Anda di halaman 1dari 14

Ujian Akhir Semester Geologi Indonesia

1. Ceritakan evolusi tektonik paparan Sunda di Kawasan Barat (KBI) Indonesia dan
evolusi tektonik Paparan Sahul di Kawasan Timur Indonesia? Sebutkan di mana letak
perbedaan dan kesamaan?
2. Sejak dulu telah dikenal bahwa batas Daratan Sunda (Sundaland) pada umur Kapur
mengikuti pola Meratus (Hamilton, 1979), tetapi pada saat ini, batas tersebut cenderung
ke arah Sulewesi Selatan (daerah Bantimala).
a. Data apa yang menjadi pertimbangan dalam menjelaskan batas Daratan Sunda
tersebut?
b. Sketsa penampang tektonik pada umur Kapur melalui daerah Bantimala, Selat
Makasar, memotong Pegunungan Meratus sampai ke Cekungan Barito? Sebutkan
juga nama elemen-elemen tektonik dari masing-masing tempat pada penampang
tersebut?
3. Jelaskan bagaimana model tektonik proses pembentukan kelompok batuan Ofiolit di
Pegungungan Meratus, Kalimantan?
4. Sebutkan empat perbedaan utama antara Busur Barat dab Busur Timur Pulau Sulewsi?
Dan dibagian mana dataran luas dari kelompok batuan Ofioloit yang banyak
mengandung mineral Nikel dapat ditemukan di Pulau Sulewesi? Zona penunjaman
manakah di Kawasan Sulewesi yang berkaitan dengan vulkanisma aktif saat ini?
(gambar).
5. Banyak perdebatan dari para ahli kebumian yang mempelajari evolusi tektonik Papua,
salah satu perdebatan yang hangat adalah model subduksi ke utara atau ke selatan.
Menurut saudara bagaimana seharusnya? Bukti apa yang mendukung ide saudara
tersebut jika dikaitkan dengan pola tektonik Papua saat ini?
6. Sebagai akibat tumbukan antara Busur Kepulauan di Samudera Pasifik dengan Kerak
Benua Australia pada Zaman Tersier di Papua, maka terbentuklah jalur struktur
“Central range fold belt” berarah Barat-Timur. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
jalur struktur tersebut? Jelaskan juga jenis struktur apa yang berkembang?
7. Aktivitas magmatic berumur Tersier di Papua Barat menghasilkan akumulasi tembaga
dan emas. Jelaskan dengan singkat sumber magmanya berasal dari mana?
8. Fisiografi Kawasan Timur Indonesia (KTI) saat ini, memperlihatkan Pulau Sumba yang
unik pada Cekungan Muka Busur Banda. Umbgrove (1949) mensinyalir adanya
problem geodinamik Pulau Sumba. Hipotesa tentang evolusi geodinamik Pulau Sumba
menjadi bahan perdebatan diantaranya para ahli kebumian. Sebutkan apa
permasalahannya ditinjau dari sudut pandangan geodinamik (Teori Tektonik Lempeng)
dan Jelaskan juga secara singkat (disertai sketsa/gambar) evolusi geodinamik dari Pulau
Sumba sejak umur Kapur hingga Kuarter?
9. Pulau Timor merupakan salah satu contoh produk tektonik dari proses tumbukan antara
Busur Kepulauan dengan Kontinen (Island Arc-Continent Collision) di Kawasan Timur
Indonesia.
a. Jelaskan 3 model tektonik untuk Pulau Timor dari berbagai model yang pernah
diusulkan?
b. Secara stratigrafi dan struktural Timor dapat dibedakan menjadi 3 bagian utama.
Sebut dan uraikan secara ringkas?
10. Heidrick dan Aulia (193) menyebut adanya fase-fase tektonik di Kawasan Sumatera
Tengah yang menghasilkan bentuk-bentuk struktur yang khas. Ceritakan proses-proses
apa yang berlangsung selama kala Eosesn-Oligosen dan selama kala Miosesn Tengah-
Resesn serta bentuk-bentuk struktur apa yang dihasilkan?

