Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

1.2.

Maksud dan Tujuan

1.3.

Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

1.4.
1.5.
1.6.
1.7.

Alat dan Bahan


Metode Penelitian
Peneliti Terdahulu

BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi Regional

Kabupaten

Barru

dan

sekitarnya

merupakan

pegunungan

dan

padan

umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan


pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini
menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang
rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh
Batugamping.
Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan
bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab dari
proses perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
1. Tenaga Eksogen
Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya
tenaga

Eksogen

degradasi.
2. Tenaga Endogen

dapat

terjadi

proses

denudasi

berupa

erosi,pelapukan,dan

Tenaga

ini

cenderung

untuk

membangun,dapat

berupa

gempa,gaya-gaya

pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka
dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi.
Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang
alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga
yang mempengaruhi pembentukannya.
Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah
perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan
sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik
masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang
telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti
yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di
daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan
penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan
bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :
1. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
2. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
3. Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap
pembentukan bentang alamnya.
A. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua

Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut


kemiringan lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur
gawir sesar turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang
memanjang dari dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur.
Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan
gawirnya telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya
gerakan tanah berupa landslide di Aledjang yang akibatnya material-material hasil
erosi tersebut diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat
pengaruh sesar dapat pula terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang
memotong perlapisan batuan dilereng selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya
berupa ebing yang terjal dengan dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat
dijumpai dibeberapa tempat disepanjang jalur morfologi gawir sesar ini.
Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu
dengan beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe
genetic sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi ini
adalah Breksi,Batugamping,dan Napal.
Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat
batuannya yang kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang
mengadakan

pengolahan

lahan

untuk

diguinakan

sebagai

daerah

permukiman,perkebunan,dan persawahan yang mempercepat terjadinya erosi.


B. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta
bentuk morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi

yang terjadi dan dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa
proses pelapukan,erosi,dan longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak
dan membentuk permukaan bumi.
Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian
timur laut B.Laposso (931 m).Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa
daerah pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke
(431 m),B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu (342
m),dan Kalukku (407 m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 % Terdapat bebrapa
perbukitan disekitar B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan arah penyebaran
pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara.
Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisasisa erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut.Pada
beberapa tempat ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat
adanya pengaruh erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak
bukit sangat tipis namun pada bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal.
Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah S.Birunga dengan
beberapa anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe
genetik

sungai

Obsekuen.Satuan

batuan

yang

menyusun

satuan

morfologi

pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada
daerah B.dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri dari dari batuan beku
andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi bentuk sill.Satuan morfologi ini
sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah permukiman dan
persawahan.
C. Pola Aliran Sungai

Sungai yang mengalir didaerah ini adalah sungai watu yang terletak didaerah
barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran tang tidak teratur
sungai-sungai tersebut mengalir pada satuan napal dan breksi batugamping.Sungai
urunga dengan beberapa anak sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran
tegak lurus dengan sungai utama.Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke
timur dan sungai ule mengalir dari arah utara ke selatan.Sungai tersebut mengalir
pada satuan breksi vulkanik batugamping dan serpih.
Berdasarkan pada kenampakan dan data-data yang telah disebutkan maka
dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran sungainya adalah aliran rectangular dan
dentritik.
D. Tipe Genetik Sungai.
Sungai-sungai yang mengalir didaerah Barru pada umumnya menunjukkan
aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan perlapisan batuan,sehingga
dengan demikian dapat digolongkan sebagai sungai dengan tipe aliran Obsekuen.
E. Kuantitas air sungai
Sungai-sungai yang terdapat di Barru termasuk jenis sungai periodic dimana
kuantitas airnya besar,pada musim hujan tetapi pada musim kemarau airnya kecil
atau kering.
F. Stadia Daerah
Daerah Barru umumnya memperlihatkan kenampakan bentang akam berupa
perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan
setempat-setempat

terjadi

penggundulan

pada

bukit-bukit.Bentuk

umumnya masih sempit dengan lereng terjal pada proses erosi lebih lanjut.

lembah

Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus dengan
aliran yang tidak begitu deras,disamping itu pula dataran pedaratan belum begitu
meluas.
Berdasarkan pada kenampakan dari cirri-ciri bentang alam seperti yang telah
disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia
muda manjelang Dewasa.

2. Stratigrafi Regional
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis
bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur
sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak
beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga
nampak kurang segar terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri
fisik dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan
dapat dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala
1 : 25.000.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan
dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua
yaitu sebagai berikut :
1. Satuan batuan beku intrusi
2. Satuan breksi
3. Satuan napal

4. satuan breksi batugamping tonasa


5. Satuan batupasir mallawa
6. Satuan serpih balangbaru
Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang
termuda sebagai berikut :
A. Satuan serpih balangbaru
Penyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai
umpung dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna
segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran
lempung, dan ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir
lempung dan struktur berlapis.
Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri
litologi dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang
menunjukkan lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam.
Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam
formasi Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak
selaras.
B. Satuan batupasir Mallawa
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan
batuan penyusunnya

serta cirri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir ini

meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah UtaraSelatan. Kenampakan satuan batuan
dalam

keadaan

segar

berwarna

ini menunjukkan adanya kesan perlapisan,


kuning

kecoklatan,

tekstur

klastik

kasar,

mengandung mineral kuarsa. Dalam satuan ini terdapat angota-anggota berupa


batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung dan napal.Dengan sisipan batubar
berupa lensa.
Umur satuan batuan ini diperkirakan antar Paleosen sampai Eosen Bawah,
hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa
dengan satuan batuan diatasnya.
C. Satuan breksi batugamping
Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini
terdiri atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta
matriks berupa lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini
dinamakan satuan breksi batugamping
Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah
Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana
gawir sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %.
Arah umum perlapisan batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut
kemiringan 25-37. ketebalan relative satuan breksi batugaming adalah 264 m.
Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan
perlapisan umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal
lapisan antara 16-60 cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar
dan lapuk berwarna abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan
mengandung fosil,mineral glukonit,muskovit,dan sekis.

Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizehensis


TAMARCK dan Discocyline indopacticia

GALLOWAY. Berdasarkan cirri-ciri litologi

dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral
mineral berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan
fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi
antar satuan breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan
menjemari denga nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang
berasda diatasnya. Satuan batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.
D. Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati
daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi
terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan
beraraha baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan antara 23-84 0
Kenampakan

satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n

ketebalan anatar 25-50 cm. dalam

keadaan segar, batuan ini berwarna putih

keabuan dan lapuk berwarna kuning keabuan, tekstur klastik.


Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera
plantonik yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks FINLAY sedang fosil
foraminifera bentonik yaitu Textularia agglutinans D` ORBTONY. Berdasarkan
kandungan fosi lini ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritik-

middle neritik denga n kedalaman 0-100m, atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD


& SITTZER 1975)
Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang
ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan
batuan yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping

menjemari dan

dengan satuan breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras.
Satuan ini termasuk dalam formasi Tonasa
E. Satuan Breksi Vulkanik
Satuan breksi vulkanik penyebaranya meliputi beberapa pegunungan yaitu
B. laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti
menrong,parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di
daerah aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi
pegununga ndenudasi B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya
barat laut timur tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 25 %.
Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya
perlapisan denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi
vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh
silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk
menyudut tanggung.
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga
satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi

dengan batuan yang ada

atasnya maupun yang ada diaatasnya adalah tidak selaras.

di

F. Satuan batuan beku intrusi


Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit.
Batuan beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan sebagian kecil
terdapat disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan
morfologi pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini
berwarna abu-abu dengan struktur kompak,tekstur faneritik dan bentuk kristal
subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.
Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti
terdahulu (RA SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini
dalam

keadaan

segara

menampakkan

warna

abu-abu

kehitaman,

struktur

vasikuler,tekstur afanitik, komposisi mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan


beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar terhadap mineral
Hornblende.
3. Struktur Regional
struktur geologi di daerah penelitian terdiri atas :
1. Struktur lipatan
2. Struktur sesar
a. Struktur lipatan
Struktur lipatan adalah suatu bentuk deformasi pada batuan sediment,batuan
vulkanik

dan

batuan

metamorf

yang

memperlihatkan

suatu

mbergelombang (MARI AND P. BTLLINGS 1979)


Struktur lipatan yang berkembang di daerah Barru adalah :

bentuk

yang

Struktur sinklin waruwue


Struktur sesar waruwue sebagian besar terletak dibagian memanjang dari
arah baratlaut ke tenggara dengansumbu lip;atana sekitar 10 km dan mempunyai
benatu kyan relative melengkung dan merupakan suat usinklin asimetris. Satuan
batuan yang menglami perlipatan adalah satuan batu breksi

vulkanik yang

diperkirakan ikut pula terlipat adalah satuan napal dan satuan breksi batugamping.
Umur dari batuantersebut adal;ah Eosen Awal Miosen Akhir ingga diperkirakan
bahwa struktur sinklin waruwue terbentuk setelah Miosen Akhir.
b. Struktur sesar
Sesar

merupakan

suatu

rekahan

pada

batuan

yang

telah

mengalami

pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan


dan arahnya sejajar denga nbidang patahan (Sukendar Asikin 1979). Struktur sesar
yang dijumpai pada daerah Barru bagia ntimur antar lain :
1. Sesar normal bale
2. Sesar geser Aledjang
3. Sesar Geser Buludua
a. Sesar Normal Bale
Sesar normal terletak disebelah utara dengan panjang sesar sekitar 250 m.
sesar ini memanjang dari arah barat ke timur melalui dusun Bale,Galunsawae dan
Buludua diptong oleh sesar geser Buludua. Bentuk sesar normal Bale ini relative
melengkung dimana blok bagian selatan ralatif bergerak turun terhadap blok bagian

utara satuan batuan yang tersesarkan terdiri dari satuan napal dan breksi
batugamping
Berdasarkan pada umur batuan termuda yang dilalui satuan napal dengan
umur Eosen Tengah maka diperkirakan sesar normal Bale terbentu ksetelah Eosen
Tengah.
b. Sesar geser Aledjang
Sesar geser Aledjang terdapat adi sebelah barat laut dan merupakan sesar
geser yang bersifat dexiral. Sesar geser ini mempunyai arah pergeseran relative ke
timur laut-baratdaya denga npanjang pergeseran sekitar 200 m. sesar geser ini
dicirikan oleh zona-zona hancuran batuan pada satuan napal yang ditemukan pad
alereng permukaan gawir di dusun Aledjang.
Berdasarkan pada umur batuan yang termuda yan gdilalui maka diperkirakan
bahwa sesar geser Aledjang terbentuk setelah Miosen Akhir.
c. Sesar geser Buludua
Sesar geser Buludua terdapat disebelah baratlaut dan merupakan sesar
geser bersifat adextral. Sesar geser ini arah pergeseranya relative berarah
baratlaut, tenggara dengan panjang pergeseran sekitar 2 km. satuan batuan yang
dilaluinya terdiri atas napal dan satuan breksi gampingan akibat adanya sesar ini
banyak ditemukan mata air disekitar daerah Bulubua.
Berdasarkan pada batuan termuda yang dilauinya yaitu satuan breksi
vulkanik maka diperkirakan sesar ini terbentuk setelah Miosen Akhir

BAB III DESKRIPSI BATUAN DAERAH BOTTOLAO, JEPPAE DAN SEKITARNYA


BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai