo
lution, The Geological Society London, UK, London.
Clements, B. dan Hall, R. (2007): Cretaceous to Late Miocene stratigraphic and
tectonic evolu tion of West Java, Indonesia. In: Indonesian Petroleum Association,
Proceedings 31st
Annual Convention, 87104.
Hall, R. 2012. Late Jurassic-Cenozoic Reconstruction of The Indonesian Region abd
The
Indian Ocean. Tectonophysics 570-571.
Hall, R.2014. The Origin of Sundaland. Proceedings Of Sundaland Resources 2014
Mgei Annual Convention. 17-18 November 2014, Palembang, South Sumatra,
Indonesia
Satyana, 2006. Post-Collisional Tectonic Escapes In Indonesia : Fashioning The
Cenozoic
History. PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006 The 35th IAGI Annual Convention
and Exhibition Pekanbaru Riau, 21 22 November 2006
Hamilton, W. (1979): Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey
Professional
Paper, 1078, 345.
Pulunggono dan Martodjojo, S. (1994): Perubahan Tektonik Paleogene-Neogene
Merupakan Peristiwa Terpenting di Jawa, Proc. Geol dan Geotektonik P. Jawa sejak
akhir Mesozoik
hingga Kuarter, Yogyakarta, 37-50.

Anda mungkin juga menyukai