4.1 Geomorfologi
Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pembahasan geomorfologi di daerah
penelitian yaitu meliputi: satuan geomorfologi, pola pengaliran, stadia sungai,
stadia daerah, dan proses geomorfologi (morfogenesis). Pembagian satuan
geomorfologi daerah penelitian dibagi dengan berdasarkan klasifikasi bentuk
muka bumi (BMB) van Zuidam (1983). Klasifikasi bentuk muka bumi memiliki
prinsip dasar pembagian satuan geomorfologi dengan mengacu pada proses-
proses geologi baik endogen maupun eksogen dengan mempertimbangkan pula
aspek lainnya. Namun dalam proses pengklarifikasian bentang alam pada daerah
penelitian menjadi satuan-satuan bentang alam bernama berdasarkan klarifikasi
bentuk muka bumi dirasa terdapat beberapa kekurangan terutama pada aspek
morfometri. Klasifikasi bentuk muka bumi pada pengaplikasiannya tidak
dapat memberikan gambaran secara kuantitatif sehingga pada penelitian ini
peneliti juga mengacu kepada klasifikasi morfometri van Zuidam (1985) dan van
Zuidam & Cancelado (1979) sebagai data pendukung atau pelengkap pemerian
masing- masing satuan geomorfologi.
4.1.1 Satuan Geomorfologi
Berdasarkan hasil perhitungan beda tinggi dan kelerengan (morfometri)
(Lampiran 3) pada peta topografi serta melihat morfogenesa yang ada di daerah
penelitian, maka Satuan geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi
beberapa satuan yang terdiri atas: Satuan Geomorfologi Lereng Gunung Api
(V3), Satuan Geomorfologi , Satuan Geomorfologi Topografi Bergelombang
hingga Perbukitan dengan Pola Aliran berkaitan dengan Kekar dan Patahan (S3).
Gambar 4.10 Kenampakan Breksi Dasit disamping jalan pada LP 25, lensa
menghadap ke barat, dengan koordinat 70 7’ 6”LS dan 1090
31’48”BT
Tabel 4.6 Kolom litologi Satuan Breksi Dasit Ligung
4.2.3 Satuan Breksi Dasit Batuan Gunung Api Jembangan
Satuan Breksi Andesite ini memiliki hubungan yang selaras dengan satuan
batuan yang ada dibawahnya yaitu satuan Breksi Dasit Ligung. Satuan ini
tersusun oleh Breksi Dasit yang memiliki warna lapuk cokelat kehitaman dan
warna segar abu-abu kehitaman, kemas terbuka, sortasi buruk, kebundaran
meruncing, struktur fragmental berukuran kerikil hingga bongkah, komposisi
terdiri dari fragmen andesit dan matriks pasir kasar. Fragmen Dasit memiliki
warna lapuk coklat kehitaman dan warna segar abu-abu cerah memiliki tekstur
porfiritik, kristalisasi hipokristalin, dengan relasi inequegranular, bentuk
subhedral-anhedral, struktur massif dan komposisi mineral kuarsa dan feldspar.
Sedangkan secara Mikroskopis terdiri atas plagioklas,feldspar, kuarsa, rongga dan
massa dasar. Memiliki tekstur holokristalin, porfiritik, bentuk kristal subhedral –
anhedral. Komposisi batuan terdiri dari 2% feldspar ,7% plagioklas, 23% kuarsa,
8% rongga dan 60% massa dasar. Nama Batuan Nama Batuan Dacite
(Streckeisen, 1978).
Matriks batulempung karbonat ini memiliki warna segar hitam keabu-
abuan dengan warna lapuk kuning kecoklatan, struktur masif, tekstur klastika
dengan ukuran butir lempung (< 1⁄256 mm), bentuk butir membundar
baik, kemas tertutup, sortasi tak teramati. Tersusun atas mineral lempung,serta
bereaksi dengan HCl. Sedangkan secara mikroskopis dominan terdiri dari massa
dasar berukuran lempung<0,03 mm yang bersifat karbonatan berupa
kalsit/mineral karbonat dan terdapat 6 % rongga (Gambar 4.10). Nama Batuan
Mudstone (Pettijohn, 1975).
Berdasarkan pengukuran ketebalan dipenampang geologi B-B’ pada peta
geologi satuan ini memiliki tebal ±150 meter. Pada satuan ini menempati
keberadaan ±45% dari seluruh daerah penelitian meliputi Desa Wangkelang, Desa
Notogiwang, Desa Domiyang, Desa Winduaji, Desa Werdi, Desa dan Krandegan.
Satuan Batuan ini berdasarkan pada peta geologi regional Lembar Banjarnegara-
Pekalongan Condon dkk. (1996), memiliki umur Plistosen.
Gambar 4.10 Kenampakan Breksi Dasit disungai Genteng pada LP 73, lensa
menghadap ke barat daya, dengan koordinat 70 7’ 6”LS dan 1090
31’48”BT
Tabel 4.7 Kolom Litologi Satuan Breksi Dasit Jembangan
4.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan data dari hasil analisa Peta Geologi Regional Lembar Lembar
Banjarnegara-Pekalongan Condon.dkk (1996), terdapat struktur sesar mendatar
dengan arah baratlaut – tenggara.
penelitian yang memiliki arah baratlaut-tenggara dan sesar ini memotong Satuan
Breksi Dasit Ligung dan Satuan Batulempung Karbonat Rambatan. Sesar ini
didapatkan dari hasil analisis kelurusan pada peta DEMNAS (Anonim, 2018)
tenggara yang memanjang di Kali Lantung dan tercermin sebagai bidang sesar.
kedudukan bidang sesar adalah N 53°E / 36° dengan kedudukan net slip 77°, N
maka nama sesar tersebut Right Lag Slip fault fault (Rickard, 1972).
Gambar 4. 18 Foto kekar yang berada pada Lp 7 di sungai genteng
4.3.2 Sesar Naik Keruh
penelitian yang memiliki arah baratlaut-tenggara dan sesar ini memotong Satuan
didapatkan dari hasil analisis kelurusan pada peta DEMNAS (Anonim, 2018)
tenggara yang memanjang di Kali Lantung dan tercermin sebagai bidang sesar.
kedudukan bidang sesar adalah N 166°E / 72° dengan kedudukan net slip 37°, N
maka nama sesar tersebut Reverse left slip fault (Rickard, 1972).
Gambar 4. 18 Foto kekar yang berada pada Lp 28 di sungai keruh
4.4 Geologi Lingkungan