6172
JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak
ANALISIS INDUSTRI UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TENGAH
Setyani Irmawati1
1
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v8i2.6172
Abstract
The purpose of this research is for identifying the types of industriesthat become leading industries in Central Java Province. The
methods, used are LQ (SLQ and DLQ) and Shift Share. The result of this research shows that the the leading industries in Central Java
Province are beverage industry, tobacco processing industry, textile industry, apparel industry, wood industry, printing industry,
furniture industry and other processing industries.In the future, the development of the industry should not only focus on the leading
industries but also onnon-leading industries, so that the non leading industries will not be left behind.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis industri yang menjadi industri unggulan di Provinsi Jawa
Tengah.Alat analisis yang digunakan adalah analisis LQ (SLQ dan DLQ) serta Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
industri yang menjadi industri unggulan di Provinsi Jawa Tengah antara lain industri minuman, industri pengolahan tembakau,
industri tekstil, industri pakaian jadi, industri kayu, industri percetakan, industri furnitur, serta industri pengolahan
lainnya.Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah pengembangan industri tidak hanya difokuskan pada industri unggulan
saja namun industri non-unggulan juga perlu dikembangkan agar tidak semakin tertinggal.
How to Cite: Irmawati, S. (2016). ANALISIS INDUSTRI UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TENGAH. JEJAK:
Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan, 8(2), 224-237. doi:http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v8i2.6172
Tabel 1. Nilai PDRB Industri Pengolahan di Pulau Jawa Tahun 2009 – 2013 (Juta Rupiah)
Persen
Unit
645,200 4.00
645,000 3.00
644,800
2.00
644,600
644,400 1.00
644,200 -
2010 2011 2012 2013
Tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2012 – 2014)
Gambar 1. Perbandingan Pertumbuhan PDRB dan Jumlah Industri Pengolahan di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
mendorong pertumbuhan suatu wilayah. dihasilkan dapat dijual di pasar global secara
Hal ini karena pertumbuhan tersebut akan menguntungkan.
mendorong pertumbuhan sektor lainnya, Michael E. Porter dalam Halwani
yaitu sektor non basis. Sektor basis (2005:36) dalam bukunya yang terkenal, The
merupakan sektor yang menjual produknya Competitive Advantage of Nation, 1990,
ke luar wilayah atau kegiatan yang mengemukakan adanya korelasi langsung
mendatangkan uang dari luar wilayah.Wyld antara dua faktor produksi (sumber daya
(2010) alam yang melimpah dan sumber daya
Menurut Tarigan (2007:79), Ricardo manusia yang murah) yang dimiliki suatu
membuktikan bahwa apabila terdapat dua negara yang dimanfaatkan menjadi
negara yang saling berdagang dan masing- keunggulan daya saing dalam perdagangan
masing negara mengkonsentrasikan diri internasional.Namun, banyak negara yang
untuk mengekspor barang yang bagi negara memiliki jumlah tenaga kerja yang sangat
tersebut memiliki keunggulan komparatif besar tetapi memiliki daya saing
maka kedua negara tersebut akan beruntung. perdagangan internasional yang terbelakang.
Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi Begitu juga dengan tingkat upah yang relatif
suatu negara atau daerah adalah bahwa murah, justru berkorelasi erat dengan
komoditi itu lebih unggul secara relatif rendahnya motivasi bekerja keras dan
dengan komoditi lain di daerahnya. berprestasi. Hasil akhir Porter menyebutkan
Teori keunggulan komparatif yang bahwa peran pemerintah sangat mendukung
dikemukakan oleh John Stuart Mill dalam dalam peningkatan daya saing selain faktor
Nopirin (2010:11), menyatakan bahwa suatu produksi yang tersedia.
negara akan menghasilkan dan kemudian Industri suatu negara yang sukses
mengekspor suatu komoditas yang memiliki dalam skala internasional pada umumnya
comparative advantage terbesar yaitu suatu didukung oleh empat atribut, yaitu kondisi
komoditas yang dapat dihasilkan dengan faktor produksi yang baik, permintaan dan
lebih murah dan mengimpor komoditas yang tuntutan mutu dalam negeri yang tinggi,
memiliki comparative disadvantage yaitu industri hulu atau hilir yang maju dan
komoditas yang apabila dihasilkan sendiri persaingan domestik yang ketat. Ray (2012).
