PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH
OLEH :
RIZCHA AMELIA BAKRI
R1C116115
A. Latar Belakang
ciri bentang alam (Landscape) yang dikaitkan dengan bukti – bukti peristiwa
atau historis, seperti (tektonik, perubahan muka air laut, dan iklim).
pada peta dengan simbol warna wilayah dan pola warna hitam putih dan
masing aspek.
permukaan bumi, tenaga ini dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang,
dengan proses, fluvial, marine, eolin, pelarutan, dan proses gletser. Akibat dari
adanya proses tersebut maka terjadi proses degradasi dan agradasi. Proses
terdapat proses pelapukan, gerak massa dan erosi (Thornbury, 1970). Salah
massa tanah.
dari suatu tempat yang diangkut oleh air dan angin ke tempat lain . Erosi
menuruni lereng secara lambat hingga cepat, oleh adanya pengaruh langsung
Gerakan massa tanah (mass movement) atau batuan pada lereng dapat terjadi
tersebut
perlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam penilaian tanah dapat
Praktek konservasi sebagian besar masih sederhana yaitu berupa teras tak
gerak massa tanah dapat dikurangi seminimal mungkin dan agar tanah dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
yang memiliki tingkat erosi dan kerentanan gerak massa yang tinggi.
A. Geologi Regional
sifat geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi
(Surono, 2010).
a. Morfologi pegunungan
Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar
berarah barat laut–tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar
Gambar 2. Bagian Selatan Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR (Surono, 2013)
b. Morfologi perbukitan tinggi
terutama di selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini
selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
d. Morfologi pedataran
e. Morfologi karst
tinggi, terdiri atas bukit-bukit yang mencapai ketinggian 500 mdpl dengan
morfologi kasar.
2. Stratigrafi regional
Gambar 3. Peta geologi bagian timur Sulawesi skala 1:250.000( Surono, 2013b).
a. Kompleks Ofiolit
Ofiolit Sulawesi Timur. Batuan pembentuk lajur ini didiminasi oleh batuan
ultramafik dan mafik serta sedimen pelagic. Batuan ultramafik terdiri atas
batuan mafik terdiri atas gabro, basalt, dolerite, mikrogabro, dan amfibolit.
b. Molasa Sulawesi
Molasa Sulawesi menyebar luas di Lengan Tenggara Sulawesi dan terdiri atas
batuan sedimen klastik dan karbonat. Batuan sedimen klastik terdiri atas
c. Batuan Metamorf
atas sekis, kuarsit, sabak, dan marmer (Simanjuntak dkk, 1993c; Rusmana
dkk., 1993b) dan diterobos aplit dan diabas (Surono, 1986 dalam Surono,
2013).
1. Aluvium (Qa)
Terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah
Holosen
Terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari formasi ini adalah Plistosen
menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang masuk kedalam kelompok
molasa Sulawesi.
dangkal.
berlapis
dengan kemiringan perlapisan relatif kecil yaitu < 15o yang dijumpai
kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batu pasir malih, sekis dan
baik, dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi oleh kontak
struktur dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian
klorit, rijang, pualam dan batugamping meta. Sekis berwarna putih, kuning
tekuk (kink banding) dan augen serta di beberapa tempat perdaunan terlipat.
Rijang berwarna kelabu sampai coklat; agak padat sampai padat, setempat
kelabu sampai kelabu gelap, coklat sampai merah coklat, dan hitam bergaris
adanya pengarahan kalsit hablur yaag tergabung dengan mineral lempung dan
mineral kedap (opak). Batuan terutama tersusun oleh kalsit, dolomit dan
piroksen; mineral lempung dan mineral bijih dalam bentuk garis. Wolastonit
dan apatit terdapat dalam jumlah sangat kecil. Plagioklas jenis albit
bawah.
yang telah menghablur ulang dan berbutir halus (lutit); perlapisán sangat baik
kelabu sampai kebiruan dan coklat kemerahan; pejal dan padat. Berupa lensa
berupa sisipan dalam serpih dan napal, ketebalan sampai 10 cm. Formasi
laut dalam.
dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan setempat rodingit. Satuan
puncak antiklin yang memanjang utara barat daya – tenggara. Umur dari
sampai coklat muda; pejal dan keras; berbutir (granular), terdiri atas
Batuan sebagian besar terdini dari kuarsa, jumlahnya sekitar 97%. Oksida
besi bercelah diantara kuarsa, jumlahnya sekitar 3%. Umur dari formasi ini
adalah Trias.
Terdiri atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu
granoblas berbutir halus sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas gneiss
kuarsa biotit dan gneiss muskovit. Bersifat kurang padat sampai padat.
