ABSTRAK
Daerah penelitian secara administratif terletak di Daerah Cikondang, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Stratigrafi daerah penelitian berurutan dari paling tua
hingga paling muda tersusun atas tiga formasi meliputi ; Formasi Jampang (Tomj) yang
berperan sebagai basement daerah penelitian berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal,
kemudian Dasit (Tmda), selanjutnya terendapkan secara tidak selaras di atasnya berupa
satuan batupasir tufaan Formasi Bentang. Metode penelitian dilakukan dengan cara
pengambilan sampel batuan dengan jumlah 8 sampel batuan di daerah penelitian yang
kemudian dilakukan analisis petrografi untuk dapat mengetahui keterdapatan mineral dan
mineral sekunder yang ada pada daerah penelitian tersebut. Berdasarkan hasil dan
pembahasan, daerah penelitian terbentuk dalam tiga zona alterasi yang meliputi ; zona
argilik, zona subpropilitik, zona propilitik. Alterasi hidtrotermal yang ditemukan di daerah
penelitian mencirikan endapan sistem epitermal dengan sulfidasi rendah dan terbentuk pada
suhu 125o C – 200o C dengan pH asam hingga netral. Selain itu, intensitas alterasi yang
terjadi dikategorikan termasuk ke dalam intensitas alterasi sedang hingga lemah (Browne,
1989).
Kata kunci: Alterasi, epitermal, petrografi, intensitas, Tasikmalaya
ABSTRACT
The research area is administratively located in the Cikondang Region, Tasikmalaya Regency,
West Java Province. The stratigraphy of the research area in order from oldest to youngest
is composed of three formations including; The Jampang Formation (Tomj) which acts as the
basement of the study area is Late Oligocene – Early Miocene, then Dasite (Tmda), then
unconformably deposited above it in the form of tuffaceous sandstone units for the Bentang
Formation. The research method was carried out by taking rock samples with a total of 8
rock samples in the research area which was then carried out by petrographic analysis to
determine the presence of minerals and secondary minerals in the research area. Based on
the results and discussion, the research area is formed in three alteration zones which
include; argillic zone, subpropylitic zone, propylitic zone. The hydrothermal alteration found
in the study area is characterized by low sulfidation epithermal system deposits and is formed
at a temperature of 125oC - 200oC with an acidic to neutral pH. In addition, the intensity of
the alteration that occurs is categorized into moderate to weak alteration intensity (Browne,
1989).
Keywords: Alteration, epithermal, petrography, intensity, Tasikmalaya
49
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
penelitian. Selain itu, penelitian ini mineral sekunder yang ada pada batuan
didasarkan atas data hasil analisis vulkanik di Formasi Jampang.
petrografi dengan mengamati keterdapatan
Analisis yang dilakukan bertujuan untuk pegunungan selatan Jawa Barat termasuk
dapat menentukan zona alterasi serta ke dalam zona mineralisasi logam mulia dan
intensitas alterasi yang terjadi di daerah logam dasar yang disusun oleh Formasi
penelitian. Andesit Tua (Old Andesite Formation) yang
Geologi daerah penelitian ini memiliki mengindikasikan sebagai tempat
karakteristik batuan sedimen berumur terbentuknya mineralisasi. Pada jalur
Oligosen Akhir hingga Pliosen Awal yang Pegunungan Jawa Selatan ini, ditemukan
termasuk ke dalam zona Pegunungan beberapa lokasi pertambangan dan telah
Selatan Jawa Barat. Pegunungan ini terjadi proses eksplorasi yang
terbentuk dari subduksi antara Lempeng mengindikasikan bahwa pada ini memiliki
Sunda di utara dan Lempeng Indo – potensi endapan alterasi hidrotermal dan
Australia di selatan, dimana diperkirakan mineralisasi.
