Anda di halaman 1dari 10

Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

Bulletin of Scientific Contribution


GEOLOGY
Fakultas Teknik Geologi
UNIVERSITAS PADJADJARAN
homepage: http://jurnal.unpad.ac.id/bsc Volume 20, No.2
p-ISSN: 1693-4873; e-ISSN: 2541-514X Agustus 2022

IDENTIFIKASI PROSPEK ENDAPAN HIDROTERMAL DAERAH CIKONDANG,


KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT
Rizka Chintya Ramadona, Endang Wiwik D.H
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia
aEmail korespondensi: rizkachintyar@gmail.com

ABSTRAK
Daerah penelitian secara administratif terletak di Daerah Cikondang, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Stratigrafi daerah penelitian berurutan dari paling tua
hingga paling muda tersusun atas tiga formasi meliputi ; Formasi Jampang (Tomj) yang
berperan sebagai basement daerah penelitian berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal,
kemudian Dasit (Tmda), selanjutnya terendapkan secara tidak selaras di atasnya berupa
satuan batupasir tufaan Formasi Bentang. Metode penelitian dilakukan dengan cara
pengambilan sampel batuan dengan jumlah 8 sampel batuan di daerah penelitian yang
kemudian dilakukan analisis petrografi untuk dapat mengetahui keterdapatan mineral dan
mineral sekunder yang ada pada daerah penelitian tersebut. Berdasarkan hasil dan
pembahasan, daerah penelitian terbentuk dalam tiga zona alterasi yang meliputi ; zona
argilik, zona subpropilitik, zona propilitik. Alterasi hidtrotermal yang ditemukan di daerah
penelitian mencirikan endapan sistem epitermal dengan sulfidasi rendah dan terbentuk pada
suhu 125o C – 200o C dengan pH asam hingga netral. Selain itu, intensitas alterasi yang
terjadi dikategorikan termasuk ke dalam intensitas alterasi sedang hingga lemah (Browne,
1989).
Kata kunci: Alterasi, epitermal, petrografi, intensitas, Tasikmalaya

ABSTRACT
The research area is administratively located in the Cikondang Region, Tasikmalaya Regency,
West Java Province. The stratigraphy of the research area in order from oldest to youngest
is composed of three formations including; The Jampang Formation (Tomj) which acts as the
basement of the study area is Late Oligocene – Early Miocene, then Dasite (Tmda), then
unconformably deposited above it in the form of tuffaceous sandstone units for the Bentang
Formation. The research method was carried out by taking rock samples with a total of 8
rock samples in the research area which was then carried out by petrographic analysis to
determine the presence of minerals and secondary minerals in the research area. Based on
the results and discussion, the research area is formed in three alteration zones which
include; argillic zone, subpropylitic zone, propylitic zone. The hydrothermal alteration found
in the study area is characterized by low sulfidation epithermal system deposits and is formed
at a temperature of 125oC - 200oC with an acidic to neutral pH. In addition, the intensity of
the alteration that occurs is categorized into moderate to weak alteration intensity (Browne,
1989).
Keywords: Alteration, epithermal, petrography, intensity, Tasikmalaya

PENDAHULUAN yang ditunjukkan pada Google maps


Lokasi penelitian secara administratif didapatkan bahwa jarak dan waktu yang
terletak di Daerah Cikondang, Kabupaten ditempuh dari pusat Kota Bandung menuju
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. lokasi penelitian melalui transportasi darat
Berdasarkan geologi regional, daerah ditempuh dalam waktu ± 4 jam 5 menit
telitian ini termasuk ke dalam peta geologi dengan jarak ± 134 km.
lembar Tasikmalaya skala 1 : 250.000 yang Penelitian yang akan dibahas yaitu
mencakup empat formasi yaitu Formasi mengenai identifikasi prospek keterdapatan
Bentang (Tmpb), Formasi Jampang (Tomj), alterasi hidrotermal di daerah penelitian.
Dasit (Tmda), dan Diorit (Tmdi). Hal ini sejalan dengan ditemukannya
Berdasarkan jarak serta estimasi waktu beberapa lokasi tambang di sekitar lokasi

49
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

penelitian. Selain itu, penelitian ini mineral sekunder yang ada pada batuan
didasarkan atas data hasil analisis vulkanik di Formasi Jampang.
petrografi dengan mengamati keterdapatan

