Anda di halaman 1dari 16

GEOLOGI DAN POTENSI GERAKAN TANAH DAERAH SIDAREJA DAN

SEKITARNYA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP,


PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh
Dabith Alfian Supriyadi dan Bambang Sunarwan

ABSTRAK
Daerah penelitian dilakukan di daerah Sidareja dan sekitarnya, Kecamatan Sidareja,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dengan posisi geografis 108 47 34 - 108 51 55 BT
dan 7 22 60-7 27 20 LS. Luas daerah penelitian 64 km2. Secara geomorfologi
memberikan kenampakan bentang alam dalam 2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu : Satuan
Geomorfologi Perbukitan Lipatan Patahan dan Satuan Geomorfologi Dataran Dataran
Alluvial. Sementara pola aliran sungainya trellis dan dendritik dengan jentera geomorfiknya
muda sampai dewasa.
Stratigrafi dari yang tertua hingga termuda adalah Satuan Batupasir selang-seling
Batulempung sisipan Konglomerat (Formasi Halang) diendapkan pada kala Miosen tengah
Pliosen awal (N13 N19) dilingkungan laut dalam pada bagian Supraf an Lobes On Mid Fan
pada bagian Smooth Portion On Supraf an Lobes dan pada bagian Upper Fan. Satuan Breksi
sisipan Batupasir (Formasi Kumbang) diendapkan pada Kala Miosen akhir Pliosen awal
dilingkungan laut dalam pada bagian Upper Fan Channel Fill, satuan ini menjemari dengan
satuan batupasir selang-seling batulempung sisipan konglomerat (Formasi Halang). Satuan
Batulempung selang-seling Batupasir (Formasi Tapak) pada kala Pliosen akhir Pleistosen
awal (N20 N21) diendapkan dilingkungan neritik transisi laut dangkal kedalaman 30 100
meter. Satuan termuda di daerah penelitian berupa endapan aluvial sungai yang menutupi
beberapa satuan batuan yang lebih tua.
Struktur geologi yang berkembang berupa kekar, lipatan, dan patahan (sesar). Struktur
perlipatan berupa struktur Antiklin Cidadap, Antiklin Karangbolang, Antiklin Cisaga, Sinklin
Jambeasem, dan Sinklin Penyarang. Adapun struktur sesar yang berkembang berupa Sesar
Mendatar Karanggedang dan Sesar Mendatar Karangreja.
Debris Slide (DS), Rock Slide (RS), Rock Fall (RF), Slump (S) dan Earth Flow (EF),
merupakan jenis gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitian dan terkonsentrasi dalam 3
kelompok daerah potensi gerakan, yakni potensi gerakan tanah tinggi, sedang/menengah, dan
rendah. Secara umum daerah penelitian termasuk daerah yang memiliki potensi gerakan
tanah tinggi berada pada tengah sampai ke selatan daerah penelitian.

Kata kata kunci : stratigrafi, antiklin, sinklin, patahan, Debris slide, Rock slide, Slump , Rock fall ,
earth flow.

1
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

1. UMUM
Daerah Sidareja dan sekitarnya
Kecamatan
Sidareja,
Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah merupakan
daerah yang termasuk kedalam zona
kerentanan gerakan tanah sedang
tinggi berdasarkan data PVMBG.
Untuk itu dilakukan penelitian geologi
serta melakukan analisis potensi
gerakan
tanah
untuk
tujuan
mempersiapkan informasi daerahdaerah yang berpotensi gerakan tanah.

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan


Lipat Patahan
Satuan geomorfologi ini
dicirikan
dengan perbukitan dan lembah yang
memanjang berarah barat timur,
terdapat cuesta. Menempati + 87 %
dari total luas daerah penelitian. Satuan
geomofrologi
ini
berada
pada
ketinggian 50 mdpl hingga 310 mdpl,
memperlihatkan
relief
landai,
bergelombang hingga terjal, dengan
kemiringan lereng yaitu 7 %- 70 %.

Secara geografis daerah penelitian


terletak pada 108 47 34 - 108 51
55 BT dan 7 22 60-7 27 20 LS.
Luas daerah penelitian 8 km x 8 km
Timur

atau 64 km2.

barat

Foto 2.1. Morfologi Perbukitan


Memanjang. Foto diambil dari
Desa Cidadap ke arah selatan.

2. Satuan Geomorfologi Dataran


Aluvial Sungai
2. KONDISI GEOLOGI
2.1 Geomorfologi
Secara umum daerah penelitian
mempunyai bentuk morfologi dataran
dan perbukitan yang memanjang barat
-timur dengan ketinggian mencapai
Petapermukan
Lokasi Daerah
310Gambar
meter 1.1
di atas
laut.Penelitian
Berdasarkan
konsep
yang
dikemukakan W.M. Davis ( 1954 )
dalam Thornbury (1958) yang meliputi
aspek struktur, proses dan tahapan,
maka geomorfologi daerah penelitian
dikelompokkan menjadi 2 (dua) satuan
geomorfologi yaitu :

Satuan geomorfologi dataran aluvial


terletak di bagian barat laut daerah
penelitian, satuan ini menempati + 13
% dari luas daerah penelitian dengan
bentuk morfologi berupa daerah
dataran endapan aluvial, tingkat erosi
dewasa, dengan ciri ciri terdapat
meander di bagian hilir sungai Ci haur.
Ketinggian berkisar antara 25 30 m
diatas permukaan laut..

