Anda di halaman 1dari 9

RESUME

ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI


BERDASARKAN METODE MORFOMETRI

A. Definisi
Geomorfologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang asal
terbentuknya topografi akibat dari pengikisan elemen-elemen utama dan
terbentuknya material hasil erosi atau geomorfologi ini dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari mengenai perubahan–perubahan pada bentuk muka bumi.
Proses geomorfologi merupakan perubahan yang baik secara fisik maupun kimia
yang dialami permukaan bumi yang diakibatkan oleh gaya dari luar (eksogen) dan
gaya dari dalam bumi (endogen) yang saling bekerja secara bersamaan dalam
merubah bentuk permukaan muka bumi. Dimana gaya eksogen memiliki sifat
perusak dan gaya endogen memiliki sifat pembentuk. Dengan berkembangnya
teknologi seperti foto udara, spot, radar dan lain-lain maka geomorfologi lebih
mudah dan juga menarik untuk diteliti lewat peta geomorfologi. Peta geomorfologi
merupakan hasil interpretasi citra penginderaan jauh yang menggambarkan
aspek-aspek utama lahan atau terrain disajikan dalam bentuk simbol huruf dan
angka. Warna, pola garis dan hal itu tergantung pada tingkat kepentingan masing-
masing aspek. Informasi yang didapatkan dalam peta gemorfologi berupa bentuk,
geometri, serta proses yang telah maupun yang sedang terjadi, baik proses
endogenik maupun eksogenik.
Dalam kajiannya, geomorfologi mempelajari tentang cara-cara terjadi
pemeriaan serta pengklasifikasian tentang bentuk-bentuk ketidakteraturan secara
vertikal pada permukaan bumi (relief bumi). Jadi disimpulkan dalam banyak kajian
secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai alam
meliputi bentuk–bentuk dari roman muka bumi serta perubahan–perubahan
sepanjang evolusidan hubungan dengan keadaan struktur di bawahnya dan juga
sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan pada bentuk permukaan tersebut.
Struktur yang dimaksud adalah struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik
batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi.
Di Indonesia perkembangan dan literatur tentang peta morfologi masih
sangat minim. Peta morfologi yang dibuat masih sedikit daerahnya, kemudian
sangat terbatas dan jarang yang menggunakan skala besar dan kebanyakan
menggunakan skala kecil. Padahal peta ini sangatlah penting sebagai dasar faktor
pendukung didalam sektor perkembangan dan pembangunan wilayah terutama
didaerah terpencil. Peta morfologi yang dimaksud ini digunakan sebagai peta yang
menggambarkan kondisi bentang alam bumi dan juga bentuk permukaan bumi.
Bentuk peta morfologi diklasifikasikan berdasarkan kondisi pegunungan dan
dataran. Dalam pembuatan peta morfologi ini terdapat permasalahan pada struktur
permukaan bumi (relief), yang dalam pembentukannya belum dijelaskan dengan
detail dan juga rinci.

Sumber: Elisa, 2020


Gambar 1
Peta morfologi
Gejala struktur yang ditunjukan oleh geomorfologi suatu wilayah tercermin
dari karakteristik yang khas morfologi setempat. Ciri-ciri struktur yang ada lebih
cenderung memperlihatkan gejala struktur geologi aktif. Untuk mengenali struktur
geologi yang aktif tersebut diperlukan suatu metode yaitu metode analisis
morfometri. Morfometri tersebut didefinisikan sebagai karakteristik ukuran, elevasi,
dan lereng yang dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Pengukuran kuantitatif
ini mengikuti kaidah geomorfologi sebagai obyek membandingkan bentuk lahan
dan menghitung parameter-parameter secara langsung yang sangat berguna
untuk identifikasi karakteristik dan tingkatan aktivitas tektonik dari suatu wilayah.
Beberapa indikasi geomorfik penting yang umumnya digunakan untuk studi
tektonik aktif diantaranya seperti kurva hipsometrik, basin asimetri, gradien indeks
panjang sungai, pegunungan muka dan perbandingan lebar dan tinggi suatu
lembah. Hasil dari indikasi diatas dapat dikombinasikan dengan data atau
informasilain, seperti kecepatan pengangkatan untuk menghasilkan tingkatan
aktivitas tektonik pada suatu daerah. Perhitungan indikasi geomorfik dapat
digunakan untuk membuat sistem kelas tektonik aktif menjadi tektonik sangat aktif,
aktif sedang, dan tidak aktif. Dasar dari klasifikasi suatu tektonik aktif dapat
dideliniasi suatu daerah untuk melakukan studi detil identifikasi struktur aktif dan
juga menghitung kecepatan proses tektonik aktif.
Morfometri pada dasarnya menjelaskan dan mengukur kuantitatif atau
kualitatif suatu bentuk lahan pada suatu wilayah. Kajian ilmu yang membahas
mengenai morfometri lereng yaitu geomorfologi. Geomorfologi sendiri merupakan
ilmu yang mempelajari bentuk lahan yang terbentuk pada permukaan bumi
maupun dibawah permukaan laut atau dari dalam perut bumi dengan penekanan
pada asal terbentuknya dan perkembangan serta hubungannya dengan
lingkungan sekitar. Geomorfologi terus berkembang dalam meningkatkan peranan
yang penting dan bermanfaat mengenai masalah yang terjadi dilingkungan sekitar
Nilai pentingnya dalam mempelajari mengenai karakteristik lereng merupakan
sarana untuk mengontrol erosi yang berpengaruh terhadap proses dekomposisi
dan desintegrasi serta pengaruh dari hasil pelapukan batuan. Maka dalam
mempelajari lereng dapat dijadikan salah satu parameter untuk mengambil
kebijakan-kebijakan konservasi suatu lahan diberbagai wilayah pegunungan
terutama untuk mengurangi potensi terjadi erosi dan upaya pencegahan akan
bahaya longsong. Secara garis besar konservasi dinilai sebagai upaya dalam
pelestarian dan pemeliharaan lingkungan hidup yang bermanfaat bagi kehidupan
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Sedangkan pembahasan mengenai
konservasi tanah yaitu sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan dipelihara sesuai dengan
ketentuan tertentu yang telah disarankan agar tidak terjadi kerusakan tanah yang
lebih parah. Dalam mengetahui kemapuan jenis tanah dan penggunaan maupun
pemeliharaan tanah maka diperlukan mengenal sifat fisik tanah, kimia tanah dan
keadaan topografi sekitar. Dalam penilaian tanah tersebut perlu dirumuskan dalam
sistem klasifikasi kemampuan lahan yang ditujukan sebagai berikut:
1. Mencegah kerusakan oleh erosi.
2. Memperbaiki tanah yang rusak.
3. Memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat digunakan
secara lestari.
Konservasi bukan suatu larangan dalam penggunaan tanah, tetapi
merupakan suatu cara dalam penggunaan serta pemeliharaan tanah yang sesuai
dengan aturan pemanfaatan tanah agar tetap terpelihara kelestarian tanahnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dimana elemen ruang menjadi
fokus utama dalam menganalisis. Definisi keruangan sendiri yaitu suatu model
pendekatan untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang
lebih mendalam melalui media ruang yang ada dalam hal ini variabel ruang
mendapat posisi utama disetiap analisisnya.

B. Interpretasi Batuan Dan Struktur Geologi


Kondisi lahan tidak terlepas dari topografi. Kemiringan lereng dan panjang
lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah
Pengelompokan kerapatan kontur dapat dilakukan secara kualitatif yaitu dengan
melihat secara visual terhadap kerapatan yang ada, atau secara kuantitatif dengan
menghitung persen lereng dari seluruh peta. Persen lereng adalah persentase
perbandingan antara beda tinggi suatu lereng terhadap panjang lerengnya itu
sendiri. Banyak pengelompokan kelas lereng yang telah dilakukan, misalnya oleh
Mabbery (1972) untuk keperluan lingkungan binaan, Desaunettes (1977) untuk
pengembangan pertanian, ITC (1985) yang bersifat lebih kearah umum dan
melihat proses-proses yang biasa terjadi pada kelas lereng tertentu.
Kelas lereng, dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah yang
kemungkinan terjadi dan usulan warna untuk peta relief secara umum disadur dan
disederhanakan dari Van Zuidam, 1985. Penggunaan suatu lahan harus
disesuaikan dengan potensi dari lahan tersebut. Daerah dengan kemiringan lereng
merupakan salah satu yang harus diperhatikan. Kelas atau tingkat kelerengan
menentukan suatu bentang alam kawasan tersebut. kelas lereng yang mempunyai
tanda + menunjukan lahan tersebut mampu untuk dijadikan bentang alam
tersebut. Apabila suatu lahan yang di alih fungsikan mejadi sesuatu yang tidak
mampu ditopangnya maka terjadilah suatu degradasi lahan yang dapat
mengakibatkan lahan tersebut tidak optimum penggunaannya dan bahkan
berdampak ke area lain seperti daerah dibawahnya
C. Satuan Bentuk Lahan
Bentuk lahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan
sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi
lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa bentuk lahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief
khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam
yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing
bentuk lahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses
geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun. Bentuk lahan memberikan
gambaran pada kita tentang kondisi lokasi secara umum. Melalui informasi bentuk
lahan juga dapat diperoleh gambaran karakteristik lahan yang lain, misalnya
bentuk lahan yang bergunung akan mempunyai jenis-jenis tanah tertentu,
biasanya kelerengannya curam dan solum tanahnya relatif dangkal. Sebaliknya
bentuk lahan aluvium akan memberi gambaran tentang kondisi yang datar dengan
drainase yang kurang baik, teksturnya halus dan solum tanahnya dalam.
Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi ditentukan dari berbagai
aspek atau cirri-ciri dari geomorfologi dari wilayah tersebut. ciri-ciri tersebut yaitu
keadaan topografi dan morfologinya. Keadaan topografi berupa bagian kelerengan
(puncak, lereang bagian atas, lereng bagian tengah, lereng bagian bawah, atau
dasar lembah), ketinggian (perbukitan, dataran rendah, perbukitan rendah,
perbukitan, perbukitan tinggi, atau pegunungan. Morfologinya berupa kemiringan
lereng, panjang lereng, bentuk lereng. Serta aspek lainnya berupa pola aliran
sungai. Informasi kemiringan dan arah lereng sangat diperlukan bagi pengelolaan
lahan. Parameter kelerengan juga digunakan untuk klasifikasi beberapa
keperluan, misalnya untuk penentuan fungsi lindung dan budidaya. Jadi informasi
ini sangat dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan termasuk pengelolaan hutan.
Berbagai tipe penggunaan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-masing tipe
mempunyai kekhususan tersendiri. Tipe penggunaan lahan secara umum meliputi
pemukiman, kawasan budidaya pertanian, padang penggembalaan, kawasan
rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional mengelompokkan jenis
penggunaan lahan sebagai berikut:
1. Pemukiman, berupa kombinasi antara jalan, bangunan, tegalan atau
pekarangan, dan bangunan itu sendiri (kampung dan emplasemen)
2. Kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran merupakan daerah
yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik
dengan pola acak maupun teratur sebagai pembatas tegalan
3. Tegalan merupakan daerah yang ditanami umumnya tanaman semusim,
namun pada sebagian lahan tak ditanami dimana vegetasi yang umum
dijumpai adalah padi gogo, singkong, jagung, kentang, kedelai dan kacang
tanah
4. Sawah merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman
utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga
beberapa hari sebelum panen
5. Hutan merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik
alami maupun dikelola manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta
lebat
6. Lahan terbuka, merupakan daerah yang tidak terdapat vegetasi maupun
penggunaan lain akibat aktivitas manusia
7. Semak belukar adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun
yang dikelola dengan tajuk yang relatif kurang rimbun.
Parameter utama dalam zona agroekologi adalah lereng dan
dikelompokkan menjadi empat zona utama yaitu zona I ( lereng > 40 %), zona II
(lereng 16 – 40 %), zona III (lereng 8 – 15 %) dan zona IV (lereng < 8 %).

D. Satuan Genetika Wilayah


Satuan genetika wilayah (SGW) merupakan konsep untuk mempersatukan
berbagai sifat atau factor genetik pembentuk wilayah untuk memetakan
karakterisasi, potensi dan kendala wilayah secara terukur dan komprehensif.
Satuan genetika wilayah adalah suatu sistem yang dibentuk oleh sifat-sifat bawaan
kewilayahan atau unit-unit pembentuk karakteristik wilayah yang menentukan
potensi dan kendala wilayah yang bersangkutan. Karakteristik wilayah adalah
sejumlah sifat-sifat kewilayahan yang menentukan potensi dan kendala yang
bersangkutan. Genetika wilayah terbentuk berdasarkan tiga unsur genetika, yang
dikenali sebagai penentu asal-usul kejadian wilayah yang dipetakan, yakni
klasifikasi litologi-tektonik morfologi. Ketiga unsur ini merupakan unit-unit wilayah
terkecil yang mempunyai kesamaan genetika dan karakteristik, potensi dan
kendala yang sama (homogen).
KESIMPULAN

Gejala struktur yang ditunjukan oleh geomorfologi suatu wilayah tercermin


dari karakteristik yang khas morfologi setempat. Untuk mengenali struktur geologi
yang aktif tersebut diperlukan suatu metode yaitu metode analisis morfometri atau
analisa secara kuantitatif. Dalam analisa ini terdapat beberapa indikasi geomorfik
penting yang umumnya digunakam untuk studi tektonik aktif, yaitu kurva
hipsometrik, basin asimetri, gradien indeks panjang sungai, pegunungan muka,
dan perbandingan lebar dan tinggi lembah. Hasil dari indikasi diatas dapat
dikombinasikan dengan data atau informasi lain,seperti kecepatan pengangkatan
untuk menghasilkan tingkatan aktivitas tektonik pada suatu daerah
Bentuk lahan (landform) menguraikan tentang jenis-jenis terain khusus dan
menempatkan satuan peta inventarisasi ke dalam bentang lahan (landscape).
Untuk di area perbukitan yang mempunyai kemiringan lereng yang terjal
merupakan kawasan yang dilindungi jadi untuk lahannya tidak dianjurkan sebagai
kawasan industri pertanian melainkan kawasan hutan lidung atau suaka marga
satwa. Untuk area kawasan perbukitan rendah yang mempunyai kelerengan landai
< 30O dapa digunakan sebagai kawasan hutan industri dan dibawah kelerengan
itu dapat digunakan sebagai lahan pertanian budidaya. Begitu juga dikawasan
dataran rendah dapat dijadikan pertanian budidaya tanaman dataran rendah dan
juga sebagai kawasan perkotaan atau industri.
Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi ditentukan dari berbagai
aspek atau cirri-ciri dari geomorfologi dari wilayah tersebut. cirri-ciri tersebut yaitu
keadaan topografi dan morfologinya. Keadaan topografi berupa bagian kelerengan
(puncak, lereang bagian atas, lereng bagian tengah, lereng bagian bawah, atau
dasar lembah), ketinggian (perbukitan, dataran rendah, perbukitan rendah,
perbukitan, perbukitan tinggi, atau pegunungan. Morfologinya berupa kemiringan
lereng, panjang lereng, bentuk lereng.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jamil, Reza. 2020. “Geologi Struktur” Universitas Padjajaran, Bandung.

2. Nursahan, Iwan, 2019. “Satuan Genetika Wilayah”. Universitas


Padjajaran, Bandung

3. M.B.A, Resvani, 2017., "Tambang Untuk Negeri", Gramedia, Jakarta.


4. Furqon, Ali, 2019. “Laporan Analisa Morfometri”. Universitas Islam
Bandung, Bandung

5. Noor Djauhari. 2012. “Pengantar Geologi Bogor”: Pakuan university pres

6. Muhammad, Syarif, 2016. “KAJIAN MORFOMETRI LERENG UNTUK


KONSERVASI TANAH”. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.

7. Noor, Djauhari. 2009. “Pengantar Geologi, Edisi Pertama”. Universitas


Pakuan: Bogor.
FORM PENILAIAN RESUME

RESUME

Format (30) Isi (70)

TOTAL NILAI

Anda mungkin juga menyukai