3. Struktur geologi
oleh sesar berarah barat laut-tenggara, yang utama terdiri atas Sesar Matano,
Kelompok Sesar Kolaka, Kelompok Sesar Lawanopo, dan Kelompok Sesar
Gambar 4. Struktur geologi Sulawesi dan sekitarnya (Sidarto dan Bachri, 2013).
sesar itu berarah barat laut-tenggara dan relative sejajar dengan sesar utama di
lengan ini, sehingga sesar-sesar ini diduga merupakan sesar mendatar mengiri.
b. Sesar Larumbu
utama yang berarah barat laut-tenggara. Berdasarkan model Riedel, sesar ini
termasuk sesar mendatar mengiri dan sesuai dengan pergeseran sesar yang
dipotong.
c. Sesar Lindu
dicirikan kelurusan lembah, bidang sesar yang terjal, dan bentuknya berkelok-
kelok. Sesar ini diduga merupakan sesar normal, blok bagian timur merupakan
d. Sesar Lambatu
morfologinya, sesar ini merupakan sesar normal, blok barat merupakan foot
wall yang membetuk danau. Hal ini sesuai dengan model Raidel yang
e. Sesar Tanjungbasi
sesar ini diduga merupakan sesar normal yang terjadi karena gerakan gravitasi
B. Dasar Teori
Taryono, 1997).
permukaan bumi seperti air menagalir, air tanah, gletser, angin, penyinaran
dikenal proses, fluvial, marine, eolin, pelarutan, dan proses gletser akibat
massa dan erosi (Thornbury, 1970). Salah satu studi geomorfologi adalah
A. Erosi (erosion)
massa tanah atau pehilangan terhadap massa tanah akibat tumbukan air
tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (Sitanala
Arsyad,1989). Erosi dapat di bagi menjadi dua macam yaitu erosi alami
aktivitas hewan atau terjadi karena adanya kejadian alam, erosi dipercepat
produktivitas dan fungsi ekologis lahan, lahan yang mengalami erosi akan
juga manusia.
terjadi adalah iklim, sifat tanah, topografi dan manajemen lahan dan
tanah atau memberi efek perlidungan terhadap air hujan dan daya rusak
limpasan permukaan (run off). Pada kondisi tanah yang terbuka akan
Erosi percik merupakan erosi dari hasil percikan atau benturan air
hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan basah. Besarnya
oleh tanah adalah seragam maka bebtuk erosi ini tidak segera tampak.Jika
erosi telah berjalan lanjut barulah di sadari yaitu setelah tanaman mulai
ditanam di atas lapisan bawah tanah (sub soil) yang tidak baik bagi
pertumbuhan tanaman. Erosi lembar disebut juga dengan erosi antar alur
(Sitanala arsyad,1989).
3. Erosi alur (riil erosion)
Erosi alur adalah erosi yang terjadi karena air yang terkonsetrasi
pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada suatu tempat tertentu. Alur-
alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan
tanah. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah yang di tanami dengan
Erosi parit adalah erosi yang terjadi sama dengan erosi alur, tetap
yang terjadi. Erosi Parit yang baru saja terjadi berukuran sekitar 40 cm
dengan kedalaman sekitar 25 cm. Erosi parit yang telah lama terjadi
mudah lepas yang umumnya berasal dari batuan sedimen maka akan
pada tebing-tebing sungai dan penggerusan di dasar sungai oleh air sungai
atau erosi yang terjadi sebagai akibat dari pengikisan tebing sungai oleh
air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai
atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang
Arsyad,1989).
Hardjono, 1997). Gerak massa tanah pada hakekatnya adalah gerak massa
batuan yang ukuran besarnya masih harus ditentukan, posisi dan arah
karena hal ini penting dalam kaitanya dengan pengendalian terhadap gerak
massa tersebut. Pergerakan massa tanah atau batuan pada lereng dapat
terjadi akibat interaksi pengaruh antara beberapa kondisi yang meliputi
faktor pendorong paling utama, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
lempung yang terkena air hujan yang meresap berubah sifat dari lekat
menjadi material yang licin. Material lempung yang basah dan licin akibat
terkena air ini menjadi bidang gelincir bagi tanah yang berada diatasnya
B. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
strata bertingkat (Hadi Sabari Yunus, 2010), dimana satuan lahan pada
C. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini di lakukan persiapan berupa kelengkapan
E. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penelitian dilakukan berdasarkan studi kepustakaan,
membuat batasan yang tegas dan tepat pada peta topografi antara batas
satuan lahan skala 1 : 50.000 dengan cara peta geologi skala 1 : 50.000
No
Alat Kegunaan
panjang dan kemiringan lereng, tekstur tanah dan pengelolaan lahan dengan
mengamati dan menganalisis jenis tanah, pengelolaan lahan serta batuan yang ada
b. Uji Laboratorium
stratifeid random sampling yaitu sampel yang diambil secara acak dengan
strata bertingkat (Hadi Sabari Yunus, 2010). Sampel tanah yang telah
Persiapan
Sampel Tanah
Rekomendasi Konservasi
Daerah Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian dan