Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU 1

MATA KULIAH GEOMORFOLOGI INDONESIA

“KETERKAITAN KONDISI GEOMORFOLOGI PROVINSI LAMPUNG


DENGAN BENCANA ALAM”

DOSEN PENGAMPU : DIPO CAESARIO, S.T, M.T

NAMA : AMALLYA CANTIKA


NIM : 22136043
PRODI : GEOGRAFI NK

DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Sumatera merupakan satu dari pulau besar yang ada di
Indonesia yang terbentuk dari hasil pergerakan lempeng Indo-Australia
dan Lempeng Eurasia. Aktivitas dari kedua lempeng tersebut membentuk
suatu gugusan pegunungan yang memanjang dari utara sampai ke selatan
pulau sumatera. Dengan morfologi yang terdiri dari pegunungan dan
perbukitan, serta aktivitas lempeng dan iklim basah, memungkinkan
terjadinya banyak bencana, seperti bencana gempa bumi, banjir bandang,
tanah longsor dan lain sebagainya (Lusi Fransika, dkk, 2017).
Sumatra mempunyai bentuk memanjang, dari Kota Raja sampai
Bagian utara sampai Tanjung Cina di bagian selatan sepanjang 1650 km
dan sepanjang pantai banyak teluk-teluknya. Gambaran secara umum
keeadaan fisiografi pulau itu agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh
rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang
memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke
Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Pulau Sumatera dilalui
oleh Sesar atau Patahan Semangko (Great Sumatran Fault, "Sesar Besar
Sumatra") adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatra
dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di
Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu
rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini.
Dikarenakan Provinsi Lampung juga dilewati oleh patahan
tersebut, menjadikan provinsi ini juga rawan bencana alam yang
disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi. Lampung merupakan salah
satu Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Letaknya berada di paling
selatan, namun bukan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Dulunya
daerah Lampung merupakan bagian dari Provinsi Sumsel, tapi pada
perkembangan selanjutnya berdiri sendiri menjadi sebuah Provinsi,
tepatnya lahir pada tanggal 18 Maret 1964..
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana bentuk Geomorfologi Daerah Lampung?
2. Apa Kaitannya dengan Bencana Alam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
bentuk geomorfologi daerah Lampung dan kaitannya dengan Bencana
Alam yang terjadi di Provinsi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang membahas bentuk lahan, proses-
proses yang menyebabkan pembentukan, dan perubahan yang dialami
oleh setiap bentuklah yang dijumpai di permukaan bumi tersemasuk di
dasar laut atau samudera serta mencari hubungan antara bentuk lahan
dengan proses-proses dalam tatanan Geomorfologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya
diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai
kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari tetang ilmu bumi ini, hal
ini dibuktikan pada orang-orang di Eropa menyebut fisiografi sebagai
ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi,
oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika,
tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu
yang hanya mempelajari ilmu bumi saja dan lebih erat hubungannya
dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai kata
geomorfologi.
Ditinjau dari asal bahasa, geomorfologi terdiri dari tiga kata, yaitu
geos, morphos, dan logos. Geos berarti bumi, morphos berarti bentuk,
dan logos berarti ilmu. Sehingga geomorfologi dimengerti sebagai
ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi.
Geomorfologi adalah bidang ilmu yang mempelajari bentuk
permukaan bumi (morfologi (morphology) / bentuklahan (landform) /
bentang-alam). Selanjutnya dalam bendel pelajaran ini dipergunakan
istilah bentang-alam. Dalam mempelajarinya, mencakup deskripsi,
wilayah sebaran/distribusi, dan genesis (cara kejadiannya).
Bentang-alam merupakan fenomena kebumian. Pembentuk
bentang-alam adalah batuan yang telah mengalami peristiwa tertentu,
dan hasil interaksi antara peristiwa yang bersumber dari dalam bumi,
dan yang bersumber dari luar bumi. Prinsip dari geologi adalah pokok
ilmu yang mempelajari batuan dalam pengertian luas dan proses yang
bekerja pada batuan tersebut. Dengan demikian geomorfologi berguna
sebagai penunjang dan ditunjang oleh geologi. Bloom (1978) menilai,
bahwa geomorfologi harus ditinjau dari penyusunnya yaitu faktor
mineralogi, litologi, proses perubah asal luar (eksogen), dan faktor
endogen misalnya gaya tektonik maupun volkanik. Verstappen (1983)
mengartikan geomorfologi sebagai ilmu yang mempelajari bentang-
alam, tercakup di dalamnya mengenai proses pembentukan, genesa,
dan kaitannya dengan lingkungan. Sebagai salah satu ilmu kebumian,
geomorfologi dapat disebut bagian dari lingkungan fisik (physical
environment). Dikarenakan kehidupan di bola bumi ini tidak dapat
menghindarkan diri dari bentang-alam, maka ada relevansi aplikasi
geomorfologi (applied geomorphology) dalam kehidupanruangan dan
keterkaitannya dengan lingkungan (Nasrudin, dkk 2020).

B. Aspek-Aspek Geomorfologi
1. Aspek Morfologi
Morfologi merupukan susuan obejk alami yang ada di permukaan
bumi, sesuai dengan pembentukannya.
2. Aspek Morfogenesa
Morfogenesan yaitu asal – usul pembentukan bentuk lahan dan
perkembangannya. Proses yang membentuk lahan dapat dibedakan
menjadi proses fluvial, proses marin, proses, eolin, proses glasial,
proses volkanis, dan proses tektonis. Proses tersebut dapat
menghasilkan bentukan di permukaan bumi yang berbeda-beda.
Perbedaan dapat berupa umur, relief atau topografi dan struktur.
3. Aspek Morfokrnonologi
Morfokronologi adalah ukuran bentukan yang ada di permukaan
bumi sebagai hasil dari proses geomorfologi.
4. Aspek Morfoasosiasi
Morfoasosiasi merupakan hubungan antara bentuk lahan yang satu
dengan yang lain dalam susunan keruangan di permukaan bumi.
Morfoasosiasi sangat penting dalam geomorfologi karena bentukan
yang ada di permukaan bumi pembentukannya sangat ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain: iklim, batuan, topografi,
organisme dan waktu.

Klasifikasi bentuk lahan Verstappen (1983)


1. Bentuklahan asal proses vulkanik (V)
2. Bentuklahan asal proses struktural (S)
3. Bentuklahan asal fluvial (F)
4. Bentuklahan asal proses solusional (S)
5. Bentuklahan asal proses denudasional (D)
6. Bentuklahan asal proses eolin (E)
7. Bentuklahan asal proses marine (M)
8. Bentuklahan asal glasial (G)
9. Bentuklahan asal organik (O)
10. Bentuklahan asal antropogenik (A)

C. Gambaran Umum Geografis Provinsi Lampung


Daerah ini Secara geografis Provinsi Lampung terletak antara
3045' Lintang Selatan dan 103050’-105050’ Bujur Timur dengan luas
wilayah 35,376,50 km2 ("Gambaran Umum Lampung"). Provinsi
Lampung secara geografis terletak di ujung selatan Pulau Sumatera.
Letaknya sangat strategis karena provinsi ini menjadi sentral
penghubung antara Jawa dan Sumatera. Di sebelah selatan, provinsi
dengan ibu kota Bandar Lampung ini bebatasan dengan Selat Sunda,
kawasan yang harus dilalui oleh siapapun yang hendak pergi dari
Sumatera menuju Jawa atau sebaliknya. Di daerah utara, Lampung
berbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, di sebelah
timur berhadapan dengan Laut Jaya, dan di sebelah barat berhimpitan
dengan Samudra Indonesia, Bandarlampung adalah gabungan dari dua
kota kembar, yakni Tanjungkarang dan Telukbetung (Indonesia Tanah
Airku 33 Provinsi Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu, 2007, p.
133).
Memiliki luas 35.288,35 km provinsi ini terdiri atas daerah pesisir,
pulau kecil dan laut. Luas seluruh daratannya mencapai 3.528.835 ha,
sementara garis pantainya sepanjang 1.105 km. Kawasan bagian barat
merupakan daerah pegunungan yang menjadi bagian dari rangkaian
Bukit Barisan. Tercatat ada tiga buah gunung di sana dengan tinggi
lebih dari 2.000 m dari permukaan laut (dpl), yaitu Gunung Pesagi,
Gunung Tanggamus, dan Gunung Tangkit Tebak. Provinsi ini juga
memiliki 70 pulau, terdiri atas 18 pulau berpenghuni dan 52 pulau
lainnya tidak bermuan (Indonesia Tanah Airku 33 Provinsi
Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu, 2007, p. 133). Memiliki luas
area daratan seluas 35.288, 35 Km2 termasuk pulau-pulau yang
terletak dibagian ujung tenggara Pulau Sumatera. Selain itu sepajang
pantai sebelah barat dan selatan Provinsi Lampung terdapat Daerah
yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di
Pulau Sumatera serta di sepanjang Pantai sebelah timur merupakan
perairan yang luas.
Secara topografis. Lampung terdiri atas daerah berbukit sampai
bergunung dengan kemiringan >500 m dpl: daerah berombak sampai
bergelombang dengan kemiringan 8%-15% dan ketinggian 300-500 m
dpl; daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0% -3% dan ketinggian
25-75 m dpl; daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian 0,1-
1 m dpl, dan daerah river basin. Meskipun demikian, sebagian besar
topografinya berada pada kemiringan kurang dari 15% sehingga
membuat daerah Lampung memiliki beberapa potensi alam yang dapat
diandalkan (Indonesia Tanah Airku 33 Provinsi Pemerintahan Kabinet
Indonesia Bersatu, 2007, p. 133).

D. Gemorfologi Provinsi Lampung dan Kaitannya dengan Bencana


Alam
Kajian geomorfologi merupakan petunjuk geologi yang sesuai dan
sangat membantu dalam menentukan lokasi rawan longsor.
Geomorfologi membahas tentang bentuklahan, pola pengaliran dan
proses-proses geomorfologi yang sangat erat kaitannya dengan lokasi
rawan longsor. Jika ditinjau dari kondisi geomorfologinya, daerah ini
berpotensi terhadap bencana alam terutama rawan terhadap longsor.
Kelerengan, tebal tanah, penggunaan lahan, iklim, vegetasi serta
kondisi geologi merupakan parameter yang digunakan dalam
menentukan lokasi rawan longsor. Berdasarkan hasil interpretasi dan
pengamatan lapangan, dapat diketahui bahwa ada beberapa daerah
memiliki potensi terjadinya bencana longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi
Lampung mencatat selama 2022 sebanyak 61 bencana alam terjadi di
wilayah Lampung. Bencana alam yang terjadi didominasi dari jenis
bencana hidrometeorologi. Terdapat tiga bencana alam yang terjadi di
Provinsi Lampung diantaranya banjir sebanyak 20 kejadian, longsor
(12 kejadian), dan angin kencang atau puting beliung ( 29 kejadian).
Untuk daerah yang terjadi bencana meliputi banjir di 9 daerah
yakni Lampung Utara, Waykanan, Tulangbawang Barat, Pesisir Barat,
Pringsewu, dan Metro. Terbanyak di Kabupaten Lampung Barat
sebanyak 8 kejadian. Bencana longsor terjadi di 4 daerah yakni
Lampung Barat, Pesisir Barat, Pesawaran, dan Tanggamus. Untuk
yang terbanyak di Lampung Barat sebanyak 8 kejadian. bencana angin
kencang atau puting beliung terjadi di 6 daerah yakni Lampung
Selatan, Lampung Timur, Lampung Barat, Tulangbawang, Pesawaran,
dan Mesuji. Untuk terbanyak di Lampung Timur sebanyak 20
kejadian.
Pemprov Lampung mencatat seluruh bencana yang terjadi melalui
Indeks Risiko Bencana yang menjadi alat ukur tingkat kebencanaan
berdasarkan komponen penyusunan, yaitu bahaya, kerentanan dan
kapasitas pemerintah dalam menghadapi bencana.
Penilaian secara berkala terhadap indeks risiko dapat menjadi
peringkat pemantauan dan evaluasi terhadap capaian program
penanggulangan periode tertentu. Adapun jenis ancaman diantaranya
gempa, letusan gunung, tanah longsor, banjir, cuaca ekstrem,
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, dan gelombang ekstrem dan
abrasi (Pemprov Lampung).
Selain itu, Bandar Lampung merupakan wilayah perkotaan padat
penduduk yang terdiri atas daratan dan perairan dengan beberapa
dataran tinggi dan pegunungan yang terbentang di Kota Bandar
Lampung (Pemerintah Kota Bandar Lampung, 2017). Kepadatan
penduduk yang didukung dengan pembangunan infrastruktur yang
tinggi membuat Kota Bandar Lampung menjadi kota dengan
pertumbuhan yang pesat. Untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan di sebuah kawasan kota, diperlukan konsep penataan
ruang yang mempertimbangkan segala aspek, salah satunya dari aspek
potensi bencana.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tanjungkarang (Mangga dkk.,
1993), kondisi geologi Kota Bandar Lampung yang berada pada
pengaruh sesar/patahan. Pada peta tersebut terlihat jelas beberapa
patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Keberadaan patahan
tersebut tercermin pada kondisi morfologinya yang berupa perbukitan
dengan kelerengan yang curam. Litologi yang mendominasi daerah
penelitian merupakan tanah bekas endapan pantai dan sungai yang
tersebar di sekitar Teluk Lampung dan di sekitar Tanjung Karang
didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari
Formasi Lampung yang umumnya berupa batuan tuff. Kondisi geologi
ini menyebabkan risiko timbulnya bencana kebumian, salah satunya
adalah gerakan massa.
Gerakan massa didefinisikan sebagai gerakan menuruni atau keluar
lereng oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng, ataupun
pencampuran keduanya sebagai bahan rombakan, akibat gangguan
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (Karnawati,
2005). Kawasan rawan gerakan massa secara umum terdapat di
kecamatan kecamatan di Kota Bandar Lampung.
Pada bulan Mei 2018 potensi gerakan tanah menengah
mendominasi di Kota Bandar Lampung, sedangkan pada Kecamatan
Panjang terdapat potensi gerakan tanah menengah-tinggi. Sesar
Lampung-Panjang merupakan faktor lain pemicu gerakan massa yang
terjadi. Berdasarkan pengamatan pada Citra SRTM 30 m,
memperlihatkan bahwa wilayah di Kota Bandar Lampung yang
berasosiasi dengan keberadaan sesar Lampung-Panjang rentan
terhadap gerakan massa. Oleh karena itu menjadi penting untuk
melakukan pemetaan zonasi area potensi gerakan massa di sepanjang
Sesar Lampung-Panjang Kota Bandar Lampung. Risiko menghadapi
bencana alam seperti gerakan massa dan kerentanan masyarakat
menunjukkan bahwa rencana penanggulangan bencana adalah wacana
yang wajib dimasukkan dalam agenda rencana pembangunan yang
berkelanjutan (Setianto dkk., 2013). Pasal 35 dan 36 Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
mengamanatkan agar daerah menyusun Rencana Penanggulangan
Bencana. Penanggulangan kebencanaan ini bisa dilakukan salah
satunya dengan zonasi area gerakan massa.
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasanya kondisi geologis dan geomorfologis suatu wilayah dapat
mempengaruhi terjadinya bencana alam. Dalam hal ini Provinsi Lampung
memiliki jenis ancaman bencana alam diantaranya gempa, letusan gunung, tanah
longsor, banjir, cuaca ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, dan
gelombang ekstrem dan abrasi

Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Nasrudin, Arif Rahman Nugroho, Nerlina. 2020. Buku Ajar Geomorfologi
(Konsep dan Implementasi). Banjarmasin: Program Studi Geografi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeristas Lambung Mangkurat.

Mulyasari, Rahmi dkk. 2018. Zonasi Area Potensi Gerakan Massa di Sepanjang
Sesar Lampung-Panjang Kota BandarLampung. Bandar Lampung:
Prosiding Semnas SINTA FT UNILA

Karnawati, D., (2005): Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya


Penanggulangannya, Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.

Website
Https://perkim.id/profil-pkp/profil-provinsi-/profil-perumahan-dan-kawasan-
permukiman-provinsi-lampung/
Pemerintah Kota Bandar Lampung (2023) : dalam https://cpost.lampost.co/berita-
61-bencana-alam-hidrometeorologi-terjadi-di-lampung-sepanjang-
2022.html
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2018): Wilayah Potensi
Gerakan Tanah di Lampung, dalam http://www.vsi.esdm.go.id/
1. Aspek Morfologi

Morfologi merupukan susuan obejk alami yang ada di


permukaan bumi, sesuai dengan pembentukannya.

2. Aspek Morfogenesa

Morfogenesan yaitu asal – usul pembentukan bentuk


lahan dan perkembangannya.
3. Aspek Morfokronologi
Morfokronologi adalah ukuran bentukan yang ada di
permukaan bumi sebagai hasil dari proses
geomorfologi.
4. Aspek Morfoasosiasi

Morfoasosiasi merupakan hubungan antara bentuk


lahan yang satu dengan yang lain dalam susunan
keruangan di permukaan bumi.
Daerah ini Secara geografis Provinsi Lampung terletak antara
3045' Lintang Selatan dan 103050’-105050’ Bujur Timur dengan
luas wilayah 35,376,50 km2 ("Gambaran Umum Lampung").
Memiliki luas 35.288,35 km provinsi ini terdiri atas daerah
pesisir, pulau kecil dan laut. Luas seluruh daratannya mencapai
3.528.835 ha, sementara garis pantainya sepanjang 1.105 km.
Secara topografis. Lampung terdiri atas daerah berbukit
sampai bergunung dengan kemiringan >500 m dpl:
daerah berombak sampai bergelombang dengan
kemiringan 8%-15% dan ketinggian 300-500 m dpl;
daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0% -3% dan
ketinggian 25-75 m dpl; daerah dataran rawa pasang
surut dengan ketinggian 0,1-1 m dpl, dan daerah river
basin.

Anda mungkin juga menyukai