Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


ACARA IV : LITODEMIK

LAPORAN

OLEH :
KEREN K. DAULLU
D061191113

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sandi Stratigrafi Indonesia merupakan sandi yang memberikan konsepsi

aturan pembagian batuan secara bersistem disertai tata namanya sehingga

pembahasan stratigrafi di Indonesiamenjadi lebih jelas, mudah dimengerti dan

penerapannya sederhana.

Secara garis besar pembagian satuan-satuan dalam Sandi Stratigrafi

Indonesia 1996 (SSI) dibagi menjadi enam yaitu satuan litostratigrafi, litodemik,

gunungapi, biostratigrafi, sikuen stratigrafi dan kronostratigrafi. Khusus untuk

satuan litodemik masing-masing disusun dengan tujuan untuk menggolongkan

batuan dibumi secara bersistem berdasarkan ciri-ciri litologi. Pembagian

litodemik ini dikhususkan untuk menggolongkan batuan beku, metamorf dan

batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan – satuan bernama yang bersendi

kepada ciri- ciri litologi.

Dalam penyusunan peta geologi, data dari setiap litologi sangat diperlukan

untuk penarikan suatu satuan batuan pada daerah tersebut. Penarikan batas-batas

satuan batuan haruslah mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia 1996. Umumnya

klasifikasi litodemik yang sering digunakan dalam penentuan tersebut. Dengan

melatarbelakangi hal tersebut, maka dilaksankan praktikum acara litodemik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan dari latar belakang, maka maksud dari praktikum Prinsip

Stratigrafi acara Litodemik ini yaitu menggolongkan batuan beku, metamorf dan
batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan – satuan beranama yang bersendi

kepada ciri- ciri litologi.

Sedangkan tujuan dari diadakannya praktikum Prinsip Straigrafi acara

Litodemik ini yaitu:

1. Praktikan mampu mengetahui mengenai satuan litodemik

2. Praktikan mampu mengurutkan satuan litodemik yang ada pada

daearah penelitian

3. Praktikan mampu menghitung ketebalan dari setiap satuan litodemik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Litodemik

Pembagian Satuan Litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan

beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama

yang bersendi kepada ciri-ciri litologi.

Penjelasan :

Batuan penyusunan Satuan Litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum

Superposisi dan kontaknya dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif,

intrusif, metamorfosa atau tektonik.

2.2 Batas dan Penyebaran Satuan Litodemik

Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang

berbeda ciri litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat extrusi, intrusi,

metamorfosa, tektonik atau kontak berangsur.

Penjelasan :

Batuan kontak antara dua Satuan Litodemik yang berangsur/bergradasi,

dimana ciri litologinya cukup berbeda dan memenuhi persyaratan Sandi dapat

dikelompokkan menjadi satuan tersendiri.

2.3 Tingkat-Tingkat Satuan Liodemik

Tinkat satuan litodemik sesuai dengan Sandi Stratigrafi Indonesia pada

pasal 23 yaitu:

1. Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil

adalah : Supersuite, Suite dan Litodem.


2. Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan

di bawah litodem merupakan satuan tidak resmi.

Penjelasan :

a. Litodem harus mempunyai keseragaman ciri litologi yang dapat

berupa batuan intrusi, extrusi atau metamorf dan sedapat mungkin

mempunyai keseragaman litologi. Satuan ini dapat tersingkap di

permukaan dan dapat berlanjut ke bawah permukaan serta dapat

dipetakan.

b. Satuan yang didefenisikan berdasarkan analisis kimia/sifat kimiawi

maupun geofisika merupakan satuan tidak resmi.

3. “Suite” adalah satuan litodemik resmi yang setingkat lebih tinggi dari pada

Litodem, oleh karenanya terdiri dari dua atau lebih asosiasi litodem yang

serumpun.

Penjelasan :

Pengelompokkan ke dalam Suite ditujukan untuk Satuan Litodemik yang

memperlihatkan hubungan secara alamiah dari asosiasi satuan litodemik

yang mempunyai kesamaan ciri litologinya yang sejenis dan kesamaan

genesa, misalnya Suite Metamorfosa Bayat terdiri dari Litodem Filit,

Litodem Sekis dan Litodem Genis.

4. Supersuite adalah satuan Litodemik setingkat lebih tinggi dari pada Suite,

oleh karenanya Supersuite terdiri dari dua Suite atau lebih.

5. Nama yang populer seperti zona pada zona mineralisasi adalah nama

satuan tidak resmi.