Jawaban:
1. A. Paparan Sunda
Teori yang paling diteruma dari paparan sunda adalah ssebagai amalgamasi dari unsur-
unsur kerak samudera benua-busur kepulauan dan “suture-suture” (Jalur pertemuan
antara lempeng litosfir). Paparan Sunda terbentuk akibat pecahnya Gondwana (126 juta
tahun yang lalu). Kepingan-kepingan Gondwana bergerak ke utara dan membentur
bagian selatan dari Asia. Kepingan-kepingan itulah yang disebut Sundaland. Sundaland
mencakup Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Pola struktur dominan yang terbentuk di Sundaland dipengaruhi oleh kolisi India –
Eurasia yang menyebabkan sesar-sesar mendatar. Kedalaman paparan yang dangkal (di
bawah 50 meter rata-rata)diakibatkan oleh aktivitas vulkanik beribu-ribu tahun dan
erosi massa benua Asia, serta terbentuknya konsolidasi runtuhan batu di pesisir seiring
naik dan turunnya permukaan laut. Tebing-tebing curam di bawah laut kemudian
memisahkan Paparan Sunda dengan kepulauan Filipina, Pulau Sulawesi, dan
Kepulauan Sunda Kecil. Batas Paparan Sunda sekarang pada bagian timur dibatasi
oleh dibatasi oleh jejak subduksi Meratus pada Zaman Kapur yang ditandai dengan
adanya kompleks mélange di Bayat, Karangsambung, dan Ciletuh , bagian barat
dibatasi oleh area subduksi aktif Indo-Australia pada barat daya Pulau Sumatera yang
ditandai dengan keberadaan Palung Sunda dan Sesar Besar Sumatera, bagian utara
dibatasi oleh dibatasi oleh Lempeng Australia dan Laut Cina Selatan, bagian selatan
dibatasi oleh dibatasi oleh area subduksi aktif Indo-Australia pada bagian selatan Pulau
Jawa yang ditandai dengan keberadaan Palung Jawa.

Gambar 1. Lokasi Paparan Sunda pada masa kini, warna pink.


Evolusi paparan Sunda Pra-Tersier –Tersier hingga sekarang (Hutchinson, 1973).
Pada Zaman Perm – Trias Awal
Pada Zaman Perm, tidak ada perubahan penyebaran keterdapatan batuan plutonik dan
volkanik dari Karbon Akhir. Sistem busur-palung yang bekerja di Sumatra masih tidak
mengalami perubahan (Gambar 2). Batuan volkanik dan piroklasik berkomposisi 3ea rah3l
sampai riolitik menyebar di bagian barat dari Sumatera Tengah.

Gambar 2. Kondisi paparan Sunda zaman perm-awal trias (Hutchison 1973)


Pada Zaman Trias Akhir Jura Awal
Dari Trias Akhir sampai Jura Awal, subduksi di Sumatra terus berlangsung dan menghasilkan
kompleks ofiolit Aceh di bagian utara dan kompleks ofiolit Gumai-Garba di selatan. Kedua
ofiolit tersebut menurut Bemmelen (1949; dalam Hutchison, 1973) berumur Trias.

Gambar 3. Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Zaman Trias Akhir sampai
Jura Awal (Hutchison, 1973)
Pada Jura Tengah sampai Kapur Tengah, terjadi pengangkatan di wilayah Semenanjung
Malaysia, menyebabkan perubahan lingkungan sedimentasi pada daerah tersebut dari
lingkungan laut menjadi lingkungan darat, ditandai dengan endapan tipe molasse dan
sedimentasi 4ea rah4le. Volkanisme di 4ea rah Sumatra dan sekitarnya kurang aktif pada selang
waktu ini. Selama Jura dan Kapur, 4ea rah Sumatra dan sekitarnya terkratonisasi, dan 4ea ra
pensesaran strike slip terbentuk (Tjia et. All, 1973; dalam Hutchison, 1973). Pensesaran strike
slip ini akibat dari tumbukan lempeng Indian dengan Eurasia.
Pada Zaman Kapur Akhir – Tersier Awal
Pada Kapur Akhir, zona subduksi bergerak arah barat Sumatra, sepanjang pulau-pulau yang
saat ini berada di barat Sumatra seperti Siberut. Ofiolit dari subduksi ini sendiri oleh Bemmelen
(1949; dalam Hutchison, 1973) diperkirakan berumur Kapur Akhir sampai Tersier Awal. Di
bagian utara Sumatra terdapat Intrusi Granitik Tersier sedangkan di selatan terdapat Adesit Tua
dan Intrusi Granit Miosen Awal. Pola dari arah palung busur di Sumatra pada saat itu
digambarkan pertama kali oleh Katilli (1971; dalam Hutchison, 1973) seperti pada gambar 12.
Subduksi yang berada di barat Sumatra menerus ke selatan Jawa Barat, lalu berbelok ke timur
laut menuju arah Pegunungan Meratus di Kalimantan Timur.

