Anda di halaman 1dari 35

GEOLOGI DAN ARAHAN PENANGGULANGAN GERAKANTANAH DAERAH DONGKO DAN SEKITARNYA KECAMATAN DONGKO KABUPATEN TERNGGALEK PROPINSI JAWA

TENGAH
Lembar peta 51 XL/III-k TUGAS AKHIR TIPE-I

Oleh : NORROHMAN 03.10.0437

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur Penelitian geologi ini pada dasarnya adalah untuk mempelajari kondisi geologi pada daerah penelitian yang meliputi beberapa aspek, yaitu: geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, mekanisme dan kronologi pembentukannya dalam ruang dan waktu geologi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah setempat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya geologi, bahaya geologi serta kemungkinan identifikasi bahan galian lain yang terdapat di dalamnya.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud: Memenuhi persyaratan kurikulum tingkat Sarjana Strata-1 pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Tujuan: Sedangkan tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi yang mencakup aspek geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sejarah geologi serta aspek-aspek geologi lingkungan pada daerah penelitian. Sedangkan tujuan khususnya adalah menentukan arahan penanggulangan gerakantanah di daerah Dongko dan sekitarnya, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur.

I.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian


Secara geografis terletak pada koordinat 81008 LS - 81500 LS dan 1113230BT - 1113730 BT, serta pada peta topografi lembar 51/XLIII-k dengan skala peta 1 : 25.000 dan memiliki luas daerah 9 km x 9 km atau 81 km. Lokasi penelitian berjarak 30 km sebelah baratdaya dari kota Trenggalek yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Lokasi penelitian dapat ditempuh dalam waktu lima puluh menit ke arah baratdaya kota Trenggalek. Dari kota Trenggalek menuju ke daerah penelitian kondisi jalan cukup baik. Jalan menuju ke daerah penelitian beraspal, namun demikian untuk daerah penelitian tidak semua jalan dalam kondisi baik sehingga harus ditempuh dengan jalan kaki dan menyusuri jalan setapak

I.5. Metode Penelitian


 Tahap pra lapangan  Tahap penelitian lapangan  Tahap analisis laboratorium  Tahap kerja studio

BAB II GEOMORFOLOGI
II.1. Geomorfologi Regional Berdasarkan fisiografinya daerah Jawa Timur dibagi menjadi 7 jalur fisiografi (Bemmelen, 1949) yaitu: Zona Volkanik Kuarter Zona Dataran Aluvial Jawa Utara Zona Antiklinorium Rembang-Madura Zona Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng Zona Solo Zona Randublatung Zona Pegunungan Selatan

II.2 Geomorfologi Daerah Penelitian


II.2.1.Satuan geomorfik asal denudasional (D)


Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi lemah (D1)

Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi kuat (D2)

II.2.2.Satuan geomorfik asal struktural (S)




Subsatuan geomorfik dike (S12)

II.2.1.1. Subsatuan perbukitan dan lereng terdenudasi lemah (D1)


Daerah ini menempati area seluas 39 % dari luas daerah penelitian, dan mempunyai kemiringan lereng 25,88%. Lereng landai-curam, perajangan lemah-menengah. Dicirikan dengan daerah perbukitan dengan lereng landai sampai curam menengah (gentle to moderately steep slopes) dan bentuk topografi berombak-ombak sampai bergulung-gulung (undulating to rolling topography). Daerah ini tersusun oleh litologi breksi andesit dan batugamping

II.2.1.2. Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi kuat (D2)


 Subsatuan

geomorfik

perbukitan

dan

lereng

terdenudasi kuat (D2) menempati area seluas 60% dari seluruh total luas daerah penelitian. Subsatuan

geomorfik ini berupa perbukitan dengan kemiringan lereng curam menengah sampai curam sebesar 44,24% dan berupa topografi perbukitan bergelombang kuatberbukit. Morfologi ini terletak pada bagian tenggara dan selatan daerah penelitian, dan daerah ini

didominasi oleh litologi breksi andesit

II.2.2.1. Subsatuan intusi ansesit


 Subsatuan geomorfik intrusi andesit (S12) menempati area

seluas 1% dari seluruh total luas daerah penelitian. Subsatuan geomorfik ini mempunyai kenampakan punggungan dengan lereng menengah-curam, terajam menengah, dengan beda tinggi 112,71 m dari permukaan laut

II.3. Pola Aliran Sungai dan stadia daerah

Pola aliran dendritik dicirikan oleh kelompok sungai-sungai dan cabangnya yang membentuk suatu pola aliran dengan kenampakan seperti cabang pohon dengan ranting-rantingnya.

Stadia daerah di daerah penelitian telah memasuki tahap dewasa

BAB III STRATIGRAFI


III.1. Stratigrafi Regional Tatanan stratigrafi regional daerah Tulungagung (Samodra,dkk 1992), dari tertua ke muda, antara lain: III.1.1 Satuan batuan terobosan III.1.2. Formasi Mandalika III.1.3. Formasi Arjosari III.1.4. Formasi Campurdarat III.1.5. Formasi Jaten III.1.6. Formasi Wuni III.1.7. Formasi Nampol III.1.8. Formasi Wonosari III.1.9. Satuan Batuan Gunungapi Wilis III.1.10. Endapan Aluvium

III.2. Stratigrafi Daerah Penelitian


Daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan litostratigrafi tidak resmi. Berurutan dari tua sampai muda adalah: Satuan breksi andesit Satuan intrusi andesit Satuan batugamping Satuan endapan alluvial

III.2.1 Satuan breksi andesit


 Satuan breksi andesit pada daerah penelitian terdiri dari

breksi andesit, batupasir tufan dan lava. Satuan ini menempati 70% dari seluruh total luas daerah penelitian. Satuan ini mempunyai ketebalan lebih dari 975 m.
 Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Awal.  Kontak batuan bagian bawah tidak ditemukan, hubungan

vertikal ke atas satuan breksi andesit ditutupi secara selaras oleh satuan batugamping dan diterobos oleh satuan intrusi andesit.

III.2.2 Satuan intrusi andesit


 Satuan batuan terobosan atau intrusi pada daerah penelitian terdiri dari intrusi andesit. Satuan ini menempati 1% dari seluruh total luas daerah penelitian (pada peta geologi berwarna merah). Satuan ini terdapat di G. Gong. Daerah ini mempunyai ketinggian antara 600-800 m dari permukaan laut dan terletak pada bagian utara daerah penelitian  Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional atau menggunakan lembar geologi regional Lembar Tulungagung. Berdasarkan kesebandingan ini didapatkan umur untuk batuan terobosan ini adalah Oligosen atasMiosen Bawah. Batuan terobosan ini menerobos batuan di atasnya (breksi andesit) yang berumur Oligosen Tengah.

III.2.3 Satuan batugamping


 Satuan batugamping ini menempati daerah penelitian 28,5% dari total luas daerah penelitian (Lihat pada peta geologi warna biru). Satuan batugamping ini terdapat di daerah Dongko dan Ngerdani.  Hasil analisis paleontologi terhadap contoh satuan batugamping yang dambil di LP 15 dan LP 49, didapatkan fosil dengan kandungan Foraminifera planktonik menunjukkan kisaran umur Miosen Bawah (N6) (Blow,

1969).
 Hasil analisis Foraminifera benthos pengendapannya didapatkan kisaran kedalaman 0-30m atau Neritik Tepi. Hubungan stratigrafi antara satuan batugamping dengan satuan breksi andesit yang ada di bawahnya memiliki hubungan selaras

III.2.4. Endapan aluvial


 Endapan aluvial merupakan satuan termuda di daerah

penelitian yang tersusun material lepas seperti lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang telah mengalami proses transportasi dan merupakan akumulasi endapan hasil erosi batuan di atasnya. Endapan ini terdapat setempat-

setempat pada daerah penelitian, sebagian ada yang terpetakan dan ada juga yang tidak terpetakan. Endapan aluvial ini mempunyai luas penyebaran 0.5% dan mempunyai ketebalan sekitar 1-2 m. Hubungan stratigrafi dengan satuan batuan yang lain adalah tidak selaras.

