MAKALAH KELOMPOK 5
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
4.1 INSTRUMENTASI UNTUK EKSPLORASI GRAVITASI - GRAVIMETER
Pengukuran absolut (mutlak) yaitu pengamatan gayaberat (g) secara langsung misalnya
dengan mengamati benda jatuh bebas atau ayunan. Cara ini biasanya dipergunakan untuk
menentukan nilai gayaberat titik acuan absolut. Nilai titik acuan absolut ini kemudian akan
digunakan untuk menetukan nilai gayaberat titik lainnya, dengan cara melakukan pengamatan
relatif terhadap titik acuan absolut tersebut. Untuk mendapatkan nilai gayaberat absolut
digunakan cara : Benda jatuh Bebas (Falling body) Prinsip benda jatuh bebas ini adalah dengan
mengukur jarak yang dilalui sebuah benda jatuh dalam selang waktu yang tertentu, dinyatakan
dalam persamaan:
1
𝑠 = 𝑔 𝑡2
2
2𝑠
𝑔 =
𝑡
Dimana :
g = gayaberat
s = jarak
t = waktu
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan nilai g secara tidak langsung dengan mengukur
perbedaan nilai gayaberat di suatu tempat relatif terhadap titik acuan yang nilai gayaberatnya
telah diketahui. Ada beberapa metode untuk menentukan nilai g, diantaranya dengan metode
pegas, metode pesawat atwood, metode pendulum, dan masih banyak lagi.
1. Pendulum
Pendulum adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara bebas dan
periodik. Penentuan percepatan gravitasi menggunakan metode pendulum biasanya
menggunakan cara manual. Secara umum sistem pengukuran dapat dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap detektor untuk mendeteksi adanya perubahan, kedua tahap
pengkondisian sinyal, dan yang ketiga tahap pembacaan.
2. Gravimeter
Pengukuran relatif biasanya digunakan dengan alat sistem pegas. Perubahan gayaberat
dapat dibaca dari perubahan simpangan pegas. Berdasarkan Hukum Hooke dinyatakan
bahwa perubahan panjang pegas sebanding dengan gayaberat maka:
𝑚
F = m.g = k.l dan ∆𝑙 = ∆𝑔
𝑘
Dimana
m = massa
k = konstanta elastisitas pegas
∆𝑙 = perubahan panjang pegas
∆𝑔 = perubahan gayaberat
Perubahan panjang pegas akibat gayaberat digambarkan pada gambar dibawah ini.
4.1.3 Pengukuran gradien gravitasi (dg/dx) Gradient gravitasi digunakan dalam pemodelan
3D struktur bawah permukaan
Ini awalnya dibuat dengan keseimbangan torsi. Dalam keseimbangan puntir, dua massa
nya digantung pada balok. Gaya yang diperlukan untuk memutar benang ditentukan oleh
kalibrasi. Tarikan gravitasi horizontal akan cenderung mengarahkan sinar sehingga mengarah ke
titik menuju atau menjauh dari konsentrasi/defisit massa
Gradien Horisontal disebabkan oleh benda batangan cenderung ada di atas tepi benda jika
Ujung-ujungnya vertikal dan juga terpisah satu sama lain (Cordell dan Grauch dalam Saibi et al.,
2008). Keuntungan terbesar dari metode gradien horisontal Adalah lebih sensitif untuk
mengetahui anomali dari suatu data, karena hanya Membutuhkan perhitungan turunan berarah
pertama dan kedua secara horisontal. Metode ini sangat baik dalam menggambarkan sumber
anomali baik dangkal Maupun dalam jika dibandingkan dengan metode gradien vertikal yang
hanya berguna dalam mengidentifikasi struktur dangkal.