2
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

krikilan, kemas tertutup, porositas sedang,


kompak, komposisi mineral terdiri dari
kuarsa, feldspar, lithik. Berdasarkan hasil
analisa petrografi nama batuannya yaitu
Lithik Wacke (Gilbert, 1953).

Endapan Aluvial

Foto 2.2. Morfologi Berbentuk


Dataran,
Tampak
Endapan
Aluvial.Foto diambil di daerah
Jambeasem ke arah barat

2.2

STRATIGRAFI

Statigrafi daerah penelitian terdiri atas 4


(empat) satuan batuan, dimulai dari tua ke
muda, yaitu sebagai berikut :
1) Satuan Batuan Batupasir selang
seling
Batulempung
sisipan
Konglomerat (Formasi Halang).
Satuan batuan ini tersingkap di bagian
timur laut dan timur dan menempati
sekitar 31.57 % dari luas daerah penelitian.
Secara umum, satuan batuan ini memiliki
kondisi singkapan segar agak lapuk.
Struktur sedimen yang dijumpai berupa
normal gradded bedding, pararel laminasi
dan reverse gradded bedding yang
merupakan salah satu ciri
endapan
turbidit.
Satuan ini
tersusun dari perselingan
batupasir, batulempung dan sisipan
konglomerat.
Batupasirnya
memiliki
ketebalan 10 50 cm, batulempungnya
memiliki ketebalan 3 30 cm dan
konglomeratnya memiliki ketebalan + 70
cm.
Secara megaskopis, batupasir memiliki ciri
litologi : warna abu abu, besar butir pasir
sedang halus (0,5 0,125 mm), bentuk
butir membulat membulat tanggung,
terpilah baik - sedang, terdapat pasir

Batulempung berwarna abu abu


kehijauan, lunak agak lunak, sementasi
karbonatan. Konglomerat berwarna abu
abu gelap, masa dasar batupasir, besar
butir pasir sedang kasar (0,5 2 mm),
sementasi karbonatan membulat tanggung,
pemilahan sedang buruk, kemas terbuka,
porositas baik, kompak, ukuran fragmen 1
cm 20 cm, bentuk fragmen membulat
tanggung membulat, kemas terbuka,
terpilah buruk, porositas sedang baik,
kompak, dengan fragmen batuan beku,
batupasir.
Berdasarkan hasil analisa
petrografi fragmen pada konglomerat yang
diambil dari lokasi pengamatan DBT - 077
memperlihatkan
batupasir
Chiefly
Volcanic (Gilbert, 1953).
Umur satuan batuan ini di perkirakan pada
kala Miosen tengah Pliose awal yaitu
pada N13 N19. Adapun kisaran
lingkungan
pengendapan
dengan
mekanisme turbidit pada suatu sistem
lingkungan Kipas Laut dalam.

Konglomerat
Batulempung

Foto 2.2. Singkapan


konglomerat yang
merupakan bagian atas dari Formasi Halang,
Foto diambil dari lokasi pengamatan DBT
077 di Sungai Ci haur.

3
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

2) Satuan Batuan Breksi Sisipan


Batupasir (Formasi Kumbang).
Satuan batuan ini tersingkap di sekitar
daerah Pancarluwung, di bagian Tengah
dan meliputi kisaran 30.66 % dari total
luas daerah penelitian. Dari hasil MS
ketebalan satuan ini 142,4 m dan dari
rekonstruksi
penampang
geologi
diperkirakan ketebalan satuan ini kurang
dari 550 meter. Satuan batuan ini secara
megaskopis memiliki ciri ciri :
Breksi : Lapuk agak lapuk, abu - abu,
ukuran butir berkisar 0.5 cm - 50 cm,
bentuk butir menyudut tanggung
menyudut, sortasi buruk, sementasi
karbonatan, fragmen andesit, monomik,
massa dasar pasir, porositas baik - sedang,
kemas terbuka, kompak. Berdasarkan hasil
analisa petrografi fragmen pada breksi
memperlihatkan jenis Andesit (Klasifikasi
Williams, 1954).
Batupasir : Lapuk agak lapuk, abu-abu,
bentuk butir membulat, ukuran butir pasir
sedang ( 0.25 0.5 mm ), terpilah baik,
porositas sedang, sementasi karbonatan,
kemas terbuka, kompak. Berdasarkan hasil
analisa petrografi pada sayatan batupasir
yang diambil dari lokasi pengamatan DBT
- 033 memperlihatkan batupasir jenis
Arkosic Wacke (Gilbert, 1953).
Umur satuan batuan ini diperkirakan pada
kala Miosen akhir Pliosen awal yaitu
pada N 13 N 18. ). Adapun kisaran
lingkungan
pengendapan
dengan
mekanisme turbidit pada suatu system
lingkungan Kipas Laut dalam.

Foto 2.4. Singkapan breksi, Foto diambil


dari lokasi pengamatan DBT 022 di
Sungai Cihaur.

3) Satuan Batuan Batulempung selangseling Batupasir (Formasi Tapak).


Satuan batuan batulempung selang-seling
batupasir menempati bagian barat laut,
timur, timur laut, dan barat daerah
penelitian, dengan arah penyebaran mulai
dari barat laut sampai timur. Di bagian
utara satuan batuan ini tersingkap baik di
daerah Nusawungu,
yang merupakan
batas sebaran bagian utara. Di bagian
timur daerah penelitian, satuan batuan ini
tersingkap baik di beberapa tempat seperti
di daerah Jambeasem, Cidadap dan
Pasirjaran
tepatnya
di
sungai
Cipalungundangdekker.
Di
daerah
Implassemen, satuan batuan ini pun
tersingkap baik yang merupakan batas
sebaran bagian barat laut. Sedangkan di
bagian barat, satuan ini tersingkap di
daerah Babakan dan Tawangsari. Dan
menempati sekitar 24.81 % dari luas total
daerah penelitian.
Secara umum satuan batuan ini memiliki
kondisi singkapan yang segar dan
perlapisan yang mudah di ukur. Satuan ini
tersusun dari batupasir dan batulempung
yang
mengandung
fosil
moluska.
Batupasirnya memiliki ketebalan 5 25
cm, batulempungnya memiliki ketebalan
20 50 cm.

Foto 2.3. Singkapan batupasir massif. Foto


diambil dari lokasi pengamatan DBT 045 di
Sungai daerah Penyrang.

Secara megaskopis ciri litologi yang ada


pada satuan ini yaitu :

4
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

Batu pasir : Warna abu abu, ukuran


butir pasir halus sedang (0,125 0,5
mm), banyak terdapat fosil moluska,
bentuk
butir
membulat
tanggung,
pemilahan sedang, porositas baik, kemas
tertutup, sementasi karbonatan, keras,
terdiri dari mineral kuarsa, feldspar,
dengan ketebalan berkisar 5 25 cm.
Berdasarkan hasil analisa petrografi
batupasir yang diambil dari lokasi
pengamatan DBT-104 memperlihatkan
batupasir jenis Lithic Wacke ( Gilbert
1953).

menyebar sekitar Sungai Ciraja dan Sungai


Cidegrik. Memiliki ketebalan dari
beberapa centimeter hingga sekitar 1.5
meter. Satuan batuan ini disusun material
aluvial yang bersifat lepas berkuran pasir
hingga bongkah.
Dimana merupakan endapan hasil
transportasi oleh sungai. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, bahwa proses
erosi, transportasi dan sedimentasi pada
satuan batuan ini masih terus berlangsung
hingga saat ini.

Batulempung : Warna abu abu, agak


lunak, mengandung fragmen shell
(cangkang moluska) bersifat karbonatan
ketebalan berkisar 20 cm 50 cm.

Endapan Aluvial

Foto 2.7. Endapan Aluvial, tampak bidang


erosi . Foto diambil dari lokasi pengamatan
DBT 005 di Sungai Ci haur.
Foto 2.5. Singkapan batulempung selangseling batupasir . Foto diambil dari lokasi
pengamatan DBT 057 di Sungai Ciledak.

Fosil Moluska

2.3 Struktur Geologi


Berdasarkan data lapangan maka struktur
geologi yang berkembang di daerah
penelitian berupa Kekar,Lipatan dan
Patahan.
1) Struktur Kekar
Kekar di daerah
dibedakan menjadi :

Foto 2.6. Singkapan batupasir, tampak fosil


moluska . Foto diambil dari lokasi pengamatan
DBT 104 di Sungai Cipalangundangdekker.

penelitian

dapat

Shear joint atau compression


joint, yaitu kekar yang terbentuk
akibat gaya tekanan.
Tension joint, yaitu kekar yang
terbentuk akibat gaya tarikan.

4) Satuan Batuan Endapan Alluvial.


Penyebaran satuan ini menempati sekitar
12.94 % dari luas daerah penelitian,
5
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

N 88 E N 95 E dan 230 260 ke arah


timur laut dengan jurus N 260 E N 278
E. Berdasarkan analisa struktur maka
sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin
simetri.
2.2 Antiklin

Foto 2.8 Shear frecture dengan arah umum


N 2800 E/640 N 290 E/70 dan N 870 E / 600
N 950 E / 700 . Lokasi pengamatan S.
Tanjungsari.

2) Struktur Lipatan
Struktur lipatan di daerah penelitian
berupa antiklin ditandai oleh kemiringan
lapisan sebagai bidang sayap dengan
arah berlawanan dan Sinklin yang
ditandai oleh kemiringan lapisan sebagai
bidang sayap dengan arah yang searah.
2.1 Sinklin

Sinklin Jambeasem

Berada didaerah daerah Jambeasem dan


Desa Kutasari. Dengan sumbu lipatan
berarah barat baut - tenggara, panjang
sumbu diperkirakan kurang lebih 7,8 Km.
Besar
kemiringan
lapisan
yang
membentuk sinklin ini adalah 400 600 ke
arah barat daya dengan jurus N 89 E N
119 E dan 450 500 ke arah timur laut
dengan jurus N 266 E N 296 E.
Berdasarkan kemiringan perlapisan batuan
maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai
sinklin simetri.
Sinklin Penyarang
Berada didaerah Desa Curug Penyarang,
Karanggedang dan Rungkang. Dengan
sumbu lipatan berarah barat laut tenggara, panjang sumbu diperkirakan
kurang lebih 8,5 Km. Besar kemiringan
lapisan yang membentuk sinklin ini adalah
250 310 ke arah barat daya dengan jurus

