Lokasi
Bendungan
Dawuhan
Gambar 6. 1 Peta fisiografi Daerah Jawa Tengah-Jawa Timur (van Bummelen, 1949)
Dalam pembagian zona fisigrafi tersebut, daerah Bendungan Dawuhan yang berlokasi
di Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Provinsi Jawa
Timur termasuk dalam Zona Gunungapi Kuarter. Secara bentang alam, gunungapi berbentuk
kerucut dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran disekelilingnya
(Bronto, 2006). Lokasi Bendungan Dawuhan lebih tepatnya berada di kaki Gunungapi Wilis
yang berumur Kuarter. Deretan Gunungapi Di tengah Pulau Jawa yang berumur Kuarter
umumnya berbentuk kerucut yang menunjukkan masih berumur muda.
Pembagian satuan geomorfologi daerah kajian ditentukan melalui analisis pada peta
topografi dengan melihat pola-pola kontur dan kemudian melakukan sayatan morfometri pada
peta topografi. Morfometri adalah pembagian geomorfologi berdasarkan pada perhitungan
kemiringan lereng dan beda tinggi. Selain itu, dilakukan pula pengukuran sudut kelerengan di
lapangan. Hal itu perlu dilakukan karena peneliti merasa pengukuran berdasarkan sayatan
morfometri pada peta topografi kurang begitu mewakili keadaan yang sebenarnya. Sebagai
contoh, terdapat daerah yang mengalami perubahan tata guna lahan, dahulu merupakan lahan
kosong namun sekarang telah dibudidayakan menjadi perkebunan. Hal itu, tentunya akan
mengubah suatu topografi suatu daerah yang berdampak pada berubahnya suatu kelerengan.
Berdasarkan hasil perhitungan beda tinggi, kelerengan (morfometri), peta topografi serta
melihat morfogenesa yang ada di daerah kajian, maka daerah kajian merupakan Satuan
geomorfologi dataran-bergelombang lemah denudasional (D5). Satuan geomorfologi ini
meliputi Desa Gondang Lor, Sidorejo, dan Deketagung. Satuan ini memiliki sudut lereng 1-
4% dan beda tinggi 22.37 m. satuan ini tersusun oleh litologi napal pasiran dan
batugamping.
B Pola Aliran
Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai
tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut sebagai
pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi
erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi
BAB 6 KAJIAN GEOLOGI TEKNIK
secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur
geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Dalam interpretasi pola pengaliran dapat mudah dilakukan dengan pemanfaatan data
penginderaan jauh baik citra foto maupun non foto. Pola pengaliran di daerah penelitian
berdasarkan jenis-jenis pola aliran sungai menurut Howard (1967, dalam Thornbury, 1969)
dapat dibagi menjadi 2 jenis pola pengaliran. Pembagian jenis pola pengaliran didasarkan
pada pengamatan peta topografi, analisis pola pengaliran maupun pengamatan lapangan. Tiga
pola pengaliran yang berkembang di daerah Bendungan Gondang dan sekitarnya terdiri dari
pola pengaliran dendritik dan parallel.
Gambar 6. 4 Jenis - Jenis Pola Aliran Sungai Menurut Howard (1967, dalam
Thornbury, 1969). (A) Pola Aliran Dasar, (B) Pola Aliran Ubahan
litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai
yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang
resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada
batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang) Menurut peta
geologi lembar Mojokerto, daerah hulu Waduk Gondang tersusun oleh litologi napal pasiran
bersisipan batulempung, batupasir, dan batugamping (Noya, dkk., 1992)
Pola Aliran Paralel
Pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mengalir pada daerah kemiringan
lereng sedang sampai curam, dapat pula pada daerah dengan morfologi yang parallel dan
memanjang. Pola aliran ini mempunyai kecenderungan berkembang ke arah pola dendritik
ataupun trellis. Pola pengaliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan
lereng yang seragam. Pola pengaliran ini kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan
besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam.
Pola pengaliran ini berada di bendungan sampai ke selatan. Pada pola pengaliran ini
berkembang satuan geomorfologi dataran-bergelombang lemah denudasional (D5) yang
tersusun oleh litologi napal dan batugamping. Perbedaan pola pengaliran antara daerah hulu
bendungan dengan daerah disekitar bendungan ini dicirikan oleh perbedaan formasi batuan
penyusun. Pada daerah Bendungan Gondang ini merupakan Formasi Mundu.
BAB 6 KAJIAN GEOLOGI TEKNIK
C Stadia Sungai
Stadia sungai di daerah Bendungan Gondang memperlihatkan stadia sungai dewasa.
Stadia sungai dewasa dicirikan oleh penampang melintang sungai atau lembah sungai
berbentuk huruf U, kecepatan aliran berkurang, gradien sungai sedang, dataran banjir mulai
terbentuk, mulai terbentuk meander sungai, erosi kesamping lebih kuat dibanding erosi
vertikal pada tingkat ini sungai mencapai kedalaman paling besar
BAB 6 KAJIAN GEOLOGI TEKNIK
D Stadia Daerah
Stadia daerah penelitian dikontrol oleh litologi, struktur geologi dan proses
geomorfologi. Perkembangan stadia daerah pada dasarnya menggambarkan seberapa jauh
morfologi daerah telah berubah dari morfologi aslinya. Menurut Lobeck (1939), stadia daerah
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu muda, dewasa, tua dan peremajaan ulang
(rejuvenation). Tingkat kedewasaan suatu daerah dapat ditentukan dengan melihat keadaan
bentang alam dan stadia sungai yang terdapat di daerah kajian. Kondisi bentang alam di
daerah penelitian secara dominan telah dipengaruhi oleh proses eksogenik yang cukup
intensif. Proses eksogenik di lapangan dibuktikan dengan adanya proses eksogenik berupa
penelanjangan akibat denudasional dimana proses ini menyebabkan batuan dasar di daerah
kajian tersingkap dengan baik.
Berdasarkan hasil perbandingan terhadap model tingkat stadia menurut Lobeck
(1939), maka dapat disimpulkan secara umum stadia daerah kajian termasuk dalam stadia
dewasa. Penggolongan stadia daerah ini sebagai data yang digunakan untuk membantu
peneliti dalam menginterpretasi lebih jauh terhadap aspek-aspek geologi yang ada di daerah
penelitian, hal ini di karenakan masing-masing tingkatan dalam stadia daerah di kontrol oleh
proses-proses geologi, litologi, struktur geologi yang beragam.
BAB 6 KAJIAN GEOLOGI TEKNIK