Gambar 4. Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada saat ini (Hutchison, 1973)

B. Paparan Sahul
Paparan Sahul merupakan bagian dari lempeng benua Australia-Papua (disebut juga Sahul)
yang terletak di utara Australia dan selatan Papua.Pada Kala Miosen (23 – 5 juta tahun lalu),
Kawasan Timur Indonesia mulai menunjukkan bentuk sebagai hasil interaksi tiga lempeng
utama dengan peristiwa geologi yang terjadi berupa terbentuknya zona bukaan dan
pembentukan ofiolit Neogen di utara Timor dalam lingkungan punggungan tengah samudera,
serta ofiolit Neogen di bagian barat Seram terbentuk dalam konteks busur belakang. Pada
Miosen Awal (Gambar 5), terjadi tabrakan miring antara Lempeng Australia dan Lempeng
Pasifik, Filipina, dan Carolina membentuk sesar-sesar mendatar sinistral dan menyebabkan
terfragmentasinya bagian Kepala Burung Papua, menghasilkan beberapa lempeng
mikrokontinen Australia (New Guinea) ditandai oleh pemalihan regional akibat obduksi serta
anjakan busur muka terhadap busur vulkanik diikuti anjakan busur belakang ke utara dan
menutupnya cekungan busur belakang pada Miosen Tengah serta anjakan ofiolit di barat Seram
(Lee & Lawver, 1995; Hall, 2002; Permana, 2002). Pada akhir Miosen ditandai dengan rotasi
berlawanan arah jarum jam dari Pulau Seram menempati posisinya sekarang diikuti oleh
obduksi Ofiolit dan pemalihan pada lempeng mikro Seram (Gambar 5). Pada Kala Pliosen (5
– 2 juta tahun yang lalu), terjadi penunjaman ke utara dari kerak benua Australia dan ditandai
oleh aktivitas gunungapi di sekitar busur Banda Selatan, Buru, dan Seram. Pada Kala Resen
atau kondisi saat sekarang, Lempeng Pasifik bergeser 5ea rah barat-barat daya dengan
kecepatan 95-100 mm pertahun, sementara Lempeng Australia bergerak 5ea rah utara-timur
laut dengan kecepatan 72 mm pertahun (Benes & Scot, 1994; Hall, 2002; Wilson, 2002;
Permana, 2002).

Gambar 5. Tektonika lempeng bumi yang membentuk Kawasan Timur Indonesia


pada 55 juta tahun yang lalu (Eosen awal) dan 45 juta tahun yang lalu (Eosen Tengah)
(Hall, 2002)