Antiklin Karangbolang

Antiklin Karangbolang ini berkembang di


daerah penelitian yang meliputi daerah
Karangbolang dan G.Batulawang. Dengan
sumbu lipatan berarah barat laut tenggara, panjang sumbu diperkirakan
kurang lebih 8,3 Km. Besar kemiringan
lapisan yang membentuk antiklin ini
adalah 310 440 ke arah barat daya dengan
jurus N 92 E N 137 E dan 250 310 ke
arah timur laut dengan jurus N 273 E N
280 E. Berdasarkan analisa struktur maka
antiklin ini diklasifikasikan sebagai
antiklin simetri.

Antiklin Cidadap

Antiklin Cidadap ini berkembang di


daerah penelitian yang meliputi Desa
Cidadap dan Desa Pangaweran. Dengan
sumbu lipatan berarah barat laut tenggara, panjang sumbu diperkirakan
kurang lebih 3,1 Km. Besar kemiringan
lapisan yang membentuk antiklin ini
adalah 400 420 ke arah barat daya dengan
jurus N 80 E N 120 E dan 300 460 ke
arah timur laut dengan jurus N 265 E N
280 E. Berdasarkan analisa struktur maka
antiklin ini diklasifikasikan sebagai
antiklin simetri.

Antiklin Cisaga

Antiklin Cisaga ini berkembang di daerah


penelitian yang meliputi daerah Cisaga,
Sahang, dan Linggasari. Dengan sumbu
lipatan berarah barat laut - tenggara,
panjang sumbu diperkirakan kurang lebih
5,1 Km. Besar kemiringan lapisan yang
membentuk antiklin ini adalah 200 210 ke
arah barat daya dengan jurus N 100 E N
110 E dan 210 260 ke arah timur laut
dengan jurus N 275 E N 280 E.
Berdasarkan analisa struktur maka antiklin
6

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

ini diklasifikasikan
simetri.

sebagai

antiklin

3) Patahan atau sesar


Struktur patahan yang berkembang di
daerah penelitian berupa :
3.1 Sesar Mendatar Karanggedang.
Sesar mendatar Karanggedang ini terletak
di bagian Tengah daerah penelitian. Arah
penyebaran Timur Laut Barat Daya
dengan panjang sekitar + 9,1 Km, Indikasi
sesar mendatar Karanggedang di lapangan
diperlihatkan oleh:
Foto 2.10. Zona Hancuran dengan arah N
190 E. Foto diambil pada ST 04, Desa
Karanggedang.

1. Zona hancuran dengan arah N 185


E.
2. Kelurusan kontur yang berbentuk
bukit.
3. Zona hancuran berupa dengan arah
N 190 E.
4. Bidang sesar ( ST - 03 ) di sungai
Linggasari dengan kedudukan
bidang N 270 E / 800, Pitch 550,
kedudukan struktur garis 710, N
2800 E.
Berdasarkan data data diatas dan
hasil analisis arah pergerakan sesar pada
gores garis, maka disimpulkan sesar
mendatar Karanggedang ini
Sesar
Mendatar Mengiri.

Foto 2.11. Cermin sesar pada


batupasir dengan kedudukan N 270 E /
800 ,Pitch 550, plunge 710, N 2890 E.
Foto diambil pada ST-03, Linggasari.

3.2 Sesar Mendatar Karangreja

Sesar mendatar Karangreja ini terletak di


bagian tengah daerah penelitian. Arah
penyebaran timur laut barat daya dengan
panjang sekitar + 7,8 Km.
Indikasi sesar mendatar Karangreja di
lapangan diperlihatkan oleh :
Foto 2.9. Zona Hancuran dengan arah
N 185 E. Foto diambil pada ST 05,
Desa Pangaweran.

1. Kelurusan kontur.
2. Zona hancuran dengan arah N 25
E.
7

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

3. Bidang sesar ( ST - 01 ) di sungai


Sahang dengan kedudukan bidang
N 300 E / 750,
Pitch 400,
kedudukan struktur garis 350, N
270 E.
4. Bidang sesar ( ST - 02 ) di sungai
Karangreja dengan kedudukan
bidang N 200 E / 700, Pitch 500,
kedudukan struktur garis 540, N
350 E.
5. Pembelokan sungai yang tiba tiba
di sungai Karangreja.
Berdasarkan data data diatas dan
hasil analisis arah pergerakan sesar pada
gores garis, maka disimpilkan sesar
mendatar Karangreja ini Sesar Mendatar
Mengiri.

Foto 2.12. Zona Hancuran dengan arah


N 25 E. Foto diambil pada ST 01,
Sahang.

3. POTENSI GERAKAN TANAH


Tanah longsor gerakan tanah adalah
perpindahan material pembentuk lereng,
dapat berupa batuan asli, tanah pelapukan,
bahan timbunan atau kombinasi dari
material-material tersebut yang bergerak
ke arah bawah dan keluar lereng ( Vernes,
1978 ).
Faktor Faktor Penyebab Gerakan Tanah
1. Kondisi geologi yang meliputi :
a) Jenis tanah dan batuan,
terutama adanya lapisan
yang lulus air menumpang di
atas lapisan yang tidak lulus
air.
b) Perubahan
kemiringan
lereng.
c) Arah dan kemiringan bidang
perlapisan, kekar, patahan
dan ketidak selarasan yang
mengarah keluar lereng.
d) Tingkat pelapukan batuan.
2. Sistem keairan.
3. Tata guna lahan.
4. Aktifitas manusia.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan
mengacu pada klasifikasi Highway
Research Board Landslide Committee
(HWRBLC),
di
daerah
penelitian
berkembang gerakan tanah berupa :
1) Debris slide (DS)

Foto 2.13. Cermin sesar pada batupasir


dengan kedudukan N 200 E / 700 ,Pitch 500,
plunge 540, N 350 E. Foto diambil pada ST 03,
Desa Karangreja.

Yaitu gerakan massa berupa tanah dan


batuan yang meluncur sepanjang bidang
perlapisan batuan, gerakannya cepat. terjadi
disekitar tebing tebing sungai dan tebing
tebing bukit. Faktor faktor penyebab
utamanya adalah sudut lereng dan struktur
geologi , sedangkan faktor pendukung
lainnya berupa jenis batuan dan kandungan
air.
Jenis gerakan tanah ini berkembang 28,6
% dari semua gerakan tanah yang teramati.
Umumnya mempunyai lebar (10 - 40 m)
dan tinggi (5 20 m). Terdapat 8 Lokasi
gerakan tanah jenis Debris Slide. Lokasi
pengamatan GT 005 terdapat pada pada
8

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

daerah Karangbawang, GT 006 terdapat


pada daerah Gunungwilis, GT 008, dan GT
010 terdapat pada daerah Karangreja, GT
011 dan GT 012 terdapat pada daerah
Karanggedang, GT 016 terdapat pada
daerah Penyarang, dan GT 022 terdapat
pada daerah Pagergunung.

Material Batuan

Foto 3.2. Luncuran berupa material batuan pada


tebing, tersingkap di lokasi GT 022, Desa
Cidadap, lebar 30 m, tinggi 15 m

Material Debris

Foto 3.1. Luncuran berupa material


rombakan pada tepi sungai, tersingkap di
lokasi GT 10, daerah Gunungwillis, lebar 15
m tinggi 3 m.

2) Rock Slide
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak
planar berupa longsoran yang membawa
material batuan. Faktor faktor penyebab
gerakan tanah jenis ini kandungan air,
pelapukan, sudut lereng, jenis batuan dan
struktur geologi. Faktor utama pemicu
gerakan tanah jenis ini adalah sudut lereng,
struktur geologi dan jenis batuan.
Jenis gerakan tanah ini berkembang 25 %
dari semua gerakan tanah yang teramati.
Umumnya mempunyai lebar (10 - 30 m)
dan tinggi ( 5 25 m). Terdapat 5 Lokasi
gerakan tanah jenis Rock Slide. Lokasi
pengamatan GT 003 terdapat pada pada
daerah Sahang, GT 009 terletak pada
daerah Karngreja, GT 011, GT 012, dan
GT 015 terletak pada daerah Desa
Karanggedang dan GT 017 dan GT 026
terdapat pada daerah Cidadap.

3) Earth Flow (EF)


Adalah jenis gerakan tanah yang
melibatkan bahan bahan yang lepas
dimana materialnya terdiri dari tanah yang
jenuh air yang bergerak mengikuti lereng
yang lebih landai akibat gaya gravitasi.
Gaya ini terjadi akibat perbedaan inklinasi
lereng, air serta material berupa tanah dan
hasil rombakan yang memiliki tingkat
peresapan air yang tinggi serta batuan
impermeable sebagai dasar pergerakannya.
Jenis gerakan tanah ini berkembang 28,6
% dari semua gerakan tanah yang teramati.
Umumnya mempunyai lebar (10 - 20 m)
dan tinggi (5 30 m). Terdapat 8 Lokasi
gerakan tanah jenis Earth Flow. Lokasi
pengamatan GT 001 terletak pada daerah
Karangbolang, GT 004 terletak pada daerah
Sawangan, GT 007 dan GT 014 terletak
pada daerah Desa Penyarang, GT 023
terletak pada daerah Pagergunung, GT 025
terletak pada daerah Margasari, GT 018
terletak pada daerah S. Ciledak dan GT 28
terletak pada daerah Jambeasem.

Aliran massa tanah

Foto 3.3. Gerakan tanah jenis Earth Flow tersingkap di


lokasi GT 33, Desa Karanggedang, lebar 25 m, tinggi 30
m.

9
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

4) Rock Fall (RF)


Adalah gerakan tanah yang terdiri dari
massa batuan yang jatuh bebas umumnya
terjadi pada lereng yang terjal hingga
menggantung. Jenis kelongsoran ini dapat
terjadi seketika pada saat gempa.
Jenis gerakan tanah ini berkembang 3,5
% dari semua gerakan tanah yang teramati.
mempunyai lebar 20 m dan tinggi 15 m
hanya terdapat 1 lokasi gerakan tanah jenis
Rock Fall yaitu di lokasi pengamatan GT
019 terletak pada daerah Sungai Ciledak
Desa Cidadap.

Jatuhan Material Batuan

Aliran massa tanah

Foto 3.5. Gerakan tanah jenis Slump


tersingkap di lokasi GT 021, daerah
Kawungcarang, lebar 10 m, tinggi 12 m.

3.1 Analisa Gerakan Tanah


Berdasarkan data data diatas, daerah
penelitian di evaluasi kondisi geologinya
untuk menentukan nilai kemampuan dari
setiap kelas informasi. Kemudian untuk
menentukan nilai kemampuan ini diberikan
urutan potensi dari masing masing kelas
informasi sehingga dapat memberikan
informasi tentang daerah yang berpotensi
terhadap bahaya dari gerakan tanah.

Urutan Potensi

Keterangan

Potensi Sangat Besar

Potensi Besar

Potensi Sedang

Potensi Kecil

Tidak ada / tidak


berpotensi

Foto 3.4. Gerakan tanah jenis Rock Fall


tersingkap di lokasi GT 019, Desa Cidadap,
lebar 20 m, tinggi 15 m.

5) Slump (S)
Yaitu gerakan massa biasanya berupa tanah
yang relatif tebal yang bergerak melalui
bidang lengkung, gerakannya realtif cepat.
Jenis gerakan tanah ini berkembang 7,1
% dari semua gerakan tanah yang teramati.
Terdapat 2 Lokasi gerakan tanah jenis
Slump. Lokasi pengamatan GT 021 terletak
pada daerah Kawungcarang mempunyai
lebar 10 m tinggi 12 m, GT 027 terletak
pada Sungai Cihaur daerah Manganti
mempunyai lebar 15 m tinggi 10 m.

Urutan
Kemampuan
1
2
3
4
5

Keterangan
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

10
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

Analisa Kemiringan Lereng


Pada peta kemiringan lereng daerah
penelitian terbagi menjadi beberapa daerah
dengan kelas sudut lereng sebagai berikut :
1. Sudut lereng 0 2 %
2. Sudut lereng 2 7 %
3. Sudut lereng 7 15 %
4. Sudut lereng 15 30 %
5. Sudut lereng 30 70 %
Penyebaran jenis jenis gerakan tanah
terdapat di semua satuan geomorfologi
kecuali dataran alluvial dan secara umum
berada di sekitar jalur sungai, tebing terjal,
tebing jalan raya dan pematang sawah.
Analisa Geologi (Litologi/batuan dan
struktur geologi)
Jenis batuan didaerah penelitian terdiri dari
Batupasir, Batulempung, Konglomerat,
Breksi, dan endapan aluvial, batuan
didaerah penelitian umumnya sudah
mengalami pelapukan yang kuat sehingga
sangat rawan terjadi gerakan tanah
disamping itu adanya perselingan batupasir
dan batulempung menyebabkan daerah
penelitian sangat rawan terjadi gerakan
tanah jenis sleding karna kontak antara
lapisan batupasir yang bersifat poros dan
batulempung yang bersifat kedap air yang
dapat
menjadi
bidang
gelincir
menyebabkan batupasir meluncur apabila
terdapat pebebanan. Batuan didaerah
penelitian juga sangat dipengaruhi struktur
geologi berupa sesar mendatar yang
menyebabkan banyak zona lemah pada
batuan.

Analisa Kerapatan Sungai


Semakin besar nilai kerapatan sungai,
semakin besar pula kecenderungan untuk
terjadinya erosi, begitupun sebaliknya.
Besarnya kerapatan sungai dihitung
berdasarkan perbandingan jumlah panjang
sungai utama dan anak-anak sungai (dalam
Km), terhadap luas wilayah aliran (Km2).
Dari hasil analisa kerapatan sungainya, di
daerah penelitian menunjukkan adanya 3
macam kerapatan sungai yang berbedabeda. Yang pertama, kerapatan sungai
dengan jenis densitas halus (< 0,5 km/km2)
penyebarannya di bagian Tengah sampai
Barat Daya daerah penelitian dan
mencakup sekitar 32,3 % dari luas
wilayah penelitian. Sungai yang terdapat
di dalamnya adalah Sungai Ciserang,
Sungai Penyarang, dan Sungai Sahang,
dengan jenis litologi berupa breksi sisipan
batupasir dan batupasir selang-seling
batulempung sisipan konglomerat.
Yang kedua, kerapatan sungai dengan jenis
densitas sedang ( 0,5 3 km/km2) ,
memiliki karakteristik berupa limpasan
sedang, penyebarannya mencakup 54%
dari luas wilayah penelitian, mencakup
Sungai Cihaur, Kalibantarsari, dan Sungai
Ciantaraos, jenis lhitologi mencakup
seluruh jenis litologi yang ada di wilayah
penelitian.
Yang ketiga kerapatan sungai dengan jenis
densitas kasar ( > 3 km/km2), memiliki
karakteristik berupa limpasan kecil,
penyebarannya mencakup 13, 7 % dari luas
wilayah penelitian, mencakup Sungai
Ciledak,
jenis
lhitologinya
berupa
batulempung selang-seling batupasir dan
batupasir
selang-seling
batulempung
sisipan
konglomerat.

Analisa Tutupan lahan


Tutupan lahan daerah penelitian berupa perkebunan, ladang, pemukiman dan sawah. Daerah daerah dengan tutupan lahan berupa perkebunan akan relatif stabil jika dibandingkan denga
persawahan, ladang dan pemukiman.

11
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

Tabel 3.1. Nilai Potensi Dari Seluruh Kelas Informasi

Informasi

Kelas Informasi

Urutan
Kemampuan

Nilai
Potensi

Potensi
Gerakan Tanah

0-2 %

Sangat Rendah

2-7%

Sedang

7 - 15 %

Tinggi

15 - 30 %

Sangat Tinggi

30 - 70 %

Rendah

Batupasir,
Batulempung,
Konglomerat

Tinggi

Breksi, Batupasir

Sangat Tinggi

Batulempung,
Batupasir

Sedang

Endapan Alluvial

Rendah

< 0,5 km/km2

Sedang

0,5 3 km/km2

Tinggi

> 3 km/km2

Sangat Tinggi

Sawah

Sangat Tinggi

Pemukiman

Sedang

Ladang

Tinggi

Perkebunan

Sangat Tinggi

Sesar Mendatar
Karangreja

Sangat Tinggi

Sesar Mendatar
Karanggedang

Sedang

Sudut Lereng (%)

Jenis Batuan

Kerapatan Sungai

Tutupan Lahan

Struktur Patahan

Urutan Kemampuan

Potensi Gerakan Tanah

1
2
3
4
5

Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah

Keteran
gan :

12
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

Tabel 3.2. Tabel Potensi Gerakan Tanah Dari seluruh Kelas Informasi
Potensi Gerakan
Tanah

Faktor Penyebab
Informasi
Sudut
Lereng

Jenis
Batuan

Tinggi

Sedang

Rendah

3.2

Kerapatan
Sungai

Kelas
Informasi
7 15 %
15 - 30 %
30 - 70 %
Breksi.
Batupasir
Batulempung,
batupasir,
Konglomerat
> 3 km/km2
0,5 3
km/km2

Urutan
Kemampuan

DS EF RF RS

2
4
2

3
1
4

1
-

3
4
1

1
1
1

2
1
1

< 0,5 km/km2

Batulempung,
Batupasir

Sawah

0-2 %
2-7%

5
4

Pemukiman

Endapan
Aluvial

Tutupan
Lahan

Perkebunan

Struktur
Patahan

Sesar
Mendatar
Karangreja
Sesar
Mendatar
Karanggedang

Kerapatan
sungai
Jenis
Batuan
Tutupan
Lahan
Sudut
Lereng
Tutupan
Lahan
Jenis
Batuan

Jumlah Gerakan Tanah

Identifikasi Masalah

Faktor penyebab gerakan tanah di daerah


penelitian di pengaruhi oleh sudut lereng,
kerapatan sungai, kemiringan lereng,
tutupan lahan, jenis batuan dan struktur
geologi.
Berdasarkan seluruh data kelas informasi
di atas, maka daerah penelitian dapat
dibagi menjadi 3 daerah potensi gerakan
tanah,

yaitu :
1. Daerah potensi gerakan tanah tinggi
2. Daerah potensi gerakan tanah
sedang
3. Daerah potensi gerakan tanah
rendah
Penanggulangan Gerakan Tanah
Penanggulangan dan pencegahan bahaya
gerakan tanah dapat dilakukan dengan
berbagai cara, maka penulis memberikan
13

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

kala Miosen tengah Pliosen awal


(N13 N19) dilingkungan laut
dalam pada bagian Suprafan Lobes
On Mid Fan pada bagian Smooth
Portion On Suprafan Lobes dan
pada bagian Upper Fan. Satuan
Breksi sisipan Batupasir (Formasi
Kumbang) diendapkan pada Kala
Miosen akhir Pliosen awal
dilingkungan laut dalam pada
bagian Upper Fan Channel Fill,
satuan ini menjemari dengan
satuan batupasir selang-seling
batulempung sisipan konglomerat
(Formasi
Halang).
Satuan
Batulempung
selang-seling
Batupasir (Formasi Tapak) pada
kala Piosen akhir Pleistosen awal
(N20

N21)
diendapkan
dilingkungan neritik transisi laut
dangkal kedalaman 30 100 meter.
Satuan Endapan Aluvial yang
terdiri dari material lepas ukuran
lempung bongkah diendapkan
secara tidak selaras menutupi
satuan batuan yang lebih tua sejak
Pleistosen akhir hingga Holosen.

beberapa saran untuk penanggulangan dan


memperkecil kerugian akibat gerakan tanah
ini, diantaranya adalah :
1. Pada wilayah perbukitan dilakukan
pembuatan terasering untuk lereng
yang cukup terjal atau dengan
menerapkan struktur dan pondasi
bangunan yang dapat menahan
terjadinya gerakan tanah.
2. Pengaturan penggunaan lahan yang
memiliki sudut lereng terjal dan
penanaman tanaman keras atau
tanaman perdu yang akarnya dapat
mengikat tanah.
3. Pencegahan
perembesan
air
kedalam tanah dengan cara
penghijauan kembali hutan hutan
yang gundul dengan jenis tanaman
yang sesuai.
4. Pengaturan
pemukiman
dan
pembangunan infrastruktur lainnya
(jalan, bendungan) di daerah
daerah yang stabil dan menghindari
daerah daerah jalur gerakan tanah,
dataran sepanjang aliran sungai dan
daerah dengan sudut lereng tinggi.
KESIMPULAN DAN DISKUSI

Geomorfologi daerah penelitian


dapat dibagi menjadi 2 satuan
geomorfologi
yaitu:
Satuan
Geomorfologi Perbukitan Lipat
Patahan dan Satuan Geomorfologi
Dataran Aluvial. Pola aliran sungai
yang berkembang di daerah
penelitian adalah pola aliran terlis,
dan dendritik dengan genetika
sungainya obsekuen, subsekuen,
dan konsukuen. Stadia erosi sungai
berada pada stadia muda dan
dewasa
sedangkan
jentera
geomorfiknya pada tahapan muda
sampai dewasa.

Stratigrafi
daerah
penelitian
tersusun mulai dari yang tertua
sampai yang termuda adalah :
Satuan Batupasir selang-seling
Batulempung sisipan Konglomerat
(Formasi Halang) diendapkan pada

Struktur geologi yang berkembang


berupa kekar, lipatan, dan patahan
(sesar). Struktur perlipatan berupa
struktur Antiklin Cidadap, Antiklin
Karangbolang, Antiklin Cisaga,
Sinklin Jambeasem, dan Sinklin
Penyarang. Adapun struktur sesar
yang berkembang berupa Sesar
Mendatar Karanggedang dan Sesar
Mendatar Karangreja. Struktur
geologi yang ada di daerah
penelitian
terjadi dalam satu
perioda tektonik, yaitu pada kala
Pleistosen awal dengan arah gaya
utama N 14o E atau relatif utara selatan.

Ada 5 jenis gerakan tanah yang


terdapat di daerah penelitian yaitu
Debris Slide (DS), Rock Slide
(RS), Rock Fall (RF), Slump (S)
dan Earth Flow (EF). Faktor
penyebab gerakan tanah di daerah
14

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

penelitian di pengaruhi oleh


kemiringan lereng, tutupan lahan,
kerapatan sungai, jenis batuan dan
struktur geologi daerah penelitian
dapat dibagi menjadi 3 daerah
potensi gerakan tanah, yaitu :
1. Daerah
tinggi

potensi

gerakan

tanah

2. Daerah
sedang

potensi

gerakan

tanah

3. Daerah
rendah

potensi

gerakan

tanah

Daerah yang memiliki potensi gerakan


tanah tinggi berada pada tengah sampai
ke selatan daerah penelitian.
PUSTAKA
1. Asikin S., 1995, Buku Pedoman
Geologi
Lapangan,
Jurusan
Teknik Geologi ITB, Bandung.
2. Bemmelen, R.W. van., 1949. The
Geology of Indonesia, The Hague
Martinus
Nijhoff,
vol
IA,
Netherlands.
3. Blow, W.H, 1969. Late Middle
Eocen to Recent Planktonic
Foraminefera
Biostratigrafy.
Plantonic Microfossils 1st, Geneva.
4. Kadarsetya Eka, 2011, Zonasi
Kerentanan Gerakan Tanah di
Kabupaten Brebes Bagian Selatan,
Provinsi Jawa Tengah, Bulletin
Vulkanologi dan Bencana Geologi
Volume 6 no. 1.
5. Kustowo dan Suwarna., 1975. Peta
Geologi Lembar Majenang Jawa,
Skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian
dan
Pengembangan
Geologi,
Direktorat Geologi dan Sumber
Daya Mineral, Bandung.
6. Mark, P, 1957, Stratigraphic
Lexicon of Indonesia, Geological
Research and Development Center,
Bandung.
7. Noor,
Djauhari,
2010,
Geomorfologi, Program Studi

Teknik Geologi, Fakultas Teknik,


Universitas Pakuan, Bogor.
8. Pheleger., F.B, 1951, Ecology of
Foraminifera, Nortwest Gulf of
Mexico, GSA Memoir 46.
9. Pusat Studi Lingkungan (PSL)
Universitas Pakuan Bogor. 2005,
Pemantauan
Gerakan
Tanah
Dengan Metode Geolistrik Dalam
Kegiatan
Pembinaan
dan
Pengawasan
Pengelolaan
Lingkungan
di
Kabupaten
Sukabumi, Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Sukabumi.
10. Ridzky Edin., 2010 Geologi
Daerah Pamulihan dan Sekitarnya
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Jurusan Teknik Geologi ITB,
Bandung.
11. Sampurno.,
1982,
Diktat
Geomorfologi, Jurusan Teknik
Geologi,
Institut
Teknologi
Bandung.
12. Thornbury,
William
D.,
Principles of Geomorphology,
Second Edition, John Willey and
Sons Inc., New York, London,
Sydney, Toronto, 594 p.
13. Wiliams, H.,
Turner, F.J and
Gilbert,
Charles
M.,
1955,
Petrography and Indroction to the
Study of Rock in Thin Section,
W.H. Freeman and Company, San
Fransisco.

PENULIS
[1]
Dabith Alfian Supriyadi,
ST.,
Alumni
(2013)
Program Studi Teknik
Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Pakuan.
[2]
Bambang Sunarwan, Ir.,
MT., Staf Pengajar di
Program Studi Teknik
Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas
Pakuan.

15
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

16
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik - UNPAK

Anda mungkin juga menyukai