Anda di halaman 1dari 21

FOSIL DAN SKALA WAKTU GEOLOGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Alvin Pratama (3213131035)


Asnimar Duha (3212131005)
Astriana Angraini (3213131041)
Della Fazera (3213331034)
Kelas : A
Mata kuliah : GEOLOGI UMUM

Dosen pengampu : Drs. Nahor Simanungkalit. M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
agar kita lebih memahami tentang Fosil dan Skala Waktu Geologi.

Kami juga berterima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan kami.
Tidak lupa pula kepada dosen Geologi yang senantiasa membimbing sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami juga tahu bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan oleh karena
itu kami harapkan adanya kritik dan saran agar dapat memperbaikinya di masa yang akan
datang. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca
nya.

Medan, 2 November 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Makalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Fosil...........................................................................................................3
B. Jenis-jenis Fosil Manusia Purba..................................................................................4
C. Proses Terbentuknya Fosil..........................................................................................6
D. Skala Waktu Geologi.................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi terbentuk sejak ratusan abad yang lalu. Bahkan Planet Bumi telah ada
jauh sebelum ada manusia. Pertama kali, Bumi ini dihuni oleh bangsa binatang purba
yang ukurannya sangat besar. Bahkan setelah itu Bumi dihuni oleh kawanan
Dinosaurus dan binatang lainnya yang berukuran sangat besar bila dibandingkan
dengan ukuran binatang dan manusia pada zaman sekarang. Setelah zaman
kepemimpinan dinosaurus pun Bumi tidak langsung dihuni oleh manusia seperti
sekarang ini, namun manusia purba.

Manusia purba memiliki ukuran tubuh yang juga jauh lebih besar
dibandingkan dengan manusia zaman sekarang. Seiring berjalannya waktu terjadilah
evolusi atau perubahan bentuk dan ukuran sehingga menjadi seperti sekarang. Lalu
apakah sejarah itu benar adanya? tentu saja, banyak rekam jejak dari penghuni lama
Bumi yang sudah ditemukan. Beberapa diantaranya berupa fosil dan juga lukisan-
lukisan serta benda- benda prasejarah lainnya.

Diantara ketiganya, yang sering ditemukan adalah fosil. Kali ini kita akan
membahas mengenai fosil dan juga proses terbentuknya fosil sehingga bisa ditemukan
hingga zaman saat ini dan bukannya hancur. Fosil memang memegang peranan yang
sangat penting untuk mengenali sebuah sejarah, khususnya keadaan Bumi pada masa
lampau. Maka dari itulah hal mengenai fosil ini sangat penting untuk kita pelajari
bersama dan untuk kita ketahui. Maka dari itulah mari kita simak bersama.

Geologi merupakan sebuah cabang ilmu geografi yang mempelajari mengenai


Bumi dan juga struktur lapisan Bumi. Mengapa manusia perlu mempelajari geologi?
Hal ini sudah pasti karena kita sebagai manusia tinggal di planet Bumi. Oleh karena
itulah kita sangat perlu mempelajari mengenai Bumi bahkan usia Bumi sendiri. usia
planet Bumi perlu untuk kita ketahui dan kemudian akan kita hubungkan dengan
kejadian atau fenomena alam yang muncul. Seperti halnya manusia yang semakin
lama akan semakin lemah dan mudah terserang penyakit, Bumi pun juga demikian
adanya.

1
Usia Bumi semakin tua maka akan semakin melemah, maka tidak heran
apabila kita seringkali merasakan berbagai kejadian seperti bencana alam di Bumi.
Hal ini juga berhubungan dengan usia Bumi yang semakin tua dan semakin rapuh.
Nah, lalu bagaimana para ilmuwan bisa menentukan umur Bumi ya, padahal kita
semua tahu bahwa sebelum terciptanya manusia Bumi sudah ada lebih dulu. Dengan
berbagai metode ilmu, pasti para ilmuwan tidak akan kesulitan untuk memperkirakan
umur Bumi. Dan dalam menentukan umur Bumi, tidak lepas dari yang namanya Skala
Waktu Geologi

B. Rumusan Makalah
1. Apa itu yang dimaksud dengan fosil?

2. Apa saja jenis-jenis fosil manusia purba?

3. Bagaimana proses terbentuknya fosil?

4. Apa yang dimaksud dengan skala waktu geologi dan pembagiannya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari fosil

2. Untuk mengetahui jenis-jenis fosil manusia purba

3. Untuk mengetahui proses terbentuknya fosil

4. Untuk mengetahui mengenai skala waktu geologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fosil
Kata Fosil berasal dari bahasa latin : Fossa (menggali keluar dari dalam tanah)
yaitu sisa – sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Makhluk hidup yang dapat berubah menjadi fosil adalah manusia, binatang dan juga
tumbuhan. Sisa- sisa manusia, tanda binatang maupun tumbuhan ini tentu saja yang
telah ditutupi oleh sedimen. Tanaman atau binatang dianggap punah namun masih
hidup disebut dengan sebutan fosil. Kebanyakan yang ditemukan adalah kerangka
fosil sebagai shell atau cangkang, tulang dan juga gigi. Untuk fosil jaringan lunak
masih jarang ditemukan. Studi ilmu yang mempelajari mengenai fosil disebut dengan
Paleontologi, yang masih dalam ranah ilmu Arkeologi.

Jenis atau tipe fosil yang pertama merupakan proses terbentuknya fosil dari


organisme makhluk hidup. Di fosil jenis pertama ini yang terawetkan dan menjadi
fosil adalah makhluk hidup itu sendiri, baik berupa seluruh tubuh makhluk hidup
maupun sebagian dari tubuh makhluk hidup yakni bagian tubuh yang keras. Sehingga
fosil tipe pertama ini bisa jadi berupa daun, cangkang, tulang, dan lainnya. Sebagai
contoh dari fosil ini adalah fosil mommoth yang terjebak di dalam es dalang waktu
yang sangat lama, dan juga fosil dari serangga yang terjebak di dalam getah
tumbuhan.

Fosil yang kedua atau tipe kedua adalah fosil yang terbentuk dari sisa aktivitas
organisme. Fosil tipe ini juga sering disebut sebagai fosil jejak atau trace fosil. Beda
dengan jenis fosil pertama, karena fosil ini bukanlah berupa bagian tubuh dari
makhluk hidup, namun hanya bekas aktivitas dari makhluk hidup tersebut saja.
Sebagai contoh fosil tipe ini adalah :

 Corpolite, yaitu fosil yang berupa bekas kotoran organisme.

 Trail and tracks yaitu fosil yang berupa bekas jejak langkah binatang.

3
a. Fosilisasi

Fosilisasi merupakan ronde penimbunan sisa-sisa hewan atau


tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan- endapan yang
mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya
saja. Beberapa syarat terjadinya pem-fosilan, antara lain :

1. Organisme beranggota tubuh yang keras

2. Mengalami pengawetan/ pelestarian

3. Terbebas dari bakteri pembusuk

4. Terjadi secara alamiah

5. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang positif

6. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu

b. Fosil Hidup

Istilah fosil hidup adalah istilah yang digunakan suatu spesies


hidup yang menyerupai suatu spesies yang hanya dikenal dari fosil.
Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil
hidup juga mampu mengacu kepada suatu spesies hidup yang tidak
memiliki spesies dekat lainnya atau suatu kelompok kecil spesies dekat
yang tidak memiliki spesies dekat lainnya, contohnya yaitu nautilus

B. Jenis-jenis Fosil Manusia Purba


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki fosil manusia purba
berbagai jenis di dunia. Banyak fosil manusia purba ditemukan di Indonesia.
Beberapa tempat memiliki jenis manusia purba tertentu dan berbeda- beda bentuk.
Adapun beberapa jenis atau macam- macam fosil manusia purba yang ditemukan di
Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Meganthropus Palaeojavanicus

Nama Meganthropus Palaeojavanicus memiliki arti Manusia Besar dari


Zaman Batu di Jawa. Hal ini diawali dari ditemukannya fosil yang berupa tulang

4
rahang dan gigi manusia di daerah Sangiran, tepatnya di tepi Sungai
Bengawansolo. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tulang rahang yang
ditemukan tersebut berasal dari masa 2 sampai 3 juta tahun yang lalu. Dari
bentuknya itulah maka nama Meganthropus Palaeojavanicus ini disematkan.
Berdasarkan rekam jejak, fosil ini merupakan fosil manusia purba tertua yang
ditemukan di Indonesia. Fosil ini ditemukan pada tahun 1937.