Gambar 6. Tektkonika lempeng bumi yang membentuk Kawasan Timur Indonesia


pada 20 juta tahun (Miosen Awal) dan 5 juta tahyn yang alu (Miosen Akhir) (Hall,
2002)
Persamaan utama antara Paparan Sunda dan Paparan Sahul adalah sama-sama
terbentuk akibat peristiwa amalgamasi.
Perbedaan utamanya adalah, pada Kawasan Indonesia Timur terbentuk sesar-sesar
yang lebih kompleks dan terdapat triple junction. Sedangkan pada Kawasan Indonesia
Barat tidak.. Pada Indonesia bagian Timur usur-busur kepulauannya dibatasi oleh
lautan yang dalam dan palung-palung yang dalam.Sedangkan Indonesia Barat busur-
busur kepulauannya dibatasi oleh lautan yang dangkal.
2. A. Hasil penelitian Satyana 2003 menunjukkan:
 Hasil perhitungan umur metamorfisme dan umur radiolaria di Ciletuh dan Luk Ulo
yaitu sekitar Maastrichtian (Kapur Akhir, 72.1 – 66.0 Ma), sedangkan emplacement
ofiolit Meratus terjadi pada Albian – Aptian (Kapur Awal, 126.3 – 100.5 Ma).
 Data gaya berat yang diteliti dan diinterpretasi oleh Satyana, dkk (2007) serta
Satyana dan Armandita (2008) menunjukan bahwa ofiolit Pegunungan Meratus
merupakan detached oceanic crust atau slab break-off yang lepas dari akarnya
berupa slab induk di depan mikrokontinen Paternoster (tipe passive margin) pada
saat terjadi proses akrasi karena benturan antara mikrokontinen Paternoster dan
mikrokontinen Schwanner (SW Borneo) pada Kapur Awal. Detached slab Meratus
terobduksi di atas dua mikrokontinen yang berbenturan ini, sementara sebagian
kerak benua mikrokontinen Paternoster menunjam di bawah detached slab Meratus
karena dibawa masuk ke dalam astenosfer oleh kerak samudera induk di depan
mikrokontinen Paternoster.
Kesimpulan: komplek ofiolit yang terdapat pada pegunungan Meratus tidak dapat
dihubungkan dengan ofiolit Cileteuh dan Lok0ulo karena proses pembentukan kedua
kompleks tersebut berbeda sejarahnya.
B. Sketsa penampang tektonik pada umur Kaput melalui daerah Bantimala, Selat Makasar,
memotong Pegunungan Meratus sampai ke Cekungan Barito

Gambar 7. Penamapang Pulau Kalimantan berarah NW-SE Zaman Kapur (Hasan,


1991; Wakita, 2000; dimodifikasi Satyanan dan Armandita, 2008)
WEST DIPPING SUBDUCTIO N
NW SE
MA
RIFTED FRO M
SCS BASIN FA MERATU'S WEDGE GO NDWANA
BA 1

SUNDA PL MICRO - CO NT

80 - 60 MA INDIAN -AUSTRALIA
L.CRET. - PALEOC. PLATE PATERNO SFER -
KANGEAN BLO CK
FIRST EPISO DES PLATE
SCS SPREADING
MA

BA 2 NW
FA
LUPAR WEDGE
AUSTRALIA PLATE

60 - 40 MA
PALEOC. - M. EOCENE
EAST DIPPING SUBDUCTION CO LLISIO N MICCRO CO NTINEN - MERATUS
MA = MAGMATIC ARC
BA = BACK ARC BASIN
FA = FO RE ARC BASIN
SCS = SOUTH CHINA SEA

Gambar 8. NW – SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and


(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

Komponenn: Magmatic Arc, Back Arc Basin, Fore Arc Basin, South China Sea,
Meratus Wedge.

3. model tektonik proses pembentukan kelompok batuan Ofiolit di Pegungungan


Meratus, Kalimantan
Pegunungan Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal dan
terletak di wilayah yang terletak jauh dari tepi konvergensi lempeng. Pegunungan
Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan
Cekungan Asem-asem. Pegunungan Meratus mulai terangkat pada Miosen Akhir dan
efektif membatasi sebelah barat Cekungan Barito pada Plio-Pleistosen (Penrose, 1972;
Coleman, 1977 dalam Clague dan Straley, 1977).
Pada Miosen Awal, karena perbedaan densitas, kerak benua Paternoster yang
densitasnya paling ringan pun mengalami break-off dengan kerak samudera di
depannya yang melaju terus memasuki astenosfer yang semakin dalam ke sebelah barat.
Selanjutnya, kerak benua Paternoster yang sempat menunjam menjadi terangkat
(ekshumasi) oleh tektonik gaya berat akibat perbedaan densitas segmen – segmen kerak
yang pernah mengalami benturan dan astenosfer sekelilingnya. Tektonik gaya berat
ekshumasi berupa pengangkatan kembali kerak benua ini turut mengangkat detached
oceanic slab ofiolit Meratus yang hanya menumpang secara pasif (obducted) di atas
kerak benua Paternoster. Demikian, terangkatlah Pegunungan Meratus, seluruhnya
melalui tektonik gaya berat ekshumasi akibat perbedaan densitas.
4. Perbedaan utama antara Busur Barat dan Busur Timur dari Pulau Sulawesi