Gradien Horizontal adalah pendekatan sederhana untuk menemukan struktur linier,
seperti kontak dan patahan dari data medan potensial. Horizontal Gradient Magnitude (MGH)
dihitung menggunakan turunan arah utara-selatan dan timur-barat. Metode Horizontal Gradient
Magnitude (MGH) telah digunakan secara intensif untuk mencari kontak kontras densitas dari
data gravitasi [33] dan besaran kuadrat dari gradien gravitasi horizontal HG (x,y) diberikan oleh
Persamaan (1)
Pada Turunan parsial gravitasi terhadap arah x dan y diperoleh pada bilangan gelombang
do-main menyatakan bahwa gradien horizontal gravitasi anomali karena kecenderungan untuk
menempatkan punggungan sempit di atas tepi tiba-tiba perubahan kepadatan.
Kegunaan gradien horizontal
Besaran gradien horizontal juga kuat untuk penggambaran baik perbandingan dangkal
dengan gradien vertikal, yang hanya berguna untuk struktur yang lebih dangkal.
Peta gradient Horizontal yang menggambarkan kecenderungan perubahan kontras rapat
massa dalam arah lateral (x dan y) bermanfaat untuk menajamkan efek-efek tepi anomali
jika terdapat kontras (diskontinuitas) rapat massa yang lazim mengkarakterisasi
keberadaan sesar dan struktur geologi penting lainnya.
b) Lokasi Magnitudo Gradien Horizontal (HGM) maksimum pada elevasi yang berbeda karena
kontak kerapatan vertikal; (c) Lokasi Letak Horizontal Gradient Magnitude (HGM) maksimum
pada elevasi yang berbeda akibat kontak dipping density. HGM maksimum mengubah lokasi
horizontalnya ke arah kemiringan (diadaptasi setelah)
4.1.4 Marine gravity surveys/Survei Gravitasi Laut
Pengukuran gravitasi secara konvensional dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran dengan menghentikan kapal dan menurunkan gravimeter yg dibawa kapal ke dasar
laut untuk setiap pengukuran. Namun, tentu ini sangat memakan waktu, terutama di perairan
yang dalam. Hal ini ditunjukkan dengan conroh gambar disamping.
Untuk mengukur gravitasi pada kapal yang bergerak, gravimeter ditempatkan pada
penyangga atau papan yang distabilkan secara gyroscopic(mempertahankan orientasi benda,
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut) dan untuk setiap pengukuran,
gravimeter diukur selama beberapa menit. Percepatan akibat gelombang sama-sama positif dan
negatif dan dengan demikian nilai rata-rata disebabkan oleh percepatan Bumi. Kecepatan kapal
yang stabil ini juga harus diperhitungkan melalui koreksi Eötvös. Keakuratan khas untuk data
gravitasi laut adalah sekitar 1 mgal.
Airborne gravity survey merupakan survei pengukuran gayaberat yang dilakukan di udara
dengan menggunakan wahana pesawat udara yang dilengkapi dengan gravimeter dan sensor
pendukung lainnya. Survei tersebut dilakukan di udara sehingga akan memudahkan untuk
akuisisi data pada daerah yang sulit dijangkau dengan survei gayaberat terestris seperti kawasan
hutan, pegunungan dll.
Masalah yang dihadapi dalam survei gravitasi di laut itu masih lebih parah pada
eksplorasi udara (turbulensi yang dapat menghasilkan percepatan lebih besar dari g) dan
kecepatan lebih tinggi. Namun, pengukuran di udara sangat baik untuk mencakup area yang luas
dan tanpa jalan dengan sangat mudah. Berbeda dengan survei laut, percepatan pesawat dapat
diukur secara independen melalui pengukuran elevasi pesawat yang akurat. Percepatan pesawat
dapat dihitung dan kemudian dihapus dari percepatan yang tercatat di pesawat.
Sebagaimana semua survey, pengukuran gaya berat dengan menggunakan wahana pesawat
(airborne) juga memerlukan strategi survey yang matang agar diperoleh data ukuran yang teliti
sebelum survey tersebut dimulai. Dalam hal pengukuran airborne gravity, beberapa strategi yang
perlu dipertimbangkan antara lain adalah persiapan yang baik, strategi perolehan data yang
berkualitas, strategi pengolahan data, visualisasi hingga aplikasi dari data airborne gravity
tersebut.
