Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III : FILUM PORIFERA DAN FILUM COELENTERATA

LAPORAN

OLEH :
RENDRA SATRIA RAHARJA
D061191106

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi berasal dari kata geo dan logos. geo yang berarti bumi
dan logos yang berarti pengertian. Secara etimologi, geologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari lapisan lapisan batuan yang berada di dalam bumi
beserta susunannya. Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berhubungan
dengan bumi, meneliti sejarahnya dengan kehidupan yang ada, susunan
keraknya,bangun dalamnya, berbagai gaya yang bekerja padanya, dan evolusi
yang dialaminya. Geologi sendiri memiliki cukup banyak cabang ilmu mulai dari
yang mempelajari apa yang ada di bumi saat ini maupun pada masa lampau. Salah
satunya adalah paleontologi
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang
biasanya dengan mempelajari fosil-fosilnya. Paleontologi mempelajari fosil
makhluk hidup untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang
zaman purba. Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil
sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam fosil. Fosil adalah sisa
kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan terekam pada bahan-bahan
dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang, jejak
atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Pada
praktikum paleontologi kali ini, kita akan mempelajari lebih lanjut apa yang
dimaksud fosil serta proses-proses pemfosilan dengan tujuan agar kita dapat
memahami dengan baik apa itu fosil sebagai dasar dari paleontologi.
Praktikum paleontologi kali ini dalam acara filum porifera dan
coelenterata di lakukan agar nantinya praktikan mampu membedakan fosil-fosil
yang termasuk kedalam filum ini dengan menganalisis ciri-ciri, bentuk, kelas,
ordo, proses pemfosilan beserta lingkungan pengendapannya dan proses
pemunculan fosil kepermukaan.
1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Peserta dapat mengetahui ciri-ciri dari filum porifera dan coelenterata
2. Peserta dapat mengetahui klasifikasi dari filum porifera dan coelenterata
1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai filum porifera dan coelenterata
2. Dapat mendeskripsikan fosil dari filum porifera dan coelenterata
3. Dapat mengklasifikasi filum porifera dan coelenterata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Porifera

Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat
primitif yang hidup di alam. Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang
berarti lubang kecil atau pori dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera
dapat diartikan hewan yang memiliki pori pada struktur tubuhnya, diplobastik,
simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri. Fase dewasa
bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang di air tawar
(Kusnadi, 2011). Tubuh Porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler,
artinya tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerja secara mandiri. Porifera
dikenal juga sebagai hewan berpori. Dibanding dengan Protozoa maka susunan
tubuh porifera lebih komplek. Tubuh Porifera tidak lagi terdiri atas satu sel
malainkan telah tersusun atas banyak sel. Berdasarkan sejarah embrionalnya dan
ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Porifera beberapa ahli memasukan Porifera ke
dalam kelompok Parazoa atau hewan sampingan.. (Satino, 2011).

2.1.1 Ciri-ciri Porifera

Ciri-ciri umum filum porifera adalah sebagai berikut:


1. Bersifat multisel, ukurannya sangat bervariasi
2. Tidak mempunyai mulut, tetapi berpori. Air masuk melalui kanal menuju
suatu ruang yang disebut spongocoel dan keluar melalui lubangbesar yang
disebut osculum
3. Tubuh tidak mempunyai jaringan tipis yang permanen, pencernaan
interselluler, pembuangan dan pernafasan difusi
4. Tidak mempunyai sistem syaraf
5. Hidup secara sessile, berkembang biak seksual dan aseksual ( berkuncup
dan membelah diri )
6. Hidup di air terutama di laut.
( Asisten Paleontologi, 2020 )
2.1.2 Dasar Pembagian Kelas

Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi


empat kelas, yaitu Calcarea, Hexactinellida,dan Demospongiae, Sclerospongea.
1. Calcarea
Rangka tubuh calcarea tersusun dari kalsium karbonat. Umumnya calcarea
sangat kecil, hanya memiliki tinggi sekitar 34 inci. Umumnya ditemukan di
laut dangkal, tetapi beberapa spesies dapat hidup di lingkngan laut pada
kedalaman 4000 kai. Kelas calcarea memiliki 2 ordo, yaitu ordo homocoela,
dan ordo heterocoela.
2. Hexactinellida
Rangka tubuh kelas ini tersusun dari silica, terkadang disebut dengan spons
gelas. Umumnyamereka ditemukan hidup secara individu dengan bentuk
silinder atau seperti vas bunga. Semua spons gelas hidup di laut dalam.
3. Demospongia
Kelas ini merupakan yang paling sering dijumpai karena penyebarannya
yang luas, hampir dari 90% filum porifera berasal dari kelas ini.
Demospongia tidak memiliki rangka. Demospongia memiliki bahan
penyusun rangka pospat.
4. Sclerospongea
Spons ini tersusun dari kalsium karbonat dan silica, termasuk dalam tipe
spons koral. Ada beberapa spesies moderd seperti Sclerospongia sp.yang
dijumpai di India Barat.

2.1.3 Manfaat Porifera

Adapun beberapa kegunaan fosil porifera dalam bidang geologi, yaitu fosil
ini penting untuk penentua lingkungan sedimentasi bauan yang mengandungnya,
contohnya Keratosa dan Calcarea dijumpai pada aut dangkal.
3.1 Filum Coelenterata

Coelenterata sering disebut hewan berongga. Istilah Coelenterata diambil


dari bahasa Yunani coilos=rongga, enteron=usus. Gabungan istilah tersebut tidak
diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, tetapi cukup disebut hewan
berongga. Pemberian hewan berongga sebetulnya tidak tepat
karena Coelenterata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh
sebenarnya (acoelomata), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang
disebut coelenteron (rongga gastrovaskuler, rongga tempat terjadinya pencernaan
dan pengedaran sari-sari makanan).

3.1.1 Ciri-ciri Coelenterata

Ciri-ciri umum filum coelenterata adalah sebagai berikut:

1. Struktur tubuh diploblastik, terdiri atas : lapisan luar (ektoderm) berfungsi


untuk melindungi tubuh dan sensasi, dan lapisan dalam (endoderm/
gastrodermis), berfungsi sebagai alat sekresi dan pencernaan makanan. Di
antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Lapisan mesoglea
bersifat non seluler seperti agar-agar dan berfungsi sebagai tempat lalu
lintasnya serabut saraf.
2. Punya mulut, dikelilingi tentakel
3. Bersel banyak, simetri radial
4. Sistem pencernaan makanan dilakukan secara intrasel dan ektrasel.
5. Hidupnya bersifat polymorphise atau metagenesis, terdiri atas bentuk
polip dan mendusa.
6. Jenis kelamin: monoecius atau dioecius, larvanya disebut planula.
7. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel epiteliomuskuler yang terdapat pada
lapisan ektoderm dan pada bagian dasar gastodermis.

3.1.2 Dasar Pembagian Kelas

Berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya,


filum Coelenterata dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Hydrozoa, Scyphozoa,
dan Anthozoa. Kelas Hydrozoa memiliki bentuk polip dan medusa, pada Kelas
Scyphozoa tipe medusa lebih dominan, sedangkan pada Kelas Anthozoa hanya
memiliki tipe polip saja. Berikut uraian masing-masing kelas tersebut.
1. Kelas Hydrozoa

Hydrozoa merupakan kelas dari Filum Coelenterata. Hydrozoa berasal dari


bahasa Yunani, “hydro” artinya air, “zoon” artinya hewan sebagian besar hidup di
laut, hanya sebagian spesies yang hidup di air tawar. Kelas Hydrozoa berasal dari
kata hydra, artinya hewan yang berbentuk seperti ular. Umumnya berbentuk
soliter atau berkoloni. Soliter berbentuk polip dan koloni berbentuk polip dan
medusa. Lebih sering ditemukan dalam bentuk koloni polip sedangkan dalam
bentuk medusa jarang banyak ditemukan. Contohnya hydra.

2. Kelas Schypozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki
bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa
dikenal dengan ubur-ubur. Semuanya hidup di laut, terdapat 200 spesies. Pada
kelas ini, medusa dapat bertahan lebih lama. Medusanya hidup di antara plankton
sebagai ubur-ubur. Sebagian besar hewan dari kelas ini hidup di pantai dalam
bentuk polip selama hidupnya. Contohnya Aurelia aurita.

3. Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, anthos = bunga, zoon = hewan
merupakan hewan laut yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup
sebagai polip soliter atau berkoloni dan tidak memiliki bentuk medusa. Ada
Anthozoa yang membentuk rangka dalam atau rangka luar dari zat kapur, namun
ada pula yang tidak membentuk rangka. Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa
bersekat-sekat dan mengandung nematosista.
Sel epitelial cnidaria pembangun koral mengeluarkan dinding kalsium
karbonat (CaCO3) dimana polip menyembunyikan dirinya. Senyawa yang
dikeluarkan polip inilah yang menjadi terumbu karang. Kelas anthozoa terdiri atas
6.100 spesies. Anthozoa meliputi anemon laut, koral batu, koral tanduk, bulu laut
atau pena laut.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tahapan Praktikum

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. HCL
2. Lap Kasar
3. Lap Halus
4. Lembar kerja praktikum
5. Buku penuntun
6. Alat tulis menulis

1.2 Tahapan Dalam Praktikum

Adapun tahan praktikum yang dilakukan pada praktikum filum porifera


adalah sebagai berikut:

1.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan pendahuluan, praktikan melaksanakan asistensi cara dimana


pada asistensi acara tersebut praktikan diberikan materi dasar sebagai pengenalan
awal mengenai praktikum yang akan dilaksanakan. Pada tahapanini pula dibahas
juga hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mengikuti praktikum tersebut seperti
alat dan bahan yang digunakan serta pemberian tugas pendahuluan.

1.2.2 Tahapan Praktikum

Pada tahapan ini, praktikan melakukan response tulis dengan diberi soal-
soal sehubungan dengan materi yang akan dilaksanakan pada praktikum tersebut
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki praktikan terhadap
praktikum yang akan dilaksanakan. Setelah melakukan response umum, kegiatan
praktikum dilakukan dengan melakukakan pengambilan data melalui pengamatn
terhadap sampel fosil yang diberikan yang dituliskan pada lembar kerja.

1.2.3 Tahapan Analisis Data

Pada tahapan ini, praktikan melakukan analisi data yang telah di ambil pada
tahapan sebelumnya yang kemudian dikembangkan untuk pembuatan laporan
sebagai hasil dari praktikum tersebut.

3.2.4 Tahapan Pembuatan Laporan

Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan analisis data yang
telah kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan lengkap praktikum.
Adapun diagram alur tahapan praktikum, sebagai berikut :

Gambar 3.1 Diagram alur tahapan praktikum


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan


Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan deskripsi pada fosil porifera
dan coelenterate adalah sebagai berikut :

1. Fosil 942

Gambar 4.1 Zaphrentoides delanoues EDW & H.

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Zaphrentoidesidae, genus Zaphrentoides dan dengan nama spesies
Zaphrentoides delanoues EDW & H.

Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami penguraian dan
terbebas dari materi pembusuk maka organisme ini akan mengalami transportasi
oleh air, angin, atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap
material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah
batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk
dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi . Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.

Fosil ini berumur Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun yang Lalu). Bentuk
fosil berupa Tabular yang bentuknya seperti tabung. Komposisi kimia berupa
silicaan sehingga lingkungan pengendapannya berada di laut dalam. Bentuk tubuh
berupa Calix, Oral Opening dan Oral Disk.

2. Fosil 1643

Gambar 4.2 Hyalatragos rugosum (MSTR).

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Heterocoela,
famili Hyalatragosidae, genus Hyalatragos, dan dengan nama spesies Hyalatragos
rugosum (MSTR).

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.

Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa


tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Umur fosil tersebut adalah Jura Atas (±160-142 Juta Tahun yang Lalu).
Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk kerucut. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test, Ostium dan Holdfast

3. Fosil 841

Gambar 4.3 Hellophyllum halli EDW. H.

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Hellophyllumidae genus Hellophyllum, dan dengan nama spesies
Hellophyllum halli EDW. H.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.

Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Umur dari fosil tersebut adalah Devonian Tengah (±370-361 Juta Tahun
yang Lalu). Bentuk fosil berupa Conical atau berbentuk kerucut. Komposisi kimia
berupa karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh yaitu, Oral Opening, Oral Disk, Hipostoma dan Enteron
4. Fosil 887

Gambar 4.4 Caninia Corcoppiae NICH.

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Caninianidae, genus Caninia, dan dengan nama spesies Caninia Corcoppiae
NICH.

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.

Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa


tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Umur fosil tersebut adalah Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun yang
Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular atau seperti tabung. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa . Oral Opening, Hipostoma, Oral Disk, Enteron dan Eksoskeleton

5. Fosil 157

Gambar 4.5 Porpites porpita L.

Fosil ini berasal dari filum Colenterata, kelas Anthozoa, ordo


Cystiphyllida, famili Porpitesidae, genus Porpites, dan dengan nama spesies
Porpites porpita.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut berumur Ordovisian Tengah (±501-451 Juta Tahun). Fosil
ini berbentuk Discoidal yaitu bentuk tubuhnya memiliki ruas-ruas. Memiliki
komposisi kimia berupa karbonatan dimana lingkungan pengendapan laut
dangkal. Bagian tubuh berupa Oral Disk dan Oral Opening

6. FOSIL 816

Gambar 4.6 Vertucilina tenuis.

Fosil ini berasal dari Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Homocoela, famili Vertucilinanidae, genus Vertucilina, dan dengan nama
spesies Vertucilina tenuis.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Kapur Atas (±100-66 Juta Tahun yang Lalu).
Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk kerucut. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test dan Holdfast

7. Fosil 395

Gambar 4.7 Cyathopuhyllum dinanthus GOLDF.

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Cyathopuhyllumidae, genus Cyathopuhyllum dan dengan nama spesies
Cyathopuhyllum dinanthus GOLDF.

Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami penguraian dan
terbebas dari materi pembusuk maka organisme ini akan mengalami transportasi
oleh air, angin, atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap
material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah
batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk
dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi . Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.

Fosil tersebut berumur Devon Tengah (±290-281 Juta Tahun yang Lalu).
Bentuk fosil berupa Tabular, yang bentuknya seperti tabung. Memiliki komposisi
kimia berupa karbonatan, dimana lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh berupa Calix, Oral Opening, Oral Disk dan Hipostoma

8. Fosil 266

Gambar 4.8 Triplasma loveni (EDW & H)


Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo
Cystiphyllida, family Tryplasmanidae, genus Triplasma, dan dengan nama spesies
Triplasma loveni (EDW & H)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.

Fosil ini berumur Silur (±450-435 Juta Tahun yang Lalu). Berbentuk
tabular. Komposisi kimia yaitu karbonatan dimana lingkungan pengendapan
berasal dari daerah laut dangkal. Bagian tubuh terdiri dari Test, Calix, Oral
Opening, Oral Disk.

9. Fosil 1652

Gamabar 4.9 Stellispongla glomerat Q .

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Calcaronea,
family Stellisponglanidae, genus Stellispongla , dan dengan nama spesies
Stellispongla glomerat Q .
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.

Fosil ini berumur Jura Atas (±160-142 Juta Tahun yang Lalu). Berbentuk
Branching, yaitu bentuknya yang bercabang. Komposisi kimia yaitu Silicaan
dimana lingkungan pengendapan berasal dari daerah laut dalam. Bagian tubuh
terdiri dari Test, Holdfast, dan Ostium.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum kali ini, adapun kesimpulan yang


didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Ciri-ciri dari filum porifera dan coelenterate yait :


Ciri-ciri umum filum porifera adalah sebagai berikut:
1. Bersifat multisel, ukurannya sangat bervariasi
2. Tidak mempunyai mulut, tetapi berpori. Air masuk melalui kanal
menuju suatu ruang yang disebut spongocoel dan keluar melalui
lubangbesar yang disebut osculum
3. Tubuh tidak mempunyai jaringan tipis yang permanen, pencernaan
interselluler, pembuangan dan pernafasan difusi
4. Tidak mempunyai sistem syaraf
5. Hidup secara sessile
6. Hidup di air terutama di laut

Ciri-ciri umum filum coelenterata adalah sebagai berikut:


1. Bersel banyak, simetri radial
2. Sistem pencernaan makanan dilakukan secara intrasel dan ektrasel.
3. Hidupnya bersifat polymorphise atau metagenesis, terdiri atas bentuk
polip dan mendusa.
4. Jenis kelamin: monoecius atau dioecius, larvanya disebut planula.

2. Adapun klasifikasi porifea adalah sebagai berikut :


a) Kelas Calcarea
b) Kelas Hexactinellida
c) Kelas Demospongia
d) Kelas Sclerospongea
Adapun klasifikasi Colenterata adalah sebagai berikut :
e) Kelas Anthozoa
f) Kelas Scyphozoa
g) Kelas Hydrozoa

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini antara lain :

5.2.1 Untuk Laboratorium

1. Menggunakan ruangan yang lebih besar.


2. Sebaiknya jam praktikum tidak bertabrakan dengan waktu sholat.

4.2.2 Untuk Asisten

1. Mempertahankan sifatnya yang ramah kepada praktikan.


2. Mempertahankan cara mengajarnya
DAFTAR PUSTAKA

Kusnadi. 2014. Mollusca vs Echinodermata vs Arthropoda. Bandung: UPI

Satino. 2008.Handout Limnologi. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY

Setiawan, S. 2019. Pengertian Coelenterata, Ciri-ciri, Klasifikasi.


https://www.gurupendidikan.co.id/penjelasan-coelenterata/. Diakses
pada 12 Maret 2020 pukul 09.06 WITA.

Tim Asisten. 2020. Penuntun Praktikum Paleontologi. Gowa : Laboratorium


Paleontologi, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin.
L

N
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Stauriida
Zaphrentoidesida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
GENUS Zaphrentoides
Kamis, 12-03-2020 17:00 MUH.FAJRUL
Zaphrentoides
SPESIE
delanoues EDW
NO. PERAGA : 942 S
&H
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Ekseskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
4. Calix
5. Hipostoma

PROSES PEMFOSILAN Mineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Silika
UMUR Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Stauriida, famili Zaphrentoidesidae, genus
Zaphrentoides dan dengan nama spesies Zaphrentoides
delanoues EDW & H.
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami
penguraian dan terbebas dari materi pembusuk maka
organisme ini akan mengalami transportasi oleh air, angin,
atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten
terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun
yang Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular yang bentuknya
seperti tabung. Komposisi kimia berupa silika sehingga
lingkungan pengendapannya berada di laut dalam. Bentuk
tubuh berupa Calix, Oral Opening, Oral Disk dan Hipostoma

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Calcarea
ORDO Heterocoela

FAMILI Hyalatragosidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hyalatragos
Kamis, 12-03-2020 17:05 MUH. FAJRUL
Hyalatragos
SPESIE
rugosum
NO. PERAGA : 1643 S
(MSTR)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
3. Holdfast

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Jura Atas (±160-142 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Heterocoela, famili Hyalatragosidae, genus Hyalatragos,
dan dengan nama spesies Hyalatragos rugosum (MSTR).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Jura Atas (±160-142 Juta
Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa conical atau bentuk
yang menyerupai kerucut Komposisi kimia berupa karbonatan
sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal.
Bagian tubuh berupa Test, Ostium dan Holdfast.
CATATAN: PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Stauriida
Hellophyllumid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Hellophyllum
Kamis, 12-03-2020 17:27 MUH.FAJRUL
Hellophyllum
SPESIES
NO. PERAGA :841 halli EDW. H
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Ekseskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
4. Calix
5. Enteron
6. Hipostoma

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Devon Tengah (±370-361 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Stauriida, famili Hellophyllumidae genus
Hellophyllum, dan dengan nama spesies Hellophyllum halli
EDW. H.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi, dimana terdapat proses perubahan mineral
penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika (SiO2), kalsium
karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya
proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur dari fosil tersebut adalah Devonian Tengah (±370-361
Juta Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Conical atau
berbentuk kerucut. Komposisi kimia berupa karbonatan
sehingga lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh yaitu, Oral Opening, Oral Disk, Hipostoma dan
Enteron.

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Anthozoa
ORDO Rugosa

FAMILI Caninianidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Caninia
Kamis, 12-03-2020 17:15 MUH.FAJRUL
Caninia
SPESIE
Corcoppiae
NO. PERAGA : 809 S
NICH
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton
2. Calix
3. Enteron
4. Oral Disk
5. Oral Opening

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Stauriida, famili Caninianidae, genus Caninia,
dan dengan nama spesies Caninia Corcoppiae NICH.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Karbon Bawah (±345-319
Juta Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular atau
seperti tabung. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga
lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa . Oral Opening, Hipostoma, Oral Disk, Enteron
dan Eksoskeleton.

