PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Kabupaten
Barru
dan
sekitarnya
merupakan
pegunungan
dan
padan
Eksogen
degradasi.
2. Tenaga Endogen
dapat
terjadi
proses
denudasi
berupa
erosi,pelapukan,dan
Tenaga
ini
cenderung
untuk
membangun,dapat
berupa
gempa,gaya-gaya
pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka
dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi.
Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang
alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga
yang mempengaruhi pembentukannya.
Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah
perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan
sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik
masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang
telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti
yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di
daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan
penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan
bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :
1. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
2. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
3. Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap
pembentukan bentang alamnya.
A. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
pengolahan
lahan
untuk
diguinakan
sebagai
daerah
yang terjadi dan dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa
proses pelapukan,erosi,dan longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak
dan membentuk permukaan bumi.
Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian
timur laut B.Laposso (931 m).Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa
daerah pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke
(431 m),B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu (342
m),dan Kalukku (407 m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 % Terdapat bebrapa
perbukitan disekitar B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan arah penyebaran
pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara.
Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisasisa erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut.Pada
beberapa tempat ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat
adanya pengaruh erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak
bukit sangat tipis namun pada bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal.
Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah S.Birunga dengan
beberapa anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe
genetik
sungai
Obsekuen.Satuan
batuan
yang
menyusun
satuan
morfologi
pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada
daerah B.dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri dari dari batuan beku
andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi bentuk sill.Satuan morfologi ini
sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah permukiman dan
persawahan.
C. Pola Aliran Sungai
Sungai yang mengalir didaerah ini adalah sungai watu yang terletak didaerah
barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran tang tidak teratur
sungai-sungai tersebut mengalir pada satuan napal dan breksi batugamping.Sungai
urunga dengan beberapa anak sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran
tegak lurus dengan sungai utama.Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke
timur dan sungai ule mengalir dari arah utara ke selatan.Sungai tersebut mengalir
pada satuan breksi vulkanik batugamping dan serpih.
Berdasarkan pada kenampakan dan data-data yang telah disebutkan maka
dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran sungainya adalah aliran rectangular dan
dentritik.
D. Tipe Genetik Sungai.
Sungai-sungai yang mengalir didaerah Barru pada umumnya menunjukkan
aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan perlapisan batuan,sehingga
dengan demikian dapat digolongkan sebagai sungai dengan tipe aliran Obsekuen.
E. Kuantitas air sungai
Sungai-sungai yang terdapat di Barru termasuk jenis sungai periodic dimana
kuantitas airnya besar,pada musim hujan tetapi pada musim kemarau airnya kecil
atau kering.
F. Stadia Daerah
Daerah Barru umumnya memperlihatkan kenampakan bentang akam berupa
perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan
setempat-setempat
terjadi
penggundulan
pada
bukit-bukit.Bentuk
umumnya masih sempit dengan lereng terjal pada proses erosi lebih lanjut.
lembah
Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus dengan
aliran yang tidak begitu deras,disamping itu pula dataran pedaratan belum begitu
meluas.
Berdasarkan pada kenampakan dari cirri-ciri bentang alam seperti yang telah
disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia
muda manjelang Dewasa.
2. Stratigrafi Regional
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis
bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur
sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak
beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga
nampak kurang segar terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri
fisik dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan
dapat dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala
1 : 25.000.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan
dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua
yaitu sebagai berikut :
1. Satuan batuan beku intrusi
2. Satuan breksi
3. Satuan napal
meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah UtaraSelatan. Kenampakan satuan batuan
dalam
keadaan
segar
berwarna
kecoklatan,
tekstur
klastik
kasar,
dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral
mineral berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan
fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi
antar satuan breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan
menjemari denga nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang
berasda diatasnya. Satuan batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.
D. Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati
daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi
terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan
beraraha baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan antara 23-84 0
Kenampakan
menjemari dan
dengan satuan breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras.
Satuan ini termasuk dalam formasi Tonasa
E. Satuan Breksi Vulkanik
Satuan breksi vulkanik penyebaranya meliputi beberapa pegunungan yaitu
B. laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti
menrong,parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di
daerah aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi
pegununga ndenudasi B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya
barat laut timur tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 25 %.
Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya
perlapisan denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi
vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh
silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk
menyudut tanggung.
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga
satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi
di
keadaan
segara
menampakkan
warna
abu-abu
kehitaman,
struktur
dan
batuan
metamorf
yang
memperlihatkan
suatu
bentuk
yang
vulkanik yang
diperkirakan ikut pula terlipat adalah satuan napal dan satuan breksi batugamping.
Umur dari batuantersebut adal;ah Eosen Awal Miosen Akhir ingga diperkirakan
bahwa struktur sinklin waruwue terbentuk setelah Miosen Akhir.
b. Struktur sesar
Sesar
merupakan
suatu
rekahan
pada
batuan
yang
telah
mengalami
utara satuan batuan yang tersesarkan terdiri dari satuan napal dan breksi
batugamping
Berdasarkan pada umur batuan termuda yang dilalui satuan napal dengan
umur Eosen Tengah maka diperkirakan sesar normal Bale terbentu ksetelah Eosen
Tengah.
b. Sesar geser Aledjang
Sesar geser Aledjang terdapat adi sebelah barat laut dan merupakan sesar
geser yang bersifat dexiral. Sesar geser ini mempunyai arah pergeseran relative ke
timur laut-baratdaya denga npanjang pergeseran sekitar 200 m. sesar geser ini
dicirikan oleh zona-zona hancuran batuan pada satuan napal yang ditemukan pad
alereng permukaan gawir di dusun Aledjang.
Berdasarkan pada umur batuan yang termuda yan gdilalui maka diperkirakan
bahwa sesar geser Aledjang terbentuk setelah Miosen Akhir.
c. Sesar geser Buludua
Sesar geser Buludua terdapat disebelah baratlaut dan merupakan sesar
geser bersifat adextral. Sesar geser ini arah pergeseranya relative berarah
baratlaut, tenggara dengan panjang pergeseran sekitar 2 km. satuan batuan yang
dilaluinya terdiri atas napal dan satuan breksi gampingan akibat adanya sesar ini
banyak ditemukan mata air disekitar daerah Bulubua.
Berdasarkan pada batuan termuda yang dilauinya yaitu satuan breksi
vulkanik maka diperkirakan sesar ini terbentuk setelah Miosen Akhir