Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sukses memang tak mengenal usia dan latar belakang manusia.


Jadi siapapun Anda dan berapapun usianya bila mau berjuang dan
bekerja dengan keras maka Anda akan segera menemukan kesuksesan
yang diimpikan. Dan dalam menjemput kesuksesan ini Anda harus
berprinsip bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai usaha guna
meraih kesuksesan.

Jadi saat Anda berusia berapapun jika memang ada kemauan untuk
sukses, maka Anda harus segera bergerak. Karena peluang sukses ini
masih akan terus ada sampai kapan pun selama Anda mau berusaha di
masa kehidupan yang ada.

Kisah orang-orang yang mencapai kesuksesan di usia yang


terbilang tidak muda yaitu diatas 30 tahun ini sendiri sudah banyak
dikisahkan. Dan berikut adalah 5 orang sukses yang telah menjadi
miliarder dan meraih kesuksesannya di usia setelah 30 tahun.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini :

Adapun yang menjadi maksud dan tujuan Penulis mengangkat kisah


seorang pria sukses diatas 30 tahun adalah sebagai berikut :

1. Agar kita menjadi tertarik untuk menjadi seorang wirausaha dan


mulai menanamkan sikap kewirausahaan di dalam diri kita masing-
masing sejak dini

2. Agar kelima orang sukse tersebut dapat kita jadikan sebagai


motivator kita di dalam membangun dan mengembangkan
kewirausahaan.
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Hary Tanoesoedibjo

Ia adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT. Bhakti
Investama Tbk sejak tahun 1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis manajemen
investasi, yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya, dan
kemudian menjualnya kembali. Perusahaan tersebut terdaftar dalam bursa efek
sebagai perusahaan terbuka, dan seiring dengan waktu berkembang semakin besar.
Pada masa krisis ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, Hary melalui
perusahaannya banyak melakukan merger dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti
Investama mengambil alih sebagian saham PT Bimantara Citra Tbk, dan kemudian
diubah namanya menjadi PT. Global Mediacom Tbk ketika mayoritas saham sudah
dimilikinya.

Sejak pengambil-alihan tersebut, Hary terjun dalam bisnis media penyiaran dan
telekomunikasi. Hary kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak
tahun 2002, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris
perusahaan tersebut. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Media
Nusantara Citra Tbk. (MNC) dan PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak
tahun 2003, serta sebagai Komisaris ALatief Corporation PT. Mobile-8 Telecom
Tbk., Indovision dan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera grup
perusahaan Global Mediacom dan Bhakti Investama. Selain tiga stasiun TV swasta,
yaitu RCTI, MNCTV, dan Global TV, grup medianya juga mencakup stasiun radio
Trijaya FM dan media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis
Trust, tabloid remaja Genie.

Pada tahun 2011, Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, dan Hary
menduduki peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan sebesar US$ 1,19
miliar.[2][7]

Kabar bahwa Hary Tanoesoedibjo masuk ke dunia politik mulai terdengar sejak awal
bulan Oktober 2011[8], yang kemudian terkonfirmasi ketika ia secara resmi
bergabung dengan Partai NasDem pada tanggal 9 Oktober 2011.[9] Pada bulan
November 2011, Hary muncul pada acara Rapat Pimpinan Nasional Partai NasDem
yang pertama.[10] Di partai tersebut, Hary menduduki posisi sebagai Ketua Dewan
Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis Nasional. Sejak ia berkiprah melalui Partai
NasDem, Hary mendengung-dengungkan semboyan Gerakan Perubahan, suatu
gerakan yang dimotori oleh kelompok angkatan muda Indonesia.[11]. Menurutnya, di
dalam Partai NasDem 70% kadernya terdiri dari generasi muda.

Pada tanggal 21 Januari 2013, Hary Tanoesoedibjo mengumumkan bahwa ia resmi


mengundurkan diri dari Partai NasDem karena adanya perbedaan pendapat dan
pandangan mengenai struktur kepengurusan partai.[12][13] Hary menyebutkan alasan
bahwa "politik itu adalah idealisme",[14] dan dirinya merasa sedih dan sangat berat
meninggalkan Partai NasDem yang telah tiga bulan ia besarkan;[15] apalagi Partai
NasDem telah berhasil lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan resmi
menjadi partai politik peserta Pemilu 2014 dengan Nomor Urutan 1.[16]

Setelah keluar dari Partai NasDem, Hary Tanoesoedibjo resmi bergabung dengan
Partai Hanura pada tanggal 17 Februari 2013. Hal ini disampaikan di kantor DPP
Partai Hanura di Jl. Tanjung Karang, Jakarta, dan langsung menduduki posisi Ketua
Dewan Pertimbangan.[17] Ia selanjutnya menjabat Ketua Bapilu[18] dan Calon
Wakil Presiden dari Hanura berpasangan dengan Wiranto.[19]

Pada 7 Februari 2015, ia mendeklarasikan Partai Politik baru, yaitu Partai Persatuan
Indonesia atau biasa disebut Partai Perindo[20][21]. Pada acara deklarasi tersebut,
dihadiri oleh beberapa petinggi Koalisi Merah Putih (KMP), seperti Ketua Umum
Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa,
Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta, dan Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan Djan Faridz. Selain itu juga hadir Wiranto, Ketua Umum Hanura[22].
Awalnya Perindo adalah ormas yang baru dideklarasikan pada 24 Februari 2013 di
Istora Senayan, Jakarta
2. Djoko Susanto

yang memiliki nama lain A Kwie ini lahir di djakarta 9 februari 1950. Djoko Susanto
telah berkutat dengan kerasnya perjuangan sejak ia masih balita, rumahnya selalu
dipenuhi dengan hal-hal yang berbau kerja keras. Setiap pagi dimulai dengan kerja,
hingga malam pun juga diakhiri dengan kerja. Semua dilakukan demi
keberlangsungan hidup keluarga. Situasi itu sesungguhnya sangat mudah memantik
frustasi, tapi itu malah tak terjadi pada Djoko.

Ia tak menyerah terhadap nasib. Realita kehidupan justru ia jadikan pelecut untuk
bergerak memanfaatkan apa yang ia punya, yakni ilmu tentang berdagang. Andai saja
pada waktu itu Djoko tidak berani merubah hidupnya, maka kerabat, teman, serta
lingkungan pergaulanya hanya akan mengenal Djoko susanto sebagai pedagang
kelontong

Lika-liku bisnis Djoko Susanto

Kebesaran bisnisnya bermula di tahun 1967, ketika Djoko Susanto masih berusia 17
tahun. Ia diminta mengurus kios sederhana milik orang tuanya di Pasar Arjuna,
Jakarta. Toko itu awalnya dinamakan Sumber Bahagia, yang menjual bahan
makanan. Tapi lama-kelamaan, Djoko melihat ada kesempatan ekspansi yang lebih
besar. Kiosnya pun mulai menjajakan rokok.

Dugaan Djoko akhirnya benar, bisnis dia dengan cepat membuat para perokok dan
pengusaha grosir serta pengecer menjadi pelanggan tetap tokonya. Dia bertaruh,
perokok akan membayar lebih banyak daripada yang dibayangkan. Hal ini kemudian
menarik perhatian Putera Sampoerna, pemilik perusahaan rokok tembakau dan
cengkeh terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada awal 1980 dan
bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta.

Upaya itu membuahkan hasil dan menginspirasi mereka berdua untuk membuka
supermarket yang dinamakan Alfa Toko Gudang Rabat. Kedua orang itu kemudian
bersepakat membuka toko Alfa Minimart (yang kemudian dikenal sebagai Alfamart)
pada 1994. "Saya pikir penamaan Sampoerna Mart kurang menjual, kemudian saya
menggunakan Alfa, sebuah merek yang lebih dikenal dan teruji," ujar Djoko,
sepertimana dikutip majalah Forbes, Kamis, 24 November 2011.

Tapi pada tahun 2005, kerja sama tersebut harus berakhir, yaitu ketika Sampoerna
menjual bisnis tembakau beserta anak perusahaannya (termasuk 70 persen bagian
perusahaan Sampoerna yang ada di Alfamart) kepada Philip Morris International
dengan nilai lebih dari US$ 5 miliar. Philip Morris ternyata tidak tertarik bisnis retail,
ia kemudian menjual saham Alfamart kepada Djoko dan investor ekuitas swasta,
Northstar. Tahun lalu, Djoko membeli Northstar sehingga membuatnya memiliki 65
persen perusahaan.

Saham itu lalu diperdagangkan dan ternyata menghasilkan dua kali lipat omzet pada
12 bulan terakhir. Faktor inilah yang pada akhirnya membuat Djoko termasuk ke
dalam jajaran miliuner dunia. Dia membuat debutnya pada urutan ke-25 dalam
jajaran orang terkaya Indonesia dengan kekayaan bersih sebesar US$ 1,04 miliar.
3. Harjo Sutanto

awalnya hanya memiliki sebuah usaha kecil yang didirikan dengan kerabatnya yaitu
Johannes F. Katuari pada tahun 1948 dengan nama Fa Wings. Saat itu usaha tersebut
hanyalah perusahaan industri rumah kecil biasa. Namun dengan segala kegigihan dan
juga kerja keras yang dicurahkan, perusahaan Wings ini lambat laun berkembang
menjadi sebuah perusahaan besar seperti sekarang yang keberadaannya tidak bisa
luput dari keseharian kita. Harjo Sutanto yangmerintis usahanya mulai dari kecil
hingga sebesar sekarang ini bisa dijadikan inspirasi masa kini. Berikut adalah profil
dari Harjo Sutanto.

Harjo Sutanto dikaruniai empat orang anak, yaitu Hanny Sutanto, Fifi Sutanto,
Handoyo Sutanto, dan juga Yenny Lillian Sutanto. Semuanya berasal dari
perkawinannya dengan istrinya Yenny Lilian. Keluarga mereka dikenal sebagai
keluarga yang low profile walaupun mereka sudah terkenal sebagai pemilik
perusahaan yang telah mendulang sukses. Tentunya hal ini adalah hasil didikan dari
Harjo Sutanto sendiri yang mengedepankan kerendahan hati walau sesukses apapun
keluarganya. Bahkan dikabarkan, mereka adalah tipikal keluarga pengusaha yang
cuek dan gemar menggunakan pakaian dengan kesan santai daripada jas dan segala
aksesoris mewah. Kerendahan hati inilah salah satu hal yang membuat profil
pengusaha asal Jawa Timurini sangat menarik.

Kekayaan yang dimiliki oleh Harjo Sutanto tentunya tidak diragukan lagi. Di
Indonesia saja hampir semua rumah tangga memakai produk-produk dari Wings;
mulai dari pembersih lantai, produk sanitasi, makanan instan dan lain sebagainya.
Bahkan pada tahun 2012, pria kelahiran tahun 1926 tersebut, telah dinobatkan sebagai
orang terkaya pada peringkat 32 dari daftar 40 orang paling kaya di Indonesia versi
majalah Forbes. Kekayaan yang dimilikinya terhitung sampai dengan US$ 1 Milyar;
hasil dari berbagai macam usaha yang dijalankan olehnya.

Perusahaan Wings yang ramai dikenal sekarang ini, dipimpin oleh Harjo Sutanto.
Dulunya perusahaan tersebut bernama Fa Wings dan didirikan di Surabaya. Pada
awal berdirinya perusahaan itu belum terlalu dikenal, bahkan sampai pada tahun
1980an. Namun setelah mengganti nama menjadi PT. Wings Surya, perusahaan ini
mulai mengeruk kesuksesan dengan berbagai produk yang ditawarkan. Sejak saat itu,
PT. Wings Surya mulai merambah ke dalam berbagai sektor bisnis consumer goods,
seperti produk-produk untuk kehidupan rumah tangga sehari-hari.

Tentu saja ada banyak cabang bisnis lain yang dikelola oleh grup Wings ini; antara
lain di bidang industri kimia, agrobisnis, bank, kemasan, real estate, bahan bangunan
dan juga lembaga keuangan. Pada bidang keuangan kita mungkin mengenal Bank
Ekonomi, Bank yang hanya membuka usahanya di pusat perdagangan. Biasanya
Bank Ekonomi bergerak dalam pembiayaan terhadap sektor usaha kecil dan
menengah dengan tujuan utama memberikan kredit untuk para distributor. Grup
Wings hasil kerja keras Harjo Sutanto akhirnya semakin maju dan berhasil
mengembangkan sayapnya. Perusahaan ini tumbuh dari yang awalnya hanya dikira
sebagai perusahaan yang bisa meniru saja, menjadi perusahaan yang bisa merajai
dunia bisnis dan mengalahkan para saingan-saingannya saat ini. Hal tersebut tentu
tidak akan terjadi tanpa dukungan keluarga dan juga para karyawannya yang bekerja
keras demi kemajuan perusahaan Wings.
4. Chairul Tanjung

Akhir-akhir ini mencuat seorang nama di jajaran konglomerat Indonesia. Nama itu
adalah Chairul Tanjung. Seorang anak singkong atau anak sangat biasa sekali yang
kemudian menjadi seorang konglomerat Indonesia bahkan namanya juga termasuk
dalam jajaran seribu orangg terkaya dunia.

Siapa sebenarnya sosok Chairul Tanjung ini. Berikut akan dituturkan penulis Biografi
Chairul Tanjung, seorang anak yang berasal dari keluarga sederhana bisa menjadi
Raja media dan memiliki konglomerasi yang begitu besar.

Biografi Chairul Tanjung

Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Orang tua Chairul
Tanjung bernama A.G Tanjung (Ayah) yang berketurunan Batak sedangkan ibunya
bernama Halimah adalah orang Sunda tepatnya Sukabumi.
Awalnya keluarga Chairul Tanjung adalah keluarga yang berlebih, ayahnya adalah
seorang wartawan di jaman Presiden Soekarno dan juga menerbitkan majalah lokal
yang oplahnya lumayan. Namun kemudia saat era Soeharto, surat kabar dari ayah
Chairul Tanjung dicurigai sebagai antek orde lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup.

Dari sinilah perekonomian keluarganya menjadi berubah seratus delapan puluh


derajat. Rumah yang cukup luas yang didiami keluarganya terpaksa harus dijual
untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya Chairul Tanjung
bersama saudara dan orang tuanya harus pindah ke kamar losmen yang sangat sempit.

Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-
anaknya mengenyamm pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu saat Chairul
lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, ia kemudian melanjutkan studinya di
Kedokteran gigi Universitas Indonesia. Chairul termasuk mahasiswa yang pandai. Ia
sempat mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada
tahun 1984-1985.

Kuliah Sambil Berbisnis

Untuk menopang uang sakunya yang jauh dari cukup, Chairul pun berkuliah sambil
berbisnis. Awalnya ia berjualan buku kuliah stensilan, kemudian juga berjualan kaos.
Ia bersama temannya kemudian juga membuka usaha foto copy di kampusnya. Ia
juga membuka kios di daerah Senen Raya Jakarta Pusat yang menyediakan aneka
kebutuhan dan peralatan kedokteran dan laboratorium.

Walau ia harus mmebagi waktu antara kuliah dan berbisnis, namun Chairul bisa
menyelesaikan kuliah nya di kedokteran gigi dengan baik. Ia kemudian menyandang
gelar Sarjana kedokteran dibelakang namanya. Namun karena darah bisnis rupanya
lebih kental, ia kemudian memutuskan untuk menjemput rejeki dari bisnis bukan
sebagai dokter gigi.
Chairul kemudian lebih memantabkan bisnisnya dengan mendirikan PT Pariarti
Shindutama bersama tiga temannya pada tahun 1987. Bisnis ini bermodalkan
pinjaman dari bank Exim sebesar 150 juta. Perusahaan Chairul dan temennya ini
memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Mereka patut berbangga karena
begitu mendirikan usaha ini mereka langsung menerima orderan sebesar 160 ribu
pasang sepatu dari Itali. Namun kemudian Chairul memutuskan untuk berpisah dan
mendirikan usaha sendiri karena ternyata ketiga temannya memiliki visi yang berbeda
dengan dirinya.

Membentuk Konglomerasi

Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak dibidang


media yaitu mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat pandai dalam membangun
jaringan . Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya berhasil membuat suatu
konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para Group sendiri kemudian
membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan, properti, multimedia.

Di bidang keuangan berkembang menjadi perusahaan seperti :

Bank Mega Tbk

Asuransi Umum Mega

Asuransi Jiwa Mega Life

Para Multifinance

Mega Capital Indonesia

Bank Mega Syariah

Mega Finance

Dibidang Investasi, Para Group juga mengakuisi si Carefour Indonesia dimana


awalnya hanya memegang 40% saham namun kini Para Group memegang 100%
saham Carefour. Kemudian Para Group juga membeli saham Garuda Indonesia tapi
entah berapa persen.
Di bidang properti, Para Group memiliki perusahaan seperti :

Para Bandung Propertindo

Para Bali Propertindo

Batam Indah Investindo

Mega Indah Propertindo

Bandung Supermall

Di bidang multimedia, Para Group membawahi anak perusahaan seperti :

Trans TV

Trans 7

Maha Gaya Perdana

Trans Fashion

Trans Life Style

Trans Studio

Diberitakan juga baru-baru ini Para Group juga membeli TV One dan AntV

Karena keberhasilannya ini, Chairul Tanjung kemudian dinobatkan sebagai


konglomerat baru di Indonesia dimana beliau berada di urutan ke 937 dunia versi
majalah Forbes tahun 2010 (mungkin saat ini urutannya naik) dan juga sebagai orang
terkaya ke enam di Indonesia.

Chairul Tanjung kemudian merubah nama Para Group menjadi CT Corp pada tanggal
1 Desember 2011.
Pendidikan Chairul Tanjung

SD Van Lith, Jakarta (1975)

SMP Van Lith, Jakarta (1978)

SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)

Executive IPPM (MBA; 1993)

Rahasia Sukes Bisnis Chairul Tanjung

Chairul Tanjung bisa mencapai kesuksesan seperti ini bukan karena beliau adalah
orang super. Ini dikarenakan beliau sangat pandai dalam membangun jaringan atau
networking. Bagi Chairul, membangun jaringan adalah segalanya bahkann diatas
modal itu sendiri. Ketiak bisnisnya lesu maka jaringan bisa diandalkan.

Membangun jaringan tidak hanya pada orang atau perusahaan yang sudah ternama
saja, pada perusahaan yang belum ternama pun juga perlu karena siapa tahu esoknya
kita memerlukan bantuan mereka bahkan pada seorang kurir pun menjaga networking
sangat dibutuhkan.

Dalam membangun bisnisnya, Chairul sangat sabar menapaki tangga bisnisnya.


Selain kerja keras, pantang menyerah dan jaringan, kesabaran juga sangat penting.
Chairul menyarankan agar tidak melakukan cara-cara instan karena itu hanya akan
menjadi api dalam sekam bagi bisnisnya.

Itulah Biografi Chairul Tanjung. Untuk saat ini selain Abu Rizal Bakrie beliau adalah
satu-satunya konglomerat yang asli dari darah pribumi Indonesia dan Muslim.

Bagus Ya Artikel Diatas, Pasti Artikel Berikut Ini Juga Bagus,, Dibaca Ya:

Biografi Walt Disney - Bapak Animasi dan Pendiri Disneyland

Biografi Charlie Chaplin Jalan Berliku Menuju Ketenaran

Biografi Mahatma Gandhi Pahlawan Kemerdekaan India

Helen Keller Menemukan Terang di Dalam Kegelapan

Biografi Zhan Tianyou Bapak Perkeretaapian Cina


Biografi Abraham Lincoln Presiden Amerika Ke 16 Yang Menghapus Perbudakan

Biografi Hans Christian Andersen Ahli Dongeng Anak Dunia

Biografi Beethoven Maestro Musik Klasik Dunia

Biografi Maretta Astri Nirmanda Brand Batik Remaja

Biografi Ferry Yuliana Pendiri Tas Gendhis


5. Sri Prakash Lohia

Anda kenal siapa Sri Prakash Lohia? Pasti tidak banyak yang tahu. Dia adalah orang
kaya nomor enam di Indonesia. Pengusaha ini ternyata keturunan India dan memiliki
nilai kekayaan US$3 miliar versi Forbes. Bisnisnya kini telah mendunia hingga ke-19
negara dan terakhir masuk di Negeria.

Lohia lahir di Kolkata pada 11 Agustus 1952 dari pasangan ML Lohia dan Kanchan
Devi Lohia. Ia memiliki tiga saudara-Om, Ajey (nama asli Ajay Prakash), dan Aloke
(nama asli Alok atau Anil Prakash)-dan satu adik-Aruna

Kekayaan Sri Prakash Lohia dari hasil memproduksi komponen dasar yang
digunakan untuk membuat botol plastik. Perusahaannya, Indorama Ventures, adalah
pemasok terbesar dunia untuk polyethylene terephthalate (PET) resin. Lohia
memimpin perusahaan ini.
Pada Februari 2012 Indorama membeli divisi kimia AS, Old World Industries Inc dan
Indorama juga memiliki unit di Nigeria yang sangat menguntungkan. Putranya, Amit,
menjalankan bisnis di Indonesia dan Afrika dari Singapura, sedangkan adiknya,
Aloke, mengawasi bisnis dari Thailand sebagai CEO-nya. Lohia mengumpulkan
buku-buku langka dan litograf.

Bahkan, bisnisnya di Nigeria sangat pentig karena menjadi salah satu penyumbang
kekayaan terbesar. Tak ayal ketika dua insinyur yang bekerja di Petrokimi Eleme
miliknyapada 2007 disandera, Sri Prakash Lohia terbang langsung ke Nigeria dan
terlibat langsung dalam negosiasi pembebasan.

Pertumbuhan kami di sana sangat penting,? kata Lohia, 60, yang memimpin
Indorama Corp dari Singapura, produsen petrokimia seperti poliolefin (resin yang
digunakan untuk membuat barang-barang seperti sepatu Croc, senar tenis dan suku
cadang mobil).

Lohia pindah ke Nigeria setelah adanya pendekatan dari Presiden Olusegun


Obasanjo pada Afrika-Asia Summit 2005. Dia membeli pabrik dari pemerintah yang
dilelang sebesar US$225 juta pada 2006. Semula sahamnya 75%, kemudian
dipotong menjadi 65%, sedangkan sisanya dimiliki oleh berbagai pihak di Nigeria,
termasuk pemerintah.

Pabrik ini dalam bentuk yang menyedihkan ketika diakuisisi, beroperasi hanya
sebagian kecil dari kapasitasnya. Tak heran sempat ada keraguan itu bisa berbalik.
Tidak terpengaruh, Lohia menutupnya untuk pemeriksaan, perbaikan dan
pemeliharaan, Mei 2006. Pada September itu perusahaan kembali beroperasi sesuai
kapasitas dan menghasilkan 350.000 ton poliolefin per tahun, sebagian besar dijual di
Nigeria tetapi juga diekspor.

Kita adalah salah satu kisah sukses swasta terbaik di Nigeria, kata Lohia bangga,
di kantornya di Jakarta. Dia mencatat kebangkitan pabriknya sering dikutip sebagai
studi kasus untuk privatisasi oleh lembaga seperti Bank Dunia, International Finance
Corp.

Lohia memperkirakan Eleme telah menyelamatkan uang negara Nigeria US$1 miliar
untuk impor sejak ia mengambil alih pabrik itu (serta menjadi wajib pajak perusahaan
besar). Pabriknya juga menampung 11.000 pekerjaan langsung di pabrik maupun
tidak langsung dalam masyarakat sekitar. Lohia mengunjungi pabrik setiap tiga
bulan.

Cerita Lohia diawali dari saat keluarganya pergi dari India pada 1974 ke Indonesia.
Dipimpin oleh ayahnya, M.L. Lohia, mereka mendirikan sebuah pabrik kecil di
Purwakarta, Indonesia, dengan memproduksi benang murah untuk tekstil.

Operasional di Nigeria telah menjadi salah satu bisnis utama yang menyumbang
pendapatan US$7 miliar per tahun Indorama Group, yang memiliki 39 pabrik di 19
negara. Lohia mengatakan ia berencana untuk meningkatkan investasi di Eleme,
dengan US$2 miliar untuk pupuk dan tanaman metanol pada 2016.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hary Tanoesoedibjo

kunci keberhasilan menjadi seorang pengusaha bagi seorang Hary Tanoesoedibjo


terletak pada kemampuan kita untuk memilih tujuan hidup yang kita mau, stay
focus, dan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai tujuan itu. Jangan mudah
tergoda dengan kesempatan-kesempatan lain yang bisa mengalihkan kita dari
tujuan utama kita. Prinsip ini lah yang selalu ditekankan pengusaha Indonesia yang
juga banyak berkawan dengan pengusaha-pengusaha papan atas negara lain ini.

2. Djoko Susanto

tak menyerah terhadap nasib. Realita kehidupan justru ia jadikan pelecut untuk
bergerak memanfaatkan apa yang ia punya, yakni ilmu tentang berdagang. Andai
saja pada waktu itu Djoko tidak berani merubah hidupnya, maka kerabat, teman,
serta lingkungan pergaulanya hanya akan mengenal Djoko susanto sebagai
pedagang kelontong

3. Harjo Sutanto

Saat itu usahanya tersebut hanyalah perusahaan industri rumah kecil biasa. Namun
dengan segala kegigihan dan juga kerja keras yang dicurahkan, perusahaan Wings
ini lambat laun berkembang menjadi sebuah perusahaan besar seperti sekarang
yang keberadaannya tidak bisa luput dari keseharian kita
4. Chairul Tanjung

Dalam membangun bisnisnya, Chairul sangat sabar menapaki tangga bisnisnya.


Selain kerja keras, pantang menyerah dan jaringan, kesabaran juga sangat penting.
Chairul menyarankan agar tidak melakukan cara-cara instan karena itu hanya akan
menjadi api dalam sekam bagi bisnisnya.
Chairul Tanjung bisa mencapai kesuksesan seperti ini bukan karena beliau adalah
orang super. Ini dikarenakan beliau sangat pandai dalam membangun jaringan atau
networking. Bagi Chairul, membangun jaringan adalah segalanya bahkann diatas
modal itu sendiri. Ketiak bisnisnya lesu maka jaringan bisa diandalkan

5. Sri Prakash Lohia

Sri Prakash Lohia merupakan pengusaha asal India yang memiliki usaha di bidang
tekstil. Ia merupakan salah satu dari pengusaha kaya yang dapat anda panuti ialah
pengusaha kaya asal India yang mengubah kewarganegaraannya menjadi
Indonesia. Ada banyak sekali pengusaha tekstil dari India yang mencoba untuk
mengadu nasib mereka di bidang tekstil di Indonesia. Tidak sulit bagi anda jika
anda tertarik untuk mengetahui perkembangan dan bagaimana cara seorang
pengusaha dalam meraih kesuksesan mereka.

Alasan dari beliau mengapa mendalami bisnis perusahaan petrokimia yaitu bahwa
persaingan di bidang ini masih sangat sedikit karena masih sedikit orang yang
mengerti mengenai petrokimia, di mana rata-rata orang berfokus pada bisnis
properti dan entertainment. Sri Prakash Lohia berpendapat bahwa apabila
persaingan mencapai ratusan dan lebih, otomatis pasar menjadi terbagi dan
semakin sulit untuk memperoleh profit besar.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Hary_Tanoesoedibjo diakses pada tanggal 6 Februari


2016

http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-chairul-tanjung-si-anak-
singkong.html diakses pada tanggal 22 Agustus 2015

http://julianda123.blogspot.co.id/2014/05/harjo-susanto.html diakses pada tanggal 15


mey 2014

http://hatta-location.blogspot.co.id/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses
pada tanggal 26 agustus 2014

http://orangterkaya-id.blogspot.co.id/2014/01/profil-biodata-lengkap-sri-prakash.html

diakses pada tanggal 28 januari 2014

Anda mungkin juga menyukai