Field “Amouns” terlatak Cekungan Sumatera Tengah yang merupakan cekungan minyak bumi di Indonesia. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang berkembang di sepanjang tepi barat dan selatan Paparan Sunda terletak di Baratdaya Asia Tenggara. Cekungan ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Samudera Hindia yang menunjam ke bawah Lempeng Benua Eurasia pada awal Tersier (Eosen-Oligosen) dan merupakan seri dari struktur half graben yang terpisah oleh blok horst. Cekungan ini berbentuk asimetris berarah Baratlaut-Tenggara. Bagian yang terdalam terletak pada bagian Baratdaya dan melandai ke arah Timurlaut. Pada beberapa bagian half graben ini diisi oleh sedimen klastik non-marine dan sedimen danau (Eubank dan Makki, 1981) Cekungan ini terbentuk akibat posisi tumbukan yang menyudut dengan arah N60ºE antara lempeng benua Eurasia dengan lempeng samudera Hindia di Sumatra selama Miosen.. Geometri dari cekungan ini berbentuk asimetri dengan bagian terdalamnya berada di barat daya yang semakin melandai ke arah timur laut. Produk lain yang dihasilkan oleh interaksi kedua lempeng ini adalah unit fisiografi sejajar yang berarah barat laut, berupa busur kepulauan di sepanjang muka pantai baratdaya Sumatera, Cekungan Muka Busur Nias, Busur Volkanik Barisan, cekungan belakang busur, dan Zona Sesar Sumatera atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sesar Semangko.Unit fisiografi dengan arah barat laut ini merupakan fenomena pada zaman Kenozoikum Akhir yang menghasilkan Busur Asahan dengan arah timurlaut (NNE), Tinggian Lampung dan Tinggian Tigapuluh yang berarah timur-timurlaut (ENE). Busur dan tinggian ini bergabung secara efketif membagi daratan Sumatera menjadi Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan (gambar 2.1) Bagian barat laut Cekungan Sumatera Tengah dibatasi oleh Busur Asahan, bagian barat daya dibatasi Busur Vulkanik dan pegunungan barisan, sebelah tenggarah dibatasi oleh tinggian Tigapuluh dan sebelah timur berbatasan dengan Paparan Sunda/Selat Malaka (Gambar; Hendrick dan Aulia, 1993) Gambar 2.1. Kerangka Tektonik Cekungan Sumatera Tengah (Hedrick & Aulia, 1993)
2.2. Stratigrafi Regional
Menurut Mertosono dan Nayoan (dalam Heidrick & Aulia 1993) Unit stratigrafi Tersier Regional Cekungan Sumatera Tengah dibagi menjadi lima unit, yang berumur dari Kala Paleogen sampai Kuarter. Kelima kelompok tersebut yaitu Formasi Pematang, Kelompok Sihapas, Formasi Telisa, Formasi Petani dan Formasi Minas 2.2.1. Batuan Dasar (Basement) Batuan dasar berumur Pra-Tersier yang berfungsi sebagai landasan Cekungan Sumatera Tengah menurut Eubank dan Makki (1981) dalam Heidrick dan Aulia (1993) terbagi menjadi empat satuan litologi, yaitu Malacca Terrane, Mutus Assemblage, Mergui Terrane, dan Kualu Terrane. Malacca Terrane disebut juga Kelompok Kuarsit terdiri dari kuarsit, argilit, batugamping kristalin, pluton-pluton granit, dan granodiorite berumur Yura. Kelompok ini dijumpai pada coastal plain di bagian timur laut. Mutus Assemblage (Kumpulan Mutus) merupakan zona suture yang memisahkan Malacca Terrane dan Mergui Terrane. Kumpulan Mutus terdiri dari rijang radiolaria, meta-argilit, serpih merah, lapisan tipis batugamping, dan basalt. Kumpulan Mutus terletak di sebelah barat daya coastal plain. Mergui Terrane tersusun atas greywacke, pebbly mudstone dari Formasi Bohorok; kuarsit, argilit, filit, batugamping, tuf dari Formasi Kluet; dan batupasir-serpih. Mergui Terrane terdapat di bagian barat daya Kumpulan Mutus. Kualu Terrane tersusun atas filit, sabak, tuf, dan batugamping. Kualu Terrane terletak di bagian barat laut Mergui Terrane. 2.2.2. Kelompok Pematang Kelompok Pematang diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar. Kelompok ini tersusun atas batuan sedimen dari lingkungan sungai dan danau berumur Eosen-Oligosen. Kelompok ini terbagi menjadi tiga formasi, dari tua ke muda, yaitu Formasi Lower Red Bed, Formasi Brown Shale, dan Formasi Upper Red Bed. Formasi Lower Red Bed terdiri dari batulempung, batulanau, arkose, dan konglomerat yang diendapkan pada lingkungan darat dengan sistem pengendapan kipas aluvial. Formasi ini terendapkan pada fase syn-rift awal (Eosen Awal – Eosen Akhir). Batupasir pada formasi ini memiliki kualitas reservoir yang buruk karena masih dekat dengan sumber sedimennya. Formasi Brown Shale terdiri dari serpih berwarna cokelat yang diendapkan secara selaras di atas Formasi Lower Red Bed. Serpih pada formasi ini memiliki laminasi yang cukup baik dan kandungan material organik yang sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan Formasi Brown Shale berperan sebagai batuan induk yang menghasilkan hidrokarbon di Cekungan Sumatera Tengah. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah lakustrin/danau dengan terdapat beberapa endapan kipas alluvial dan turbidit. Formasi Upper Red Bed terdiri dari batupasir, batulempung, konglomerat, dan batubara. Formasi ini diendapkan pada fase syn-rift akhir (Oligosen). Formasi ini merupakan gabungan dari Formasi Coal Zone dan Formasi Lake Fill. Formasi Coal Zone terdiri dari batubara dan serpih (terendapkan di lingkungan lakustrin). Formasi Lake Fill terdiri dari batupasir konglomeratan dan serpih (terendapkan di lingkungan fluvial-delta). Formasi Upper Red Bed terendapkan di sepanjang gawir sesar dan mengalami transisi lateral dan vertikal menuju Formasi Lower Red Bed, Formasi Brown Shale, Formasi Coal Zone, dan Formasi Lake Fill. 2.2.3. Kelompok Sihapas Kelompok Sihapas diendapkan secara tidak selaras di atas Kelompok Pematang. Unit-unit sedimen di kelompok ini merupakan sikuen transgresif yang menyebabkan perubahan lingkungan pengendapan darat menjadi fluvial delta. Lingkungan fluvial-delta ini ditandai dengan sikuen batupasir konglomeratik yang menghalus ke atas dan tertutup oleh serpih karbonatan dan mudstone. Kelompok Sihapas merupakan reservoir utama pada Cekungan Sumatera Tengah. Kelompok Sihapas terbagi menjadi empat formasi, yaitu: Formasi Manggala merupakan formasi paling tua dalam kelompok Sihapas yang diperkirakan berumur N4 atau Miosen Awal. Litologinya tersusun atas batupasir halus sampai kasar yang bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa braided river sampai nonmarine (Dawson, et.al, 1997) Formasi Bangko diendapkan secara selaras di atas Formasi Menggala dan berumur N5 atau Miosen Awal. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah open marine shelf dipengaruhi oleh interidal dan laut. Litologinya berupa batuan serpih abu-abu bersifat gampingan, berselingan dengan batupasir halus sampai sedang. Formasi Bekasap diendapkan secara selaras di atas Formasi Bangko pada lingkungan estruarine intertidal, inner-neritic sampai middle/outer neritic (Dawson, et.al, 1997) dan mempunyai kisaran umur dari akhir N5 sampai N8. Litologinya tersusun atas batupasir glaukonitan di bagian atas serta sisipan sepih, batugamping tipis dan lapisan batubara. Formasi Duri merupakan bagian paling atas dari Kelompok Sihapas. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Bekasap dan diperkirakan berumur N9 (Miosen Awal) pada lingkungan barrier bar complex dan prodelta shelf. Litologinya tersusun atas batupasir mikaan berukuran halus sampai medium diselingi serpih dan sedikit batugamping. 2.2.4. Formasi Telisa Formasi Telisa diendapkan pada awal – pertengahan Miosen sebagai tanda berakhirnya fase post-rift. Formasi ini terdiri dari batulempung serta sedikit batulanau dan batugamping dolomitan. Formasi Telisa merupakan batuan tudung regional bagi Kelompok Sihapas. 2.2.5. Formasi Petani Formasi Petani diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Telisa dan Kelompok Sihapas pada Miosen Tengah – Pleistosen. Formasi ini berisi sikuen monoton serpihmudstone dan interkalasi batupasir minor dan batulanau pada bagian atasnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan lingkungan pengendapan dari laut menjadi daerah transisi. Formasi Petani menandai awal fase regresif yang menunjukkan akhir periode panjang transgresif di Cekungan Sumatera Tengah. 2.2.6. Formasi Minas Formasi Minas diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Petani pada Kuarter. Formasi Minas terdiri dari lapisan-lapisan tipis konglomerat, pasir kuarsa, pasir lepas, kerikil, dan lempung yang merupakan ciri endapan aluvial yang diendapkan sejak Pleistosen hingga saat ini Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah (Hedrick & Aulia, 1993)
2.3. Petroleum System
Unsur-unsur pembentuk dalam suatu sistem hidrokarbon untuk Cekungan Sumatera Tengah terdiri dari batuan induk (source rock), batuan reservoir (reservoir rock), dan batuan penutup (cap rock). Gambar 2.3. Tatanan Sistem Hidrokarbon dalam Keranhka Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Tengah Modifikasi dari Haq et al., 1988 dalam Wain et al., 1995)
2.3.1. Source Rock
Batuan induk (source rock) berasal dari Formasi Pematang Brown Shale yang merupakan endapan lempung lakustrin yang terendapkan pada kurun waktu Oligocene bawah. Formasi tesebut banyak mengandung palimarphus air tawar seperti Magnastriatites howardii, Botryococcus, dan serbuk sari Proxaperitites spp. Kekayaan organik rata-rata sampel Brown Shale adalah 5% Total Organic Carbon, pada beberapa bagian mencapai 20%. 2.3.2. Reservoir Rock Batuan reservoir (reservoir rock) diendapkan sejak periode Oligocene hingga Miocene dengan satuan batuan batupasir yang mempunyai ukuran butir menengah hingga kasar. Batuan reservoir yang paling banyak menghasilkan hidrokarbon yaitu pada Formasi Manggala, pada umumnya merupakan fasies fluvial. Pada Formasi Manggala juga masih terdapat batuan pembawa minyak yang lain seperti rekahan batuan dasar, Red Bed Bagian Bawah, Red Bed Bagian Atas, dan Formasi Bangko. Menurut Heidrick dan Aulia (1993), sejumlah 85% hidrokarbon di Cekungan Sumatera Tengah diproduksi dari Kelompok Sihapas yang terdiri dari lima formasi yaitu Manggala, Bangko, Bekasap, Duri, dan Telisa 2.3.3. Batuan Penutup (Cap Rock) Batuan penutup (cap rock) utama terbentuk dari Formasi Telisa. Formasi ini terendapkan sejak awal Miocene. Semua daerah akumulasi minyak yang terdapat di Cekungan Sumatera Tengah mempunyai batuan penutup dan sekat Formasi Telisa. Batuan Brown Shale juga ditemukan menjadi penutup dan penyekat pada bagian lebih bawah Palung Pematang. Batuan ini mempunyai penyebaran yang tidak begitu luas dan menjadi bagian paleosol di dalam Formasi Red Bed Bagian Atas. Pada Formasi Pematang terdapat lapisan penyekat yang baik untuk reservoir. Lapisan ini mengandung batulempung merah yang merupakan endapan tanah purba. Selain itu Formasi Petani Bagian Bawah yang terendapkan diatas Formasi Telisa juga merupakan formasi penutup. 2.3.4. Trap Pada Cekungan Sumatera Tengah, sesar mendatar dekstral berarah Utara- Selatan membentuk struktur antikin pada sesar-sesar yang membelok ke kiri menurut Heidrick dan Aulia (1993). Struktur tersebut berperan sebagai trap pada petroleum system di cekungan ini. Trap terbentuk pada kurun tektonik ekstensional, sesar strike-slip dan pembalikan kompresional selama kurun waktu 28 juta tahun yang lalu hingga sekarang. Aktifitas yang paling aktif dalam pembentukan jebakan ini terjadi sekitar 5 juta tahun yang lalu. 2.3.5. Migrasi Generasi migrasi akumulasi hidrokarbon terjadi sekitar 26 juta tahun yang lalu hingga sekarang. Generasi maksimum hidrokarbon terjadi pada palung yang lebih dalam pada kurun waktu antara 11 hingga 3 juta tahun yang lalu. Migrasi pada cekungan ini terjadi satu kali migrasi yaitu migrasi primer. Perpindahan minyak dari batuan induk ke batuan reservoir terjadi karena adanya perbedaan densitas minyak sehingga hidrokarbon bergerak ke atas yaitu Formasi Menggala dan Bekasap. Kemudian didukung dengan adanya jebakan berupa sesar sebagai jalan minyak untuk bermigrasi.