Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI

KELOMPOK 2:
 Amar Hidayat (F1D220002)
 Nurul Azizah (F1D220010)
 Abdul Aziz (F1D220016)
 Efrinaldi Saputra (F1D220025)

CEKUNGAN SUMATRA
Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan belakang busur (back
arc basin) yang berkembang sepanjang tepi paparan sunda di Baratdaya Asia
Tenggara. Cekungan ini terbentuk akibat penunjaman lempeng Samudra
Hindia yang bergerak relatif ke arah Utara dan menyusup ke bawah lempeng
Benua Asia.
Beberapa tahun belakangan ini kebutuhan terhadap minyak bumi
semakin meningkat akan tetapi jumlah produksi minyak bumi dari Cekungan
Sumatra Tengah terus mengalami penurunan. Karena kurangnya ekplorasi
pencarian sumber-sumber baru, juga disebabkan banyaknya di dapat sumur-
sumur yang tidak aktif lagi (sumur tua) tetapi masih mengandung minyak
mentah sebanyak 30% hingga 60% dari kandungan aslinya (Purnomo, 2008).
Formasi Brown Shale merupakan batuan induk utama hidrokarbon di
Cekungan Sumatra Tengah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi potensi
formasi tersebut sebagai batuan induk hidrokarbon dan implikasinya dalam
eksplorasi shale hydrocarbon berdasarkan data wireline log. Formasi Brown
Shale cukup banyak mengandung material organik, dicirikan oleh warna yang
coklat tua sampai hitam. Tersusun oleh serpih dengan sisipan batulanau, di
beberapa tempat terdapat selingan batupasir, konglomerat dan paleosol.
Ketebalan formasi ini mencapai lebih dari 530 m di bagian depocenter. Secara
tektonik, formasi ini diendapkan pada kondisi penurunan cekungan yang
cepat sehingga aktivitas fluvial tidak begitu dominan.
Geologi Regional

Cekungan Sumatera Tengah. (Heidrick dan Aulia, 1993).

Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan belakang busur (back


arc basin) yang berkembang sepanjang tepi paparan sunda di Baratdaya Asia
Tenggara (Heidrick dan Aulia, 1993). Cekungan ini terbentuk akibat
penunjaman lempeng Samudra Hindia yang bergerak relatif ke arah Utara
dan menyusup ke bawah lempeng Benua Asia. Cekungan Sumatra Tengah
terbentuk pada awal Tersier dan merupakan seri dari struktur halft graben
yang terpisah oleh blok horst yang merupakan akibat dari gaya ekstensional
yang berarah Timur-Barat. Batuan Tersier tersingkap dari Bukit Barisan di
sebelah Barat Sumatra hingga ke dataran pantai Timur Sumatra. Pada
beberapa daerah halft graben ini diisi oleh sedimen clastic non-marine dan
sedimen danau.
Cekungan Sumatra Tengah berbentuk asimetri yang berarah Baratlaut-
Tenggara. Cekungan Sumatra Tengah bagian Baratdaya dibatasi oleh Bukit
Barisan, bagian Baratlaut dibatasi oleh Tinggian Tigapuluh dan bagian
Timurlaut dibatasi oleh Keraton Sunda.
Stratigrafi Regional

Kolom Stratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah (Eubank dan Makki, 1981).

Urutan stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah dapat dibagi menjadi