2.4 Tatanama Satuan Litodemik

Sesuai dengan Sandi Stratigrafi Indoensia pasal 24, untuk tatanama satuan

litodemik yaitu sebagai berikut:

Tatanama Satuan dasar Litodem yang terdiri dari nama geografi dan ciri

utama komposisi litologinya, misalnya Diorit Cihara.

Penjelasan :

a. Ciri utama komposisi dimaksud di sini adalah ciri umum yang mudah

dikenal (terutama di lapangan) misalnya Sekis, Genis, Gabro dan lain-lain.

b. Penamaan pada tingkat Suite, terdiri dari nama tingkat, diikuti genesa

kelompok litodem dan nama geografi yang berkaitan, misalnya Suite

Intrusi Cikotok, Suite Metamorfosa Karangsambung.

c. Penamaan Supersuite terdiri dari kombinasi nama tingkatan dan geografi.

Nama geografi Supersuite tidak harus sama dengan nama Suite atau

Litodem

2.5 Cara Pengusulan Satuan Litodemik

Sesuai denan Sandi Stratigrafi Indonesia pasal 25, cara pengusulan satuan

litodemik yaitu pengusulan suatu Satuan Litodemik resmi melakukan melalui

cara-cara yang dinyatakan secara terbuka dan tertulis (Pasal 5) dan pernyataan

harus meliputi hal-hal.


BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode

Metode yang diunakan dalam praktikum kali ini yaitu metode deskriptif,

yang mana pengerjaan dilakukan dengan menganalisis data-data yang diberikan

pada problem set.

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun tahapan pengerjaan pelaksanaan praktikum kali ini yaitu:

1. Tahap Pendahuluan

Sebelum dilakukannya praktikum, paraktikan diwajibkan untuk mengikuti

asistensi umum dan asistensi acara. Asistensi umum sendiri itu adalah kegiatan

awal sebelum praktikum yang dilakukan pada awal acara setiap praktikum. Pada

asistensi ini, setiap asisten mengenalkan diri, menyampaikan tata tertib praktikum,

bobot penilaian dan lainnya.

Sedangkan untuk asistensi acara sendiri adalah kegiatan yang dialukan

biasanya 3-7 hari sebelum praktikum dilaksanakan. Pada asistensi ini, asisten

menjelaskan secara teori tentang materi yang akan dipraktikumkan dan juga

memberikan tugas pendahuluan.

2. Tahap Praktikum

Pada tahap ini, praktikan diwajibkan mengumpulkan tugas pendahuluan

sebagai syarat untuk bisa mengikuti praktikum. Selanjutnya praktikan

melakukan praktikum dengan menganalisa data-data pada problemset

dimana data-data yang dianalisa yaitu plot peta, dilanjutkan menentukan batas
litologi dan mewarnai litologinya, membuat sayatan dan dilanjutkan menghitung

ketebalan, dan membuat kolomstratigrafi.

3. Analisis Data

Pada tahap analisis data berupa pengolahan data. Pengolahan data ini

berupa pengolahan data-data yang telah dibenarkan atau diperbaiki dari data

sementara yang telah didapat. Bisa dikatakan bahwa pengolahan data merupakan

hasil yang benar dari praktikum.

4. Pembuatan Laporan

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari praktikum dimana data-data yang

telah didapatkan dan dianalisis dibuat dalam bentuk laporan yang dapat

memudahkan kita untuk mengetahui proses-proses apa yang terjadi selama

pengendapan berlangsung.

Pengumpulan laporan merupakan proses akhir dimana praktikan

mengumpulkan data praktikum yang sudah mendapat persetujuan oleh asisten

guna mendapatkan nilai.


Tahap
Pendahuluan

Tahap
Praktikum

Analisis
Data

Pembuatan
Laporan

Gambar 3.1 Flow Chart

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan selama dilaksanaknnya praktikum kali ini

yaitu sebagai berikut:

1. Pensil warna

2. Penggaris 30 cm

3. ATK

4. Gunting/Cutter

5. Double tip

3.3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan selama dilaksanakannya praktikum kali ini

yaitu sebagai berikut:


1. Problem set

2. Kertas grafik/grid

3. Kertas HVS
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Stratigrafi Regional

4.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah penelitian

didasarkan pada litodemik, yang dimaksudkan untuk menggolongkan batuan

beku, metamorf dan batuan lain yang terubha kuat menjadi satuan – satuan

bernama yang bersendi kepada ciri- ciri litologi (Sandi Stratigrafi Indonesia,

1996).

Secara umum litologi penyusun daerah penelitian merupakan batuan beku.