basement pada daerah telitian ini tersusun Segmen kontinental bagian barat pada
dari bebatuan andesit pada Miosen Atas. Pulau Jawa dicirikan dengan adanya
Kegiatan aktivitas vulkanisme ini terjadi cebakan ataupun endapan epitermal
pada umur Oligosen – Miosen sampai dengan jenis low sulphidation. Marcoux dan
Resen. Akibat dari aktivitas vulkanisme dan Miles (1994) menyebutkan bahwa
magmatisme tersebut dapat mineralisasi emas epitermal di bagian
mengindikasikan keterdapatan potensi selatan Jawa Barat kebanyakan dikontrol
untuk menghasilkan mineral – mineral oleh sesar dengan jenis sesar mendatar
ekonomis dan memiliki kandungan endapan yang memotong batuan plutonik dan batuan
mineral bijih yang sangat potensial. vulkanik pada umur Miosen – Pliosen. Hal ini
Sekitar 20% keterdapatan emas di sejalan dengan pendapat (Hutamadi. R)
Indonesia ini terdapat pada busur ini, yang mengatakan bahwa cebakan emas di
selain itu 14% keterdapatan tembaga daerah Cikondang dikontrol oleh struktur
Indonesia juga terdapat di busur ini. geologi berupa sesar dengan jenis endapan
Berdasarkan Van Bemmelen (1949), zona epitermal berjenis sulfidasi rendah.
mineralisasi yang terdapat di deretan
50
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
METODOLOGI PENELITIAN
Formasi Bentang (Tmpb), tersebar di bagian pengendapan Formasi Bentang pada Miosen
utara petakan dan menempati 56 % dari Akhir hingga Pliosen Awal. Adapun litologi
keseluruhan luasan daerah penelitian. penyusun Formasi Bentang berdasarkan
Menurut T. Budhitrisna (1986) yang ditemukan di daerah penelitian
51
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
52
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
Tabel 1. Hasil analisis petrografi batuan vulkanik Formasi Jampang (Browne, 1989)
mineral-mineral ubahannya (mineral sekunder).
Proses alterasi yang terjadi diakibatkan Secara umum mineral alterasi yang
adanya interaksi antara batuan yang terdapat pada daerah Cikondang dan
dilaluinya (wall rocks) dengan larutan sekitarnya menunjukkan mineral dengan
hidrotermal (Lagat, 2009). Dari hasil kandungan asam hingga intermediet.
interaksi tersebut akan menyebakan Sebagian besar, batuan dengan kandungan
terubahnya mineral primer menjadi mineral ini biasanya ditemukan pada jenis alterasi
sekunder. Hal ini terlihat pada sayatan tipis argilitasi dan juga silisifikasi. Berdasarkan
batuan yang memperlihatkan hasil pengamatan lapangan yang telah
53
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
54
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
Kaolinit yang terdapat pada zona ini nikol sejajar dan warna yang cukup ekstrem
menjadi salah satu mineral kunci pada zona pada nikol silang. Selain itu ciri khas dari
argilik. Mineral ini memiliki kenampakan mineral ini apabila diamati memiliki warna
warna kekuningan dengan belahan dua interferensi seperti mutiara (pearly) dengan
arah. Sebagian besar kaolinit yang belahan 3 arah. Menurut Thompson (1996),
ditemukan di daerah penelitian ini kalsit biasanya berasosiasi dengan mineral
merupakan mineral yang mengalami yang memiliki banyak kandungan Fe serta
replacement oleh mineral hornblende. berinteraksi dengan air laut. Albit yang
Zona argilik yang mencakup himpunan merupakan mineral yang termasuk dalam
mineral berupa kaolinit – kuarsa – pirit ini, salah satu golongan plagioklas ini
terbentuk pada pH larutan yang asam mengalami proses sekunder sehingga
hingga netral (4-5). Selain itu, zona ini juga disebut dengan albit sekunder. Dalam hal ini
biasanya dihimpun oleh mineral ubahan albit memiliki kenampakan yang berwarna
yang terbentuk pada temperatur yang putih keabuan. Terkadangan ditemukan
relatif rendah yaitu <220 – 250oC (G.J. bercak-bercak yang terisi oleh mineral
Corbett dan Leach, 1997). Apabila dikaitkan lainnya. Kembaran pada mineral ini masih
dengan suhu pembentukan mineral terlihat di beberapa kode sampel batuan.
menurut Reyes (1990) dalam (Hedenquist,
1995), hal ini sesuai dengan temperatur 3. Zona epidot – kuarsa (zona
pembentukan pada zona ini yang propilitik)
dikategorikan cukup rendah dan termasuk Zona propilitik ini merupakan zona ubahan
ke dalam endapan dengan tipe epitermal. pada endapan epitermal dengan jenis
sulfidasi rendah (Hedenquist dan Lindquist
2. Zona laumonit – karbonat – albit - (1985) dalam (Franco, 1992). Fluida
(zona subpropilitik) hidrotermal yang mempengaruhi zona ini
Himpunan mineral laumonit – karbonat – dikenal kaya akan klorida dan pH yang
albit dikategorikan termasuk ke dalam zona mendekati netral. Adapun suhu
subpropilitik (Corbett and Leach, 1998). keterbentukan mineral ubahan pada zona
Pada zona ini biasanya ditemukan batuan ini relatif rendah dan tidak jauh berbeda
yang mengandung mineral dengan larutan dengan zona argilik sebelumnya yaitu
hidrotermal yang memiliki kandungan Ca, berkisar antara <220 – 250oC (Houghton,
H2O, CO2, dan sedikit H+ (Franco, 1992). 1988). Perbedaan zona propilitik dan zona
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis, sub propilitik terletak pada zona propilitik
zona ini menempati daerah yang cukup luas yang memiliki mineral kunci penciri zonanya
dan umumnya berada di bagian luar dari yaitu epidot. Sedangkan pada zona
zona alterasi argilik. Proses alterasi yang subpropilitik tidak memiliki mineral epidot
terjadi pada zona ini umumnya terjadi (G.J. Corbett dan Leach, 1997).
secara regional dan berada di sekitar sistem Mineral epidot yang memiliki kenampakan
endapan epitermal (Thompson, 1996). kuning hingga oren dengan warna
Mineral laumonit dalam hal ini menjadi interferensi yang cukup beragam dan
mineral pengganti dari plagioklas. Bahkan di berwarna-warni. Mineral ini merupakan
beberapa sampel batuan menggantikan ubahan dari mineral piroksen. Selain itu,
mineral golongan k-feldspar. Mineral ini mineral epidot merupakan mineral kunci
memiliki kenampakan berwarna putih yang hadir pada daerah penelitian ini untuk
keabuan, terkadang masih terlihat dikategorikan termasuk dalam zona alterasi
kembarannya, relief sedang hingga tinggi, propilitik.
bentuk tabular. Kenampakannya Kuarsa sekunder yang hadir pada zona ini
menujukkan mineral yang terlihat hancur cenderung terlihat pada ukuran dan bentuk
yang diindikasikan oleh karena adanya granular yang relatif halus, relief sedang.
pengaruh suhu dan juga fluida hidrotermal Mineral ini biasanya berasosiasi dengan
yang mempengaruhinya. golongan k-feldspar. Adanya keterdapatan
Mineral karbonat yang terdapat di batuan mineral kuarsa sekunder ini dapat
pada daerah penelitian diidentifikasikan diindikasikan bahwa telah terjadi proses
sebagai mineral kalsit (Tomj-3). Mineral ini silisifikasi pada daerah penelitian yang
merupakan hasil ubahan dari mineral diakibatkan oleh penurunan suhu fluida
plagioklas. Di beberapa lokasi penelitian, hidrotermal. Proses ini dapat dikaitkan
mineral kalsit hadir sebagai vein yang dengan keberadaan struktur geologi yang
mengisi rekahan. Kenampakannya berkembang di daerah penelitian.
memperlihatkan warna coklat muda pada
55
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
Batuan yang telah disampling dan dianalisis Sampel batuan yang telah dianalisis
sebelumnya menunjukkan berbagai mineral menunjukkan suhu keterbentukan yang
yang telah terubahkan. Dari hasil tersebut berkisar antara 100o C hingga 200o C dan
didapatkan pola persebaran batuan yang berasal dari kedalaman antara 400 dan
ter-alterasi yang akan dibuat ke dalam 600 meter. Hal ini mengindikasikan bahwa
bentuk peta sebaran zona alterasi sesuai batuan ini termasuk ke dalam kelompok
dengan batas-batas sistem zonasi endapan epitermal. Suhu atau temperatur
mineralnya. Secara khusus, batuan yang keterbentukan mineral-mineral sekunder
termasuk ke dalam zona propilitik yang pada batuan yang telah dianalisis ini
ditemukan di daerah penelitian ini tercantum pada tabel 2 di bawah ini.
diidentifikasikan sebagai bagian luar pada
proses alterasi hidrotermal (Gambar 4).
Tabel 2. Suhu pembentukan mineral alterasi daerah penelitian (Reyes, 1990; dalam
(Hedenquist, 1995)
56
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
intensitas alterasi sedang hingga lemah (P, endapan sistem epitermal dengan sulfidasi
1989). Hal ini dilihat berdasarkan seberapa rendah. Diindikasikan bahwa alterasi
banyak persentase perubahan mineral yang hidtrotermal yang terjadi di daerah
terubahkan. Alterasi hidtrotermal yang penelitian terbentuk pada suhu 125o C –
ditemukan di daerah penelitian mencirikan 200o C dengan pH asam hingga netral.
Proses sekunder yang terjadi diperlihatkan Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
pada batuan yang memiliki kandungan allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
mineral yang telah terubahkan dari mineral dan karunianya sehingga penulis dapat
primer menjadi mineral sekunder. Aktivitas menyelesaikan penelitian ini. Dalam
hidtrotermal yang terjadi dipengaruhi oleh penyusunan dan penulisan penelitian ini,
kontrol struktur penulis mengucapkan terimakasih kepada
geologi yang berkembang di daerah pihak-pihak yang telah membantu dalam
penelitian. Hal ini dikarenakan struktur menyelesaikan penulisan penelitian ini.
geologi berperan sebagai jalur bagi fluida
hidrotermal bergerak. Selain itu adanya DAFTAR PUSTAKA
kenampakan fenokris dan juga gelas Bemmelen, V. (1970). The Geology of
sebagai massa dasar pada beberapa sampel Indonesia, vol. 1A, General Geology of
batuan menunjukkan bahwa batuan ini Indonesia and Adjacent Archipelageos,
terbentuk akibat adanya perbedaan suhu 2nd ed,. 2013 . Guidebook Volcanic
dan komposisi magma yang mempengaruhi Petroleum Play AAPG UGM-SC.
pada saat proses pembekuannya. Budhistrina, T. (1986). Geologi Lembar
Tahapan dalam pembentukan alterasi Tasikmalaya, Jawa Barat. Bandung :
hidtrotermal daerah penelitian dikaitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan
dengan zona alterasinya. Terdapat tiga Geologi, Jenderal Geologi dan
tahapan alterasi hidrotermal yang dimulai Sumberdaya Mineral.
dengan naiknya larutan hidrotermal melalui Franco, P. (1992). Hydrothermal Processes
struktur geologi yang berkembang di daerah and Mineral System. Australia: Springer.
penelitian yang bereaksi dengan batuan G, A. R. (1990). J. Volcanol . Geotherm,
samping. Kemudian membentuk zona Res. 43 279-304.
kuarsa – pirit – kaolinit. Kuarsa hadir dalam G.J. Corbett dan Leach, T. (1997).
bentuk vuggy. Selanjutnya zona gerusan Southwest Pacific Rim Gold-Copper
membentuk alterasi argilik. Setelah itu, Systems : Structure, Alteration, and
kehadiran mineral berupa laumonit, Mineralization. Southwest Pacific : SEG
karbonat, dan albit membentuk alterasi Special Publication, No. 6.
subpropilitik. Mineral karbonat dicirikan oleh Hedenquist, d. (1995). Epithermal Gold
kehadiran kalsit dalam bentuk urat yang Deposits : Styles, Characteristics And
mengisi rekahan. Tahapan terakhir Exploration. Society of Economic
pembentuk alterasi hidtrotermal daerah Geologists Newsletter 23, hal. 1-13.
penelitian ditandai dengan kehadiran epidot Hilmi, F. (2008). Pola Struktur Regional
dan kuarsa sekunder yang membentuk zona Jawa Barat. Bulletin of Scientific
alterasi propilitik. Contribution, Volume 6, Nomor 1 : 57-
66.
UCAPAN TERIMAKASIH Houghton, J. H. (1988). Epithermal Gold
Mineralization and its Volcanc
57
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58
58