1. Persiapan
Kalibrasi alat
Kalibrasi alat diperlukan untuk memastikan hasil ukuran yang diperoleh dari alat
tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan ketelitian yang tinggi
Penentuan jalur terbang
Dipastikan bahwa jalur terbang yang akan dilalui merupakan jalur dimana pesawat
diizinkan terbang, Tidak terdapat halangan pada saat terbang (clearance), seperti
adanya bukit atau gunung, Panjang jalur terbang sesuai dengan kapasitas bahan
bakar pesawat, termasuk jarak yang harus ditempuh ke bandara terdekat, dan
Antara jalur terbang yang dibuat, ketinggian terbang, cakupan pemetaan dan jarak
antar jalur harus direncanakan sedetail mungkin untuk memastikan adanya
pertampalan antar jalur yang diperlukan pada saat pengolahan data.
Mencari informasi mengenai cuaca serta arah dan kecepatan angina
Sebelum pengukuran dilakukan, informasi mengenai cuaca dan arah angina juga
harus diketahui untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Penentuan lokasi titik ikat GPS
Titik ikat yang digunakan untuk menentukan posisi pesawat dengan metode GPS
kinematik juga harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil
ukuran yang baik.
Penentuan ketelitian minimal GPS.
2. Akuisisi data
Penggunaan wahana pesawat.
Jenis pesawat yang digunakan berpengaruh terhadap hasil ukuran gaya berat.
Ketinggian terbang.
Dimulai dari ketinggian 80 meter di atas permukaan tanah, yaitu ketinggian
minimal untuk terbang.
Kecepatan ideal.
Kecepatan ideal pesawat adalah 70 m/s. Penggunaan pesawat yang lebih lambat
dapat meningkatkan ketelitian.
Jarak antar jalur
Berkisar pada 50 m – 2000 m tergantung hasil yang diinginkan.
3. Pemrosesan data
Tahap pertama, disebut dengan High-rate processing
Tahap kedua adalah pembentukan komponen tensor dan penghilangan efek terrain
Tahap ketiga adalah cross analysis
Tahap keempat adalah perataan data dengan menggunakan perataan jaring untuk
menghilangkan kesalahan sistematis
Tahap kelima disebut dengan Full Tensor Processing, menghilangkan sisa
kesalahan yang ada pada data
4. Good Visualization
Grafik
Gradasi warna
Peta kontur
Peta tiga dimensi
Jenis visualisasi yang digunakan tergantung pada tujuan pengukuran serta target pembaca
peta, sehingga peta dapat lebih mudah dipahami.
Dari, Sigmund Hammer, Airborne gravity is here, Geophysics, 1983. dikatakan bahwa:
● Upward continuation adalah metode matematis yang menggunakan data gravitasi pada satu
elevasi untuk menghitung data gravitasi yang akan diukur pada elevasi yang jauh lebih tinggi.
● Gravitasi yang diukur pada ketinggian 300 m dalam helikopter sesuai dengan pengukuran
gravitasi permukaan yang berlanjut ke atas (Land Bouguer).
● Dengan bergerak lebih jauh dari target, fitur kecil seperti batuan penutup (kepadatan lebih
tinggi) tidak terdeteksi. Ini adalah konsekuensi dari hukum kuadrat terbalik.
Aplikasi pengukuran gaya berat dengan menggunakan wahana pesawat sangat beragam,
diantaranya adalah untuk pencarian mineral di bawah permukaan bumi, pembuatan model geoid,
untuk koreksi data SRTM, keperluan arkeologi, dll.
Koreksi penyimpangan alat, koreksi pada data gravitasi akibat perbedaan pembacaan nilai
gravitasi di stasiun yang sama tetapi pada waktu yang berbeda pada alat gravimeter. Salah satu
faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut yaitu terdapat spring stretching atau peregangan
pada pegas. Akuisisi data dibuat dalam satu rangkaian tertutup, sehingga besar penyimpangan
tersebut dapat diketahui pada selang waktu tertentu. Koreksi dilakukan dengan cara mengukur
kembali di titik base sesering mungkin, semakin sering melakukan pengukuran kembali maka
data yang didapatkan akan semakin baik untuk koreksi.
(𝑔𝐴 −𝑔′𝐴 )
𝐷𝐶𝐵 = (𝑡𝐵 − 𝑡𝐴 )
(𝑡′𝐴 −𝑡𝐴 )
Koreksi pasang surut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda benda di
luar angkasa yang berubah-ubah terhadap lintang dan waktu. Pada saat prakteknya, koreksi
pasang surut dilakukan dengan cara mengukur nilai gravitasi pada titik yang sama. Hasil
pembacaan gravimeter diplot terhadap waktu supaya menghasilkan suatu persamaan yang dapat
digunakan dalam perhitungan koreksi pasang surut.
𝐺𝑀𝑟 2
3 𝐺𝑀𝑟
𝑔𝑚 = (3𝑐𝑜𝑠 𝜃 − 1) + (5𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 − 3 cos 𝜃)
𝑑3 2 𝑑4
𝐺𝑆𝑟
𝑔𝑠 = (3𝑐𝑜𝑠 2 𝜙 − 1)
𝐷3
Metode gravitasi prinsip dasarnya yaitu memanfaatkan variasi nilai densitas yang
terdistribusi kedalam setiap lapisan bumi. Setiap lapisan pasti tersusun atas batuan serta mineral
yang berbeda-beda hal itu menyebabkan pula nilai densitasnya berbeda-beda dan hal tersebut
dapat mempengaruhi variasi medan gravitasi bumi. Sehingga akan terjadi suatu anomali gravitasi.
Parameter yang diukur dalam metode ini yaitu nilai percepatan gravitasi pada lokasi survey.
Adanya anomali gravitasi menandakan bahwa terdapat perbedaan striuktur lapisan maupun jenis
batuan dan mineralnya. Batuan yang memiliki nilai densitas yang rendah maka nilai porositasnya
tinggi. Porositas juga berbanding lurus dengan permeabilitas.
Alat yang digunakan untuk pengukuran pada metode gravitasi ini yaitu gravimeter
Salah satu pemanfaatan metode gravitasi dalam eksplorasi geofisika yaitu mencari atau
menganalisis keberadaan cekungan serta kemungkinan pembentukan source rock. Di
dalam Petroleum System terdapat lima unsur penting, yaitu:
Akuisisi data gravitasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengukuran secara absolut dan
relative.
Pengukuran secara absolut dilakukan dengan mengukur langsung besar medan gravitasi
yang mempengaruhi titik pengukuran.
Pengukuran secara relative dilakukan dengan membandingkan medan gravitasi pada satu
titik terhadap satu titik acuan.
Pengukuran secara relative biasa digunakan dalam penentuan struktur dalam eksplorasi.
Hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam pengukuran relative adalah adanya
looping pengukuran di base. Berikut ini beberapa alat yang digunakan dalam pengukuran
gravitasi relative.
4.3.3 Interpretasi
Setelah dilakukan akuisisi/pengukuran data medan gravitasi di lapangan, melakukan
analisa data (menerapkan koreksi-koreksi), langkah kemudian adalah menafsirkan hasilnya.
Penafsiran dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
apakah anomali akan ditampilkan sebagai penampang profil 2 dimensi atau peta kontur
distribusi 3 dimensi.
mengantisipasi ambiguitas, diperlukan integrasi pemahaman dengan informasi geologi.
penafsiran dalam forward modeling atau inverse modeling
Hasil survey gravitasi, menyatakan peta kontur Anomali Bouger Lengkap (kiri) dan Anomali
Lokal (kanan). (gambar hasil fieldcamp geofisika ugm 2013, sengaja warna di-greyscale-kan)