2. Pithecanthropus Erectus

Sebelum Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan, seorang ahli bernama


Eugene Dubois telah menemukan fosil lain yang berupa tengkorak di Desa Trinil,
di tepi Sungai Bengawan Solo. Fosil ini ditemukan pada tahun 1891. Penelitian ini
menunjukkan bahwa fosil tengkorak ini berasal dari 23 juta hingga 30.000 tahun
yang lalu. Fosil tengkorak ini menunjukkan bahwa manusia purba ini berwajah
bulat mirip kera dan berjalan tegak. Maka dari itulah fosil ini dinamakan
Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia kera yang berdiri tegak.

3. Pithecanthropus Soloensis

Pada tahun 1931, seorang ilmuwan juga berhasil menemukan tengkorak


dan juga tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus Erectus. Fosil in
ditemukan di daerah sekitar Solo hingga Sangiran, sehingga dinamakan
Pithecanthropus Soloensis.

4. Pithecanthropus Mojokertensis

Pada tahun yang sama dengan ditemukannya Meganthropus


Palaeojavanicus, pada tahun 1937 ilmuwan yang sama juga menemukan
tengkorak yang mirip dengan Pithecanthropus Erectus dan Pithecanthropus
Soloensis. Namun diduga temuan tersebut masih anak- anak. Fosil ini ditemukan
di sekitar daerah Mojokerto Jawa Timur, sehingga dinamakan Pithecanthropus
Mojokertensis.

5
5. Homo Soloensis

Fosil Homo Soloensis ditemukan hampir bersamaan dengan 


ditemukannya Meganthropus Palaeojavanicus. Tengkorak manusia ini memiliki
volume otak yang lebih besar dibandingkan dengan manusia Pithecanthropus.
Struktur tengkorak ini tidak mirip kera sehingga dinamakan Homo Soloensis yang
berarti manusia dari Solo.

6. Homo Wajakensis

Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh B.D Von Rietschotten dan
diteliti oleh Eugene Dubois. Oleh karena penemuan ini mirip dengan Homo
Soloensis, maka dinamakan Ho,o Wajakensis.

C. Proses Terbentuknya Fosil


Untuk mengetahui bagaimana fosil terbentuk, tergantung apa yang terjadi
setelah organisme tersebut mati. Kebanyakan organisme yang telah mati dimakan
oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Selain itu proses dekomposisi
dapat juga menghancurkan organisme tersebut. Proses tersebut kadang sangat aktif,
sehingga dapat menghilangkan sama sekali jejak-jejak dari organisme yang telah
mati. Tetapi pada kondisi tertentu sisa dan atau jejak dari organisme yang mati
tersebut dapat terawetkan dan menjadi fosil.   

a. Fosil yang terbentuk oleh proses pengawetan 

Proses pengawetan adalah proses yang menyebabkan suatu organisme baik


seluruh atau sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit perubahan
sifat kimia maupun fisikanya. 

Di Siberia pernah ditemukan bayi mammoth (gajah purba) yang berumur


sekitar 44.000 tahun terawetkan pada tanah yang membeku. Tubuh mammoth
tersebut ditemukan lengkap dengan kulit dan bulunya. Daging mammoth yang
telah terawetkan tersebut ternyata masih tetap segar dan merupakan salah satu
hidangan yang disajikan pada pertemuan para ahli geologi dan ahli biologi telah
mempelajari informasi genetik dari sel yang mengalami pembekuan. Organisme
kecil semacam insekta dapat pula membentuk fosil. Organisme kecil tersebut

6
dapat terjebak dalam lapisan-lapisan kayu, dan apabila kayu tersebut mengalami
fosilisasi dan membentuk material yang sebut amber, organisme tersebut dapat
terawetkan didalamnya.

