TENGAH
Lembar peta 51 XL/III-k TUGAS AKHIR TIPE-I
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2008
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GEOMORFOLOGI
II.1. Geomorfologi Regional Berdasarkan fisiografinya daerah Jawa Timur dibagi menjadi 7 jalur fisiografi (Bemmelen, 1949) yaitu: Zona Volkanik Kuarter Zona Dataran Aluvial Jawa Utara Zona Antiklinorium Rembang-Madura Zona Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng Zona Solo Zona Randublatung Zona Pegunungan Selatan
geomorfik
perbukitan
dan
lereng
terdenudasi kuat (D2) menempati area seluas 60% dari seluruh total luas daerah penelitian. Subsatuan
geomorfik ini berupa perbukitan dengan kemiringan lereng curam menengah sampai curam sebesar 44,24% dan berupa topografi perbukitan bergelombang kuatberbukit. Morfologi ini terletak pada bagian tenggara dan selatan daerah penelitian, dan daerah ini
seluas 1% dari seluruh total luas daerah penelitian. Subsatuan geomorfik ini mempunyai kenampakan punggungan dengan lereng menengah-curam, terajam menengah, dengan beda tinggi 112,71 m dari permukaan laut
Pola aliran dendritik dicirikan oleh kelompok sungai-sungai dan cabangnya yang membentuk suatu pola aliran dengan kenampakan seperti cabang pohon dengan ranting-rantingnya.
breksi andesit, batupasir tufan dan lava. Satuan ini menempati 70% dari seluruh total luas daerah penelitian. Satuan ini mempunyai ketebalan lebih dari 975 m.
Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Awal. Kontak batuan bagian bawah tidak ditemukan, hubungan
vertikal ke atas satuan breksi andesit ditutupi secara selaras oleh satuan batugamping dan diterobos oleh satuan intrusi andesit.
1969).
Hasil analisis Foraminifera benthos pengendapannya didapatkan kisaran kedalaman 0-30m atau Neritik Tepi. Hubungan stratigrafi antara satuan batugamping dengan satuan breksi andesit yang ada di bawahnya memiliki hubungan selaras
penelitian yang tersusun material lepas seperti lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang telah mengalami proses transportasi dan merupakan akumulasi endapan hasil erosi batuan di atasnya. Endapan ini terdapat setempat-
setempat pada daerah penelitian, sebagian ada yang terpetakan dan ada juga yang tidak terpetakan. Endapan aluvial ini mempunyai luas penyebaran 0.5% dan mempunyai ketebalan sekitar 1-2 m. Hubungan stratigrafi dengan satuan batuan yang lain adalah tidak selaras.
arah selatan dengan struktur regional berarah barat-timur. Adanya pengangkatan pada Geantiklin Jawa yang terletak pada Zona Solo meluncur ke arah utara dan terpisah dengan Pegunungan Selatan oleh beberapa sesar tangga (step fault) dan membentuk flexure dengan blok-blok antithetic fault.
IV.2.2.Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pola lengkung kedua struktur tersebut diakibatkan oleh gaya kompresi yang bergerak horisontal-subhorisontal. Untuk jenis lipatan di daerah penelitian, penulis menggunakan klasifikasi menurut Fluety, (1964, vide Ragan 1973) yang mengklasifikasikan lipatan lipatan dan plunge dari hinge line. Lipatan di daerah penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu Sinklin Dongko yang berarah timurlaut-baratdaya yang berjenis upright horizontal fold dan Antiklin Ngerdani yang berarah timurlaut baratdaya, lipatan ini berjenis Recumbent horizontal fold. berdasarkan dip dari sumbu
IV.2.3. Sesar
Sesar adalah suatu zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran (Ragan, 1985). Sesar yang terbentuk pada daerah penelitan berupa sesar geser. Sesar ini memotong satuan batuan breksi yang terdeapat pada bagian selatan daerah penelitian Dari hasil analisis didapatkan kedudukan bidang sesar: N 110E/57, Net slip: 24/N114 E, Rake : 28, W1: 01/N127E, W2: 48/N225E, W3: 32E/N47E. Klasifikaasi sesar ini berdasarkan besarnya rake dan arah pergeseran net slip dan dip bidang sesar: reverse right slip fault (Rickard, 1972 dalam Ragan, 1985).
terbentuknya busur magmatis dan menghasilkan urutan batuan yang umumnya tersusun oleh andesitan, kemudian diterobos oleh batuan pluton bersusun sedang (intermitten). Sejarah geologi daerah penelitian berlangsung sejak Kala Oligosen Akhir Pada Oligosen atas berupa lingkungan laut diendapkan breksi andesit dengan mekanisme
Menjelang akhir Miosen Awal, pada laut yang teluknya mendangkal terjadi pembentukan terumbu-terumbu batugamping yang menghasilkan batuan karbonat yang termasuk dalam Formasi Campurdarat. Lingkungan pengendapan dari satuan batugamping ini adalah Neritik Tepi-Neritik Tengah dengan kedalaman 0-100 m, berumur Miosen Bawah (N6). Pada Miosen Akhir terjadi generasi tektonik pertama membentuk Sesar Ngajaran yang berarah relatif baratdaya-timurlaut serta memotong satuan breksi andesit. Pada Kala Miosen Akhir sampai dengan Pliosen, daerah penelitian termasuk sebagian dari daerah Pegunungan Selatan yang terangkat menjadi daratan. Pengangkatan ini ditandai dengan tidak dijumpainya satuan batuan yang lebih muda lagi di atas satuanbatugamping. Pada Kala Miosen Atas aktivitas sedimementasi terhenti, hingga kemudian pada Kala Pliosen terendapkan secara tidak selaras endapan aluvial yang hasil endapan hasil erosi dari batuan di atasnya yang masih berlangsung sampai sekarang. Proses berlangsung sekarang adalah proses eksogen berupa proses erosi dan denudasional.
BAB VII
ARAHAN PENANGGULANGAN GERAKANTANAH
VII. 1. Latar Belakang
Gerakantanah (mass movment) adalah perpindahan massa batuan atau tanah pada daerah tegak, miring atau mendatar dari kedudukan semula, yang terjadi apabila adanya gangguan kesetimbangan massa pada saat itu (Purbo Hadiwidjoyo, 1975). Perpindahan ini seringkali dipermudah dengan adanya aliran air dalam massa tersebut, sehingga massa batuan atau tanah tersebut dapat bergerak dengan mudah akibat adanya kandungan air di dalamnya. Terjadinya gerakantanah antara lain karena berkurangnya kemantapan lereng akibat terjadinya degradasi tanah atau batuan karena waktu dan usianya.
Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa lipatan, yaitu Sinklin Kali Gede yang merupakan lipatan jenis upright horizontal fold yang pola tegasan utamanya hampir tenggara-baratlaut, antiklin Ngerdani yang berjenis Recumbent horizontal fold dan Sesar Geser Kali Gede yang berjenis reverse right slip fault. Sejarah geologi daerah penelitian berlangsung sejak Kala Oligosen Atas. Pada Oligosen Atas berupa lingkungan laut diendapkan breksi andesit dengan komposisi fragmen andesit dan diendapkan dengan mekanisme sedimentasi turbidit, yang kemudian secara bersamaan diterobos oleh intrusi andesit (dike). Di atas satuan breksi andesit dan satuan intrusi andesit terdapat batugamping yang hubungannya selaras. . Sejarah geologi daerah penelitan dimulai pada Kala Oligosen Akhir dimulai dengan diendapkannya satuan breksi andesit. Akibat dari pendangkalan cekungan muka busur maka diendapkan bersamaan satuan Satuan batugamping ini memiliki umur Miosen Bawah. Batugamping ini diendapkan di laut atau dengan kedalaman laut 0-300 m atau Neritik Tepi. Genesa batugamping bisa tersingkap di darat dikarenakan proses tektonik pada Kala Miosen Atas Pada Kala PliosenPleistosen terjadi proses pengangkatan (uplift) yang mengakibatkan terjadinya pensesaran di daerah penelitian. Selanjutnya proses geologi muda saat ini adalah erosi dan denudasi serta pelapukan yang menghasilkan endapan aluvial.
Sesumber geologi berupa air dan bahan galian. Sesumber bahan galian yang ada di daerah penelitian adalah batugamping dan andesit. Bencana alam yang ada di daerah penelitian berupa runtuhan batuan (Rock fall), runtuhan debris (debris fall), longsoran batuan (rock slide), longsoran debris (debris slide), nendatan (slump), aliran debris (debris flow). Penanggulangan gerakan tanah di daerah penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis dan karakteristik gerakantanah tersebut. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan guna menaggulangi terjadinya gerakantanah di daerah penelitian, di antaranya yaitu: 1) Mengubah geometri lereng dengan cara: pelandaian kemiringan lereng dan pembuatan trap-trap/bangku (benching). 2) Perbaikan stabilitas lereng dengan cara mengontrol drainase dan rembesan dengan cara: membuat parit permukaan, menutup retakan pada bagian atas lereng, perataan kembali untuk menghilangkan genangan air, perkerasan permukaan lereng dan penanaman tumbuh-tumbuhan.
TERIMA KASIH