Gambar 1. Peta Lokasi penelitian berdasarkan peta batas administratif Kabupaten


Tasikmalaya yang disebandingkan dengan Google Maps

Analisis yang dilakukan bertujuan untuk pegunungan selatan Jawa Barat termasuk
dapat menentukan zona alterasi serta ke dalam zona mineralisasi logam mulia dan
intensitas alterasi yang terjadi di daerah logam dasar yang disusun oleh Formasi
penelitian. Andesit Tua (Old Andesite Formation) yang
Geologi daerah penelitian ini memiliki mengindikasikan sebagai tempat
karakteristik batuan sedimen berumur terbentuknya mineralisasi. Pada jalur
Oligosen Akhir hingga Pliosen Awal yang Pegunungan Jawa Selatan ini, ditemukan
termasuk ke dalam zona Pegunungan beberapa lokasi pertambangan dan telah
Selatan Jawa Barat. Pegunungan ini terjadi proses eksplorasi yang
terbentuk dari subduksi antara Lempeng mengindikasikan bahwa pada ini memiliki
Sunda di utara dan Lempeng Indo – potensi endapan alterasi hidrotermal dan
Australia di selatan, dimana diperkirakan mineralisasi.
basement pada daerah telitian ini tersusun Segmen kontinental bagian barat pada
dari bebatuan andesit pada Miosen Atas. Pulau Jawa dicirikan dengan adanya
Kegiatan aktivitas vulkanisme ini terjadi cebakan ataupun endapan epitermal
pada umur Oligosen – Miosen sampai dengan jenis low sulphidation. Marcoux dan
Resen. Akibat dari aktivitas vulkanisme dan Miles (1994) menyebutkan bahwa
magmatisme tersebut dapat mineralisasi emas epitermal di bagian
mengindikasikan keterdapatan potensi selatan Jawa Barat kebanyakan dikontrol
untuk menghasilkan mineral – mineral oleh sesar dengan jenis sesar mendatar
ekonomis dan memiliki kandungan endapan yang memotong batuan plutonik dan batuan
mineral bijih yang sangat potensial. vulkanik pada umur Miosen – Pliosen. Hal ini
Sekitar 20% keterdapatan emas di sejalan dengan pendapat (Hutamadi. R)
Indonesia ini terdapat pada busur ini, yang mengatakan bahwa cebakan emas di
selain itu 14% keterdapatan tembaga daerah Cikondang dikontrol oleh struktur
Indonesia juga terdapat di busur ini. geologi berupa sesar dengan jenis endapan
Berdasarkan Van Bemmelen (1949), zona epitermal berjenis sulfidasi rendah.
mineralisasi yang terdapat di deretan

50
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Peta Geomorfologi daerah penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan cara Stratigrafi


pengambilan sampel batuan dengan jumlah Stratigrafi daerah penelitian berurutan dari
8 sampel batuan di daerah penelitian. paling tua hingga paling muda tersusun atas
Sampel yang dianalisis tersebut meliputi tiga formasi meliputi ; Formasi Jampang
sampel dengan kode Tomj-1, Tomj-2, Tomj- (Tomj) yang berperan sebagai basement
3, Tomj-4, Tomj-5, Tomj-6, Tomj-7, dan daerah penelitian berumur Oligosen Akhir –
Tomj-8. Setelah dilakukan kegiatan Miosen Awal, kemudian Dasit (Tmda),
sampling, batuan tersebut disayat menjadi selanjutnya terendapkan secara tidak
sayatan tipis batuan agar dapat dianalisis selaras di atasnya berupa satuan batupasir
berdasarkan metode analisis petrografi tufaan Formasi Bentang. Kolom stratigrafi
dengan bantuan mikroskop polarisasi. daerah penelitian (Gambar 3).
Pengamatan ini dilakukan dengan dua jenis
pengamatan, berupa nikol sejajar dan nikol Formasi Jampang (Tomj), merupakan
silang dengan perbesaran optis beragam formasi tertua yang terdapat di daerah
dari 4x, 10x, dan 40x. Analisis ini dapat penelitian, hal ini dikarenakan formasi ini
menentukan komposisi mineral, tekstur, terendapkan terlebih dahulu dibandingkan
serta menginterpretasi petrogenesa dengan formasi lainnya. Berdasarkan Peta
maupun potensi keterdapatan endapan Geologi Lembar Tasikmalaya (Budhistrina,
hidrotermal pada suatu batuan berdasarkan 1986), formasi ini memiliki umur pada
sifat optiknya. Penentuan zona alterasi Oligosen Akhir – Miosen Awal. Adapun
hidrotermal merujuk pada klasifikasi (G.J. litologi yang ditemukan di daerah penelitian
Corbett dan Leach, 1997) Sedangkan dalam pada Formasi Jampang ini terdiri dari breksi
menentukan intensitas perubahan pada vulkanik dengan fragmen andesit berukuran
batuannya merujuk berdasarkan (P, 1989). 3 – 300cm (pebble – boulder), lava andesit,
dan tuff.
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Geomorfologi Dasit (Tmda), Dasit yang ditemukan di
Pembagian bentuk lahan dikorelasikan daerah telitian ini merupakan hasil material
berdasarkan keadaan relief, elevasi, erupsi gunung yang berupa lava dan
kemiringan lereng, dan litologi yang membentuk batuan dasit. Keterdapatan
mengontrol di daerah penelitian. Bentuk lava dasit ini ditemukan pada Desa
lahan di daerah penelitian terbagi menjadi 3 Cikondang yang berdekatan dengan
bentuk lahan Perbukitan Denudasional, penambangan warga desa. Menurut T.
Punggungan Aliran Lava, Punggungan Aliran Budhitrisna (1986) Dasit ini memiliki umur
Piroklastik (Widyatmanti, 2016), pada Miosen Awal.
(Brahmantyo, 2006), dan (Hugget, 2007).

Formasi Bentang (Tmpb), tersebar di bagian pengendapan Formasi Bentang pada Miosen
utara petakan dan menempati 56 % dari Akhir hingga Pliosen Awal. Adapun litologi
keseluruhan luasan daerah penelitian. penyusun Formasi Bentang berdasarkan
Menurut T. Budhitrisna (1986) yang ditemukan di daerah penelitian

51
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

berupa batupasir, batupasir tufaan, breksi


vulkanik dengan fragmen andesit, breksi
tufaan, breksi dengan matriks gampingan.

Gambar 3. Kolom Stratigrafi daerah penelitian

Struktur Geologi berkembang berdasarkan geometri dan


Diinterpretasikan struktur yang terdapat di arah tegasannya, pola struktur yang
daerah penelitian ini termasuk ke dalam terdapat pada daerah penelitian umumnya
rezim kompresional kedua yang termasuk dalam Pola Meratus dengan arah
berlangsung selama Oligosen-Miosen Awal. timur laut – barat daya (NE-SW). Struktur
Akibat dari kejadian tektonik yang cukup sesar yang terbentuk pada daerah
dahsyat ini menyebabkan terbentuknya Karyawangi dan Curug Cipinaha yaitu
kekar-kekar dan juga pensesaran di daerah berupa sesar mendatar kiri yang terbentuk
penelitian. Hal ini juga menjadi salah satu akibat adanya peristiwa tektonik
alasan keterbentukan struktur geologi di kompresi. Kemenerusan sesar ini termasuk
Pulau Jawa dan sekitarnya. Struktur geologi pada pembentukan struktur orde pertama.
yang berkembang pada daerah penelitian Urat-urat kuarsa maupun urat kalsit yang
terbagi menjadi dua, yaitu struktur geologi mengisi struktur kekar ditemukan di
sesar (fault) dan struktur kekar (fracture). beberapa lokasi pengamatan. Hal ini
Keterbentukan struktur ini dipengaruhi oleh menjadi penciri adanya gejala alterasi
tingkat elastisitas suatu batuan dan gaya maupun mineralisasi pada daerah penelitan.
kompresi yang mengenainya. Akibat dari Beberapa gejala yang tersingkap ini
gaya kompresi tersebut maka batuan akan ditemukan pada batuan andesit Formasi
kehilangan sifat keelastisannya karena telah Jampang yang diindikasikan termasuk ke
melewati batasnya (elastic limit rock) atau dalam zona ubahan propilitik dan argilik.
bersifat brittle. Proses mineralisasi yang terjadi di daerah
Berdasarkan hasil analisa data lapangan penelitian sebelumnya secara tektonik
dan dikorelasikan dengan data Digital mengalami peristiwa orogenik, dengan
Elevation Model Nasional (DEMNas), peristiwa pertama terjadi pada Miosen Awal
diperoleh satu struktur kekar yaitu Kekar yang mengakibatkan terjadinya uplifting
Karyawangi dan satu struktur sesar yaitu yang diikuti dengan peristiwa vulkanisme
Sesar Cipinaha yang termasuk ke dalam mengalami aktivitas tektonisme dan
jenis sesar mendatar. Berdasarkan F. Hilmi magmatisme dalam pembentukan busur
dan I. Haryanto (2008) (Hilmi, 2008) yang pada Miosen Awal.
mana mengkategorikan pola struktur yang