Pada lingkungan gurun, sisa-sisa binatang dapat mengalami proses dehidrasi


yang disebut proses mummifikasi. Salah satu contoh dari fosil yang mengalami
mummifikasi pernah dijumpai di New Meksiko. Kulit dari organisme tersebut masih
tetap ada dan tulang-tulangnya masih terikat satu dengan lainnya oleh ligament. 

Bagian organisme yang keras seperti tulang, gigi atau cangkang pada
umumnya tahan terhadap proses dekomposisi, dan apabila lingkungan fisika dan
kimia memungkinkan, bagian-bagian tersebut terawetkan untuk jangka waktu yang
cukup lama. 

b. Mineralisasi 

Pengawetan tanpa perubahan sifat fisika dan kimia sangat jarang terjadi
dan fosil dengan tipe ini sangat jarang terjadi. Pada kondisi lain, seluruh atau
sebagian dari tubuh organisme mengalami penggantian oleh mineral yang disebut
proses mineralisasi. Meski material yang menyusun organisme tersebut telah
digantikan oleh mineral, struktur sel organisme tersebut masih dapat terlihat jelas
dengan menggunakan mikroskop. Proses mineralisasi dapat terjadi dengan
bermacam cara, yaitu rekristalisasi, permineralisasi dan penggantian
(replacement). 

7
c. Rekristalisasi

Kebanyakan cangkang dari organisme invertebrata laut seperti koral,


kerang dan oyster terutama disusun  oleh Kalsium karbonat. Kebanyakan
invertebrata yang masih hidup menyerap kalsium karbonat untuk membuat
rangkanya dengan menghasilkan mineral aragonit. Setelah organisme tersebut
mati, struktur kristal aragonit akan berubah menjadi mineral kalsit yang lebih
stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-atom penyusun mineral aragonit akan
menyesuaikan diri dan membentuk kristal yang lebih solid. Fosil yang telah
mengalami proses rekristalisasi akan mempunyai bentuk dan struktur dalam yang
tetap hanya komposisi mineralnya yang berubah. 

d. Permineralisasi

Pada tulang dan cangkang binatang kadang dijumpai rongga arau lubang
yang saluran darah, syaraf dan bagian lunak organisme lainnya. Ketika organisme
tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. Jika air masuk
ke dalam rongga tersebut mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium
karbonat atau oksida besi, ion-ion tersebut akan mengalami presipitasi dan
mengisi rongga-rongga tersebut dengan mineral. Proses tersebut disebut proses
permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme
tidak mengalami perubahan. Tetapi karena adanya mineralisasi di dalam rongga
dan pori-porinya, maka fosil organisme tersebut lebih berat dan lebih tahan.
Proses permineralisasi dapat juga terjadi pada bagian lunak dari tumbuhan. Air
yang membawa larutan silika masuk ke dalam jaringan tumbuhan yang tumbang
dan mengkristal membentuk mineral kuarsa. Fosil yang dihasilkan dari proses
tersebut disebut fosil kayu atau petrified wood. Lingkaran tahun dan jaringan pada
fosil kayu ini sama dengan yang terdapat pada pohon yang hidup jutaan tahun
yang lalu. 

e. Replacement

Material yang menyusun organisme dapat mengalami pelarutan dan


digantikan oleh mineral lainnya. Proses ini disebut dengan replacement atau
penggantian. Selama proses tersebut volume dan bentuk organisme yang asli tetap
tetapi material penyusunnya mengalami perubahan. Sebagai contoh cangkang

8
binatang yang tadinya tersusun oleh kalsium karbonat, pada waktu menjadi fosil
cangkang tersebut sudah mengalami perubahan disusun oleh silika atau pirit. 

f. Mold dan Cast 

Bayangkan cangkang binatang yang tertinggal di dasar laut dan tertutupi


oleh sedimen. Kemudian sedimen tersebut mengalami kompaksi dan membentuk
batuan sedimen, dan cangkang tersebut mengalami pelarutan dan meninggalkan
cetakan pada batuan sedimen tersebut yang disebut mold. Apabila yang tercetak
adalah bagian luar dari cangkang tersebut di sebut eksternal mold, sedangkan bila
yang tercetak bagian dalamnya disebut internal mold. Bila cetakan tersebut terisi
oleh material lain maka akan terbentuk cast. 

g. Carbonisasi 

Fosil dapat juga terbentuk oleh proses karbonisasi. Pada proses ini bagian-
bagian lunak dari organisme seperti daun, ubur-ubur dan cacing, pada waktu mati
dengan cepat mengalami penimbunan oleh sedimen. Karena penimbunan tersebut
material mengalami kompresi sehingga komponen yang berupa gas akan
menghilang, meninggalkan unsur karbon yang tercetak pada batuan sedimen yang
terbentuk. 

h. Fosil Jejak 

Beberapa fosil tidak terdiri dari sisa tubuh organismenya, tetapi organisme
tersebut meninggalkan jejak, lubang atau sarang atau tanda-tanda lain yang
dibuatnya. Apabila jejak-jejak tersebut terawetkan, maka disebut fosil ejak (trace
fossils). Jejak-jejak binatang telah banyak dijumpai pada batuan sedimen. Fosil
jejak tersebut dapat memberikan informasi kepada kita bagaimana organisme

9
tersebut bergerak semasa hidupnya, apakah organisme tersebut berjalan dengan
dua kaki atau empat kaki dan memberikan petunjuk bagaimana kebiasaan hidup
dari organisme tersebut. 

D. Skala Waktu Geologi


Skala Waktu Geologi merupakan skala yang digunakan oleh para ahli geologi
dan juga ilmuwan untuk menjelaskan hubungan atau keterkaitan antar peristiwa yang
terjadi di sepanjang sejarah Bumi. Dengan skala waktu geologi maka peristiwa yang
terjadi pada masa lampau akan dihubungkan atau dicari hubungannya dengan
peristiwa yang mungkin terjadi di masa- masa sekarang ini.

Hal ini karena Bumi kita juga mengalami sebuah pergerakan atau perubahan,
misalnya saja pergerakan lapisan batuan ataupun lempeng- lempeng Bumi. Bisa
dikatakan bahwa skala waktu geologi merupakan sebuah penanggalan yang
digunakan untuk mempelajari sejarah mengenai Bumi. Periode waktu yang digunakan
pun bukan lagi tahun ataupun abad, namun jutaan tahun.

Skala waktu geologi yang digunakan untuk menentukan umur Bumi dan
mengaitkan berbagai peristiwa dalam sejarah Bumi ada dua jenis, yaitu Skala Waktu
Relatif dan Skala Waktu Absolut. Penjelasan mengenai masing- masing skala waktu
geologi adalah sebagai berikut:

1. Skala Waktu Relatif

Skala waktu relatif merupakan skala waktu yang digunakan berdasarkan


atas urutan lapisan- lapisan batuan beserta dengan evolusi kehidupan organisme di
masa lalu. Skala ini terbentuk atas dasar peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam

10
perkembangan ilmu geologi itu sendiri. Skala waktu relatif dikembangkan
pertama kalinya pada abad ke 18 hingga abad 19 di Eropa.

Berdasarkan skala waktu relatif ini, Bumi dikelompokkan menjadi Eon


(Masa), Eon dibagi menjadi Era (kurun), Era dibagi kedalam Period (zaman), dan
Period dibagi menjadi Epoch (Kala). Dengan demikian nama- nama seperti
Paleozoikum atau Kenozoikum adalah nama- nama yang memiliki arti tertentu,
bukan asal kata saja.

Dalam hal ini fosil dari makhluk purba dipakai sebagai dasar dari skala
waktu geologi. Nama- nama dari semua Eon atau kurun dan juga Era atau masa
diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena pada kisaran waktu tersebut sangat
kenal kehidupan binatangnya.

2. Skala Waktu Absolut (Radiometrik)

Skala waktu yang berikutnya adalah skala waktu absolut atau radiometrik
yang merupakan skla yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-
unsur kimia yang terkandung dalam berbagai jenis-jenis batuan. Skala waktu
absolut atau radiometrik ini berkembang dari ilmu pengetahuan fisika yang
diterapkan untuk menjawab permasalahan- permasalahan yang timbul dalam
bidang geologi.

Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan bahkan milyaran tahun dapat
dimungkinkan setelah ditemukan unsur radiokatif. Para ahli geologi atau imuwan
menggunakan mineral yang secar alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat
dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun sebuah
batuan.

Itulah kedua jenis skala wakti geologi yang dapat digunakan, dari uraian
diatas terlihat bahwa metode atau dasar pijak yang dipakai kedua skala berbeda-
beda.

Berdasarkan uraian jenis- jenis skala diatas, kita mengetahui bahwa ada
dua cara menentukan umur Bumi. Adapun cara penentuan ini adalah sebagai
berikut:
11
 Menggunakan fosil dari makhluk purba. Hal ini digunakan sebagai
dasar pengukuran dari skala waktu relatif yang mengandalkan fosil-
fosil dari makhluk purba baik binatang maupun bakteri.
 Menggunakan isotop radioaktif yang merupakan kandungan kimia
yang terdapat dalam batuan. Penentuan berdasarkan isotop ini dinilai
memiliki tingkat kesalahan yang relatif sangat kecil.

Itulah dua cara yang digunakan dalam menentukan umur Bumi. Kedua skala
tersebut menggunakan metode yang berbeda. Dibawah ini disajikan tabel mengenai
skala relatif dan skala radioaktif.

12
1. Zaman Arkaikum

Zaman ini merupakan zaman tertua yang diperkirakan beruasia 2500 juta
tahun. Pada zamna ini keadaan bumi belum setabil dan masih panas. Kulit bumi
dalam proses pembentukan dan pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.

2. Zaman Paleozoikum

Zaman ini diperkirakan berusia 340 juta tahun. Keadaan bumi belum setabil
masih berubah-ubah. Zaman ini juga disebut zaman primer karena mulai ada tanda-
tanda kehidupan.

Beberapa kejadian penting yang terjadi dalam kurun waktu tersebut adalah
tiga kepunahan masa utama. Kepunahan adalah total hilangnya seluruh anggota
spesies atau kelompok takson yang lebih tinggi. Kepunahan massa adalah kepunahan
dalam jumlah besar yang di alami spesies atau kolompok takson lebih tinggi yang
tejadi dalam kurun waktu hanya beberapa juta tahun.

Zaman ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:

a) Cambrium : Kambrium adalah periode pada skala waktu geologi yang


dimulai pada sekitar 542 ± 1,0 jtl (juta tahun lalu) dan berakhir pada sekitar
488,3 ± 1,7 juta tahun yang lalu. Mulai muncul adanya tanda-tanda kehidupan
di bumi, seperti : kerang dan ubur-ubur. Periode ini merupakan periode

13
pertama era Paleozoikum. Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada
periode ini kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal
tersebut di tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skleton
pelindung di sebelah luar. Dalam era Paleozoik mulai terjadi penguasaan
daratan oleh makhluk hidup.

b) Silur : Silur adalah periode pada skala waktu geologi yang berlangsung mulai
akhir periode Ordovisium, sekitar 443,7 ± 1,5 juta tahun lalu, hingga awal
periode Devon, sekitar 416,0 ± 2,8 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda
kehidupan hewan bertulang belakang tertua. Seperti : ikan.

c) Devon : Devon adalah periode pada skala waktu geologi yang termasuk dalam
era Paleozoikum dan berlangsung antara 416 ± 2,8 hingga 359,2 ± 2,5 juta
tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang jenis amphibi
tertua.

d) Carbon : Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang
berlangsung sejak akhir periode Devon sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu
hingga awal periode Perm sekitar 299,0 ± 0,8 juta tahun yang lalu. Nama
"karbon" diberikan karena adanya lapisan tebal kapur pada periode ini yang
ditemukan di Eropa Barat. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang merayap
jenis reptil.

e) Perm : Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu geologi yang
berlangsung antara 299,0 ± 0,8 hingga 251,0 ± 0,4 juta tahun yang lalu.
Periode ini merupakan periode terakhir dalam era Paleozoikum. Mulai ada
tanda-tanda kehidupan hewan darat, ikan air tawar, dan amphibi. Zaman ini
diakhiri dengan kepunahan massal.

3. Zaman Mesozaikum

Disebut juga disebut zaman sekunder yang diperkirakan berusia 140 juta
tahun. Saat itu, mulai muncul pohon-pohon besar dan hewan-hewan besar, seperti:
Dinosaurus, Atlantasaurus, Tyrannosaurus serta jenis burung-burung besar.

Disebut juga disebut zaman sekunder yang diperkirakan berusia 140 juta
tahun. Saat itu, mulai muncul pohon-pohon besar dan hewan-hewan besar, seperti:

14
Dinosaurus, Atlantasaurus, Tyrannosaurus serta jenis burung-burung besar. Zaman ini
berlangsung kurang lebih 140 juta tahun. Iklim semakin membaik, curah hujan mulai
berkurang. Sungai-sungai besar dan danau banyak yang mengering dan berlumpur.
Zaman ini disebut zaman reptil karena didominasi perkembangan jenis reptil.

Zaman ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Trias : Pada masa ini terdapat kehidupan ikan, amphibi, dan reptil.

b. Jura : Pada masa ini terdapat kehidupan reptil dan sebangsa katak.

c. Calcium : Pada masa ini terdapat burung-burung pertama dan tumbuhan.

4. Zaman Neozoikum

Zaman ini diperkirakan berusia sekitar 65 juta-55 juta tahun. Keadaan bumi
semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar sehingga kondisinya lebih
setabil dan kehidupan berkembang dengan pesat.

Zaman ini dibedakan atas dua zaman, yaitu:

a. Zaman Tersier

Zaman ini ditandai berkurangnya jenis-jenis binatang besar dan telah hidup
jenis-jenis binatang menyusui, yaitu kera dan monyet. Selanjutnya mulai berkembang
jenis kera manusia.

b. Zaman Kwarter
Zaman ini merupakan mesa terpenting dalam kehidupan sebab mulai muncul
kehidupan manusia purba.

Zaman terdiri atas dua bagian, yaitu:

1. Kala Pleistocen (Zaman Dilluvium)

Masa ini berlangsung kira-kira 3.000.000 tahun-10.000 tahun yang


lalu.  Keadaan alam pada masa ini masih liar dan labil karena silih bergantinya
dua zaman, yaitu Zaman Glasial dan Zaman Interglasial. 

a. Zaman Glasial 

15
Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara
sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Sedangkan daerah yang
jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun. Permukaan air laut
turun disertai dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat. 

b. Zaman Interglasial 

Zaman Interglasial adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur


naik hingga lapisan es di kutub utara mencair, akibatnya permukaan air laut
naik dan terjadi berbagai banjir besar di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan
banyak daratan terpisah oleh laut dan selat.

2. Kala Holocen (Zaman Alluvium)

Dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada awal kala Holosen,
sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap, sehingga permukaan air laut
naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul
tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian muncullah pulau-
pulau di nusantara. Pada masa ini hidup manusia yang disebut Homo Sapiens
(Manusia Cerdas). Pada masa ini juga mulai muncul nenek moyang
kitasekarang ini dan mulailah terjadi perkembangan kebudayaan manusia yang
pesat.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

http://geologicalmelankolia.blogspot.com/2017/03/pembagian-skala-waktu-geologi.html

https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Fosil_22985_p2k-unkris.html

https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-20200903180621.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

18

Anda mungkin juga menyukai