Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH

KELOMPOK 1
1. MIFTAHUL HASANAH 2020250050
2. MUHAMMAD ANDHIKA PRATAMA 2020250081
3. MUHAMMAD FAIRUZ ABDILAH 2020250028
4. M ALFALLAH ANDREAN 2020250025
5. ABDUL RASYID 2020250056
6. M RIZKI CAHYADI 2020250077

DOSEN PENGAMPUH: GHINA AMALIA,S.T.,M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
2023
PENYELIDIKAN TANAH DI LAPANGAN

1. PENGEBORAN TANAH
A. Dasar Teori
B. Tujuan
C. Peralatan
1.
D. Prosedur
Persiapan, titik yang akan di bor, ditentukan terlebih dahulu sedapat mungkin
dekat dengan titik sondir yang telah dilakukan. Bersihkan lokasi dari akar-akar
dan rumput-rumputan. Bersihkan juga drad-drad pada stang bor.
1. Buat lubang dengan cara memutar mata bor sampai kedalaman yang
diperlukan, mata bor dicabut, tanah dikeluarkan untuk dideskripsi dan
klasifikasikan secara visual.
2. Ulangi pemboran tadi sampai tercapai kedalaman yang dikehendaki
3. Casing dapat digunakan pada tanah-tanah yang yang tidak stabil atau jika
pemboran dilakukan di bawah permukaan air. Diameter casing harus lebih
besar dari pada diameter luar mata bor yang dipergunakan.
4. Jika menggunakan casing, maka casing harus dimasukkan pada kedalaman
tertentu, dengan tidak melebihi kedalaman sample yang akan diambil.
5. Ambil contoh tanah undisturbed dengan menggunakan tabung contoh dengan
jalan ditekan atau ditumbuk.
6. Keluarkan tabung yang sudah terisi penuh. Kemudian kedua ujung tabung
tersebut ditutup dengan paraffin untuk menjaga agar kelembabab tidak
berubah.
7. Tabung kemudian diberi label yang mencantumkan lokasi, No bor,
kedalaman dan sebagainya.

E. Pengolahan Data
Data pengeboran yang diperoleh harus dicatat pada profil bor (bor log) yaitu:
a. Tanggal dikerjakan
b. Jenis-jenis tanah pada setiap kedalaman
c. Diameter bor / core barrel yang dipakai, meotda pemboran, dan kemajuan
lubang bor.
PENENTUAN INDEKS PROPERTIES TANAH
( KLASIFIKASI TANAH )

1. PENGUJIAN KADAR AIR


A. Dasar Teori
Dalam pembentukan tanah secara fisis, yang mengubah batuan menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil, dapat terjadi akibat adanya pengaruh erosi,
angin, air, es, manusia ataupun hancurnya partikel tanah akibat pertambahan
suhu atau cuaca. Partikel-partikel dapat berbentuk bulat, bergerigi ataupun
bentuk lainnya. Umumnya pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi oleh
pengaruh angin, oksigen, karbondioksida, air (residual soil) dan apabila telah
berpindah tempatnya disebut tanah terangkut (transported soil).
Sesuai dengan ketentuan ASTM (american society for testing and material)
jenis tanah dibedakan berdasarkan ukuran butirnya yaitu :
 Gravel (kerikil) ukuran butir > 2 mm (4,75)
 Sand (pasir) 2 > ukuran butir > 0,05
 Silt (lanau) 0,05 > ukuran butir > 0,005
 Clay (lempung) ukuran butir < 0,005
Dalam kondisi sebenarnya tanah yang dijumpai umumnya merupakan
campuran dari fraksi-fraksi diatas sehingga nama tanah ditentukan oleh fraksi-
fraksi yang pengaruh sifatnya dominan.
Tanah merupakan kompisisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Tanah
kering terdiri dari bagian butir/padat dan udara didalam pori. Tanah kenyang air
(fully saturated) terdiri dari bagian butir air didalam pori dan udara didalam pori
(sebagian pori-pori berisi udara dan sebagian air). Bagian-bagian tanah dapat
digambarkan dalam bentuk diagram fase yang terlampir.

B. Tujuan
Untuk mengetahui kadar air asli dilapangan maupun kadar air contoh tanang
terganggu. Kadar air tanah adalah perbandingan berat air dalam tanah dengan
berat butiran tanah tersebut dinyatakan dalam persen.
C. Peralatan
1. Cawan kedap udara dan tidak berat
2. Oven dengan pengatur suhu yang tepat (kapasitas 110° c).
3. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.

D. Benda Uji
Benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air kira-kira 10-20 gram.

E. Prosedur Percobaan
1. Timbangan berat cawan yang digunakan, catat beratnya dan nomor
cawan.
2. Letakkan benda uji tanah yang akan diperiksa dan ditimbang.
3. Keringkan contoh tanah dalam oven dengan suhu 110° C dalam keadaan
terbuka (tanpa tutup cawan) selama 12-16 jam atau sampai berat contoh
tanah konstan.
4. Cawan ditutup dan didinginkan dalam desikator.
5. Timbang berat cawan dan contoh tanah kering.
6. Pemeriksaan dilakukan dua kali untuk setiap benda uji.

F. Perhitungan
Kadar air tanah dapat dihitung sebagai berikut:
- Berat cawan kosong………………..= W1 gram
- Berat cawan + tanah basah…………= W2 gram
- Berat cawan + tanah kering………...= W3 gram
- Berat air…………….........................= (W2-W3) gram
- Berat butiran……………………… .= (W3-W1) gram

G. Pengolahan Data

W 2+ no kelompok
Untuk W2 =
10
Jadi W2 + 0,1

2. PENGUJIAN BERAT JENIS BUTIRAN TANAH


A. Dasar Teori
Tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan bahan organik. Tanah terdiri dari tiga komponen, yaitu udara,
air dan komponen padat (solid). Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh
teknis. Sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang
diantara butira-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air. Bila
rongga tersebut seluruhnya terisi air, tanah dikatakan dalam keadaan jenuh. Bila
tanah sebagian terisi air dan sebagian lagi terisi oleh udara pada rongga-
rongganya, maka tanah tersebut berada pada kondisi jenuh sebagian (partially
saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali
atau kadar air.
Hubungan-hubungan antara kadar air, angka pori, berat jenis, porositas, berat
volume dan bahan volume serta hal lainnya sangat diperlukan dalam praktek
lapangan.
Berat volume basah (ˠb) adalah perbandingan antara berat butiran tanah
termasuk air dan udara (w) dengan volume tanah total.
w
ˠb = v

Dimana: W = Ww + Ws + Wv
Ww = Berat air
Ws = Berat solid
Wv = Berat udara = 0
V = Vv + Vw + Vs
Vv = volume pori = 0
Vw = volume air
Vs = volume solid
Berat volume butiran padat (ˠs) didefinisikan sebagai perbandingan antara
berat butiran padat (ws) dengan volume butiran padat.
Ws
ˠs = Vs
Berat jenis tanah (specific gravity) atau Gs didefinisikan sebagai
perbandingan berat volume butiran padat (ˠs) dengan berat volume air (ˠw).
Ws ˠs . Vs
Gs = =
Vs .ˠw Vs .ˠw
ˠs
Sehingga didapat Gs = ˠw

Gs tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65
sampai 2,75. Nilai berat jenis sekitar 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-
tanah yang tak kohesif. Sedangkan untuk tanah kohesif tak organik berkisar
antara 2,68 sampai 2,72.

B. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis butiran tanah.
Berat jenis tanah adalah perbandingan berat butir tanah dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

C. Peralatan
1. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml
2. Desikator
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi suhu
sampai 110ºC
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
5. Termometer ukuran 0-50ºC dengan ketelitian pembacaan 1ºC
6. Saringan no.4, no.10, no.40 dan pan
7. Botol berisi air suling
8. Bak perendam
9. Tungku listrik

D. Benda Uji
Benda uji harus melalui saringan no.4. Untuk pemeriksaan berat jenis yang
akan dipakai untuk pemeriksaan analisa hidrometer, maka contoh harus dipilih
yang melalui saringan no. 10 atau no. 40. Benda uji sebanyak lebih kurang 10
gram dalam keadaan kering oven dan didinginkan dalam desikator. Benda uji
yang tidak dikeringkan harus diketahui berat keringnya berdasarkan
percobaan/perhitungan kadar airnya.

E. Prosedur Percobaan
1. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang berat
piknometer dan tutupnya (W1)

2. Masukan benda uji kedalam piknometer dan timbang bersama tutupnya


(W2)
3. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga nya. Untuk
bahan yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam, selama
lebih kurang 24 jam.
4. Didihkan isi piknometer dengan hati-hati selama 10 menit. Miringkan
botol sesekali untuk membantu mempercepat pengeluaran udara yang
tersekap.
5. Isilah piknometer dengan air suling dan biarkan piknometer beserta
isinya untuk mencapai suhu ruang. Tambahkan air suling seperlunya
sampai tanda batas atau sampai penuh. Tutuplah piknometer, keringkan
bagian luarnya dan timbang (W3)
6. Ukur suhu dari sisi piknometer dengan ketelitian 1ºC (T)
7. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya dengan
mengisi piknometer dengan air suling yang suhunya sama dengan suhu
pada langkah ke 3, dan pasang tutupnya. Keringkan bagian luarnya dan
timbang. Koreksi berat terhadap suhu (W4), W4= W25 x K. Nilai K
dapat diambil dari Tabel 1.
8. Pemeriksaan dilakukan dua kali. Apabila Gs yang didapat dari kedua
pemeriksaan berbeda lebih dari 3%, maka pemeriksaan harus diulang.

F. Perhitungan
( W 2−W 1)
Hitung berat jenis contoh yaitu Gs=
( W 4−W 1 ) −(W 3−W 2)
Dengan :
W1 = berat piknometer (gr)
W2 = berat piknometer dan tanah kering (gr)
W3 = berat piknometer, tanah dan air (gr)
W4 = berat piknometer dan air (gr)

Catatan
Piknometer harus di kalibrasi sebelum digunakan.

Tabel 1.1 Faktor Koreksi


TºC 18 19 20 21 22 23 24
K 1.0016 1.0014 1.0012 1.001 1.0007 1.0005 1.0003
TºC 25 26 27 28 29 30 31
K 1.0000 0.9997 0.9995 0.9992 0.9989 0.9986 0.9983

Tabel 1.2 Berat jenis butiran. tanah (Gs) untuk berbagai jenis tanah
Jenis tanah Gs
Sand (pasir) 2.65-2.67
Siltv sand (lanau kepasiran) 2.67-2.70
Inorganic Clay (lempung) 2.70-2.80
Organic soil (gambut) 1.00-2.60

G. Pengolahan Data
PEMERIKSAAN BATAS-BATAS ATTERBERG

3. PENGUJIAN BATAS PLASTIS


A. Dasar Teori

B. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan batas kadar air suatu tanah
tersebutr mempunyai sifat plastis. Pekerjaan di lakukan dengan cara menggiling
tanah dengan tangan sampai berdiameter 3mm dan retak.

C. Peralatan
1. Lumpang dan alu karet
2. Ayakan no. 40 (0,42mm)
3. Gelas ukur 100 cc
4. Air suling
5. Plat kaca ukuran 30x30 cm2
6. Spatula
7. Batang pembanding diameter 3mm
8. Cawan untuk pemeriksaan kadar air
9. Peralatan lasinnya untuk pengukuran kadar air (Oven, timbangan, dan
desikator)

D. Benda Uji
Contoh tanah yang telah kering udara, atau contoh tanah tak terganggu
sebanyak kira-kira 50 gram. Contoh tanah di persiapkan Bersama-sama dengan
contoh tanah untuk batas cair.

