Anda di halaman 1dari 9

KAAAAAMIIII

EMIL LAPAR
Secara geografis, Papua dibagi
menjadi 3 komponen besar, yaitu
bagian Kepala Burung(KB), leher
burung dan badan burung
Papua. Cekungan Bintuni berada
di Teluk Bintuni-Papua Barat,
tepatnya terletak di bagian
kepala-leher burung.

Peta lokas-Teluk Bintuni, Papua


• Sesar Sorong, terletak di sebelah Utara

• Sesar Tarera Aiduna, terletak di sebelah


selatan

• Lengguna Fold-Belt (LFB), Berada di


sebelah Timur

• Seram Through, berada di sebelah barat


Cekungan Bintuni merupakan cekungan dengan luas ± 30.000 km2 yang cenderung berarah utara-selatan dengan
umur Tersier Akhir yang berkembang pesat selama proses pengangkatan LFB ke timur dan blok Kemum dari
sebelah utara. Cekungan ini di sebelah timur berbatasan dengan Sesar Arguni, di depannya terdapat LFB yang
terdiri dari batuan klastik berumur Mesozoik dan batu gamping berumur tersier yang mengalami perlipatan dan
tersesarkan. Di sebelah barat cekungan ini ditandai dengan adanya tinggian struktural, yaitu Pegunungan Sekak
yang meluas sampai ke Utara, di sebelah Utara terdapat dataran tinggi Ayamaru yang memisahkan Cekungan
Bintuni dengan Cekungan Salawati yang memproduksi minyak bumi. Di sebelah selatan, Cekungan Bintuni
dibatasi oleh Sesar Tarera-Aiduna, sesar ini paralel dengan Sesar Sorong yang terletak di sebelah utara KB. Kedua
sesar ini merupakan sesar utama di daerah Papua Barat (Anonim, 2014).
Cekungan Bintuni
Berdasarkan stratigrafi Cekungan Bintuni, dapat dibagi evolusi cekungn Bituni dalam beberapa tahapan yaitu :

• Tahapan Pemisahan Gondwana dan Asia


• Tahapan pemisahan Gondwana dan Asia berlangsung pada umur Paleozoikum
Akhir, dibagi menjadi 3 periode pengendapan pre-rift, syn-rift, post-rift.
• Tahap Tumbukan Lempeng Australia dengan Pasifik (Kenozoikum)
• Pada Kenozoikum Awal (Paleosen–Eosen), kemungkinan bahwa Lempeng KB
menjadi terlepas dari Lempeng Australia–New Guinea. Pada umur Eosen-
Oligosen ditandai oleh kemunculan batuan transgresi karbonat Formasi Faumai.
Sebuah ketidakselarasan muncul pada kolom stratigrafi dari lapangan Wariagar,
Bintuni yang berumur Oligosen Akhir. Ketidakselarasan menandakan terjadinya
peristiwa kompresi, yang membagi Formasi Faumai dengan Formasi di atasnya
(Formasi Sirga dan Kais). Fase kompresi ini terjadi akibat adanya tumbukan antara
Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik pada umur Eosen.
• Tahap Pembalikan Zona Subduksi (Neogen)
Pada mulanya Lempeng Australia menunjam ke dalam Lempeng Pasifik ke arah
utara, tetapi setelah terjadi tumbukan terjadi perubahan arah subduksi, dimana
Lempeng Pasifik menunjam ke dalam Lempeng Australia ke arah selatan yang kini
dikenal sebagai Palung New Guinea. Tahap tektonik tumbukan umur ini
menghasilkan New Guinea Mobile Belt dan Lengguru Fold Belt, sesar–sesar aktif
(Sesar Sorong, Terera dan sebagainya) dan cekungan–cekungan forelandseperti
Cekungan Salawati dan Cekungan Bintuni di wilayah Kepala Burung. Pada Miosen
Akhir–Pleistosen diendapkan sedimen klastik, disebut dengan Formasi Steenkool.
Rangkaian formasi ini merupakan tudung (seal) dari Formasi Kais yang merupakan
batugamping reservoir. Kemudian terjadi penurunan cekungan, sedimentasi yang
cepat dengan kedalaman yang sangat dalam sehingga baik untuk “Kitchen area“
sebagai syarat pembentukan hidrokarbon dari Permian Akhir–Awal Jurasik yang
sebelumnya telah terendapkan pada Cekungan Bintuni.
Kolom Stratigrafi Regional Papua menurut Sapiie
(2000)
Cekungan Bintuni, tersusun oleh beberapa komponen yang membentuk
sistem petroleum meliputi batuan induk, reservoar, migration time,
perangkap, dan seal atau penutup.
• Batuan Induk (source rock)
Pada Cekungan Bintuni batuan reservoar adalah batugamping pada
Formasi Kais berumur Miosen Tengah. Batuan induk ini juga dapat
berasal dari batuan yang berumur lebih tua atau Pra-Tersier.
Batugamping ini mengandung material organik yang mampu
menghasilkan hidrokarbon.
• Batuan Reservoar (Reservoir Rock)
Batuan reservoar pada Cekungan Bintuni yaitu batugamping pada
Formasi Kais berumur Miosen Tengah. Batugamping ini berfungsi
sebagai reservoar karena memiliki pori-pori yang baik. Sehingga minyak
yg bersumber dari batuan induk dapat terperangkap dan terakumulasi
pada batugamping ini.
• Migrasi
Migrasi hidrokarbon, merupakan proses perpindahan hidrokarbon dari lapisan induk
menuju ke lapisan resevoar untuk dikonsentrasikan didalamnya. Untuk arah migrasi
yaitu dari cekungan menuju ke perangkap yaitu suatu perangkap antiklin. Migrasi
tersebut melewati suatu adanya sesar normal yang terbentuk pada daerah Bintuni.
Pola stuktur demikian memungkinkan terjadinya migrasi hidrokarbon dari lapisan
source rocks Pratersier ke Formasi Kais sebagai Reservoir. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa hidrokarbon yang terperangkap pada Formasi Kais
di Cekungan Bintuni diperkirakan berasal dari formasi yang lebih tua atau formasi
yang berada di bawahnya (Dolan drr, 1988).
• Perangkap (Trap)
Perangkap pada Cekungan Bintuni berupa perangkap struktur yaitu antiklin yang
berumur lebih muda dari batuan reservoir diperkirakan berumur Miosen Akhir-
pliosen Awal.
• Batuan Penutup
Batuan penutup adalah suatu batuan sedimen yang kedap air sehingga hidrokarbon
yang ada dalam reservoar tidak dapat keluar lagi. Untuk batuan penutup pada
Cekungan Bintuni berupa serpih pada Formasi Klasafet berumur Miosen Akhir.

Anda mungkin juga menyukai