peneliti pada daerah penelitian yang dilakukan dari hasil analisis serta sintesa awal
pada daerah penelitian. Interpretasi awal tersebut didasarkan pada hasil data
peneliti memiliki gambaran awal terhadap aspek – aspek geologi yang meliputi
daerah penelitian.
Lobeck (1939) dengan suatu klasifikasi bentang alam dan bentuk muka bumi yang
dikontrol oleh tiga parameter utama, yaitu struktur (struktur geologi; proses
tahapan (yang kadang kala ditafsirkan sebagai “umur” tetapi sebenarnya adalah
analisis peta topografi dengan melihat pola kontur, analisis pola pengaliran,
analisis citra SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission) maupun analisis dan
mengacu pada klasifikasi Bentuk Muka Bumi (van Zuidam dan Cancelado, 1979),
langsung di lapangan. Hal itu perlu dilakukan karena peneliti merasa pengukuran
akan mengubah suatu topografi suatu daerah yang berdampak pada berubahnya
suatu kelerengan.
geomorfologi Perbukitan & Lereng (denudational slopes and hills, D2), satuan
dan meliputi desa Delagan, desa Campurejo, desa Ngembo, desa Cangaan, dan
desa Gosari. sebelah selatan dengan morfologi berupa perbukitan. Morfologi pada
mempunyai kemiringan lereng rata – rata 17,847 % dan range beda tinggi 12,5 –
kedalam relief topografi perbukitan – tersayat kuat dan satuan unit geomorfologi
termasuk dalam Denudational slopes and hills. Pola pengaliran yang berkembang
dan meliputi dengan morfologi berupa perbukitan. Morfologi pada satuan ini
daerah penelitian.
dan range beda tinggi 12,5 – 25 m dengan rata - rata , berdasarkan klasifikasi van
lemah dan satuan geomorfologi ini termasuk dalam satuan unit Peneplains. Pola
dengan bentuk dataran. Tersusun oleh litologi batugamping terumbu. Adapun tata
dan meliputi desa Surowiti, desa Ketanen, desa Gosari, desa Cangaan, desa
Ngembo dan desa Siwalan dengan morfologi berupa dataran. Morfologi pada
D6
dan range beda tinggi 12,5 – 25 m, berdasarkan klasifikasi van Zuidam dan
dan satuan unit geomorfologi termasuk dalam Raized Peneplains / Plateaus. Pola
dari batugamping terumbu, Kalkarenit dan batulempung. Adapun tata guna lahan
ruang yang merupakan hasil penggabungan dari beberapa individu sungai yang
saling berhubungan dan membentuk suatu pola dalam kesatuan ruang (Thornbury,
1969). Pola pengaliran merupakan bagian penting dari tahapan geomorfologi yang
berhubungan erat dengan topografi dan sistem hidrologi daerah penelitian yang
hubunganya dengan curah hujan dan merupakan sifat – sifat yang paling penting
Pembagian jenis pola pengaliran didasarkan data alur sungai dan lembah
peta topografi maupun citra DEM SRTM maupun pengamatan lapangan. Pola
(Howard,1967) dapat dibagi menjadi 2 jenis pola pengaliran (Gambar 4.4) yaitu
pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam.
Berkembang di batuan yang homogen dan kontrol struktur tidak dominan, kontrol
1967; dalam Thornbury, 1969). Luas pola pengaliran ini meliputi 75 % dari
berlereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah
dendritik dengan pola paralel atau tralis (Howard, 1967; dalam Thornbury, 1969) .
Luas pola pengaliran ini meliputi 25 % dari daerah penelitian. Pola pengaliran ini
bentang alam yang ada pada suatu daerah serta proses – proses geologi (proses
berasal dari luar bumi, tetapi masih dalam lingkungan atmosfir, disebut proses
eksogen. Jika media berasal dari dalam bumi, disebut proses endogen.
Gambar 4.5. Bukti proses eksogenik yaitu pelapukan yang kurang intensif pada
lokasi pengamatan 22
Stadia sungai dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat erosi (baik
kedalaman, iklim, aktivitas organisme dan waktu. Pembagian stadia sungai pada
(Thornbury, 1969).
sungai yaitu stadia dewasa. Dikatakan stadia dewasa dikarenakan pada peta pola
pengaliran hanya terdapat sungai – sungai kecil dan anak sungai kecil lainnya.
sungai yang dijumpai pada lokasi penelitian menunjukkan sungai kecil dengan ciri
aliran sungai berarus tenang pada musim kemarau (tidak terlalu deras), tidak
terdapat adanya dataran banjir, terdapat proses pendapan (sedimentasi) pada tubuh
sungai, dan dominan yang terlihat pengaruh erosi berarah vertical yang
menyebabkan sungai berbentuk huruf U (gambar 4.7). Adapun jenis stadia sungai
ini umumnya berkembang baik pada satuan bentang alam denudasional lereng
landau – menengah.
sungai dengan erosi kearah vertikal, dan membandingkan terhadap model tingkat
stadia menurut Lobeck (1939), maka dapat disimpulkan secara umum stadia
Gambar 4.7. Kenampakkan sungai stadia dewasa yang membentuk huruf U pada
Lokasi Pengamatan 36
Zona Rembang, Jawa Timur Bagian Utara. Identifikasi stratigrafi pada daerah
tiga formasi dan empat satuan batuan dari tua ke muda yaitu Formasi Kujung,
satuan batuan tidak resmi yaitu satuan satuan kalkarenit Kujung, satuan
Pengelompokan satuan batuan tidak resmi didasarkan pada kesamaan ciri fisik
litologi yang meliputi jenis batuan, keseragaman gejala geologi, kombinasi jenis
batuan, dan gejala – gejala lain yang dapat diamati di lapangan dan mengacu
daerah penelitian. Satuan ini tersusun oleh dua litologi yaitu batulempung dan
Satuan kalkarenit Kujung ini mempati ± 30% dari luas penelitian yang
Satuan ini meliputi daerah desa Surowiti, desa Ketanen dan desa Siwalan.
– A’, maka satuan ini mempunyai ketebalan ± 1000 meter. Dilihat dari tabel
2. Litologi Penyusun
warna lapuk coklat kemerahan, coklat jingga, tekstur klastik, ukuran butir 63µ -
(gambar 4.11) , dan komposisi mineral yaitu mineral kalsit (CaCO3). Nama
3. Umur
pada satuan ini terdapat ciri fisik batuan pada stratigrafi regional menurut
dari Formasi Kujung yang berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Satuan
batuan ini merupakan satuan batuan tertua yang dijumpai pada daerah
penelitian. Dilihat dari tabel 4.1. bahwa hubungan stratigrafinya selaras antara
ciri fisik batuan yang ditemukan di lapangan dengan memperhatikan tata cara
disebandingkan dengan Formasi Tuban, sehingga satuan batuan ini diberi nama
Satuan ini meliputi daerah desa Prupuh dan Dalegan. Satuan ini menempati
ketebalan dari penampang A – A’, maka satuan ini mempunyai ketebalan ± 900
meter. Kemudian jika melihat dari tabel 4.1. bahwa hubungan stratigrafinya
2. Litologi Penyusun
sebagian tempat ada yang berlapis dan komposisi mineral yaitu : mineral
3. Umur
pada satuan ini terdapat ciri fisik batuan pada stratigrafi regional menurut
bagian dari Formasi Tuban yang berumur Miosen Tengah . Satuan batuan ini
merupakan satuan batuan termuda kedua yang dijumpai pada daerah penelitian.
penelitian baik pada daerah utara menuju ke selatan. Satuan ini meliputi daerah
desa Cangaan, desa Gosari, desa Ngembo, desa Wotan, desa Petung, desa
Petung, desa Mentaras, desa Mojopetung dan desa Sukodono. Satuan ini
hasil dari pengukuran ketebalan dari penampang A – A’, maka satuan ini
2. Litologi Penyusun
Satuan ini hanya tersusun oleh batugamping terumbu. Litologi
kristalin, struktur masif dan komposisi mineral yaitu : mineral kalsit dan
3. Umur
Berdasarkan kesebandingan ciri fisik batuan di lapangan yang terdapat
pada satuan ini terdapat ciri fisik batuan pada stratigrafi regional menurut
merupakan bagian dari Formasi Paciran yang berumur Pliosen . Satuan batuan
ini merupakan satuan batuan termuda yang dijumpai pada daerah penelitian.
maupun dari peta geologi regional, interpretasi peta topografi dan yang paling
utama adalah data hasil reconnaissance. Dalam analisa maupun pengkajian data
struktur tersebut, peneliti merasa terdapat beberapa kesamaan dari data citra
ASTER DEM, peta geologi regional, peta pola topografi maupun kenampakan di
dan Suharsono 1993) adanya struktur geologi di daerah penelitian, namun hal
melakukan analisis pada peta topografi, peta geologi regional dan citra di jumpai
dengan mengacu pada peta DEM, peta topografi, dan peta geologi regional hanya
belum ditemukan juga bahwa daerah penelitian dikontrol oleh struktur, seperti