Pada praktikum ini akan dikenalkan beberapa sifat dasar (basic properties) dan sifat petunjuk/indeks
(index properties) materi geologi yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan peralatan
sederhana. Sedangkan sifat mekanik maupun sifat hidrolik akan dihitung berdasarkan hasil
pengukuran sifat-sifat tersebut. Beberapa sifat dasar yang langsung dapat segera dikenali antara lain
yaitu kadar air, berat isi, berat jenis dan porositas, sedangkan sifat petunjuk yang akan diuji antara lain
yaitu indeks beban titik (point load index), nilai kekerasan palu Schmidt dan indeks slake-dirability.
Sifat-sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi internal materi geologi, terutama mineralogi,
tekstur, dan strukturnya. Oleh karena itu maka maka hasil deskripsi detail materi geologi juga harus
disertakan dalam laporan pengujian ini. Dalam hal ini, pengenalan dan deskripsi materi geologi
cukup dilakukan secara megaskopis atau mempergunakan alat bantu loupe.
Setiap kelompok praktikan mengukur dua jenis litologi batuan. Timbang dari setiap jenis masing-
masing dua contoh dalam bentuk tidak teratur (irregular, volume paling tidak 25 cm kubik) dan yang
teratur (reguler, ukuran 3cmx3cmx3cm). Timbanglah dengan timbangan dengan ketelitian paling
rendah, kemudian di timbang dengan timbangan ketelitian 0,01 gram. Hitunglah densitas alami
dengan membagi berat alami dengan volume.
Kemudian, keringkan contoh tersebut dengan oven pada suhu 100+5C selama 12-24 jam.
Kemudian dinginkan (dalam desikator ±20 menit) dan timbang kembali. Selanjutnya rendam semua
contoh tersebut ke dalam air selama 12-24 jam, dikeringkan dengan kain (untuk mengeringkan bagian
luar) dan timbang kembali. Jemur contoh tersebut pada panas matahari sampai kering dalam waktu
antara 2 - 3 hari, kemudian ditimbang kembali.
Hitung perbedaan berat contoh tersebut, bandingkan berat contoh dalam kondisi alami, kondisi
kering matahari, kering di oven, serta dalam kondisi jenuh (air). Dari hasil perhitungan berat ini, akan
dapatkan kadar air (alami), porositas, berat isi kering (oven dan matahari), dan berat isi jenuh.
Semester II – 2016/2017
I-1
1.1.2 Alat-alat yang diperlukan :
Kadar Air
Berat alami diukur dengan mengurangkan berat
𝐵𝑛 = (𝐵𝑛 + 𝐵𝑐 ) − 𝐵𝑐 cawan dari berat total terukur
Berat oven (kering) diukur dengan
𝐵𝑜 = (𝐵𝑜 + 𝐵𝑐 ) − 𝐵𝑐 mengurangkan berat cawan dari berat total
terukur
Berat sun (kering matahari) diukur dengan
𝐵𝑠 = (𝐵𝑠 + 𝐵𝑐 ) − 𝐵𝑐 mengurangkan berat cawan dari berat total
terukur
Berat wet (jenuh air) diukur dengan
𝐵𝑤 = (𝐵𝑤 + 𝐵𝑐 ) − 𝐵𝑐 mengurangkan berat cawan dari berat total
terukur
(𝐵𝑛 − 𝐵𝑠 )
𝑤𝑛 = × 100% Kadar air alami, terhadap berat kering matahari
𝐵𝑠
(𝐵𝑛 − 𝐵𝑜 )
𝑤𝑛 = × 100% Kadar air alami, terhadap berat kering oven
𝐵𝑜
(𝐵𝑤 − 𝐵𝑠 )
𝑤𝑤 = × 100% Kadar air jenuh, terhadap berat kering matahari
𝐵𝑠
(𝐵𝑤 − 𝐵𝑜 )
𝑤𝑤 = × 100% Kadar air jenuh, terhadap berat kering oven
𝐵𝑜
Porositas
(𝐵𝑤 − 𝐵𝑠 )
𝑉𝑣 = Volume pori, terhadap berat kering matahari
𝜌𝑎𝑖𝑟
(𝐵𝑤 − 𝐵𝑜 )
𝑉𝑣 = Volume pori, terhadap berat kering oven
𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑉𝑣
𝜙= Porositas
𝑉
𝜙
𝑒= Angka pori (void ratio)
1−𝜙
Densitas (berat isi) dan Berat jenis (specific gravity)
𝐵𝑛
𝛾𝑛 = Densitas alami
𝑉
𝐵𝑠 Densitas kering, terhadap pengeringan oleh
𝛾𝑠 = matahari
𝑉
𝐵𝑜
𝛾𝑜 = Densitas kering, terhadap pengeringan oleh oven
𝑉
Semester II – 2016/2017
I-2
𝐵𝑤
𝛾𝑤 = Densitas basah (jenuh air)
𝑉
𝑉𝑠 = 𝑉 − 𝑉𝑣 Volume solid (padatan)
𝐵𝑜
𝐺𝑠 = Berat jenis
𝑉𝑠 . 𝛾𝑎𝑖𝑟
𝑉𝑤 𝑤𝑛 ⋅ 𝐺𝑠 Saturasi air, dalam praktikum ini dianggap 1 (tak
𝑆𝑟 = =
𝑉𝑣 𝑒 ada fluida selain air mengisi rongga)
Kandungan udara (saturasi udara), dalam
𝐴 = 𝜙. (1 − 𝑆𝑟 )
praktikum ini dianggap 0.
𝐵𝑐 = berat cawan
𝐵𝑛 = berat alami
𝐵𝑜 = berat kering oven
𝐵𝑠 = berat kering matahari (sun)
𝐵𝑤 = berat jenuh air (wet)
𝑤𝑛 = kadar air alami
𝑤𝑤 = kadar air jenuh
𝜌𝑎𝑖𝑟 = berat jenis air (1000 kg/m3)
𝑉𝑣 = volume pori (volume void)
𝑉 = volume contoh (volume total). Bila bisa diukur (regular) maka merupakan volume
total
𝑉𝑠 = volume solid (padatan).
𝜙 = porositas
𝑒 = angka pori
𝛾𝑛 = densitas alami
𝛾𝑠 = densitas kering matahari
𝛾𝑜 = densitas kering oven
𝛾𝑤 = densitas basah (jenuh air)
𝛾𝑎𝑖𝑟 = densitas air (1 gr/cm3 untuk air tawar, dan 1,025 gr/cm3 untuk air laut)
𝐺𝑠 = berat jenis
𝑆𝑟 = saturasi air
𝑉𝑤 = volume air
𝐴 = kandungan udara (saturasi/kejenuhan udara)
Semester II – 2016/2017
I-3
1.1.4.2 Alat-alat yang diperlukan :
- Loupe,
- jarum baja,
- pisau,
- dan palu.
Semester II – 2016/2017
I-4
Ujung contoh batu sukar dipecah dengan palu, tak
Keras RH-4 dapat digores dengan pisau dan pemboran
memerlukan mata bor intan, contohnya kuarsit.
Batuan memiliki peranan penting dalam konstruksi dan pondasi dari suatu bangunan. Batuan
memiliki sifat dan kekuatannya masing-masing tergantung dari proses dan mineral pembentuknya.
Pada aplikasi geologi teknik kekuatan adalah nilai fundamental yang dimiliki oleh suatu batuan. Oleh
karena itu pengetahuan tentang kekuatan material (tanah maupun batuan) sangat diperlukan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan stabilitas massa dari material tersebut.
1.2.2.2 Peralatan
Sistem pembebanan : frame pembebanan, pompa hidrolik, silinder penekan yang berbentuk
konus
Alat ukur tekanan
Mistar pengukur jarak
Gambar 1. Contoh material batuan dapat berbentuk silinder (inti pemboran), kubus, maupun
bebentuk tak beraturan (kiri) dan sketsa alat uji beban titik (kanan).
Semester II – 2016/2017
I-5
1.2.2.3 Prosedur Kerja
Letakkan benda uji (bentuk reguler dan bentuk irreguler masing-masing 3 buah) di antara
kedua silinder penekan dalam sistem pembebanan.
Lakukan penekanan pada benda uji menggunakan pompa hidrolik hingga batuan mengalami
keruntuhan (pecah) dan baca besarnya tekanan (P) yang dibutuhkannya.
1.2.2.4 Perhitungan:
𝐼𝑠 = 𝑃⁄ 2
𝐷
P : dalam kN
D : dalam mm
Lakukan analisis nilai indeks beban titik, terutama dikaitkan dengan komposisi mineralogi,
tekstur dan struktur batuan, juga terhadap perilaku anisotropi batuan.
Lakukan test dengan schmidth hammer untuk setiap sampel masing-masing sebanyak 20 kali.
1.2.3.3 Perhitungan:
Tentukanlah nilai rata-rata (mean) hasil pengukuran untuk setiap sampel Kemudian
lakukanlah plotting nilai tersebut pada grafik di Gambar 2 untuk mendapatkan nilai kuat
tekan masing-masing sampel.
𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3 + ⋯ + 𝑁20
𝑋̅ =
20
Laporan berupa tabel yang berisi :
1. Hasil uji Schmidth Hammer(rebound number) yang dilakukan.
2. Nilai rata-rata rebound number untuk setiap sampel.
Semester II – 2016/2017
I-6
3. Nilai kuat tekan masing-masing sampel dalam PSI, ton/m² dan KN/m²
Adanya gaya-gaya yang bekerja pada suatu massa materi geologi cenderung akan menyebabkan
timbulnya suatu ketidakstabilan (unstability) pada daerah dimana massa materi geologi tersebut
berada. Dalam prakteknya, seringkali dianggap bahwa mekanisme keruntuhan (failure) akan terjadi
pada titik-titik di sepanjang daerah yang tidak stabil (sebagai suatu asumsi maupun yang dapat
diketahui atau dapat diidentifikasi secara langsung di lapangan). Hasil uji ketahanan batuan akan
mencerminkan tingkat kemudahan batuan untuk mengalami pelapukan.
Semester II – 2016/2017
I-7
1.2.4.2 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat ketahanan batuan (slake durability) terhadap proses
desintegrasi selama diuji melalui standard putaran dalam kondisi basah dan kering.
1.2.4.3 Peralatan:
a. Mesin slake durability test lengkap dengan drum dan bak airnya
b. Neraca dengan ketelitian + 0,01 gram.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5) C.
Prosedur Kerja:
Masukkan fragmen contoh batuan dalam drum, keringkan sampai temperatur 100±5° C
dalam oven selama 2 - 6 jam lalu ditimbang beratnya (drum + contoh batuan) sebagai
Wd+S1 dengan berat drum adalah Wd
Drum dan sampel (contoh batuan) diputar di atas bak air selama 10 menit (kecepatan 20
rpm), selanjutnya drum berikut contoh diangkat dan dikeringkan dalam oven (t = 105 0C)
selama 4 - 6 jam atau sampai beratnya tetap lalu ditimbang beratnya (drum + contoh kering)
sebagai Wd+S2.
Pengujian diulang lagi dengan cara yang sama, lalu dikeringkan dan ditimbang kembali
sebagai Wd+S3
1.2.4.5 Perhitungan:
Hitunglah nilai indeks slake-durabilitas (Id) dari masing-masing siklus pengujian, Indeks slake-
durabilitas siklus pertama, Id1:
Semester II – 2016/2017
I-8
(𝑊𝑑 + 𝑆2 − 𝑊𝑑)
𝐼𝑑1 = × 100%
(𝑊𝑑 + 𝑆1 − 𝑊𝑑)
(𝑊𝑑 + 𝑆3 − 𝑊𝑑)
𝐼𝑑2 = × 100%
(𝑊𝑑 + 𝑆1 − 𝑊𝑑)
Buatlah grafik antara nilai indeks slake-durabilitas terhadap siklus pengujian.
High durability 98 - 99 95 - 98
Medium high 95 - 98 85 - 95
Medium durability 85 - 95 60 - 85
Low Durability 60 - 85 30 - 60
Catatan:
Bagi contoh batuan dengan sifat ketahanan yang tinggi pengujian dapat diulangi
lagi sampai beberapa siklus.
Selama pengujian perlu dicatat jenis air yang digunakan (air suling, air laut, air
kran) dan temperaturnya.
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud sifat fisik batuan? Jelaskan beberapa sifat fisik berikut ini:
a. Densitas (density)
b. Porositas (porosity)
c. Permeabilitas (permeability)
d. Kekerasan (hardness)
e. Durabilitas (durability)
f. Abrasifitas (abrasivity)
2. Apa yang dimaksud void ratio ?
Semester II – 2016/2017
I-9
3. Jelaskan apa yang dimaksud derajat kejenuhan (Sr)!
wn . Gs Vw
Cari hubungan dari rumus Sr = dengan rumus Sr = Vv
!
e
4. Jelaskan pengertian dari:
a. Kuat tekan (compressive strength)
b. Kuat geser (shear strength)
c. Kuat tarik (tensile strength)
5. Apa manfaat mengetahui sifat fisik & sifat mekanik batuan dalam pekerjaan Geologi
Teknik?
6. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum modul 1?
Format Laporan
Identitas (Cover Modul I =Pink)
Pendahuluan
Tujuan
Dasar teori
Peralatan dan bahan
Prosedur pengujian
Flowchart Langkah Kerja
Flowchart Perhitungan
Waktu pengujian
Foto-foto saat praktikum dan sampel
Hasil percobaan (data)
Perhitungan dan analisis data
Pembahasan/diskusi
Jawaban pertanyaan
Kesimpulan
Daftar pustaka.
Diketik Times New Roman 12, 1.15 spasi, kertas A4.
Semester II – 2016/2017
I - 10