Tabel 1. Perbedaan Busur Barat dan Busur Timur dari Pulau Sulawesi

No Busur Barat Busur Timur


1 Busur vulkanik memanjang Kompleks Ofiiolot (non-volkanik)
Selatan-Utara
2 Terdiri dari batuan beku granit- Terdiri dari batuan beku-ultrabasa,
granodiori kuarter, sedimen sedimen pelagik, dan kompleks mélange
mesozoik, dan metamorf
3 Berasa dari kontinen Berasal dari kerak Samudera
4 Struktur sederhana dengan Struktur kompleks dengan metamorfisme
metamorfisme derajat tinggi derajat rendah
6. Model subduksi Papua
Sabuk pegunungan lipatan tengah di Irian Jaya terbentuk oleh adanya collision antara
lempeng Pasifik dan lempeng Australia. Pada zaman Pra-Tersier belum ada aktivitas
aktif secara tektonik di wilayah bakal pulau Irian jaya ini. Fase tektonik aktif mulai
muncul pada kala Eosen yang diwakili adanya busur volkanik di Pasifik. Tumbukan
antara busur volkanik Melanesia dan Australia terjadi di kala Oligo-Miosen (sekitar 25
Jtyl) dan diikuti dengan proses delaminasi pada Miosen akhir (8 Jtyl). Delaminasi
adalah proses penipisan lempeng dan diikuti slab break off. Peristiwa ini menghasilkan
kegiatan magnetisme di pegunungan tengah yang menghasilkan beberapa sistem
endapan mineral.
Proses organik ini menghasilkan struktur lipatan dan thrust fault akibat gaya dengan
arah U-S di sepanjang busur tumbukan. Selain itu, terdapat sesar-sesar mendatar
akibat gejala extrussion tectonics dari tumbukan ini.
Gambar 9. Model subduksi Papua (sumber: slide kuliah Geologi Indonesia)
7. Aktivitas magmatic berumur Tersier di Papua Barat menghasilkan akumulasi
tembaga dan emas.
Asosisasi mineral utama Cu-Au di Grassberg 3 Ma, Ok Tedi~2Ma, mineralisasi
Auutasma Wabu ~5Ma, Pogera 6 Ma.
Provinsi magmatic pada Papua dapat dibagi menjadi dua provinsi utama. Yang
pertamaadalah magmatisme pada kala Miosen 20-10 juta tahun lalu yang dikenal
dengan Maramuni Arcyang mengintrusi dari batuan dasar kontinen Australia di bagian
timur Papua Nugini (Dow, 1977).Magmatisme paling muda berumur 7 juta tahun yang
lalu yang terkonsentrasi sepanjang punggungan dari bagian tengah Papua. Seluruh
prospek mineralisasi di Papua terbentuk selama masa ini. sebaran daerah magmatic
hanya terjadi pada bagaian punggungan dari Papua (orogenic belt) hal ini
mengindikasikan bahwa magmatisme di Papua disebabkan oleh adanya konvergensi.
Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah sabuk magmatik yang terjadi di Papua
berlangsung secara singkat dan tidak berlangsung akibat steady state subduction

Salah satu teori penyebab terbentuknya pegunungan dan magamatisme di wilayah


papua adalah konsep delaminasi (Gambar 10). Delaminasi di mulai dengan
menjauhnya pulau terisolasi di Fore arc yang menyebabkan penipisan litosfer di Fore
arc, lalu dilanjutkan dengan dimulainya peristiwa orogenesa yang membentuk
kompleks collision setinggi 500+ km. Orogenesa terus berlanjut dan menyebabkan
perlipatan pada Shelff Strata dan terjadi underplating hal tersebut menyebabkan
ophiolite Irian terangkat, lalu dimulainya erosi dari Ruffaer Metamorphic Belt.
Selanjutnya Delaminasi dimulai dan magma mulai terbentuk dan menyusup ke
pagunungan. Setelah Delaminasi selesai terjadi sesar strike-slip.
Gambar 10. Proses delaminasi pada papua (Sumber: Slide kuliah Geologi Indonesia)