52
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

Gambar 4. Peta Geologi daerah penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN hasil analisis petrografi terlihat pada


Hasil pengamatan sampel batuan secara beberapa mineral yang telah mengalami
mikroskopis menunjukkan bahwa 8 sampel perubahan menjadi mineral sekunder. Pada
batuan dapat diidentifikasi bahwa batuan tabel 1 dipaparkan hasil analisis petrografi
induknya berupa batuan vulkanik yang dari sampel yang diambil di daerah
terdiri dari batuan andesit dan tuff. Dari penelitian.

Tabel 1. Hasil analisis petrografi batuan vulkanik Formasi Jampang (Browne, 1989)
mineral-mineral ubahannya (mineral sekunder).

Proses alterasi yang terjadi diakibatkan Secara umum mineral alterasi yang
adanya interaksi antara batuan yang terdapat pada daerah Cikondang dan
dilaluinya (wall rocks) dengan larutan sekitarnya menunjukkan mineral dengan
hidrotermal (Lagat, 2009). Dari hasil kandungan asam hingga intermediet.
interaksi tersebut akan menyebakan Sebagian besar, batuan dengan kandungan
terubahnya mineral primer menjadi mineral ini biasanya ditemukan pada jenis alterasi
sekunder. Hal ini terlihat pada sayatan tipis argilitasi dan juga silisifikasi. Berdasarkan
batuan yang memperlihatkan hasil pengamatan lapangan yang telah

53
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

dilakukan, daerah penelitian menunjukkan pada plagioklas yang memiliki kembaran


konsentrasi batuan sulfida dengan albit dengan bentuk prismatik hingga
derajat intensitas alterasi yang cukup tabular. Piroksen hadir tergantikan
bervariasi. menjadi
Dari kenampakkan mineral yang terlihat, Mineral - mineral dalam bentuk
sebagian besar mineral yang mengalami klinopiroksen berupa epidot maupun
penggantian tersebut yaitu fenokris yang diopsid. Mineral kuarsa tergantikan oleh
berupa plagioklas, hornblende, albit, kuarsa sekunder (kalsedon). Sedangkan
piroksen, dan kuarsa. Plagioklas tergantikan horblende mengalami penggantian sebagai
oleh mineral muskovit, laumonit, mineral mineral kaolinit. Selain itu, terdapat indikasi
karbonat, hingga mineral lempung. adanya mineral bijih (magnetit dan pirit)
Albit diindikasikan mengalami proses yang ditunjukkan dengan adanya oksidasi
albitisasi (albit sekunder) yang terjadi yang banyak mengandung Fe.
membentuk struktur vuggy (Sampel Tomj-
Berdasarkan analisis petrografi yang 7). Struktur ini biasanya terjadi oleh karena
ditinjau dari keberadaan himpunan mineral adanya pelepasan kandungan asam pada
ubahan dengan mengacu pada klasifikasi pH yang dikandung sebelumnya. Dalam hal
Corbett and Leach (1997), maka alterasi ini, kehadiran kuarsa sekunder dianggap
hidrotermal yang terjadi di daerah dapat menunjukkan endapan hidrotermal
penelitian secara umum terbagi menjadi ini terbentuk pada kisaran temperatur yang
tiga zona alterasi yaitu : rendah (Kerr, 1959).
1. Zona kuarsa – pirit – kaolinit (zona Selain mineral kuarsa, terdapat juga
argilik) mineral pirit yang hadir. Kehadiran pirit ini
Berdasarkan hasil analisis petrografi, dari diperlihatkan berwarna hitam baik pada
beberapa titik lokasi pengamatan dijumpai kenampakan nikol sejajar maupun nikol
himpunan mineral berupa kuarsa – pirit – silang. Selanjutnya dari kehadiran mineral
kaolinit. Hal ini menunjukkan bahwa pirit ini dapat diidentifikasikan bahwa pada
himpunan mineral tersebut termasuk batuan di sekitar lokasi penelitian telah
ke dalam zona argilik (G.J. Corbett dan mengalami oksidasi dengan tingkatan lemaj
Leach, 1997) Mineral kuarsa sekunder yang hingga sedang. Pirit juga dapat
ditemukan memperlihatkan warna putih mengindikasikan bahwa suatu batuan telah
keabuan hingga putih kekuningan, mengalami proses mineralisasi. Pada
berbentuk equant, relief rendah, amorf, dan batuan dengan kode sampel Tomj-5
di sebagian sampel tersebar cukup merata dijumpai tekstur khusus berupa
(Tomj-7 dan Tomj-8). Kuarsa sekunder ini glomeroporfiritik di mineral pirit.