memerlukan biaya yang besar. Teori ini pada Keunggulan kompetitif yang hanya didukung
dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu oleh satu atau dua atribut saja biasanya tidak
komoditas ditentukan oleh banyaknya akan dapat bertahan, sebab keempat atribut
tenaga kerja yang dicurahkan untuk tersebut saling berinteraksi positif pada
memproduksi barang tersebut. Semakin negara yang sukses dalam meningkatkan
banyak tenaga yang dicurahkan untuk daya saing. Disamping peluang, peran
memproduksi komoditas tersebut, maka pemerintah juga merupakan variabel
akan semakin mahal nilai komoditas tambahan yang cukup signifikan seperti
tersebut. penerapan kebijakan antitrust, regulasi,
Menurut Tarigan (2007:81), keunggulan deregulasi, atau kondisi konsumen.
kompetitif menganalisis kemampuan suatu Simranjeet (2015).
daerah untuk memasarkan produknya di luar Apabila ingin memenangkan
daerah/luar negeri/pasar global. Keunggulan kompetisi, terdapat lima kekuatan yang
kompetitif melihat apakah produk yang harus menjadi bahan pertimbangan yaitu
meliputi: (1) Karakter persaingan diantara
JEJAK Journal of Economics and Policy Vol 8 (2) (2015): 224-237 228
pesaing. Jika kompetisi yang dihadapi aktivitas industri di Provinsi Jawa Tengah
bersifat menyerang, besar kemungkinan yang menonjol adalah industri makanan dan
industri kurang menarik dan kurang minuman, industri tekstil, industri kayu,
menguntungkan. (2) Ancaman masuknya barang-barang dari kayu dan anyaman, serta
pesaing baru. Jika perusahaan lain industri kimia dan barang-barang dari bahan
denganmudah masuk dalam industri, maka kimia.
kapasitas industri akan membesar dan harga Penelitian Habibullah (2009) tentang
akan turun, sehingga laba yang dinikmati “Industry Concentration in Rich and Poor
akan terancam. (3) Ancaman dari produk States in Malaysia: Location Quotient and
atau jasa pengganti. Jika pelanggan Shift Share Analyses” berdasarkan data
mempunyai banyak pilihan untuk tahunan periode 1970 dan 2000, dan hasil
memuaskan kebutuhannya terhadap produk analisis LQ dan shift share, ditemukan bahwa
dan jasa yang dihasilkan, maka profitabilitas negara-negara miskin (Kedah, Perlis dan
industri akan terancam. (4) Bargaining Kelantan) yang ditandai dengan kegiatan
position pemasok. Jika industri dapat ekonomi utama terkonsentrasi di sektor
berpindah dari satu pemasok ke pemasok pertanian, sedangkan untuk negara-negara
lainnya dengan mudah. (5) Bargaining kaya (Penang, Selangor dan Wilayah
position konsumen. Jika konsumen lebih Persekutuan), sektor manufaktur merupakan
kuat dari industri, maka industri akan penyumbang utama terhadap pertumbuhan
mengeluarkan ongkos yang lebih besar. ekonomi.
Penelitian Thahir (2013) tentang Penelitian Quintero (2005) tentang
“Telaah Subsektor Industri Kecil dan “Regional Development: An Economic Base
Menengah (IKM) Unggulan Kabupaten Study and Shift-Share Analysis of Hays
Bantul, 2005 – 2012” yang menggunakan alat County, Texas” menunjukkan hasil bahwa
analisis LQ (SLQ dan DLQ), Shift Share, dan Hays County memiliki perekonomian yag
Overlay menunjukkan bahwa subsektor IKM kuat dan beragam dengan basis yang kuat
kerajinan Kabupaten Bantul merupakan pada kelompok ritel, konstruksi, manufaktur,
subsektor IKM unggulan yang berpotensi dan industri pelayanan kesehatan. Meskipun
baik secara kompetitif dan komparatif. perekonomian nasional terjadi perlambatan
Sementara, subsektor IKM Kimia dan Bahan pada bidang manufaktur, bidang ini
Bangunan juga memiliki keunggulan mengalami pertumbuhan yang signifikan di
komparatif yang berpotensi, namun Hays County.
subsektor ini tidak memiliki potensi secara Penelitian Iseki dan Jones (2014)
kompetitif. Sedangkan untuk subsektor- tentang “Analysis of Firm Location and
subsektor IKM lainnya di Kabupaten Bantul Relocation Around Maryland and
belum unggul dan berpotensi baik secara Washington, DC Metro Rail Station”
komparatif atau kompetitif. menunjukkan bahwa analisis LQ
Penelitian Kusumantoro (2009) tentang mengidentifikasi lima industri (keuangan,
“Disparitas dan Spesialisasi Industri asuransi, dan real estate (FIRE), layanan
Manufaktur Kabupaten/Kota di Jawa Tengah” profesional, seni dan hiburan, kesehatan,
menunjukkan bahwa identifikasi spesialisasi serta jasa akomodasi dan makanan) memiliki
industri pada menghasilkan simpulan yaitu kehadiran yang kuat dalam 0,5 mil jarak
229 Setyani Irmawati, Analisis Industri Unggulan di Provinsi Jawa Tengah
Cij pada hasil perhitungannya. Sektor gambaran jenis-jenis industri yang memiliki
dikatakan memiliki keunggulan kompetitif keunggulan komparatif di Provinsi Jawa
jika sektor tersebut mampu bersaing dengan Tengah pada suatu tahun. Analisis ini
sektor yang sama di daerah lain. dihitung berdasarkan nilai output yang
Nilai Cij dapat diukur dengan dihasilkan oleh setiap jenis industri pada
menggunakan rumus: tahun analisis yakni tahun 2007 – 2012. Suatu
𝐶𝑖𝑗 = 𝑌𝑖𝑗 (𝑟𝑖𝑗 − 𝑟𝑖𝑤 ) industri memiliki keunggulan komparatif
apabila nilai SLQ > 1.Sementara industri
dengan: tidak memiliki keunggulan komparatif yaitu
(𝑌𝑖𝑗 − 𝑌 ∗ 𝑖𝑗 ) apabila nilai SLQ < 1.
𝑟𝑖𝑗 = { } 𝑥 100 Berdasarkan tabel 2 di bawah ini
𝑌 ∗ 𝑖𝑗
(𝑌𝑖𝑤 − 𝑌 ∗ 𝑖𝑤 ) diketahui bahwa tidak semua industri di
𝑟𝑖𝑤 = { } 𝑥 100 Provinsi Jawa Tengah memiliki keunggulan
𝑌 ∗ 𝑖𝑤
Dimana: komparatif pada tahun 2007– 2012.Terdapat
Cij : nilai komponen keunggulan 8 jenis industri yang mempunyai keunggulan
kompetitif komparatif yaitu industri minuman, industri
Yij : nilai output industri i pengolahan tembakau, industri tekstil,
Provinsi Jawa Tengah tahun industri pakaian jadi, industri kayu, industri
2012 percetakan, industri furnitur, dan industri
*
Y ij : nilai output industri i pengolahan lainnya. Industri-industri
Provinsi Jawa Tengah tahun tersebut digolongkan sebagai industri unggul
2007 karena memiliki rata-rata nilai SLQ > 1. Nilai
Yiw : nilai output industri i output yang besar serta tingkat pertumbuhan
Indonesia tahun 2012 yang lebih besar dibandingkan rata-rata
*
Y iw : nilai output industri i nasional menyebabkan industri tersebut
Indonesia tahun 2007 memiliki keunggulan komparatif.
rij : laju pertumbuhan industri i Sementara 16 industri lainnya tidak
Provinsi Jawa Tengah dari memiliki keunggulan komparatif yaitu
tahun 2007 – 2012 industri makanan, industri kulit, industri
riw : laju pertumbuhan industri i kertas, industri batu bara, industri kimia,
Indonesia dari tahun 2007 – industri farmasi, industri karet, industri
2012 barang galian bukan logam, industri logam
Ketentuan penilaian keunggulan dasar, industri barang logam bukan mesin,
komparatif melalui SS yaitu apabila nilai Cij industri elektronik, industri peralatan listrik,
menunjukkan angka yang positif maka industri mesin, industri kendaraan bermotor,
komoditas tersebut memiliki keunggulan industri alat angkut lainnya, dan jasa reparasi
kompetitif.Apabila nilai Cij menunjukkan dan pemasangan mesin dan peralatan.
angka yang negatif maka komoditas tersebut Industri tersebut tidak unggul karena
tidak memiliki keunggulan kompetitif. memiliki rata-rata nilai SLQ < 1. Industri-
industri tersebut memiliki nilai output yang
HASIL DAN PEMBAHASAN rendah dan tingkat pertumbuhannya lebih
Menurut Warpani (1980:68), analisis kecil dibandingkan rata-rata nasional.
StaticLocation Quotient (SLQ) menghasilkan Menurut Direktorat Jenderal Industri
Agro (2015:13), hasil analisis SLQ hanya
JEJAK Journal of Economics and Policy Vol 8 (2) (2015): 224-237 232
bersifat statis sehingga tidak dapat Apabila nilai DLQ ≥ 1, maka suatu industri
memperkirakan kemungkinan perubahan- merupakan industri unggulan dimasa yang
perubahan yang akan terjadi untuk waktu akan datang, sedangkan nilai DLQ < 1
yang akan datang. Untuk mengatasi menunjukkan bahwa industri tersebut bukan
kelemahan tersebut, maka digunakan industri unggulan di masa yang akan datang.
metode Dynamic Location Quotient (DLQ).