8. Permasalahan Pulau Sumba adalah, Pulau Sumba terletak di antara Palung Jawa
(bidang subduksi) dan Palung Timor (bidang kolisi), namun bukan bagian dari
keduanya. Pulau Sumba merupakan blok mikrokontinen yang terperangkap terhadap
busur kepulauan vulkanik aktif (Sumbawa, Flores) dalam cekungan fore arc. Pulau
Sumba tidak menunjukkan efek kompresi kuat, berbeda dengan pulau-pulau sekitarnya
yang merupakan bagian dari Busur Luar. Pulau Sumba diperkirakan sebagai kepingan
kerak benua karena ditemukannya batuan granodioritik di beberapa tempat, pola
struktur jarang yang menunjukan daerah tersebut relatif stabil, serta batuan di sekeliling
Sumba yang merupakan bagian dari kerak samudra sehingga membuktikan keberadaan
Pulau Sumba yang terisolasi sebagai mikrokontinen yang kemudian diteliti berasosiasi
dengan Sundaland.

Berikut merupakan evolusi geodinamik Pulau Sumba:


 Kapur: Pada akhir Kapur, lempeng Indo-Australia mengalami penunjaman ke
bawah lempeng Eurasia akibat pemekaran laut Tethys, membentuk busur
vulkanik di tepi Lempeng Eurasia.
 Paleogen: Laju subduksi lebih besar dari laju pemekaran sehingga laut Tethys
menyempit. Rezim ekstensi di belakang busur vulkanik membentuk cekungan
belakang busur. Zona subduksi mengalami roll back membentuk busur
kepulauan vulkanik.
 Miosen Tengah-Pliosen: Benua Australia semakin mendekat, terjadi pelandaian
sudut penunjaman sehingga magmatisme mundur kea rah Eurasia membentuk
Busur Banda. Blok Sumba mengalami tumbukan dengan Lempeng Australia.
Cekungan Selat Sumba terbentuk di antara Busur Banda dan Sumba serta
Cekungan Flores di utara Busur Banda.
 Kuarter: Blok Sumba terangkat dan tersingkap sebagai Pulau Sumba. Di daerah
timur timbul prisma akresi sebagai Pulau Timor. Tumbukan juga menyebabkan
Flores Thrust sebagai akibat tertahannya lempeng di selatan Sumba.

Gambar 11. Empat tahap evolusi tektonik Pulau Sumba (Abdullah et al., 2000; Abdullah
2010)
9. A. Terdapat tiga teori pembentukan Pulau Timor, diantaranya:
 Model Imbrikasi (Hamilton, 1979) Timor merupakan akumulasi material terimbrikasi
pada hanging wall zona subduksi. Timor merupakan chaotic mélange di mana isostasi
menyebabkan pengangkatan zona mélange membentuk prisma akresi, yaitu Pulau
Timor.
 Model Overthrust (Barber, 1981) Timor terbentuk oleh batas kontinen Australia yang
ditutupi seri overthrust. Unit ini melewati zona subduksi akibat tumbukan, yang berisi
endapan allochthone Busur Banda teranjakan di atas endapan paraautochthone
kontinen Australia.
 Model Upthrust Batas benua Australia masuk ke dalam subduksi di sekitar Selat
Wetar, kemudian subduksi berhenti. Lempeng benua terpisah dari lempengsamudra
sehingga terjadi pengangkatan Timor. Pada model ini, semua unit struktur yang
terbentuk hanya berasal dari batas kontinen Australia.
B. Stratigrafi dan Stuktural

Secara umum litostratigrafi di Timor dapat dibagi menjadi tiga sekuen (Sawyer
dkk.,1993),yaitu:
1. Sekuen Kekneno, Umur dari sekuen ini berkisar dari Perm Awal hingga Jura
Tengah dengan adanya hiatus pada Jura Akhir, lingkungan pengendapan paparan-
laut dalam.
2. Sekuen Kolbano, Kisaran Umur litologi sekuen ini berkisar dari Jura Akhir-Pliosen
Awal, dengan lingkungan pengendapan paparan-laut dalam(endapan turbidit)
3. Sekuen Viqueque, Sekuen ini terdiri dari endapan sedimen synorogenik Plio-
Pleistosen tipe molasse yang mencakup Formasi Viqueque dan beberapa unit
melange meskipun hubungan genetiknya sulit untuk dijelaskan.
Umur dari ketiga sekuen ini berkisar dari Perm hingga Pleistosen
Gambar 12. Stratigrafi Pulau Timor (Milsom, 2000)

Anda mungkin juga menyukai