Gambar 5. Fotomigraf batuan vulkanik Formasi Jampang di daerah penelitian

54
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

Kaolinit yang terdapat pada zona ini nikol sejajar dan warna yang cukup ekstrem
menjadi salah satu mineral kunci pada zona pada nikol silang. Selain itu ciri khas dari
argilik. Mineral ini memiliki kenampakan mineral ini apabila diamati memiliki warna
warna kekuningan dengan belahan dua interferensi seperti mutiara (pearly) dengan
arah. Sebagian besar kaolinit yang belahan 3 arah. Menurut Thompson (1996),
ditemukan di daerah penelitian ini kalsit biasanya berasosiasi dengan mineral
merupakan mineral yang mengalami yang memiliki banyak kandungan Fe serta
replacement oleh mineral hornblende. berinteraksi dengan air laut. Albit yang
Zona argilik yang mencakup himpunan merupakan mineral yang termasuk dalam
mineral berupa kaolinit – kuarsa – pirit ini, salah satu golongan plagioklas ini
terbentuk pada pH larutan yang asam mengalami proses sekunder sehingga
hingga netral (4-5). Selain itu, zona ini juga disebut dengan albit sekunder. Dalam hal ini
biasanya dihimpun oleh mineral ubahan albit memiliki kenampakan yang berwarna
yang terbentuk pada temperatur yang putih keabuan. Terkadangan ditemukan
relatif rendah yaitu <220 – 250oC (G.J. bercak-bercak yang terisi oleh mineral
Corbett dan Leach, 1997). Apabila dikaitkan lainnya. Kembaran pada mineral ini masih
dengan suhu pembentukan mineral terlihat di beberapa kode sampel batuan.
menurut Reyes (1990) dalam (Hedenquist,
1995), hal ini sesuai dengan temperatur 3. Zona epidot – kuarsa (zona
pembentukan pada zona ini yang propilitik)
dikategorikan cukup rendah dan termasuk Zona propilitik ini merupakan zona ubahan
ke dalam endapan dengan tipe epitermal. pada endapan epitermal dengan jenis
sulfidasi rendah (Hedenquist dan Lindquist
2. Zona laumonit – karbonat – albit - (1985) dalam (Franco, 1992). Fluida
(zona subpropilitik) hidrotermal yang mempengaruhi zona ini
Himpunan mineral laumonit – karbonat – dikenal kaya akan klorida dan pH yang
albit dikategorikan termasuk ke dalam zona mendekati netral. Adapun suhu
subpropilitik (Corbett and Leach, 1998). keterbentukan mineral ubahan pada zona
Pada zona ini biasanya ditemukan batuan ini relatif rendah dan tidak jauh berbeda
yang mengandung mineral dengan larutan dengan zona argilik sebelumnya yaitu
hidrotermal yang memiliki kandungan Ca, berkisar antara <220 – 250oC (Houghton,
H2O, CO2, dan sedikit H+ (Franco, 1992). 1988). Perbedaan zona propilitik dan zona
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis, sub propilitik terletak pada zona propilitik
zona ini menempati daerah yang cukup luas yang memiliki mineral kunci penciri zonanya
dan umumnya berada di bagian luar dari yaitu epidot. Sedangkan pada zona
zona alterasi argilik. Proses alterasi yang subpropilitik tidak memiliki mineral epidot
terjadi pada zona ini umumnya terjadi (G.J. Corbett dan Leach, 1997).
secara regional dan berada di sekitar sistem Mineral epidot yang memiliki kenampakan
endapan epitermal (Thompson, 1996). kuning hingga oren dengan warna
Mineral laumonit dalam hal ini menjadi interferensi yang cukup beragam dan
mineral pengganti dari plagioklas. Bahkan di berwarna-warni. Mineral ini merupakan
beberapa sampel batuan menggantikan ubahan dari mineral piroksen. Selain itu,
mineral golongan k-feldspar. Mineral ini mineral epidot merupakan mineral kunci
memiliki kenampakan berwarna putih yang hadir pada daerah penelitian ini untuk
keabuan, terkadang masih terlihat dikategorikan termasuk dalam zona alterasi
kembarannya, relief sedang hingga tinggi, propilitik.
bentuk tabular. Kenampakannya Kuarsa sekunder yang hadir pada zona ini
menujukkan mineral yang terlihat hancur cenderung terlihat pada ukuran dan bentuk
yang diindikasikan oleh karena adanya granular yang relatif halus, relief sedang.
pengaruh suhu dan juga fluida hidrotermal Mineral ini biasanya berasosiasi dengan
yang mempengaruhinya. golongan k-feldspar. Adanya keterdapatan
Mineral karbonat yang terdapat di batuan mineral kuarsa sekunder ini dapat
pada daerah penelitian diidentifikasikan diindikasikan bahwa telah terjadi proses
sebagai mineral kalsit (Tomj-3). Mineral ini silisifikasi pada daerah penelitian yang
merupakan hasil ubahan dari mineral diakibatkan oleh penurunan suhu fluida
plagioklas. Di beberapa lokasi penelitian, hidrotermal. Proses ini dapat dikaitkan
mineral kalsit hadir sebagai vein yang dengan keberadaan struktur geologi yang
mengisi rekahan. Kenampakannya berkembang di daerah penelitian.
memperlihatkan warna coklat muda pada

55
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

Gambar 6. Ilustrasi zona pembentukan alterasi hidrotermal daerah penelitian yang


diadaptasi berdasarkan (G.J. Corbett dan Leach, 1997)

Batuan yang telah disampling dan dianalisis Sampel batuan yang telah dianalisis
sebelumnya menunjukkan berbagai mineral menunjukkan suhu keterbentukan yang
yang telah terubahkan. Dari hasil tersebut berkisar antara 100o C hingga 200o C dan
didapatkan pola persebaran batuan yang berasal dari kedalaman antara 400 dan
ter-alterasi yang akan dibuat ke dalam 600 meter. Hal ini mengindikasikan bahwa
bentuk peta sebaran zona alterasi sesuai batuan ini termasuk ke dalam kelompok
dengan batas-batas sistem zonasi endapan epitermal. Suhu atau temperatur
mineralnya. Secara khusus, batuan yang keterbentukan mineral-mineral sekunder
termasuk ke dalam zona propilitik yang pada batuan yang telah dianalisis ini
ditemukan di daerah penelitian ini tercantum pada tabel 2 di bawah ini.
diidentifikasikan sebagai bagian luar pada
proses alterasi hidrotermal (Gambar 4).

Tabel 2. Suhu pembentukan mineral alterasi daerah penelitian (Reyes, 1990; dalam
(Hedenquist, 1995)

KESIMPULAN dengan kehadiran himpunan mineral berupa


Zona alterasi yang terjadi di daerah laumonit – karbonat – albit. Adapun zona
penelitian terbagi menjadi tiga yang propilitik dijumai kehadiran mineral
meliputi ; zona argilik, zona subpropilitik, sekunder berupa epidot dan kuarsa.
zona propilitik. Zona argilik ditandai dengan Berdasarkan hasil analisis, didapatkan
adanya himpunan mineral berupa kuarsa – bahwa sampel batuan yang terdapat di
pirit – kaolinit. Zona subpropilitik ditandai daerah penelitian sebagian besar memiliki

56
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

intensitas alterasi sedang hingga lemah (P, endapan sistem epitermal dengan sulfidasi
1989). Hal ini dilihat berdasarkan seberapa rendah. Diindikasikan bahwa alterasi
banyak persentase perubahan mineral yang hidtrotermal yang terjadi di daerah
terubahkan. Alterasi hidtrotermal yang penelitian terbentuk pada suhu 125o C –
ditemukan di daerah penelitian mencirikan 200o C dengan pH asam hingga netral.