E. Prosedur Percobaan
1. Hancurkan bongkah contoh tanah dalam lumpang untuk melepaskan
butir butir tanah satu sama lainnya. Kemudian ayaklah dengan saringan
no. 40.
2. Campur tanah dengan sejumlah air dan aduk sampai rata.
3. Ambil adonan contoh tanah kira-kira sebesar ibu jari, kemudian geleng-
gelengkan di atas plat kaca dengan telapak tangan sehingga berbentuk
batang yang memanjang makin lama makin kecil sampai terjadi retakan
atau putus-putus.
4. Bila retakan terjadi pada diameter lebih besar dari 3mm, tambahkan air
dan aduk Kembali kemuadian lakukan juga Langkah kerja 3. Sebaliknya
bila retakan terjadi pada diameter lebih kecil dari 3mm, maka biarkan
contoh tanah agak kering, kemudian lanjutkan Langkah kerja 3.
5. Bila retakan terjadi pada tepat waktu diameter 3 mm, segera masukkan
batang adonan tanah tersebut ke dalam cawan dan tutuplah. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan kadar air.
6. Lakukanlah Langkah kerja no. 3 sampai 5 sebanyak 2 kali.

F. Perhitungan
Lakukan perhitungan kadar air dan ambil angka rata-rata (PL). Bila
perbedaan satu dengan yang lainnya lebih besar dari 5%, maka pekerjaan harus
di ulang.
Hasil percobaan ini di gabungkan dengan hasil pemeriksaan batas cair (LL)
untuk menghitung index plastisitas (PI), dimana PI = LL – PL
Bila di ketahui kadar air asli n, maka dapat di hitung liquidity index (LI)

LI = ( n – PL)/PI

G. Pengolahan Data
4. PENGUJIAN BATAS CAIR
A. Dasar Teori

B. Tujuan
Menentukan kadar air dimana tanah mulai menunjukkan sifat sebagai benda
alir.

C. Peralatan
1. Mangkuk casagrande.
2. Air bersih atau air suling kira-kira 300 cm 2.
3. Lumping dan alu karet.
4. Saringan no. 40 (0,42 mm).
5. Alat pembuat alur grooving tool, yaitu (1) casagrande grooving tool,
berbentuk pipih, cocok untuk jenis tanah yang lebih plastis, dan (2)
ASTM grooving tool, berbentuk bengkok tebal, untuk tanah kurang
plastis.
6. Gelas ukur 500cm 2.
7. Plat kaca ukuran 30x30 cm 2.
8. Spatula (untuk mengaduk sample.
9. Cawan kadar air.
10. Peralatan lainnya untuk pengukuran kadar air (oven, timbangan, dan
oksigen).

D. Benda Uji
Contoh tanah yang telah dikeringkan di udara, atau tanah menurut keadaan
asli yang lunak sebanyak 300 gram.

E. Prosedur Percobaan
1. Hancurkan bongkah contoh tanah yang telah dikeringkan udara dalam
lumping untuk melepaskan butir-butir tanah satu sama lainnya.
Kemudian ayaklah dengan saringan no. 40.
2. Letakkan contoh tananh yang lolos dari ayakan no.40 di atas pelat kaca.
Beri air sedikit demi sedikit dan aduk sampai rata dengan menggunakan
spatula sehingga campuran menjadi adonan yang lembut.
3. Isikan adonan tanah kedalam mangkuk casagrande dan ratakan
permukaannya.
4. Buat alur tepat ditengahnya dengan menggunakan grooving tool.
5. Lakukan putaran handle Mangkuk Casagrande sambil menghitung
jumlah putaran dan memperhatikan gerakan adonan tanah pada tengah
alur merapat sepanjang1/2 inci (13mm). jundah putaran itu disebutkan
dengan jumlah “pukulan”.
6. Perlu diperhatikanbahwa pada setiap penggantian adonan tanah,
mangkuk casagrande harus dibersihkan. Langkah kerja 3 sampai 5 harus
dikerjakan dengan cepat karena penguapan air selama pelaksanaan akan
merupakan sumber kesalahan.
7. Ambilah adonan tanah bagian tengah mangkuk casagrande kira-kira
sebesar ibu jari, masukkan kedalam cawan dan tutup dengan rapi
sehingga tidak terjadi perubahan kadar air sampai waktu penentuan air.
8. Catat nomor cawan dan jumlah pukulan yang dilakukan terhadap adonan
tersebut.
9. Lakukan percobaan sedikitnya 4 kali, dua dibawah 25 pukulan dan dua di
atas 25 pukulan

F. Perhitungan

G. Pengolahan Data
5. PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN ( BUTIRAN TANAH )
A. Dasar Teori

B. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butiran agregat
halus dan agregat kasar dengan menggunakan ayakan.

C. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Satu set ayakan dengan ukuran : no. 4 (4.75mm) no. 20 (0.85mm), no. 40
(0.425mm), no. 60 (0.25mm), no. 100 (0.15 mm) no. 200 (0.075 mm)
dan pan.
3. Oven yang di lengkapi dengan pengatur suhu yang tepat (kapasitas
110℃)
4. Mesin penggucang saringan
5. Nampan, kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat lainnya.

D. Benda Uji
Benda uji untuk analisa saringan harus dalam keadaan kering. Berat
minimum contoh tanah adalah kira-kira 500 gram.

E. Prosedur Percobaan
1. Benda uji di keringkan di dalam oven suhu 110 ℃ sampai berat konstan.
2. Saring benda uji lewat susunan saringan atas. Saringan di guncang
dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
3. Timbang berat tanah yang tertahan pada masing-masing ayakan.

F. Perhitungan
Lakukan perhitungan sesuai dengan kolom yang tersedia
1. Hitung jumlah berat yang tertahan pada suatu ayakan di atasnya ΣWn
(kolom 4)
2. Hitung persentase jumlah berat benda uji tertahan di atas suatu ayakan
dan ayakan di atasnya terhadap berat total benda uji, Rn =ΣWn/Wt x 100
% (kolom 5)
3. Hitung persentase lolos, Pn = 100-Rn% (kolom 6)
4. Buat grafik antara persentase lolos (kolom 6) dengan diameter masing-
masing ayakan (kolom 2)
5. Hitung koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien kelengkungan (Cc)
D60
Cu= dimana,
D10
D60=60% tanah mempunyai ukuran partikel < D 60
D10=10% tanah mempunyai ukutan partikel < D 10

D 302
Cc= dimana,
D60 D 10
D10=ukuran butiran efektif
D30=30% tanah mempunyai ukuran partikel < D 30

Laporan hasil percobaan analisis saringan meliputi, Grafik akumulatif antara


persentase lolos dengan diameter masing-masing ayakan. Grafik ini dapat
menunjukkan baik buruknya sifat tanah tersebut.
Laporan Cu dan Cc dengan bilangan 1 angka di belakang koma.
D 15 dan D 85 dapat di laporkan apabila tanah tersebut akan digunakan sebagai
filter.
Kesimpulan mengenai jenis tanah
I # Cu # 15 Cu mendekati 15, Tanah baik
I # Cc # 6 Cc mendekati 1, Tanah baik

G. Pengolahan Data
6. PEMADATAN TANAH
A. Dasar Teori

B. Tujuan

C. Peralatan

D. Prosedur Percobaan

E. Perhitungan

F. Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai