UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III : FILUM PORIFERA DAN FILUM COELENTERATA
LAPORAN
OLEH :
RENDRA SATRIA RAHARJA
D061191106
GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Geologi berasal dari kata geo dan logos. geo yang berarti bumi
dan logos yang berarti pengertian. Secara etimologi, geologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari lapisan lapisan batuan yang berada di dalam bumi
beserta susunannya. Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berhubungan
dengan bumi, meneliti sejarahnya dengan kehidupan yang ada, susunan
keraknya,bangun dalamnya, berbagai gaya yang bekerja padanya, dan evolusi
yang dialaminya. Geologi sendiri memiliki cukup banyak cabang ilmu mulai dari
yang mempelajari apa yang ada di bumi saat ini maupun pada masa lampau. Salah
satunya adalah paleontologi
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang
biasanya dengan mempelajari fosil-fosilnya. Paleontologi mempelajari fosil
makhluk hidup untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang
zaman purba. Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil
sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam fosil. Fosil adalah sisa
kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan terekam pada bahan-bahan
dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang, jejak
atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Pada
praktikum paleontologi kali ini, kita akan mempelajari lebih lanjut apa yang
dimaksud fosil serta proses-proses pemfosilan dengan tujuan agar kita dapat
memahami dengan baik apa itu fosil sebagai dasar dari paleontologi.
Praktikum paleontologi kali ini dalam acara filum porifera dan
coelenterata di lakukan agar nantinya praktikan mampu membedakan fosil-fosil
yang termasuk kedalam filum ini dengan menganalisis ciri-ciri, bentuk, kelas,
ordo, proses pemfosilan beserta lingkungan pengendapannya dan proses
pemunculan fosil kepermukaan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Peserta dapat mengetahui ciri-ciri dari filum porifera dan coelenterata
2. Peserta dapat mengetahui klasifikasi dari filum porifera dan coelenterata
1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai filum porifera dan coelenterata
2. Dapat mendeskripsikan fosil dari filum porifera dan coelenterata
3. Dapat mengklasifikasi filum porifera dan coelenterata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat
primitif yang hidup di alam. Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang
berarti lubang kecil atau pori dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera
dapat diartikan hewan yang memiliki pori pada struktur tubuhnya, diplobastik,
simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri. Fase dewasa
bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang di air tawar
(Kusnadi, 2011). Tubuh Porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler,
artinya tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerja secara mandiri. Porifera
dikenal juga sebagai hewan berpori. Dibanding dengan Protozoa maka susunan
tubuh porifera lebih komplek. Tubuh Porifera tidak lagi terdiri atas satu sel
malainkan telah tersusun atas banyak sel. Berdasarkan sejarah embrionalnya dan
ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh Porifera beberapa ahli memasukan Porifera ke
dalam kelompok Parazoa atau hewan sampingan.. (Satino, 2011).
Adapun beberapa kegunaan fosil porifera dalam bidang geologi, yaitu fosil
ini penting untuk penentua lingkungan sedimentasi bauan yang mengandungnya,
contohnya Keratosa dan Calcarea dijumpai pada aut dangkal.
3.1 Filum Coelenterata
2. Kelas Schypozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki
bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa
dikenal dengan ubur-ubur. Semuanya hidup di laut, terdapat 200 spesies. Pada
kelas ini, medusa dapat bertahan lebih lama. Medusanya hidup di antara plankton
sebagai ubur-ubur. Sebagian besar hewan dari kelas ini hidup di pantai dalam
bentuk polip selama hidupnya. Contohnya Aurelia aurita.
3. Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, anthos = bunga, zoon = hewan
merupakan hewan laut yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup
sebagai polip soliter atau berkoloni dan tidak memiliki bentuk medusa. Ada
Anthozoa yang membentuk rangka dalam atau rangka luar dari zat kapur, namun
ada pula yang tidak membentuk rangka. Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa
bersekat-sekat dan mengandung nematosista.
Sel epitelial cnidaria pembangun koral mengeluarkan dinding kalsium
karbonat (CaCO3) dimana polip menyembunyikan dirinya. Senyawa yang
dikeluarkan polip inilah yang menjadi terumbu karang. Kelas anthozoa terdiri atas
6.100 spesies. Anthozoa meliputi anemon laut, koral batu, koral tanduk, bulu laut
atau pena laut.
BAB III
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. HCL
2. Lap Kasar
3. Lap Halus
4. Lembar kerja praktikum
5. Buku penuntun
6. Alat tulis menulis
Pada tahapan ini, praktikan melakukan response tulis dengan diberi soal-
soal sehubungan dengan materi yang akan dilaksanakan pada praktikum tersebut
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki praktikan terhadap
praktikum yang akan dilaksanakan. Setelah melakukan response umum, kegiatan
praktikum dilakukan dengan melakukakan pengambilan data melalui pengamatn
terhadap sampel fosil yang diberikan yang dituliskan pada lembar kerja.
Pada tahapan ini, praktikan melakukan analisi data yang telah di ambil pada
tahapan sebelumnya yang kemudian dikembangkan untuk pembuatan laporan
sebagai hasil dari praktikum tersebut.
Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan analisis data yang
telah kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan lengkap praktikum.
Adapun diagram alur tahapan praktikum, sebagai berikut :
1. Fosil 942
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Zaphrentoidesidae, genus Zaphrentoides dan dengan nama spesies
Zaphrentoides delanoues EDW & H.
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami penguraian dan
terbebas dari materi pembusuk maka organisme ini akan mengalami transportasi
oleh air, angin, atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap
material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah
batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk
dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi . Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun yang Lalu). Bentuk
fosil berupa Tabular yang bentuknya seperti tabung. Komposisi kimia berupa
silicaan sehingga lingkungan pengendapannya berada di laut dalam. Bentuk tubuh
berupa Calix, Oral Opening dan Oral Disk.
2. Fosil 1643
Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Heterocoela,
famili Hyalatragosidae, genus Hyalatragos, dan dengan nama spesies Hyalatragos
rugosum (MSTR).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Umur fosil tersebut adalah Jura Atas (±160-142 Juta Tahun yang Lalu).
Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk kerucut. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test, Ostium dan Holdfast
3. Fosil 841
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Hellophyllumidae genus Hellophyllum, dan dengan nama spesies
Hellophyllum halli EDW. H.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur dari fosil tersebut adalah Devonian Tengah (±370-361 Juta Tahun
yang Lalu). Bentuk fosil berupa Conical atau berbentuk kerucut. Komposisi kimia
berupa karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh yaitu, Oral Opening, Oral Disk, Hipostoma dan Enteron
4. Fosil 887
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Caninianidae, genus Caninia, dan dengan nama spesies Caninia Corcoppiae
NICH.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Umur fosil tersebut adalah Karbon Bawah (±345-319 Juta Tahun yang
Lalu). Bentuk fosil berupa Tabular atau seperti tabung. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa . Oral Opening, Hipostoma, Oral Disk, Enteron dan Eksoskeleton
5. Fosil 157
6. FOSIL 816
Fosil ini berasal dari Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea,
ordo Homocoela, famili Vertucilinanidae, genus Vertucilina, dan dengan nama
spesies Vertucilina tenuis.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Kapur Atas (±100-66 Juta Tahun yang Lalu).
Bentuk fosil berupa Conical atau bentuk kerucut. Komposisi kimia berupa
karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berasal dari laut dangkal. Bagian
tubuh berupa Test dan Holdfast
7. Fosil 395
Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stauriida,
famili Cyathopuhyllumidae, genus Cyathopuhyllum dan dengan nama spesies
Cyathopuhyllum dinanthus GOLDF.
Pada saat organisme ini mati kemudian tidak mengalami penguraian dan
terbebas dari materi pembusuk maka organisme ini akan mengalami transportasi
oleh air, angin, atau es ke daerah cekungan. Selama transportasi, material-material
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap
material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah
batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk
dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi . Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil tersebut berumur Devon Tengah (±290-281 Juta Tahun yang Lalu).
Bentuk fosil berupa Tabular, yang bentuknya seperti tabung. Memiliki komposisi
kimia berupa karbonatan, dimana lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh berupa Calix, Oral Opening, Oral Disk dan Hipostoma
8. Fosil 266
Fosil ini berumur Silur (±450-435 Juta Tahun yang Lalu). Berbentuk
tabular. Komposisi kimia yaitu karbonatan dimana lingkungan pengendapan
berasal dari daerah laut dangkal. Bagian tubuh terdiri dari Test, Calix, Oral
Opening, Oral Disk.
9. Fosil 1652
Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas Calcarea, ordo Calcaronea,
family Stellisponglanidae, genus Stellispongla , dan dengan nama spesies
Stellispongla glomerat Q .
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Fosil ini berumur Jura Atas (±160-142 Juta Tahun yang Lalu). Berbentuk
Branching, yaitu bentuknya yang bercabang. Komposisi kimia yaitu Silicaan
dimana lingkungan pengendapan berasal dari daerah laut dalam. Bagian tubuh
terdiri dari Test, Holdfast, dan Ostium.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
N
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Stauriida
Zaphrentoidesida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
GENUS Zaphrentoides
Kamis, 12-03-2020 17:00 MUH.FAJRUL
Zaphrentoides
SPESIE
delanoues EDW
NO. PERAGA : 942 S
&H
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Ekseskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
4. Calix
5. Hipostoma
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Calcarea
ORDO Heterocoela
FAMILI Hyalatragosidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hyalatragos
Kamis, 12-03-2020 17:05 MUH. FAJRUL
Hyalatragos
SPESIE
rugosum
NO. PERAGA : 1643 S
(MSTR)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
3. Holdfast
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Anthozoa
ORDO Rugosa
FAMILI Caninianidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Caninia
Kamis, 12-03-2020 17:15 MUH.FAJRUL
Caninia
SPESIE
Corcoppiae
NO. PERAGA : 809 S
NICH
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton
2. Calix
3. Enteron
4. Oral Disk
5. Oral Opening
CATATAN: PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Cystiphyllida
FAMILI Porpitasidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Porpitas
Kamis, 12-03-2020 17:20 MUH.FAJRUL
Porpitas
SPESIES
NO. PERAGA : 157 porpita L
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Calcarea
ORDO Homocoela
Vertucilinanida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
GENUS Vertucilina
Kamis, 12-03-2020 17:25 MUH.FAJRUL
SPESIE Vertucilina
NO. PERAGA : 816 S tenuis
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Spongocole
3. Holdfast
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Coelenterata
RENDRA SATRIA D061191106 3 KELAS Anthozoa
RAHARJA
ORDO Cystiphyllida
FAMILI Tryplasmanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Triplasma
Kamis, 12-03-2020 17:29 MUH.FAJRUL
Triplasma
SPESIES loveni (EDW &
NO. PERAGA : 266
H)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Eksoskeleton
2. Oral Disk
3. Oral Opening
4. Enteron
5. Calix
6. Hipostoma
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI III & IV / PORIFERA DAN
COELENTERATA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Porifera
RENDRA SATRIA RAHARJA D061191106 3 KELAS Calcarea
ORDO Calcaronea
Stellisponglanid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Stellispongla
Kamis, 12-03-2020 17:15 MUH.FAJRUL
SPESIE Stellispongla
NO. PERAGA : 809 S glomerat Q
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Ostium
3. Holdfast