Tabel 3. Hasil Analisis DLQ Industri Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi
di Provinsi Jawa TengahTahun 2007 – Jawa Tengah dan Indonesia (2007 – 2012),
2012 data diolah peneliti
Kode Nilai
Jenis Industri Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
KBLI DLQ
hampir seluruh jenis industri di Provinsi
10 Industri Makanan 0,570
Jawa Tengah dapat diharapkan menjadi
11 Industri Minuman 1,252
industri unggulan dimasa yang akan datang
Industri Pengolahan
12 1,085 yang ditunjukkan dengan nilai DLQ > 1.
Tembakau
Terdapat 15 jenis industri yang memiliki
13 Industri Tekstil 1,233 potensi menjadi industri unggulan dimasa
14 Industri Pakaian Jadi 1,079 yang akan datang antara lain industri
Industri Kulit dan Alas minuman, industri pengolahan tembakau,
15 1,126
Kaki industri tekstil, industri industri pakaian jadi,
16 Industri Kayu 2,390 industri kulit, industri kayu, industri
17 Industri Kertas 0,947 percetakan, industri farmasi, industri barang
18 Industri Percetakan 2,273 galian bukan logam, industri barang logam
Industri Batu Bara & bukan mesin, industri elektronik, industri
19 0,155
Minyak Bumi kendaraan bermotor, industri alat angkut
20 Industri Bahan Kimia 0,459 lainnya, industri funitur, dan industri
21 Industri Farmasi 1,117 pengolahan lainnya.
Industri Karet dan Sementara itu, 9 jenis industri yang
22 0,953
Plastik tidak masuk kelompok tersebut tidak
Industri Barang Galian memiliki potensi untuk menjadi industri
23 1,215
Bukan Logam unggulan pada masa yang akan datang
24 Industri Logam Dasar 0,952 antara lain industri makanan, industri kertas,
Industri Barang Logam industri batu bara, industri kimia, industri
25 1,313
Bukan Mesin karet, industri logam dasar, industri
Industri Komputer, peralatan listrik, industri mesin, dan jasa
26 1,196
Elektronik & Optik reparasi dan pemasangan mesin dan
Industri Peralatan peralatan. Hal tersebut disebabkan karena
27 0,636
Listrik nilai DLQ pada industri-industri tersebut
Industri Mesin & bernilai kurang dari 1. Industri-industri
28 0,190
Perlengkapan tersebut memiliki kemungkinan yang kecil
Industri Kendaraan untuk dapat menjadi industri unggulan pada
29 2,588 masa yang akan datang karena potensi
Bermotor
Industri Alat Angkut pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan
30 1,135 potensi pertumbuhan industri yang sama di
Lainnya
31 Industri Furnitur 1,126 tingkat nasional.
Industri Pengolahan Menurut Kuncoro (2012:134),
32 2,511 Penggabungan hasil analisis SLQ dan DLQ
Lainnya
Jasa Reparasi dan dapat menghasilkan pengelompokan jenis-
33 0,504 jenis industri yang memiliki keunggulan
Pemasangan Mesin
komparatif.
JEJAK Journal of Economics and Policy Vol 8 (2) (2015): 224-237 234
SLQ
SLQ>1 SLQ<1
DLQ
Industri Unggulan
Industri Andalan
Tabel 4. Perbandingan Analisis LQ dan Shift Share Industri Provinsi Jawa TengahTahun
2007 – 2012
SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah difokuskan pada industri unggulan Provinsi
jenis-jenis industri yang menjadi industri Jawa Tengah agar mampu meningkatkan
unggulan di Provinsi Jawa Tengah antara lain pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa
industri minuman, industri pengolahan Tengah.Namun, pengembangan industri
tembakau, industri tekstil, industri pakaian non-unggulan juga harus tetap ditingkatkan
jadi, industri kayu, industri percetakan, agar industri-industri tersebut tidak semakin
industri furnitur, serta industri pengolahan tertinggal dan mampu menjadi industri
lainnya. Saran yang diberikan pada unggulan pada masa yang akan datang.
penelitian ini adalah pengembangan industri
237 Setyani Irmawati, Analisis Industri Unggulan di Provinsi Jawa Tengah