empat sekuen pengendapan yang merefleksikan fase-fase yang berbeda pada
perkembangan cekungan urutan-urutan tersebut yaitu :
a. Sekuen syn-rift yang berumur Eosen-Oligosen Bawah yang tersusun
oleh sedimen kipas aluvial, fluvial dan lakustrin yang mempunyai
batuan sumber lokal.
b. Sekuen post-rift yang berumur Oligosen Atas-Miosen Tengah yang
tersusun atas sedimen fluvial, batupasir delta dan laut, batu serpih dan
batubara.
c. Sekuen syn-orogenic berumur Miosen Tengah-Pliosen yang terdiri dari
batupasir, batuserpih, batubara, sedimen delta dan fluvial.
d. Sekuen post-orogenic berumur Pliestosen-Holosen terdiri dari Pasir,
tanah gambut dan estuarin.
Stratigrafi regional didalam Cekungan Sumatra Tengah tersusun dari
beberapa unit formasi dan kelompok batuan dari yang tua ke muda.
Kelompok Pematang merupakan batuan induk sumber hidrokarbon
utama bagi perangkap-perangkap minyak bumi yang ada pada Cekungan
Sumatra Tengah. Kelompok Pematang merupakan lapisan sedimen tertua
berumur Peleogen. Sedimen syn-rift ini diendapkan pada half graben yang
berarah Utara-Selatan dan terdiri dari kipas aluvial, sungai dan danau. Tidak
hadirnya foraminifera memberi petunjuk bahwa lingkungan pengendapan
adalah non- marine. Kelompok Pematang terdiri dari lapisan silisiklastik non-
marine yang terendapkan dalam suasana lembab dan tropis. Batuan yang
mendominasi adalah konglomerat, batupasir, batulanau, batulumpur,
batulempung dan serpih yang terendapkan pada lingkungan alluvial, fluvial,
dataran banjir, delta dan danau. Kelompok Pematang diendapkan secara
tidakselaras di atas batuan dasar, yang terisi oleh sedimen–sedimen fluviatil
dan lacustrine yang berumur Paleogen.
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidakselaras di atas Kelompok
Pematang. Unit-unit sedimen merupakan sekuen transgresif yang
menyebabkan penenggelaman lingkungan pengendapan darat menjadi fluvial-
deltaic. Kelompok Sihapas terbagi menjadi empat formasi yaitu Formasi
Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri.
Formasi Menggala, merupakan formasi paling tua di Kelompok Sihapas,
diperkirakan berumur Miosen Awal. Litologinya atas batupasir halus sampai
kasar yang bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa
braided river sampai non-marine.
Formasi Bangko, berumur sekitar Miosen Awal. Formasi ini diendapkan
secara selaras diatas Formasi Menggala. Litologinya berupa serpih abu-abu
yang bersifat gampingan berselingan dengan batupasir halus sampai sedang.
Lingkungan pengendapanya open marin shelf.
Formasi Bekasap, mempunyai kisaran umur Miosen Awal. Formasi ini
diendapkan secara selaras diatas Formasi Bangko. Litologi penyusunnya
berupa batupasir dengan kandungan glaukonit pada bagian atasnya serta
sisipan serpih, batugamping tipis dan lapisan tipis batubara. Lingkungan
pengendapan dari estuarine, intertidal, inner-neritic sampai middle/outer.
Formasi Duri, merupakan bagian teratas dari Kelompok Sihapas.
Formasi Duri diendapkan secara selaras diatas Formasi Bekasap dan
diperkirakan berumur Miosen Awal. Litologinya berupa batupasir berukuran
halus sampai medium diselingi serpih dan sedikit batugamping. Lingkungan
Pengendapan adalah barrier bar complex dan delta front.
Formasi Telisa diendapkan secara selaras diatas Formasi Sihapas.
Formasi ini didominasi oleh batu lempung dan diselingi oleh lapisan
batulanau, batu gamping serta batupasir. Formasi Telisa berumur Miosen
diendapkan pada lingkungan pengendapan marine.
Formasi Petani diendapkan secara selaras diatas Formasi Intra Petani.
Formasi ini didominasi oleh lapisan-lapisan batulempung terkadang
ditemukan perselingan batupasir dan batulanau. Lapisan-lapisan batupasir
umumnya tidak terkonsolodasi. Formasi Petani berumur Miosen diendapkan
pada lingkungan marine.
Formasi minas diendapkan secara selaras diatas Formasi Petani.
Formasi ini terdiri dari lapisan yang di dominasi oleh batupasir dan
terkadang muncul lapisan tipis batulempung. Dijumpai butiran sekunder
terdiri dari vulkanik, karbonatan dan fragmen litik, glaukonit serta terkadang
mineral mafik. Formasi Minas berumur Miosen hingga Pliosen dan
diendapkan pada lingkungan deltaic.

Struktur Geologi Regional


Tektonik Cekungan Sumatra tengah dicirikan oleh blok-blok patahan
dan transcurrent faulting, seperti pengangkatan, gravity tectonic, gliding dan
lipatan kompresi. Sistem blok-blok patahan mempunyai orientasi penjajaran
Utara-Selatan membentuk rangkain horst dan graben. Ada dua pola struktur
utama di cekungan ini, yaitu pola-pola yang lebih tua cendrung berarah
Utara-Selatan dan pola yang lebih muda yang berarah Baratlaut-Tenggara.
Bentuk struktur yang saat ini ada Cekungan Sumatra Tengah dan
Sumatra Selatan merupakan hasil tiga fase tektonik utama yang terpisah,
yaitu Orogenesa Mesozoikum Tengah, Tektonik Cretaceous Akhir-Tersier Awal
dan Orogenesa Plio-Plistosen. Orogenesa Mesezoikum Tengah merupakan
sebab utama termalihkannya batuan endapan Paleozoikum dan Mesozoikum.
Endapan-endapan tersebut tersesarkan dan terlipatkan menjadi blok-blok
struktur berukuran besar yang selanjutnya diterobos oleh batolit granit.
Metamorf tersebut tersusun oleh strata dengan litologi yang berbeda tingkat
metamorfismenya dan intensitas deformasi.
Berdasarkan pada teori tektonik lempeng, tektonisme Sumatra zaman
Neogen dikontrol oleh bertemunya Lempeng Asia dan Lempeng Samudera
Hindia. Batas lempeng ditandai oleh adanya zona subduksi di Sumatra dan
Jawa.

Sejarah Pembentukan Cekungan Sumatra Tengah


Sejarah tektonik cekungan Sumatra tengah secara umum dapat
disimpulkan menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Terjadinya Konsolidasi Basement pada zaman Jura, terdiri dari sutur
yang berarah Barat laut-Tenggara.
2. Basement terkena aktivitas magmatisme dan erosi selama zaman Jura
akhir dan zaman Kapur.
3. Tektonik ekstensional selama Tersier awal dan Tersier tengah (Paleogen)
menghasilkan sistem graben berarah Utara-Selatan dan Barat laut-
Tenggara. Kaitan aktivitas tektonik ini terhadap paleogeomorfologi di
Cekungan Sumatra tengah adalah terjadinya perubahan lingkungan
pengendapan dari longkungan darat, rawa hingga lingkungan lakustrin,
dan ditutup oleh kondisi lingkungan fluvial-delta pada akhir fase
rifting.
4. Selama deposisi berlangsung di Oligosen akhir sampai awal Miosen
awal yang mengendapkan batuan reservoar utama dari kelompok
Sihapas, tektonik Sumatra relatif tenang. Sedimen klastik diendapkan,
terutama bersumber dari daratan Sunda dan dari arah Timur laut
meliputi Semenanjung Malaya. Proses akumulasi sedimen dari arah
timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh adanya
struktur-struktur berarah Utara-Selatan. Kondisi sedimentasi pada
pertengahan Tersier ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi muka air laut
global (eustasi) yang menghasilkan episode sedimentasi transgresif
dari kelompok Sihapas dan Formasi Telisa, ditutup oleh episode
sedimentasi regresif yang menghasilkan Formasi Petani.
5. Akhir Miosen akhir volkanisme meningkat dan tektonisme kembali
intensif dengan rejim kompresi mengangkat pegunungan Barisan di
arah Barat daya cekungan. Pegunungan Barisan ini menjadi sumber
sedimen pengisi cekungan selanjutnya (later basin fill). Arah
sedimentasi pada Miosen akhir di Cekungan Sumatra tengah berjalan
dari arah selatan menuju utara dengan kontrol struktur-struktur
berarah utara selatan.
6. Tektonisme Plio-Pleistosen yang bersifat kompresif mengakibatkan
terjadinya inversi-inversi struktur Basement membentuk sesar-sesar
naik dan lipatan yang berarah Barat laut-Tenggara. Tektonisme Plio-
Pleistosen ini juga menghasilkan ketidakselarasan regional antara
formasi Minas dan endapan alluvial kuarter terhadap formasi-formasi
di bawahnya.

Petroleum System di Cekungan Sumatra Tengah


Cekungan Sumatra Tengah menjadi sangat menarik karena di dalamnya
terkandung potensi minyak bumi yang besar. Hal ini dimungkinkan karena
cekungan tersebut memiliki syarat-syarat yang cukup untuk menghasilkan
minyak bumi, yaitu mempunyai batuan asal atau induk (source rock), batuan
reservoir, batuan tudung (cap rock) dan jebakan (trap)
a) Batuan Sumber Hidrokarbon (Source Rock)
Endapan lakustrin fasies Brown Shale Formasi Pematang dikenali
sebagai batuan induk untuk kehadiran minyak di Cekungan Sumatra
Tengah. Dua fasies organik diidentifikasi pada fasies Brown Shale,
yakni
fasies algal-amorphous (tipe I dan I-II) dan carbonaceous (tipe II dan
III). Fasies algal-amorphous merupakan oil prone dan hadir pada
bagian atas Brown Shale di daerah Tinggian Aman. Fasies karbonan
Brown Shale merupakan fasies gas dan sedikit kondensat/minyak
ringan. Fasies karbonan hadir di daerah Tinggian Aman. Kekayaan
organik rata-rata contoh Brown Shale adalah 5% TOC, pada beberapa
bagian mencapai 20%. Fasies karbonan tersusun atas vitrinit (material
humus dan sisa tumbuhan). Kekayaaan organik berkisar antara 1 –
43% TOC.
b) Batuan Reservoir (Reservoir Rock)
Batuan reservoir diendapkan sejak kurun waktu Oligosen hingga
Miosen. Sejumlah 85% hidrokarbon di Cekungan Sumatra Tengah
diproduksi dari Kelompok Sihapas. Kelompok ini terdiri dari formasi-
formasi yaitu F. Bangko, F. Bekasap, dan F. Duri. Yang berfungsi
sebagai reservoir. Formasi Bekasap di Cekungan bagian tengah dan
utara dan Formasi Lakat di bagian Selatan dan Tenggara mempunyai
umur Miosen Bawah dengan satuan batuan batupasir yang mempunyai
ukuran butir menengah hingga kasar. Ketebalan rata-rata formasi ini
adalah 35 feet. Dimana sekuen pengendapan mempunyai karakter
system track pada LowStand System Tract (LST). Formasi Menggala
mempunyai umur Miosen Bawah bagian atas dengan satuan batuan
batupsir yang mempunyai ukuran butir menengah hingga halus.
Ketebalan rata-rata formasi ini adalah 10 - 25 feet. Dimana sekuen
pengendapan mempunyai karakter system track yaitu HighStand
System Tract (HST). Dari respon log terlihat bahwa formasi ini
mempunyai karakter butiran mengkasar keatas. Selain hidrokarbon
dapat diproduksi dari formasi tersebut masih terdapat batuan
pembawa minyak yang lain pada rekahan batuan dasar.
c) Batuan Penyekat (Cap Rock)
Formasi yang merupakan lapisan tudung utama di Cekungan
Sumatra Tengah adalah Formasi Telisa. Formasi ini terendapkan sejak
Awal Miosen. Selain itu Formasi Petani Bagian Bawah yang
terendapkan
diatas Formasi Telisa juga merupakan formasi tudung. Selain itu juga
terdapat lapisan penyekat yang baik untuk reservoir pada Formasi
Pematang. Lapisan ini mengandung batulempung merah yang
merupakan endapan tanah purba.
d) Jebakan (Trap)
Jebakan hidrokarbon terbentuk pada kurun tektonik ekstensional,
sesar strike–slip dan pembalikan kompresional selama kurun waktu 28
juta tahun yang lalu hingga sekarang. Aktifitas yang paling aktif dalam
pembentukan Jebakan ini terjadi sekitar 5 juta tahun yang lalu.
Generasi-migrasi-akumulasi hidrokarbon terjadi sekitar 26 juta tahun
yang lalu hingga sekarang. Generasi maksimum hidrokarbon terjadi
pada palung yang lebih dalam pada kurun waktu antara 11 hingga 3
juta tahun yang lalu. Menurut Heidrick dan Aulia (1993) sesar
mendatar dekstral berarah Utara – Selatan di Cekungan Sumatra
Tengah dapat membentuk struktur antiklin pada sesar–sesar yang
membelok ke kiri. Struktur antiklin tersebut berperan sebagai jebakan
hidrokarbon.
e) Migrasi
Berpindahnya minyak dari source rock ke reservoir rock (migrasi)
mengakibatkan hidrokarbon mencapai reservoir pada Formasi yang
letaknya lebih tinggi yaitu Formasi Menggala dan Formasi Bekasap.
Migrasi ini dapat terjadi karena adanya perbedaan densitas. Densitas
minyak lebih kecil menyebabkan minyak tersebut bergerak ke atas.
Selain itu, juga di dukung adanya jebakan berupa sesar sebagai jalan
untuk minyak berimigrasi.

Anda mungkin juga menyukai