Maka pada daerah penelitian dijumpai tiga satuan batuan yang diurutkan dari

muda ke tua, yaitu :

1. Litodem Trakit Lompobattang

2. Litodem Andesit Lompobattang

3. Litodem Basalt Lompobattang

Pembahasan satuan batuan pada daerah penelitian dimulai dari satuan

tertua ke satuan termuda. Meliputi uraian mengenai dasar penamaan, ciri

litologi berupa karakteristik megaskopis dan petrografis, penyebaran dan

ketebalan, lingkungan pembentukan, umur, dan hubungan antar litodem.

4.2.1 Litodem Basalt

Satuan Basalt merupakan satuan batuan tertua yang terdapat pada daerah

penelitian. Pembahasan tentang satuan basalt meliputi uraian-uraian mengenai

dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi
karakteristik baik karakteristik megaskopis, lingkungan pembentukan, umur dan

hubungan antar litodem pada daerah penelitian.

4.2.1.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan satuan batuan ini yaitu berdasarkan pada nama geografi

dan ciri utama komposisi litologinya. Ciri utama komposisi yang dimaksud adalah

ciri umum yang mudah dikenal terutama di lapangan dan menggunakan bantuan

klasifikasi Fenton, 1940. Pada satuan litodemik ini disebut Litodem Basalt

Lompobattang.

4.2.1.2 Penyebaran dan Ketebalan

Penyebaran satuan basalt menempati sekitar 30% dari luas keseluruhan

daerah penelitian yang menyebar pada bagian barat daya daerah penelitian.

Ketebalan satuan ini pada daerah penelitian yaitu sekitar 475 meter.

4.2.1.3 Ciri Litologi

Satuan ini terdiri dari batuan basalt. Batuan ini dijumpai dengan

kenampakan lapangan yaitu dalam keadaan segar berwarna abu-abu kehitaman

sampai kehijauan dan dalam keadaan lapuk berwarna cokelat. Struktur batuan

yaitu massif dengan tekstur batuan Hipokristalin dengan granularitas Faneritik-

Afanitik. Komposisi mineral yaitu Biotit, Plagioklas, Hornblende, Piroksin.

4.2.1.4 Lingkungan Pembentukan dan Umur

Penentuan lingkungan pembentukan dan umur dari satuan basalt

ditentukan berdasarkan pada ciri fisik litologi, letak geografis, posisi stratigrafi,

data-data lapangan dan prinsip kesebandingan terhadap stratigrafi regional daerah

penelitian serta hasil peneliti terdahulu dengan berlandaskan pada dominasi dan
kesamaan ciri fisik litologi yang dijumpai maupun pengamatan petrografis, serta

perbandingan terhadap lokasi tipe formasi yang disebandingkan.

Berdasarkan kesamaan ciri fisik, posisi stratigrafi, dan letak geografis

yang relatif dekat dengan lokasi tipe, maka satuan basalt dapat di sebandingkan

dengan basalt pada Formasi Lompobattang yang berumur plistosen dan

lingkungan pembentukannya pada kerak samudera.

4.2.1.5 Hubungan Stratigrafi

Hubungan litodemik Basalt dengan litodemik Andesit yang lebih muda

adalah kontak lelehan antara magma yang bersifat Basaltik dengan magma yang

bersifat Andesitik.

4.2.2 Litodem Andesit

Satuan Andesit merupakan satuan batuan yang terdapat pada daerah

penelitian. Pembahasan tentang satuan andesit meliputi uraian-uraian mengenai

dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi

karakteristik baik karakteristik megaskopis, lingkungan pembentukan, umur dan

hubungan antar litodem pada daerah penelitian.

4.2.2.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan satuan batuan ini yaitu berdasarkan pada nama geografi

dan ciri utama komposisi litologinya. Ciri utama komposisi yang dimaksud adalah

ciri umum yang mudah dikenal terutama di lapangan dan menggunakan bantuan

klasifikasi Fenton, 1940. Pada satuan litodemik ini disebut Litodem Andesit

Lompobattang.
4.2.2.2 Penyebaran dan Ketebalan

Penyebaran satuan andesit menempati sekitar 50% dari luas keseluruhan

daerah penelitian yang menyebar pada bagian barat daya daerah penelitian.

Ketebalan satuan ini pada daerah penelitian yaitu sekitar 650 meter.

4.2.2.3 Ciri Litologi

Satuan ini terdiri dari batuan andesit. Batuan ini dijumpai dengan

kenampakan lapangan yaitu dalam keadaan segar berwarna kelabu, dan dalam

keadaan lapuk berwarna cokelat. Memiliki struktur massif dengan tekstur batuan

yaitu Holokristalin dengan grafularitas Afanitik. Komposisi mineral pada batuan

ini yaitu Kuarsa, Piroksin, Hornblende, Biotit.