Gambar 7. Peta zonasi tipe alterasi hidrotermal daerah telitian

Proses sekunder yang terjadi diperlihatkan Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
pada batuan yang memiliki kandungan allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
mineral yang telah terubahkan dari mineral dan karunianya sehingga penulis dapat
primer menjadi mineral sekunder. Aktivitas menyelesaikan penelitian ini. Dalam
hidtrotermal yang terjadi dipengaruhi oleh penyusunan dan penulisan penelitian ini,
kontrol struktur penulis mengucapkan terimakasih kepada
geologi yang berkembang di daerah pihak-pihak yang telah membantu dalam
penelitian. Hal ini dikarenakan struktur menyelesaikan penulisan penelitian ini.
geologi berperan sebagai jalur bagi fluida
hidrotermal bergerak. Selain itu adanya DAFTAR PUSTAKA
kenampakan fenokris dan juga gelas Bemmelen, V. (1970). The Geology of
sebagai massa dasar pada beberapa sampel Indonesia, vol. 1A, General Geology of
batuan menunjukkan bahwa batuan ini Indonesia and Adjacent Archipelageos,
terbentuk akibat adanya perbedaan suhu 2nd ed,. 2013 . Guidebook Volcanic
dan komposisi magma yang mempengaruhi Petroleum Play AAPG UGM-SC.
pada saat proses pembekuannya. Budhistrina, T. (1986). Geologi Lembar
Tahapan dalam pembentukan alterasi Tasikmalaya, Jawa Barat. Bandung :
hidtrotermal daerah penelitian dikaitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan
dengan zona alterasinya. Terdapat tiga Geologi, Jenderal Geologi dan
tahapan alterasi hidrotermal yang dimulai Sumberdaya Mineral.
dengan naiknya larutan hidrotermal melalui Franco, P. (1992). Hydrothermal Processes
struktur geologi yang berkembang di daerah and Mineral System. Australia: Springer.
penelitian yang bereaksi dengan batuan G, A. R. (1990). J. Volcanol . Geotherm,
samping. Kemudian membentuk zona Res. 43 279-304.
kuarsa – pirit – kaolinit. Kuarsa hadir dalam G.J. Corbett dan Leach, T. (1997).
bentuk vuggy. Selanjutnya zona gerusan Southwest Pacific Rim Gold-Copper
membentuk alterasi argilik. Setelah itu, Systems : Structure, Alteration, and
kehadiran mineral berupa laumonit, Mineralization. Southwest Pacific : SEG
karbonat, dan albit membentuk alterasi Special Publication, No. 6.
subpropilitik. Mineral karbonat dicirikan oleh Hedenquist, d. (1995). Epithermal Gold
kehadiran kalsit dalam bentuk urat yang Deposits : Styles, Characteristics And
mengisi rekahan. Tahapan terakhir Exploration. Society of Economic
pembentuk alterasi hidtrotermal daerah Geologists Newsletter 23, hal. 1-13.
penelitian ditandai dengan kehadiran epidot Hilmi, F. (2008). Pola Struktur Regional
dan kuarsa sekunder yang membentuk zona Jawa Barat. Bulletin of Scientific
alterasi propilitik. Contribution, Volume 6, Nomor 1 : 57-
66.
UCAPAN TERIMAKASIH Houghton, J. H. (1988). Epithermal Gold
Mineralization and its Volcanc

57
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 20, Nomor 2, Agustus 2022 : 49-58

Environments, Mt. Mangani, Sumatra, Milesi, E. M. (1994). Epithermal gold deposit


Indonesia. 415 hal. in West Java, Indonesia . In : Van
Hutamadi. R, d. (n.d.). Tinjauan Praktek Leeuwen: Geology, age and crusta
Tambang Emas Kecil di Cineam source.
Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat P, B. (1989). Hydrothermal Alteration and
Indonesia. Pusat Sumberdaya Geologi. Geothermal Systems. Auckland:
Kerr, P. (1959). Optical mineralogt, Third Geothermal Institute (Unpublished).
Edition. New York Toronto, London, Thompson, A. (1996). Atlas of Alteration, a
Kogakusha Cpmpany, inc., Tokyo: Field and Petrographic Guide to
Mc.Graw-Hill Book Company, Inc., 442 Hydrothermal Alteration Minerals.
hal. Geological Association of Canada.
Lagat, J. (2009). Hydrothermal Alteration Whitney, D. L. (2010). Abbreviations for
Mineralogy in Geothermal Fields with names of rock-forming minerals.
Case Examples from Olkaria Domes American Mineralogist, Volume 95.
Geothermal Field. Kenya: Short Course pages 185-187.
IV on Exploration for Geothermal
Resources, UNU-GTP.

58

Anda mungkin juga menyukai