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI


IV.1. Struktur Geologi Regional Menurut Bemmelen (1949) Pegunungan Selatan Jawa Timur merupakan sayap Geantiklin Jawa yang miring ke

arah selatan dengan struktur regional berarah barat-timur. Adanya pengangkatan pada Geantiklin Jawa yang terletak pada Zona Solo meluncur ke arah utara dan terpisah dengan Pegunungan Selatan oleh beberapa sesar tangga (step fault) dan membentuk flexure dengan blok-blok antithetic fault.

IV.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian


Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian berupa struktur lipatan yaitu Sinklin Dongko dan antiklin Ngerdani, kekar dan sesar geser ngajaran.

IV.2.1. Struktur kekar


Kekar adalah rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran. Struktur kekar pada daerah penelitian berupa kekar gerus dan kekar tarik yang umumnya berkembang pada litologi breksi andesit dan lava.

IV.2.2.Lipatan
 Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pola lengkung kedua struktur tersebut diakibatkan oleh gaya kompresi yang bergerak horisontal-subhorisontal. Untuk jenis lipatan di daerah penelitian, penulis menggunakan klasifikasi menurut Fluety, (1964, vide Ragan 1973) yang mengklasifikasikan lipatan lipatan dan plunge dari hinge line.  Lipatan di daerah penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu Sinklin Dongko yang berarah timurlaut-baratdaya yang berjenis upright horizontal fold dan Antiklin Ngerdani yang berarah timurlaut baratdaya, lipatan ini berjenis Recumbent horizontal fold. berdasarkan dip dari sumbu

IV.2.3. Sesar
Sesar adalah suatu zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran (Ragan, 1985). Sesar yang terbentuk pada daerah penelitan berupa sesar geser. Sesar ini memotong satuan batuan breksi yang terdeapat pada bagian selatan daerah penelitian Dari hasil analisis didapatkan kedudukan bidang sesar: N 110E/57, Net slip: 24/N114 E, Rake : 28, W1: 01/N127E, W2: 48/N225E, W3: 32E/N47E. Klasifikaasi sesar ini berdasarkan besarnya rake dan arah pergeseran net slip dan dip bidang sesar: reverse right slip fault (Rickard, 1972 dalam Ragan, 1985).

BAB V SEJARAH GEOLOGI


Pada permulaan Oligosen Akhir di Pegunungan Selatan mulai terjadi suatu pergolakan endogen di mana Lempeng Australia menunjam masuk ke bawah Lempeng Eurasia melalui suatu zona penekukan Benioff, sebagai kelanjutan tumbukan antar lempeng ini, mengakibatkan

terbentuknya busur magmatis dan menghasilkan urutan batuan yang umumnya tersusun oleh andesitan, kemudian diterobos oleh batuan pluton bersusun sedang (intermitten). Sejarah geologi daerah penelitian berlangsung sejak Kala Oligosen Akhir Pada Oligosen atas berupa lingkungan laut diendapkan breksi andesit dengan mekanisme

sedimentasi turbidit, yang kemudian diterobos oleh intrusi andesit

Menjelang akhir Miosen Awal, pada laut yang teluknya mendangkal terjadi pembentukan terumbu-terumbu batugamping yang menghasilkan batuan karbonat yang termasuk dalam Formasi Campurdarat. Lingkungan pengendapan dari satuan batugamping ini adalah Neritik Tepi-Neritik Tengah dengan kedalaman 0-100 m, berumur Miosen Bawah (N6). Pada Miosen Akhir terjadi generasi tektonik pertama membentuk Sesar Ngajaran yang berarah relatif baratdaya-timurlaut serta memotong satuan breksi andesit. Pada Kala Miosen Akhir sampai dengan Pliosen, daerah penelitian termasuk sebagian dari daerah Pegunungan Selatan yang terangkat menjadi daratan. Pengangkatan ini ditandai dengan tidak dijumpainya satuan batuan yang lebih muda lagi di atas satuanbatugamping. Pada Kala Miosen Atas aktivitas sedimementasi terhenti, hingga kemudian pada Kala Pliosen terendapkan secara tidak selaras endapan aluvial yang hasil endapan hasil erosi dari batuan di atasnya yang masih berlangsung sampai sekarang. Proses berlangsung sekarang adalah proses eksogen berupa proses erosi dan denudasional.

BAB VI GEOLOGI LINGKUNGAN


1. Sesumber berupa sumberdaya air dan Bahan Galian Golongan C (batugamping dan andesit) 2. Bencana yaitu berupa gerakan tanah berjenis nendatan (slump) runtuhan batuan (Rock fall),runtuhan debris (debris fall), longsoran batuan (rock slide), longsoran debris (debris slide), aliran debris (debris flow)

BAB VII
ARAHAN PENANGGULANGAN GERAKANTANAH
VII. 1. Latar Belakang
Gerakantanah (mass movment) adalah perpindahan massa batuan atau tanah pada daerah tegak, miring atau mendatar dari kedudukan semula, yang terjadi apabila adanya gangguan kesetimbangan massa pada saat itu (Purbo Hadiwidjoyo, 1975). Perpindahan ini seringkali dipermudah dengan adanya aliran air dalam massa tersebut, sehingga massa batuan atau tanah tersebut dapat bergerak dengan mudah akibat adanya kandungan air di dalamnya. Terjadinya gerakantanah antara lain karena berkurangnya kemantapan lereng akibat terjadinya degradasi tanah atau batuan karena waktu dan usianya.

VII. 2. Dasar Teori


Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakantanah dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor geologi dan faktor non geologi. Pada ke dua faktor tersebut dapat berupa faktor alami maupun hasil budidaya manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng sehingga dapat menyebabkan terjadinya gerakantanah. Faktor geologi meliputi sudut maupun kemiringan lereng, kerapatan sungai serta jenis litologi. Sedangkan faktor non geologi di antaranya yaitu tataguna lahan serta curah hujan.

VII. 2.2 Klasifikasi gerakantanah


Flint & Skinnner (1977), mengklasifikasikan gerakantanah menjadi beberapa jenis (Tabel 14), di antaranya adalah: Runtuhan batuan (Rock fall) Runtuhan debris (Debris fall) Longsoran batuan (Rock slide) Longsoran debris (Debris slide) Nendatan (Slump) Aliran debris (Debris flow) Aliran lumpur (Mud flow)

VII. 3 Gerakan Tanah Di Daerah Penelitian


1. Runtuhan batuan (Rock fall) 2. Runtuhan debris (Debris fall) 3. Longsoran batuan (Rock slide) 4. Longsoran debris (Debris slide) 5. Nendatan (Slump) 6. Aliran debris (Debris flow)

VII. 4 Potensi Gerakan Tanah Di Daerah Penelitian


Dari data yang diperoleh penyusun mengelompokan potensi gerakan tanah pada daerah penelitian menjadi 3 zona kerentanan gerakantanah, yaitu: Zona kerentanan gerakantanah rendah, daerah ini menempati 15% dari luas daerah penelitian. Litologi daerah ini adalah batugamping. Zona kerentanan gerakantanah menengah, daerah ini menempati 24% dari luas daerah penelitian. Litologi daerah ini adalah breksi andesit. Zona kerentanan gerakantanah tinggi, daerah ini menempati 61% dari luas daerah penelitian. Litologi daerah ini adalah breksi andesit.

VII. 5. Arahan Penanggulangan Gerakan Tanah Di Daerah Penelitian


VII. 5. 1. Mengubah geometri lereng Pelandaian kemiringan lereng Pembuatan trap-trap/bangku (benching) VII. 5. 2. Perbaikan stabilitas lereng dengan cara mengontrol drainase dan Rembesan 1. Drainase air permukaan
a. Parit permukaan b. Pengalihan air permukaan c. Menutup retakan pada bagian atas lereng d. Perataan kembali untuk menghilangkan genangan air e. Perkerasan permukaan lereng f. Penanaman tumbuh-tumbuhan

VII. 5. 3. Alternatif pengendalian gerakantanah


Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman. Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal. Jangan menebang pohon pada daerah lereng. Jangan membangun rumah di bawah tebing. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal.

BAB VIII KESIMPULAN


Daerah penelitian secara fisiografi termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur. Satuan geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfik antara lain: subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi lemah (D1), subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi kuat (D2) dan subsatuan geomorfik dike (S12). Pola aliran sungai yang berkembang di daerah penelitian adalah pola aliran dendritik. Stadia daerah di daerah penelitian telah memasuki dalam tahapan stadia dewasa. Stratigrafi daerah penelitian tersusun menjadi beberapa satuan batuan yang berturut-turut dari tua ke muda terdiri dari satuan breksi andesit yang berumur Oligosen Atas-Miosen Bawah, satuan intrusi andesit, satuan batugamping berumur Miosen Bawah yang mempunyai hubungan selaras dengan satuan batuan breksi andesit yang berumur Miosen Bawah-Miosen Tengah dan endapan aluvial yang berumur Pliosen.

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa lipatan, yaitu Sinklin Kali Gede yang merupakan lipatan jenis upright horizontal fold yang pola tegasan utamanya hampir tenggara-baratlaut, antiklin Ngerdani yang berjenis Recumbent horizontal fold dan Sesar Geser Kali Gede yang berjenis reverse right slip fault. Sejarah geologi daerah penelitian berlangsung sejak Kala Oligosen Atas. Pada Oligosen Atas berupa lingkungan laut diendapkan breksi andesit dengan komposisi fragmen andesit dan diendapkan dengan mekanisme sedimentasi turbidit, yang kemudian secara bersamaan diterobos oleh intrusi andesit (dike). Di atas satuan breksi andesit dan satuan intrusi andesit terdapat batugamping yang hubungannya selaras. . Sejarah geologi daerah penelitan dimulai pada Kala Oligosen Akhir dimulai dengan diendapkannya satuan breksi andesit. Akibat dari pendangkalan cekungan muka busur maka diendapkan bersamaan satuan Satuan batugamping ini memiliki umur Miosen Bawah. Batugamping ini diendapkan di laut atau dengan kedalaman laut 0-300 m atau Neritik Tepi. Genesa batugamping bisa tersingkap di darat dikarenakan proses tektonik pada Kala Miosen Atas Pada Kala PliosenPleistosen terjadi proses pengangkatan (uplift) yang mengakibatkan terjadinya pensesaran di daerah penelitian. Selanjutnya proses geologi muda saat ini adalah erosi dan denudasi serta pelapukan yang menghasilkan endapan aluvial.

Sesumber geologi berupa air dan bahan galian. Sesumber bahan galian yang ada di daerah penelitian adalah batugamping dan andesit. Bencana alam yang ada di daerah penelitian berupa runtuhan batuan (Rock fall), runtuhan debris (debris fall), longsoran batuan (rock slide), longsoran debris (debris slide), nendatan (slump), aliran debris (debris flow). Penanggulangan gerakan tanah di daerah penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis dan karakteristik gerakantanah tersebut. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan guna menaggulangi terjadinya gerakantanah di daerah penelitian, di antaranya yaitu: 1) Mengubah geometri lereng dengan cara: pelandaian kemiringan lereng dan pembuatan trap-trap/bangku (benching). 2) Perbaikan stabilitas lereng dengan cara mengontrol drainase dan rembesan dengan cara: membuat parit permukaan, menutup retakan pada bagian atas lereng, perataan kembali untuk menghilangkan genangan air, perkerasan permukaan lereng dan penanaman tumbuh-tumbuhan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai