Anda di halaman 1dari 11

1.Berikan penjelasan tentang semua formasi batuan yang terdapat di 3 cekungan sumatra?

A. Cekungan Sumatra Utara


Cekungan Sumatra Utara merupakan cekungan belakang busur yang terletak pada bagian utara
Pulau Sumatra yang membentang dari Medan sampai ke Banda Aceh. Cekungan ini memiliki bentuk
segitiga yang membuka kea rah Utara, dibatasi tinggian Asahan disebaelah tenggara dari Cekungan
Sumatra Tengah. Terbentuk selama Tersier (Oligosen Awal), pada mikrokontinen Sunda (Sostromihardjo,
1988). Pengendapan dimulai dari Eosen hingga Oligosen pada bagian barat yang dicirikan dengan sedimen
klastis kasar yang tidak mengalami deformasi (Fm. Maeucampli), dan berubah secara berangsur ke timur
menjadi endapan paparan karbonat (Fm. Tampur).
Cekungan Sumatra Utara secara tektonik terdiri dari beberapa elemen yang berupa tinggian,
cekungan, maupun peralihan keduanya. Cekungan ini terjadi setelah adanya tektonik pada zaman
Mesozoikum atau sebelum mulai terendapkannya sedimen tersier di cekungan. Proses sedimentasi yang
terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan proses transgresi, disusul regresi, dan terdapan
peristiwa tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur yang dapat diamati pada Cekungan Sumatra Utara
adalah adanya perlipatan dan pergeseran yang berarah barat laut – tenggara.

Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara


Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara dari tua ke muda adalah :

1. Formasi Parapat
Formasi Parapat yang diperkirakan berumur Oligosen, terdiri atas batupasir berbutir
kasar dan konglomerat di bagian bawah, terdapat sisipan serpih yang diendapkan tidak
selaras. Bagian bawah formasi parapet diendapkan dalam lingkungan laut dangkal
dibuktikan dengan adnya fosil Nummulites di Aceh.

1
2. Formasi Bamo
Formasi ini berumur Oligosen- Miosen Awal, komposisi formasi ini adalah serpih
hitam dan tidak berlapis, berasosiasi dengan pirit dan gamping. Dijumpai lapisan tipis
batugamping, batulempung karbonatan dan mikaan. Pada formasi ini sangat sedikit
ditemukan keberadaan fosil, hal ini diakibatkan lingkungan pengendapannya yang berada
pada kondisi tertutup atau reduksi. Ketebalan formasi berbeda-beda Antara 100-2400m.

3. Formasi Belumai
Formasi ini membentang pada bagian timur
dari cekungan. Formasi Belumai identik dengan
Formasi Peutu yang berkembang di ceungan
bagian barat dan tengah. Komposisi utama formasi
ini adalah batupasir glaukonit yang berselang-
seling dengan serpih dan batugamping. Didaerah
Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan
batugamping kalkarenit dan kalsilutit dengan
selingan serpih. Formasi Belumai terdapat secara
selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras
dengan formasi Baong, ketebalan berkisar 200-
700m. Formasi ini diperkirakan memiliki umur
Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan laut
dangkal.

4. Formasi Baong
Formasi ini berumur Miosen Tengah hingga
Miosen Atas. Formasi ini terdiri atas batulempung
abu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran.
Terkayakan oleh fosil Orbulina sp, berselang seling dengan lapisan pasir halus serpihan.
Gambar2 Litostratigrafi Sumatra Utara (Kamioli dan Naim,
Didaerah Laut Aru terdapat batupasir glaukonitan serta1973,
batugamping yang
Mulhadiono, 1975, terdapat
Cameron di bagian
dkk., 1980)

tengah. Formasi ini merupakan reservoir produktif.

2
5. Formasi Kautapang
Formasi Keutapang adalah siklus regresi Cekungan Sumatra Utara yang memiliki
lingkungan pengendapan deltai hingga laut dalam dengan umur Miosen Akhir. Komposisi
batuannya merupakan selang-seling Antara serpih, batulempung. Pada bagian atas terdapat
batugamping dan batupasir berlapis tebal dengan mineralogy kuarsa, pirit, sedikit mika, dan
karbonan yang terdapat pada bagian atas. Ketebalan formasi ini antara 404-1534m.

6. Formasi Seurula
Formasi ini hampir sama dengan formasi ketapang yang memiliki fase regresi.
Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut yang berumur Pliosen Awal dengan ketebalan
397-720m. Litologi yang terlihat adalah batupasir, serpih dan dominan batulempung.
Formasi ini berbutir lebih kasar, mengandung banyak cangkang moluska dan foramminifera
dibandingkan dengan Formasi Keutapang.

7. Formasi Julu Rayeu


Formasi ini merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut Cekungan Sumatra
Utara. Ketebalan mencapai 1400m, lingkungan pengendapan laut dangkal, dan berumur
Pliosen sampai Plistosen. Litologi berupa batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan
kandungan mika, dan pecahan cangkang moluska.

8. Vulkanik Toba
Vulkanik toba merupakan tuff hasil kegiatan vulknisme Toba yang berlangsung
pada Plio-Plistosen. Tuff toba diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Julu Rayeu.
Ketebalan lapisan ini diperkirakan antara 150-200m

9. Aluvial
Ketebalan satuan alluvial ini diperkirakan mencapai 20 meter. Satuan alluvial ini
terdiri dari endapan sungai (pasir, kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan
pantai yaitu, pasir sampai lumpur.

3
B. Cekungan Sumatra Tengah
Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada periode
Paleogen (Eosen-Oligosen) daerah ini merpakan seri dari struktur setengah graben (half graben) yang
terbentuk akibat proses rifting. Pada bagian baratdaya Cekungan Sumatra Tengah dibatasi oleh
tinggian Bukit barisan, disebelah baratlaut oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran
Sunda.
Cekungan Sumatra tengah terbentuk oleh
karena adanya penujaman secara miring (oblique
subduction) lempeng samudra Hindia dibawah
lempeng Benua Asia. Penujaman ini
mengakibatkan terjadinya gaya tarikan pada
Cekungan Sumatra Tengah yang merupakan
cekungan belakang busur. Gaya tarikan ini yang
nantinya membentuk graben, half graben, dan
horst. Selain itu terdapat gaya kompresi yang
dihasilkan suatu system sesar geser dekstral
akibat dari oblique subduction dibagian barat dan
baratdaya Pulau Sumatra yang dicirikan dengan
adanya
Gambar3 Tektonik yang mempengaruhi Cekungan Sumatra Tengah kenampakan
( Heidrick dan Aulia,negative
1993) flower structure,
positive flower structure, en echelon fault, dan en
echelon fold.

Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah


Karakteristik dari masing-masing formasi pada Cekungan Sumatra Tengah dari tua ke
muda adalah :

1. Formasi Menggala
Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal yang diendapakan diatas
kelompok Pematang secara tidak selaras. Lingkungan pengendapan formasi ini berupa
braided river non- marine (sungai teranyam-deltaic). Litologi penyusun adalah batupasir
halus-kasar yang bersifat konglomeratan dengan ketebalan mencapai 1800kaki.
4
2. Formasi Bangko
Formasi ini berumur Miosen Awal yang diendapkan secara selaras diatas Formasi
Menggala. Lingkungan pengendapan berupa open marine shelf yang menghasilkan
maximum flooding surface (MFS) pada Kala Miosen. Litologi tersusun atas serpih abu-abu
yang bersifat karbonatan berseling dengan batupasir halus-kasar. Formasi ini diendapkan
pada lingkungan estuarian dengan ketebalan 300kaki.

3. Formasi Bekasap
Formasi ini memiliki
kisaran umur antara N5 sampai
N8 yang diendapakan selaras di
atas Formasi Bangko.
Lingkungan pengendapan
berupa estuarine, intertidal,
inner-outer neritic dengan
ketebalan 1300kaki. Litologi
tersusun atas batupasir dengan
kandungan glaukonit dibagian
atasnya serta sisipan serpih,
batugamping tipis, dan lapisan
batubara.

4. Formasi Duri
Formasi ini berumur Miosen
Gambar4 Litostratigrafi Cekungan
Sumatra Tengah Awal (N7-N8) yang diendapkan secara
selaras diatas Formasi Bekasap. Lingkungan pengendapan berupa barrier bar complex dan
delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki. Litologi penyusun berupa batuasir
berukuran halus-sedang berseling dengan serpih dan sedikit batugamping. Formasi Duri
mempunyai

5
hubungan yang menjari dengan Formasi Telisa pada lingkungan yang lebih dalam pada
bagian barat cekungan.

5. Formasi Telisa
Formasi telisa berumur Miosen Awal- Miosen Tengah (N7-N11) yang diendapkan
secara menjari pada bagian paling atas dari Formasi Duri. Litologi tersusun atas dominasi
serpih dengan sisipan batugamping dan batupasir glaukonitan berbutir halus yang
diendapkan pada lingkungan litoral dalam dan luar. Perubahan litologi dan fauna yang
cukup jelas terliat pada bagian atas dari Formasi Telisa dan menunjukkan awal dase regresif
Miosen Tengah dari siklus Neogen.

6. Formasi Petani
Kontak antara Formasi Telisa dan Formasi Petani merupakan suatu hiatus yang
diindikasikan dengan adanya zona fauna yang hilang. Pengendapan berlangsung pada kala
Miosen Tengah-Plistosen pada lingkungan laut yang berubah menjadi lingkunfan payau
hingga darat. Formasi ini tersusun atas sekuen monoton dari serpih-batulumput dan
interkalasi batupasir batulanau yang kea rah atas menunjukkan pendangkalan lingkungan
pengendapan dan penyusutan pengaruh laut.

7. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan enfapan Kuarter yang diendapkan secara tidak selaras
di atas Formasi Petani. Litologi penyusun berupa konglomeratan, batupasir, dan
batulempung yang mencirikan endapan alluvial. Proses pengendapan masih terjadi hingga
kini.

6
C. Cekungan Sumatra Selatan
Cekungan Sumatra Selatan dibatasi oleh Paparan Sunda disebelah timurlaut, daerah
tinggian Lampung disebelah Tenggara, Pegunungan Bukit barisan disebelah baratdaya serta
Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh disebelah baratlaut. Evolusi dari cekungan
ini telah ada sejak Mesozoik dan merupakan cekungan belakang busur. Sejarah pembentukan
Cekungan Sumatra Selatan memiliki beberapa kesamaan dengan Cekungan Sumatra Tengah dan
dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh. Cekungan-cekungan tersebut memiliki bentuk asimetrik
dan dibatasi oleh sesar-sesar dan singkapan batuan pra Tersier yang terangkat sepanjang kaki
Pegunungan Barisan.

Pembentukan Cekungan Sumatra


Selatan adalah pengaruh dari sesar geser makro
(stike slip fault) yang nantinya menghasilkan
pola sesar normal dan sesar geser. Cekungan
Sumatra Selatan merupakan tipe cekungan
tersier, sehingga perkembangannya
dikendalikan oleh basement pra Tersier.

Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah


Pada dasarnya stratigrafi cekungan Sumatera Selatan terdiri dari satu siklus besar
sedimentasi yang dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi pada akhir siklusnya.
Urutan stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan dari tua ke muda adalah:

1. Batuan Dasar (Basement)


Batuan dasar terdiri dari batuan kompleks paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan
metamorf, batuan beku, dan batuan karbonat

7
2. Formasi Lahat
Formasi Lahat diperkirakan berumur Oligosen awal. Formasi ini terendapkan secara
tidak selaras terhadap batuan dasar karena terletak pada bagian terdalam dari cekungan.
Lingkungan pengendapan terjadi pada daerah daratan/alluvial-fluvial hingga lacustrine. Pada
bagian bawah litologi penyusun berupa batupasir kasar, kerikilan, dan konglomerat. Pada bagian
atas terdapat fasies serpih dengan sisipan batupasir halus, lanau, dan tuff. Formasi ini berfungsi
sebagai batuan induk dengan keteblan mencapai 1000m.

3. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar diperkirakan berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.
Formasi ini terendapkan secara tidak selaras dengan Formasi Lahat dan selaras di bawah Formasi
Gumai. Litologi penyusun berupa batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang terendapkan
pada lingkungan laut dangkal hingga zona transisi. Bagian bawah formasi tersusun atas batupasir
kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan dibagian atasnya berupa perselingan antara
batupasir dan serpih. Tebal formasi berkisar 460-610m. Variasi lingkungan pengendapan berupa
fluvial-deltaic yang berupa braided stream dan point bar dan berangsur berubah menjadi
lingkungan delta front, marginal marine, dan prodelta yang mengindikasikan perubahan
lingkungan pengendapan kea rah cekungan.

4. Formasi Batu Raja


Formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi talang akar pada Miosen Awal. Formasi
ini terdiri atas carbonate platform dengan ketebalan 20-75m dengan tambahan carbonate build up
dan reef dengan ketebalan 60-120m. Karbonat dengan potensi reservoir terbaik terdapat pada
selatan cekungan, akan tetapi lebih jarang pada bagian utara sub-cekungan Jambi.

5. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Batu Raja pada kala
Oligosen sampai dengan Miosen Tengah. Formasi ini tersusun atas fosfoliferus marine shale dan
lapisan batugamping yang mengandung glaukonit. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari
calcareous

8
shale dengan sisipan batugamping, napal, dan batulanau. Sedangkan bagian atas berupa
perselingan batupasir dan serpih. Tebal formasi ini 2700m.

6. Formasi Air Benakat


Formasi Air Benakat diendapkan pada fase regresi dan akhir dari pengendapan
Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan pada formasi ini terjadai
pada lingkungan neritic hingga laut dangkal dan berubah menjadi lingkungan delta plain dan
coastal swamp. Litologi terdiri dari batulempung putih dengan sisipan batupasir halus, batupasir
abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan dan sedikit
mengandung lignit. Pada bagian tengah
kaya akan fosil foramminefera.
Ketebalan formasi ini antara 1000-
1500m.

7. Formasi Muara Enim


Formasi ini diendapkan
pada kala Miosen Akhir sampai
Pliosen. Pada formasi ini terjadi pada
fasa regresi kedua setelah Formasi Air
Benakat. Pengendapan awal terjadi di
sepanjang rawa-rawa dataran pantai,
bagan selatan menghasilkan endapan
batubara yang luas. Siklus regresi
kedua terjadi selama kala Miosen
Akhir dan diakhiri dengan tanda-tanda
tektonik Plio-Pleistosen yang
Gambar5 Litostratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
menghasilkan penutupan cekungan dan
pengendapan
lingkungan non marine. Batupasir pada formasi ini mengandung glaukonit dan debris vulkanik.
Ketebalan Formasi ini 750m.

9
8. Formasi Kasai
Formasi ini diendapkan pada kala Pliosen sampai dengan Pleistosen. Kontak formasi
ini dengan formasi Muara Enim ditandai dengan kemunculan pertama dari batupasir tufaan.
Karakteristik yang terlihat dari endapan formasi ini adalah kenampakan produk vulkanik.
Litologi tersusun atas batupasir dan lempung serta material piroklastik. Pada bagian atas terdapat
lapisan tuff batu apung yang masih mengandung sisa tumbuhan dan kayu, memiliki struktur
silang siur. Lignit terdapat sebagai sisipan berbentuk lensa-lensa dalam batupasir dan
batulempung.

2. Pada formasi apa saja dijumpai minyak bumi dan gas bumi?berapa data cadangan dan produksi
setelah di produksi?

>.Cekungan sumatra utara,Gas terdapat pada formasi Arun dengan cadangan gas sekitar 6,1 Miliar kaki
kubik dan minyak bumi terdapat pada formasi keutapang/up baong dengan cadangan minyak sekitar
92,1 ribu barel (https//katadata.co.id)
Sumatera Utara, produksi minyak di provinsi ini sekarang paling banyak mencapai 3.000 barrel per
hari. (https://ekonomi.kompas.com)
>Cekungan Sumatra Tengah,Gas terdapat pada formasi sihapas/manggala dan formasi siapas /duri
dengan jumlah cadangan minyak sekitar 62,8 miliar kaki kubik gas(BCF),sedangkan minyak bumi
terdapat terdapat pada formasi pematang dan sihapas/manggala dengan cadangan minyak sekitar 21
juta barel (Detik.com).
>Cekungan sumatra selatan,Gas terdapat pada Talang Akar,baturaja dan air benakat dengan jumlah
cadangan sekitar 204.015 billion standar cubic feet (BSCF).Sedangkan minyak bumi terdapat pada
formasi Talang akar,lahat dan muara enim dengan cadangan sekitar 704.518 juta barrel (MSTB).
(www.republika.co.id).
Sedankan produksi gas bumi sebesar 437,4 mscfd (million standar cubic feet per day) dan produksi
minyak bumi sebesar 92.424 barrels of oil equivalent per day (BOEPD).

10
3.Pada formasi apa saja dijumpai batu bara?berapa data cadangan dan produksi setelah di produksi?
> Pada cekungan sumatra utara terdapat pada formasi seurala walaupun pada umumnya sangat
sedikit.
> Pada cekungan sumatra tengah terdapat pada formasi kerinci dan petani.
> Pada cekungan sumatra selatan terdapat pada formasi muara enim.
kinerja sektor pertambangan batubara ini jauh lebih baik karena terjadi kenaikan produksi sebesar
8,0 persen yakni dari 24,24 juta ton menjadi 26,19 juta ton.( http://neraca.co.id/article/114766
produksi-batubara-sumsel).

11

Anda mungkin juga menyukai