CATATAN: PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Cystiphyllida

FAMILI Porpitasidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Porpitas
Kamis, 12-03-2020 17:20 MUH.FAJRUL
Porpitas
SPESIES
NO. PERAGA : 157 porpita L
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Plate
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Silur (±435-423 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Colenterata, kelas Anthozoa,
ordo Cystiphyllida, famili Porpitesidae, genus Porpites, dan
dengan nama spesies Porpites porpita.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut berumur Ordovisian Tengah (±501-451 Juta
Tahun). Fosil ini berbentuk plate yaitu bentuk tubuhnya
menyerupai piring. Memiliki komposisi kimia berupa
karbonatan dimana lingkungan pengendapan laut dangkal.
Bagian tubuh berupa Oral Disk dan Oral Opening

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Calcarea
ORDO Homocoela
Vertucilinanida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
GENUS Vertucilina
Kamis, 12-03-2020 17:25 MUH.FAJRUL
SPESIE Vertucilina
NO. PERAGA : 816 S tenuis
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Spongocole
3. Holdfast

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Kapur Atas (±100-66 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari Fosil ini berasal dari filum
Porifera, kelas Calcarea, ordo Homocoela, famili
Vertucilinanidae, genus Vertucilina, dan dengan nama spesies
Vertucilina tenuis.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Kapur Atas (±100-66 Juta
Tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk
kerucut. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga
lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test dan Holdfast.
CATATAN: PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Stauriida
Cyathophyllumid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Cyathophyllum
Kamis, 12-03-2020 17:40 MUH.FAJRUL
Cythophyllum
SPESIES Dinantus
NO. PERAGA : 942 GOLDF
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Ekseskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
4. Calix
5. Enteron
6. Hipostoma

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Karbon Bawah (±370-359 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Stauriida, famili Cythophyllumidae, genus
Cythophyllum dan dengan nama spesies Cythophyllum
Dinantus GOLDF
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami
penguraian dan terbebas dari materi pembusuk maka
organisme ini akan mengalami transportasi oleh air, angin,
atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten
terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Devon Tengah (±370-359 Juta Tahun
yang Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular yang bentuknya
seperti tabung. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga
lingkungan pengendapannya berada di laut dangkal. Bentuk
tubuh berupa Calix, Oral Opening, Oral Disk dan Hipostoma
.

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Cystiphyllida

FAMILI Tryplasmanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Triplasma
Kamis, 12-03-2020 17:29 MUH.FAJRUL
Triplasma
SPESIES loveni (EDW &
NO. PERAGA : 266
H)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
4. Enteron
5. Calix
6. Hipostoma

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Tabular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Silur (±435-425 Juta Tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas
Anthozoa, ordo Cystiphyllida, family Tryplasmanidae, genus
Triplasma, dan dengan nama spesies Triplasma loveni (EDW
& H)
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami
penguraian dan terbebas dari materi pembusuk maka
organisme ini akan mengalami transportasi oleh air, angin,
atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten
terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut berumur Silur (±435-425 Juta Tahun)
Bentuk fosil berupa Tabular, yang bentuknya seperti tabung.
Memiliki komposisi kimia berupa karbonatan, dimana
lingkungan pengendapan berada di laut dangkal. Bagian tubuh
berupa Calix, Oral Opening, Oral Disk dan Hipostoma

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Calcarea
ORDO Calcaronea
Stellisponglanid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Stellispongla
Kamis, 12-03-2020 17:15 MUH.FAJRUL
SPESIE Stellispongla
NO. PERAGA : 809 S glomerat Q
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
3. Holdfast

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Branching
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Jura Atas (±160-142 Juta Tahun yang Lalu)
LINGKUNGAN Laut Dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Calcaronea, family Stellisponglanidae, genus
Stellispongla , dan dengan nama spesies Stellispongla
glomerat Q .
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Jura Atas (±160-142 Juta Tahun
yang Lalu). Berbentuk Branching, yaitu bentuknya yang
bercabang. Komposisi kimia yaitu Silika dimana lingkungan
pengendapan berasal dari daerah laut dalam. Bagian tubuh
terdiri dari Test, Holdfast, dan Ostium.
CATATAN: PARAF

Anda mungkin juga menyukai