4.2.2.4 Lingkungan Pembentukan dan Umur

Penentuan lingkungan pembentukan dan umur dari satuan andesit

ditentukan berdasarkan pada ciri fisik litologi, letak geografis, posisi stratigrafi,

data-data lapangan dan prinsip kesebandingan terhadap stratigrafi regional daerah

penelitian serta hasil peneliti terdahulu dengan berlandaskan pada dominasi dan

kesamaan ciri fisik litologi yang dijumpai maupun pengamatan petrografis, serta

perbandingan terhadap lokasi tipe formasi yang disebandingkan.

Berdasarkan kesamaan ciri fisik, posisi stratigrafi, dan letak geografis

yang relatif dekat dengan lokasi tipe, maka satuan andesit dapat di sebandingkan

dengan andesit pada Formasi Lompobattang yang berumur plistosen dan

lingkungan pembentukannya pada kerak benua.


4.2.2.5 Hubungan Stratigrafi

Hubungan litodem andesit dengan litodem basalt yang lebih tua adalah

kontak lelehan antara magma yang bersifat andesitik dengan magma yang bersifat

basaltik dan hubungan litodem andesit dengan litodem trakit yang lebih muda

adalah kontak lelehan antara magma yang bersifat andesitik dengan magma yang

bersifat trakitik.

4.2.3 Litodem Trakit

Satuan Trakit merupakan satuan batuan yang terdapat pada daerah

penelitian. Pembahasan tentang satuan trakit meliputi uraian-uraian mengenai

dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi

karakteristik baik karakteristik megaskopis, lingkungan pembentukan, umur dan

hubungan antar litodem pada daerah penelitian.

4.2.3.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan satuan batuan ini yaitu berdasarkan pada nama geografi

dan ciri utama komposisi litologinya. Ciri utama komposisi yang dimaksud adalah

ciri umum yang mudah dikenal terutama di lapangan dan menggunakan bantuan

klasifikasi Fenton, 1940. Pada satuan litodemik ini disebut Litodem Trakit

Lompobattang.

4.2.3.2 Penyebaran dan Ketebalan

Penyebaran satuan trakit menempati sekitar 20% dari luas keseluruhan

daerah penelitian yang menyebar pada bagian barat daya daerah penelitian.

Ketebalan satuan ini pada daerah penelitian yaitu 225 meter.


4.2.3.3 Ciri Litologi

Satuan ini terdiri dari batuan trakit. Batuan ini dijumpai dengan

kenampakan lapangan yaitu dalam keadaan segar berwarna putih keabu-abuan

sampai abu-abu kehitaman, dalam keadaan lapuk berwarna cokelat. Memiliki

struktur massif dan tekstur batuan Holokristalin dengan granularitas Afanitik.

Komposisi mineral yaitu Sanidin, Plagioklas, Biotit.

4.2.3.4 Lingkungan Pembentukan dan Umur

Penentuan lingkungan pembentukan dan umur dari satuan trakit ditentukan

berdasarkan pada ciri fisik litologi, letak geografis, posisi stratigrafi, data-data

lapangan dan prinsip kesebandingan terhadap stratigrafi regional daerah penelitian

serta hasil peneliti terdahulu dengan berlandaskan pada dominasi dan kesamaan

ciri fisik litologi yang dijumpai maupun pengamatan petrografis, serta

perbandingan terhadap lokasi tipe formasi yang disebandingkan.

Berdasarkan kesamaan ciri fisik, posisi stratigrafi, dan letak geografis

yang relatif dekat dengan lokasi tipe, maka satuan trakit dapat di sebandingkan

dengan trakit pada Formasi Lompobattang yang berumur plistosen dan

lingkungan pembentukannya pada kerak benua.

4.2.3.5 Hubungan Stratigrafi

Hubungan litodemik Trakit dengan litodemik Andesit yang lebih tua

adalah kontak lelehan antara magma yang bersifat Trakitik dengan magma yang

bersifat Andesitik.
4.3 Perhiungan Ketebalan

Tb= Kontur Tertinggi – Kontur terendah

- Ketebalan Basalt = Kontur tertinggi – Kontur terendah

= 600 – 125

= 475 m

- Ketebalan Andesit = Kontur tertinggi – Kontur terendah

= 735 – 75

= 660 m

- Ketebalan Trakit = Kontur tertinggi – Kontur terendah

= 300 – 75

= 225 m
BAB V
SEJARAH GEOLOGI

Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada kala Plistosen dimana pada

lingkungan darat terjadi aktifitas vulkanik pada gunung api Lompobattang yaitu

letusan efusif yang mengeluarkan lelehan yang bersifat basaltik dan membentuk

Litodem Basalt Lompobattang.

Pada periode yang sama pula pada lingkungan darat terjadi aktifitas

vulkanik gunung api Lompobattang yaitu letusan efusif yang mengeluarkan

lelehan yang bersifat andesitik dan membentuk Litodem Andesit Lompobattang

yang kemudian mengalami kontak lelehan dengan litodem sebelumnya yaitu

Litodem Basalt Lompobattang. Kemudian pada periode yang sama pada

lingkungan darat terjadi kembali aktifitas vulkanik gunung api Lompobattang

yaitu letusan efusif yang mengeluarkan lelehan yang bersifat trakitik dan

membentuk Litodem Trakit Lompobattang yang kemudian mengalami kontak

lelehan dengan litodem sebelumnya yaitu Litodem Andesit Lompobattang.

Pada periode selanjutnya terjadi aktifitas tektonik berupa sesar yang

mengakibatkan rekahan akibat gaya yang berlanjut melebihi batas elastisitas maka

terjadi sesar geser yang sifatnya mengarah kekanan yaitu sesar geser (dextral)

dengan penciri sesar yang dijumpai berupa breksi sesar. Proses ini berlangsung

pada Post Plistosen.


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum dan dibuatnya laporan maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu:

1. Pembagian Satuan Litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan

beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan

bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologi. Batuan penyusunan Satuan

Litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum Superposisi dan kontaknya

dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif, intrusif, metamorfosa

atau tektonik.

2. Adapun satuan batuan yang dijumpai pada daerah penelitian yaitu tiga

satuan batuan dengan umur dari muda ketua berturut – turut sebagai

berikut:

 Satuan Trakit Lompobattang, batuan ini dijumpai dengan kenampakan

lapangan yaitu dalam keadaan segar berwarna putih keabu-abuan

sampai abu-abu kehitaman, dalam keadaan lapuk berwarna cokelat.

Memiliki struktur massif dan tekstur batuan Holokristalin dengan

granularitas Afanitik. Komposisi mineral yaitu Sanidin, Plagioklas,

Biotit. Menempati sekitar 20% dari luas keseluruhan daerah penelitian.

 Satuan Andesit Lompobattang, batuan ini dijumpai dengan

kenampakan lapangan yaitu dalam keadaan segar berwarna kelabu, dan

dalam keadaan lapuk berwarna cokelat. Memiliki struktur massif


dengan tekstur batuan yaitu Holokristalin dengan grafularitas Afanitik.

Komposisi mineral pada batuan ini yaitu Kuarsa, Piroksin, Hornblende,

Biotit. Menempati sekitar 50% dari luas keseluruhan wilayah peneliian.

 Satuan Basalt Lompobattang, batuan ini dijumpai dengan kenampakan

lapangan yaitu dalam keadaan segar berwarna abu-abu kehitaman

sampai kehijauan dan dalam keadaan lapuk berwarna cokelat. Struktur

batuan yaitu massif dengan tekstur batuan Hipokristalin dengan

granularitas Faneritik-Afanitik. Komposisi mineral yaitu Biotit,

Plagioklas, Hornblende, Piroksin. Menempati sekiat 30% dari luas

keseluruhan wilayah penelitian.

3. Berdasarkan penarikan sayatan geologi dan pengukuran ketebalan, maka

dihasilkan perhitungan ketebalan dari masing – masing litologi yaitu pada

satuan basalt dengan tebal 475 meter, satuan andesit dengan tebal 660

meter dan satuan trakit dengan tebal 225 meter.

6.2 Saran

Saran saya pada praktikum kali ini adalah tetap memperhatikan protokol

kesehatan mengingat adanya wabah covid-19 dan juga karena itu membuat tidak

optimal semua kegiatan perkuliahan sehingga kurangnya pemahaman dari

praktikan, saran saya agar asisten lebih sabar lagi dalam membimbing praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Asisten Prinsip Stratigrafi. 2021. Penuntun Praktikum Prinsip Stratigrafi.


Gowa: Laboratorium prinsip stratigrafi, Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
IAGI,1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Jakarta: IAGI Indonesia.

Noor, Djauhari.2010. Pengantar Geologi. Bogor : PT. Graha Ilmu

Noor, Djauhari.2012. Pengantar Geologi. Bogor : PT. Graha Ilmu


L

Anda mungkin juga menyukai