Anda di halaman 1dari 46

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

TEKNIK
GEOLOGI
ILMU PALEONTOLOGI DASAR

ELDIN (R1C1 17 004)


ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
Buku Panduan ilmu paleontology dasar fakultas ilmu dan teknologi kebumian jurusan
teknik geologi. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari disusunnya buku ini adalah supaya para mahasiswa dapat mengetahui
konsep dasar ilmu paleontology .
Tersusunnya buku ini tentu bukan dari usaha penulis seorang. Dukungan moral dan
material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya buku ini. Untuk itu, penulis
ucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-rekan, dan pihak-pihak lainnya yang
membantu secara moral dan material bagi tersusunnya buku ini.
Buku yang tersusun sekian lama ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih baik nantinya.

Kendari, 6 Mei 2018

Penulis,

2
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………2
Daftar isi……………………………………………………………………………………..3

Bab 1. Filum Bryozoa


1.1. pengertian filum bryozoa…………………………………………………………. 4
1.2. klasifikas…………………………………………………………………………...5
1.3. morfologi dan anatomi……………………………………………………………..6
1.4. fisiologi………………………………………………………………………….…7
1.5. keuntungan dan kerugian filum bryozoa……………………………………..…...8

Bab 2. Filum Arthropoda


2.1. pengertian filum artropoda……………………………………………………....16
2.2. klasifikasi …………………………………………………………………….... 16
Bab 3. Filum Brachyopoda
3.1. pengertian………………………………………………………………………...23
3.2. anatomi tubuh brachyopoda……………………………………………………..25
3.3. cara hidup filum bracyopoda…………………………………………………....26
3.4. klasifikasi……………………………………………………………………...…27
3.5. rentang hidup filum bracyopoda…………………………………………………29
3.6. kegunaan filum bracyopoda……………………………………………………..30

Bab 4. Filum Mollusca


4.1. pengertian…………………………………………………………………………31
4.2. ciri-ciri molusca………………………………………………………………......31
4.3. klasifikasi filum molusca……………………………………………………...….32

Bab 5. Teknik pengambilan data paleontology


5.1. pengamatan lapangan………………………………………………………….......36
5.2. pengamatan lapangan………………………………………………………….......36
5.3. teknik dokumentasi…………………………………………………………….….36

Bab 6. Teknik pengolahan data paleontology


6.1. pengolahan fosil…………………………………………………………………..43

Bab 7. Manfaat paleontology dalam ilmu geologi


7.1. Manfaat…………………………………………………………………………...44

Daftar pustaka……………………………………………………………………………...46

3
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kelas Gymnolaemata…………………………………………………….….11


Gambar 1.2. Kelas Phylactolaemata………………………………………………………12
Gambar 1.3 Kelas Stenolaemata………………….………………………………………13
Gambar 2.1 lipan………………………………………………..………………………..19
Gambar 2.2 caplak……………..…….…………………………………………………...20
Gambar 2.3. kutu buku…………………………...………………………………………..21
Gambar 2.4. Proses metamorfosis tidak sempurna pada Ordo Hemiptera……...………...23
Gambar 2.5 .Proses metamorfosis sempurna pada Ordo Lepidoptera…...………………..24
Gambar 3.1. Anatomi Internal Phylum Brachiopod………...…………………………….25
Gambar 3.2. Anatomi Internal Phylum Brachiopoda………….………………………….25
Gambar 3.3 Cara Hidup Secyl (Tertambat)……..………………………………………..27
Gambar 3.4 Cara Makan Brachiopoda…………….………………..…………………….27
Gambar 3.5. Lingula…….…………………………………………………………..…….28
Gambar 3.6 Terebratulid……………………………………………………….….……...28
Gambar 3.7 Valve Brachiopoda (Kiri), Outlines Brachiopoda (Kanan)………………….29

4
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
1
FILUM BRYOZOA

1.1 Pengertian

Dahulu Bryozoa dianggap oleh masyarakat awam sebagai salah satu jenis tumbuhan
yang hidup di perairan. Namun, setelah dilakukan beberapa penelitian diketahui bahwa
Bryozoa merupakan sekumpulan hewan yang berukuran mikroskopis yang hidup berkoloni
di perairan. Dalam bahasa Yunani, Bryozoa, bryon berarti lumut dan zoon berarti hewan.
Sehingga Bryozoa dikatakan juga sebagai sekumpulan hewan yang menyerupai lumut.
Selain disebut dengan Bryozoa, hewan ini biasa disebut juga Polyzoa yang berarti binatang
laut atau air tawar yang membentuk koloni dari zooid dan Ectroprocta yang berarti hewan
dengan anus berada di luar.
Bryozoa dapat ditemukan di laut dan beberapa jenis dapat ditemukan di perairan
dangkal yang subur dan jernih. Bryozoa hidup dengan cara menempelkan diri pada batu,
benda, atau tumbuhan lain yang berada di perairan.

1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Bryozoa dibagi berdasarkan bentuk lophohore. Lophophore berfungsi


sebagai alat penangkap makanan bersuspensi dan terdapat tentakel bersilia di sekelilingnya.
Bryozoa dibagi atas tiga kelas, yaitu :

1. Phylactolaemata (Lophophore tapal kuda)

Phylactolaemata adalah salah satu kelas dari filum Bryozoa yang memiliki bentuk
lophophore seperti tapal kuda dan salah satu jenis Bryozoa yang hidup di air tawar. Selain
itu, kelas ini hanya memiliki satu ordo yaitu Plumatellina. Ciri lain yang dimiliki kelas
Phylactolaemata adalah :
a. Memiliki epistoma
b Dinding tubuh berotot
Kelas Phylactolaemata membentuk koloni atas bentuk yang sama. Hal ini
disebabkan kelas Phylactolaemata dapat menghasilkan statoblast yang berfungsi untuk
menghasilkan spesies yang sama.

5
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

2. Gymnolaemata (Lophophore lingkaran)


Gymnolaemata adalah kelas yang kedua pada filum Bryozoa. Pada kelas ini
lophophore berbentuk lingkaran dengan tentakel mengelilingi sekitar lophophore. Tidak
seperti kelas sebelumnya, kelas ini tidak memiliki epistoma dan tidak berotot pada dinding
tubuhnya. Selain itu, saat membentuk koloni kelas Gymnolaemata cenderung memiliki
bentuk yang beragam. Hewan ini terdiri lebih dari 3000 spesies dan kebanyakan hidup di
laut. Kelas Gymnolaemata memiliki dua ordo, yaitu Ctenomata dan Cheilostomata.
Ordo Ctenomata memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
· Zooecia seperti agar, khitin atau membran
· Diameter orifice sama dengan diameter zooecium
· Koloni berbentuk lapisan tipis pada batu, cangkang moluska atau ganggang
Contonya : Paludicella (di air tawar) dan Alcyonidium (di air laut)
Ordo Cheilostomata memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
· Zoecia dari zat tanduk atau kapur
· Berbentuk kotak dan mempunyai avicularia
· Mempunyai operculum
· Bentuk koloni berumbai-rumbai
Contohnya : Bugula dan Membranipora

3. Stenolaemata (Lophophore gelang)

Stenolaemata merupakan satu-satunya kelas Bryozoa yang memiliki banyak ordo,


yaitu Ordo Cyclostomata atau Tubulipora, Ordo Cystoporata, Ordo Stomatopora, Ordo
Cryptostomata, Ordo Trepostomatida dan Ordo Fenestrata.
Stenolaemata memiliki lophopore berbentuk seperti gelang. Spesies pada kelas ini
hanya dapat ditemukan di laut dan koloni berbentuk seperti terumbu karang.

`1.3 Morfologi dan Anatomi

Bryozoa merupakan hewan mikroskopis yang hidup berkoloni. Setiap koloni terdiri
atas beberapa individu yang disebut dengan zooid. Zooid memiliki bentuk yang bermacam
– macam, seperti kotak, jembangan, dan lonjong. Dalam satu koloni dikatakan polimorfik
jika koloni tersebut terdiri lebih dari satu macam zooid, autozooid, ovicell dan heterozooid.
Autozooid berfungsi untuk makan dan pencernaan. Sedangkan Heterozooid merupakan
modifikasi dari zooid untuk keperluan koloni, misalnya membentuk seperti tangkai atau
stolon, akar, avikularium dan vibraculum. Avicularum (jamak: avicularia) berbentuk seperti
kapala burung, untuk menghalangi parasit atau pengganggu. Vibraculum berbentuk seperti
cambuk untuk membersihkan tubuh dari detritus dan parasit. Ovicell ialah zooid untuk

6
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

mengerami telur. Tubuh Bryozoa diselubungi oleh sebuah lapisan khitin yang tersusun atas
kalsium karbonat.
Bryozoa memiliki rongga tubuh yang sempurna, tetapi Bryozoa tidak memiliki
pembuluh darah dan organ pernapasan. Bryozoa dapat menggerakan mulut yang tertutup
oleh tentakel dan anus dengan menggunakan saraf ganglion. Letak anus berada di sebelah
mulut sehingga Bryozoa dikatakan hewan dengan pencernaan berbentuk “U”.

`1.4 Fisiologis

a. Sistem Reproduksi

Bryozoa memiliki dua cara untuk melakukan reproduksi, yaitu dengan cara seksual
dan aseksual. Reproduksi seksual dilakukan di luar tubuh, yaitu dengan cara sperma
dikeluarkan kemudian sel telur. Kadang kala Bryozoa bersifat protandri, yaitu alat
pembiakan jantan lebih dahulu muncul daripada betina. Testis pada Bryozoa terletak di
bagian funiculus sedangkan ovari terletak pada bagian lophophore. Beberapa spesies
Bryozoa laut dapat mengerami telurnya, misalnya dalam saluran pencernaan yang
mengalami degenerasi yang disebut ovicell.
Bentuk larva Bryozoa laut bervariasi, namun semua larva Bryozoa memiliki corona,
yaitu semacam lingkaran silia sebagai alat renang, dan serumpun silia panjang di anterior,
serta sebuah kantung penempel di posterior. Larva Bryozoa akan menempel di substrat
dan tumbuh menjadi zooid awal yang disebut ancestrula. Reproduksi aseksual Bryozoa
dilakukan dengan jalan pertunasan. Reproduksi dengan jalan pertunasan dilakukan dengan
cara ancerstrula membentuk beberapa zooid yang kemuadian akan membentuk koloni baru.
Selain dengan jalan pertunasan, Bryozoa dapat menghasilkan statoblast pada bagian
funiculus. Sturktur dan bentuk statoblast dapat digunakan untuk mengidentifikasi genus dan
spesies dari Bryozoa.

b. Sistem Pencernaan

Proses pencernaan makanan pada Bryozoa dilakukan dengan proses yang sama
dengan hewan lain yakni makanan diambil oleh tentakel yang kemudian dimasukkan ke
dalam mulut dan melewati pharinx, lalu dicerna di dalam lambung kemudian makanan
diserap di usus

c. Sistem Peredaran Darah

Pada hewan Bryozoa tidak ditemukan sistem peredaran darah yang lazimnya
didapati pada mahkluk hidup atau organisme lain.

7
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

d. Sistem Syaraf
Syaraf yang mengendalikan segala aktivitas dari Bryozoa adalah saraf ganglion.
Saraf ganglion akan menggerakan tentakel yang akan mengambil makanan dan
menggerakan otot pencernaan yang ada dianus untuk mengeluarkan sisa makanan.

e. Sistem Ekskresi

Pada hewan Bryozoa proses eksresi sama seperti pada hewan lain yakni hasil sisa
pencernaan yang sudah tidak dapat digunakan akan dikeluarkan melalui saluran yang
disebut anus, pada Bryozoa anus terletak di luar lophopore, sebagaimana telah disebutkan
bahwa Bryozoa bisa disebut juga Ectoprocta.

f. Sistem Respirasi

Pada hewan Bryozoa tidak ditemukan organ pernafasan (respirasi) yang lazimnya
ada pada semua makhluk hidup. Namun Bryozoa melakukan proses pernapasan dengan
cara difusi.

g. Sistem Pertahanan Diri

Bryozoa termasuk organisme yang memiliki warna mencolok dan tidak memiliki
duri (spine) serta tidak dilindungi oleh cangkang sebagai penutup tubuh, sehingga
organisme ini rawan terhadap predator. Cara yang dilakukan untuk membebaskan diri dari
serangan predator, secara alamiah organisme ini mengembangkan suatu mekanisme
pertahanan diri dengan memproduksi senyawa aktif yang membuat predator menjauhinya.
Invertebrata laut yang mempunyai struktur pergerakan fisik lebih terbatas
dibandingkan dengan vertebrata laut, mampu mengembangkan sistem pertahanan diri
dengan memproduksi senyawa kimia (chemical defense). Senyawa kimia yang dihasilkan
oleh invertebrata laut ini berguna untuk mencegah dan mempertahankan diri dari serangan
predator, media kompetisi, mencegah infeksi bakteri, membantu proses reproduksi dan
mencegah sengatan sinar ultra violet.

1.5 Keuntungan dan Kerugian Bryozoa

Bryozoa memiliki beberapa keuntungan baik dalam perikanan maupun ekologi


lingkungan. Keuntungan tersebut adalah :

8
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

1 Bryozoa dapat digunakan sebagai sumber pakan ikan alami bagi Turbelaria, siput,
Oligochaeta, larva Trichoptera dan ikan kecil lainnya.
2. Spesies dari kelas Stenolaemata dapat menghasilkan zat kapur sehingga
spesiestersebut membantu menciptakan lapisan batu kapur pada terumbu karang.
3. Fosil Bryozoa dapat digunakan sebagai penentu umur batuan dan sebaga tanda untuk
uji pengeboran minyak.Akan tetapi, Bryozoa dapat menimbulkan kerugian misalnya pada
spesies air tawar dengan contoh Paludicella adakalanya tumbuh dalam pipa air minum yang
tidak diberi klor (Cl) sehingga mengganggu aliran air, atau tumbuh pada jaring apung
sehingga mengganggu ikan di dalamnya. Sekitar 130 spesies laut hidup sebagai epifit, oleh
manusia dianggap sebagai pengganggu, misalnya Bugula banyak menempel pada dinding
kapal yang terendam air.

Classes

Ada lebih 4.000 spesies bryozoa yang hidup dan telah teridentifikasi. Pembagian kelas
Bryozoa:
a. Gymnolaemata

Gymnolaemata adalah kelas dari filum bryozoa. Gymnolaemata bersifat sessile


(organisme yang dapat bergerak melalui sumber luar seperti arus air, namun biasanya
melekat secara permanen pada substrat). Zooids berbentuk silindris atau pipih. Ordo dari
gymnolaemata mencakup sebagian besar spesies bryozoa yang hidup.

Kelas Gymnolaemata
Ordo Cheilostomata
Spesies Electra Pilosa
Source: inaturalist.org

9
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Kelas Gymnolaemata
Ordo Ctenostomata
Spesies Victorella Pavida
Source: Key.lucidcentral

Kelas Gymnolaemata
Ordo Cryptostomata
Source: Hiveminer.com
b. Phylactolaemata

Phylactolaemata adalah kelas dari filum bryozoa yang anggotanya hanya hidup di
lingkungan air tawar. Seperti bryozoa lainnya mereka menyaring makanan dengan
menggunakan mahkota yang dapat diperluas dari tentakel bersilia yang disebut lofofor.
Mereka hidup berkoloni, yang masing masing terdiri dari klon anggota pendiri. Tidak
seperti beberapa bryozoa laut, koloni phylactolaemata hanya terdiri dari satu jenis zooid.
Koloni phylactolaemata bereproduksi secara seksual dan masing masing anggota adalah
hermaprodit simultan yang berfungsi baik sebagai jantan atau betina. Mereka juga

10
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

bereproduksi secara aseksual dengan metode yang unik diantara bryozoa dan
memungkinkan keturunan koloni bertahan dalam kondisi variabel dan ketidakpastian
lingkungan air tawar. Kelas phylactolaemata hanya berisi satu ordo yang masih ada, yaitu
Plumatellida

Kelas Phylactolaemata
Ordo Plumatellida
Spesies Pectinatella Mignifica
Source: Jomegat's
c. Stenolaemata
Stenolaemata adalah kelas dari filum bryozoa. Kelas ini berawal dari periode Ordovisium
dan anggota yang masih hidup sampai sekarang yaitu semua spesies yang berada dalam
ordo Cyclostomatida. Hewan ini adalah pengumpan suspensi stasioner yang hidup didasar
laut. Individu di koloni ini berbentuk tubular, berbentuk kerucut atau berbentuk kantung.
Setiap individu atau zooid, dapat meluas dari koloni pada suatu sudut, memperluas
tentakelnya untuk diberi makan. Stenolaemata adalah kelompok bryozoa yang dominan
selama era Paleozoic. Beberapa tumbuh sebagai berenda atau seperti kipas koloni, jumlah
mereka sangat berkurang pada saat terjadinya kepunahan Permian yang memusnahkan
hampir 96 % dari semua spesies laut, hanya ordo Cyclostomatida yang bertahan hingga saat
ini.

11
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Kelas Stenolaemata
Ordo Cryptostomata
Source: Ordovicianatlas

Kelas Stenolaemata
Ordo Cryptostomida
Source: Fossiilid

12
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Kelas Stenolaemata
Ordo Cyclostomatida
Spesies Exidmonea Atlantica
Source: Seawater.no

Kelas Stenolaemata
Ordo Cystoporata
Source: Fossilmall

13
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Kelas Stenolaemata
Ordo Cystoporida
Source: Fossiilid

Kelas Stenolaemata
Ordo Fenestrata
Source: Safossils

14
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Kelas Stenolaemata
Ordo Trepostomata
Source: Wikiwand

15
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
2
FILUM ARTHROPODA

2.1 Pengertian

Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh - Arthropoda adalah hewan tak


bertulang belakang yang memiliki tubuh beruas-ruas atau bersegmen dan kaki yang
bersendi. Arthropoda berasal dari Bahasa Yunani, yaitu arthros (sendi atau ruas) dan podos
(kaki). Ciri-ciri Filum Arthropoda antara lain :
 Jumlah kaki mengalami modifikasi sesuai dengan kelasnya.
 Memiliki rangka luar yang tersusun oleh kitin.
 Tubuh simetri bilateral, bersegmen.
 Memiliki perbedaan yang jelas antara caput, thorak, dan abdomen.
 Beberapa bagian caput dapat bersatu.

Memiliki anggota gerak yang berpasangan dan juga bersegmen.


Berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuhnya, Arthropoda diklasifikasikan
menjadi 4 kelas, yaitu Crustacea, Myriapoda, Arachnida, dan Insecta.

2.2 klasifikasi

1. Kelas Crustacea

Ciri-ciri Kelas Crustacea antara lain :

 Pada umumnya hidup di air laut, mulai dari pantai hingga di laut dalam. Namun,
ada juga yang hidup di air tawar dan di darat terutama di tempat-tempat yang
lembab.
 Tubuhnya memiliki kepala yang menyatu dengan dada, disebut cephalothoraks.
 Cephalothoraks memiliki 5 pasang kaki dan terdapat 2 pasang antenna di anterior.
 Abdomen mempunyai segmentasi yang jelas dan terdapat telson pada ujungnya.
Telson adalah suatu segmen terakhir tubuh Crustacea setelah abdomen, membentuk
ekor kipas. Ada yang menganggap bahwa telson adalah segmen terakhir dari tagma
abdomen, tetapi ada pula yang menganggap bahwa telson bukan bagian dari tagma
abdomen.
 Alat geraknya mengalami modifikasi, sesuai dengan fungsinya.
Contoh hewan dari Kelas Crustacea adalah udang windu (Penaeus monodon), lobster
(Panulirus humarus), dan kepiting bakau (Scylla cerata).

16
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

2. Kelas Myriapoda

Ciri-ciri Kelas Myriapoda antara lain :

 Semua anggotanya hidup di darat.


 Tubuhnya terdiri dari caput (kepala) yang memiliki sepasang antena, sepasang mata,
dan 2 atau 3 pasang rahang.
 Badannya terbagi ke dalam ruas-ruas dengan ukuran yang relatif sama, masing-
masing memiliki sepasang kaki.
Kelas Myriapoda dibagi menjadi 2 subkelas, yaitu Diplopoda dan Chilopoda.

a. Subkelas Diplopoda

Subkelas Diplopoda adalah hewan dari Kelas Myriapoda yang sering disebut sebagai si
kaki seribu (millipedes), karena memiliki jumlah kaki yang sangat banyak.
Ciri-ciri Subkelas Diplopoda antara lain :
 Umumnya memiliki 30 pasang kaki atau lebih.
 Tubuhnya bulat memanjang (silindir), beberapa segmen menyatu, pada setiap
segmen terdapat 2 pasang kaki.
 Hidupnya sebagai herbivora, banyak dijumpai di bawah serasah, bebatuan, atau di
dalam tanah, dan selalu menghindar dari cahaya.
 Gerakannya sangat lambat dan jika ada getaran, tubuhnya akan melingkar
membentuk spiral atau bola.
 Pada kepalanya terdapat sepasang antena, dua pasang mata tunggal, dan alat mulut
tanpa taring bisa.
Contoh hewan dari Subkelas Diplopoda adalah Polyxenus sp., Sigmoria sp., dan luwing
(Spirobolus sp.).

b. Subkelas Chilopoda

Subkelas Chilopoda adalah hewan dari Kelas Myriapoda yang sering disebut sebagai si
kaki seratus (centipedes).

Ciri-ciri Subkelas Chilopoda antara lain :


 Tubuhnya terdiri atas kepala (caput) dan badan (abdomen), berbentuk pipih dengan
15 pasang kaki atau lebih, dan beruas-ruas.
 Tiap ruas badan terdapat satu pasang kaki.
 Pada kepala terdapat 5 pasang antena yang panjang dan 2 pasang mata tunggal.

17
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Mulut dilengkapi sepasang taring bisa, yaitu modifikasi alat gerak dari segmen tubuh yang
pertama (kaki depan).
Contoh hewan dari Subkelas Chilopoda adalah kelabang atau lipan (Scolopendra sp.) dan
Lithobius forficatus.

Gambar 2.1. Lipan (Scolopendra cingulata)


3. Kelas Arachnida

Ciri-ciri Kelas Arachnida antara lain :


 Tubuh terbagi atas kepala yang menyatu dengan dada (cephalothoraks) dan perut
(abdomen).
 Bagian abdomen terdiri dari beberapa segmen, kadang-kadang cephalothoraks dan
abdomen menyatu.
 Pada cephalotoraks terdapat sepasang cheli cera (alat gerak pertama), sepasang
pedipalpus (alat gerak ke dua) yang berbentuk capit, dan 4 pasang kaki.
 Arachnida tidak mempunyai antena.
Kelas Arachnida diklasifikasikan menjadi 3 ordo, yaitu Scorpionida (kalajengking),
Araneida (laba-laba), dan Acarina (kutu tungau atau caplak).

3.1. Ordo Scorpionida

Ordo Scorpionida merupakan anggota Arthropoda darat yang paling tua. Ciri-ciri Ordo
Scorpionida antara lain :
 Memiliki pedipalpus yang berbentuk seperti catut yang besar.
 Memiliki chelisera yang kecil.
 Mempunyai sengat.
Contohnya Ordo Scorpionida adalah Scorpio sp.

a. Ordo Araneida

18
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Ordo Araneida adalah anggota Arthropoda yang mampu membentuk sarang (jaring) dengan
benang-benang sutera karena mempunyai spinneret. Spinneret adalah organ yang terdapat
di depan anus. Araneida juga memiliki karapaks dibagian anterior.
Contohnya Ordo Araneida adalah Argyope sp.

b. Ordo Acarina

Ordo Acarina adalah anggota Arthropoda yang ukuran tubuhnya kecil dan tidak
bersegmen-segmen, serta abdomennya bersatu dengan cephalothoraks. Contoh Ordo
Acarina adalah caplak (Dermacentor sp.) (Gambar 2)

Gambar 2. Caplak (Dermacentor occidentalis)

4. Kelas Insecta

Kelas Insecta adalah hewan dari Filum Arthropoda yang sering kita sebut sebagai serangga.
Ciri-ciri Kelas Insecta antara lain memiliki 3 pasang kaki, sehingga disebut juga heksapoda.
Kelas Insecta merupakan kelas dengan keanekaragaman tertinggi di antara kelas-kelas yang
lain. Penyebaran Insecta sangat luas, dari perairan hingga puncak gunung, dari khatulistiwa
hingga ke kutub. Jumlah spesiesnya juga cukup banyak. Di dunia ini sedikitnya ditemukan
750.000 jenis yang dikelompokkan ke dalam 100 suku dan 26 ordo. Cabang ilmu biologi
yang khusus mempelajari hewan-hewan anggota kelas ini adalah Entomologi.

19
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Gambar 3. Kutu Buku (Lepisma saccharina)


Berdasarkan ada tidaknya sayap, Kelas Insecta dibagi menjadi 2 subkelas, yaitu Subkelas
Apterygota dan Subkelas Pterygota.

a. Subkelas Apterygota

Subkelas Apterygota adalah serangga yang tidak bersayap. Subkelas Apterygota terdiri atas
4 ordo yaitu Protura, Diplura, Collembola, Thysanura. Ordo-ordo tersebut merupakan
kelompok serangga yang tidak mengalami metamorfosis (Ametabola), contohnya adalah
kutu buku (Lepisma sp.). Perhatikan Gambar 3.

b. Subkelas Pterygota

Subkelas Pterygota adalah kelompok Insecta yang memiliki sayap. Kelompok bersayap ini
bisa dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan sifat- sifat tertentu.

Gambar 4. Tipe-tipe mulut anggota Subkelas Pterygota

20
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Berdasarkan tipe mulutnya, anggota Pterygota terbagi menjadi beberapa tipe (Gambar 4).

4.2.1. Tipe mulut penjilat Contoh hewan tipe mulut penjilat adalah Ordo Diptera, misalnya
lalat (Musca sp.).

4.2.2. Tipe mulut pengisap

Contoh hewan tipe mulut pengisap adalah Ordo Lepidoptera, misalnya Attacus sp.

4.2.3. Tipe mulut penggigit-pengisap

Contoh hewan tipe mulut penggigit-pengisap adalah Ordo Hymenoptera, misalnya lebah
madu (Apis mellifera).

4.2.4. Tipe mulut penggigit-pengunyah

Contoh hewan tipe mulut penggigit-pengunyah adalah Ordo Orthoptera, misalnya belalang
(Valanga sp.).

Tipe-tipe mulut tersebut merupakan penyesuaian dari fungsinya, yaitu berkaitan dengan
jenis makanan yang mereka makan.

Berdasarkan proses metamorfosisnya, Pterygota dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu


hemimetabola dan holometabola.

a. Hemimetabola

Hemimetabola adalah kelompok serangga bersayap yang mengalami metamorfosis tidak


sempurna. Kelompok ini terdiri dari 14 ordo, di antaranya adalah Orthoptera, Hemiptera,
dan Homoptera. Contoh Hemimetabola adalah belalang (Valanga sp.), capung merah
(Crocotermis sp.), walang sangit (Leptocoriza sp.), dan tonggeret (Dundubia mannifera).

b. Holometabola

Holometabola adalah kelompok serangga bersayap yang mengalami metamorfosis


sempurna. Kelompok ini terdiri dari 9 ordo, seperti ordo Lepidoptera, Coleoptera, Diptera,
dan Hymeroptera. Contoh Holometabola adalah undur-undur (Myrmeleon frontalis), kunan-
kunang (Photinus sp.), kupu-kupu jeruk (Papilio memmon), dan lalat rumah (Musca
domestica).

21
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Perbedaan antara proses metamorfosis sempurna dan tidak sempurna ditunjukkan oleh
Gambar 5-6.

Gambar 5. Proses metamorfosis tidak sempurna pada Ordo Hemiptera

Gambar 6. Proses metamorfosis sempurna pada Ordo Lepidoptera


Anda sekarang sudah mengetahui Filum Arthropoda. Terima kasih anda sudah berkunjung

22
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
3
BRACHIOPODA

3.1 Pengertian

Phylum Brachiopoda berasal dari bahasa latin, yaitu Bracchium yang berarti lengan (arm)
dan Poda yang berarti kaki (foot). Jadi, Phylum Brachiopoda adalah hewan yang
merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan. Brachiopoda
adalah bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode Cambrian yang masih hidup
hingga sekarang. Mereka seringkali disebut dengan “lampu cangkang” yang merupakan
komponen penting organisme benthos pada zaman Palaeozoic.

Phylum ini merupakan salah satu phylum kecil dari benthic invertebrates. Hingga saat ini
terdapat sekitar 300 spesies dari phylum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000
fosilnya telah dinamai. Phylum Brachiopoda mempunyai 2 buah cangkang yang mirip
Pelecypoda, tetapi perbedaannya bahwa cangkang Brachiopoda tidak sama satu dengan
yang lain.

3.2. Anatomi Tubuh Phylum Brachiopoda

Brachiopoda mempunyai 2 cangkang (valve), yaitu Pedicle atau Ventral Valve dan
Brachial atau Dorsal Valve. Tubuh tertutup oleh 2 cangkang, satu ke arah dorsal dan yang
lainnya ke arah ventral. Biasanya melekat pada substrat dengan pedicile. Cangkang dilapisi
oleh mantle yang dibentuk oleh pertumbuhan dinding tubuh dan membentuk rongga
mantle. Cangkang Brachiopoda tersusun oleh senyawa karbonat, atau khitin dan kalsium
fosfat. Cangkangnya biasanya mempunyai hiasan, berupa garis tumbuh, costae atau
costellae. Kedua buah cangkang dihubungkan oleh gigi pertautan (pada Brachiopoda
artikulata) atau sistem otot (Brachipoda inartikulata).

Pada pertangkupan kedua cangkang terdapat lubang tempat keluarnya pedicle yaitu Pedicle
opening atau Forament. Pedicle merupakan juluran otot yang berfungsi untuk
menempelkan tubuhnya pada tempat hidupnya. Bagian lain pada cangkang adalah
Lophophore, berupa dua buah tentakel berbulu getar, berfungsi untuk menggerakkan air di
sekitarnya. Lophophore mebentuk kumparan dengan atau tanpa didukung oleh skeletal
internal. Usus Brachiopoda berbentuk U. Sistem peredaran darahnya terbuka.

23
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Gambar 1. Anatomi Eksternal Phylum Brachiopoda

Gambar 2. Anatomi Internal Phylum Brachiopoda

24
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

3.3. Cara Hidup Phylum Brachiopoda

Secara umum, cara hidup Brachiopoda meliputi tempat atau lingkungan dia tinggal,
cara dia beradaptasi atau hidup dengan lingkungannya, cara makannya, dan cara
reproduksinya. Berbagai macam poin yang mencirikan cara hidup dari Brachiopoda adalah
sebagai berikut

a. Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu juluran otot yang
disebut pedicle.

Gambar 3. Cara Hidup Secyl (Tertambat)

b. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan oksigen, Brachiopoda mempunyai


Lophophore yang berfungsi menggerakkan air di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke
dalam dan ke luar tubuh dapat berlangsung. Begitu pula dengan makanan.

25
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Gambar 4. Cara Makan Brachiopoda

Gambar 5. Lophophore

. Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang.


d. Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara benthos secyl.
e. Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis atau hangat dengan kedalaman maksimal
40 m
f. Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari Brachiopoda.
g. Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5 mm hingga 8 cm.
h. Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses Bioconose dan
Thanathoconose.
i. Cara reproduksi Brachiopoda adalah terpisah antara jantan dan betina.
j. Fertilisasi secara ekternal.
k. Sebagian ada yang “mengandung” dan melahirkan larva lobate.

3.4. Klasifikasi Phylum Brachiopoda

Klasifikasi phylum Brachiopoda dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Brachiopoda Inartikulata
Ciri-cirinya adalah tidak mempunyai gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge
line). Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat socket
dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat. Pertautan kedua cangkangnya
dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah mati cangkang langsung terpisah. Cangkang
umumnya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh senyawa fosfat atau
khitinan. Mulai muncul sejak Jaman Cambrian awal hingga masa kini.
Contoh : Lingula

26
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Gambar 6. Lingula

b. Brachiopoda Artikulata
Ciri-cirinya adalah cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket. Cangkang umumnya
tersusun oleh material karbonatan. Tidak mempunyai lubang anus. Mempunyai
keanekaragaman jenis yang besar. Banyak yang berfungsi sebagai fosil index. Dan mulai
muncul sejak zaman Kapur hingga kini.
Contoh : Terebratulid

Gambar 7. Terebratulid
Macam-macam ordo dari Brachiopoda Artikulata adalah sebagai berikut :
a. Ordo Orthida
Ciri-ciri :
- Umur Ordovician

27
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

- Bentuk ½ lingkaran, hinge line lurus, hiasan bersifat radial.


Contoh genus : Hebertella dan Platystrophia.

c. Ordo Strophomenida
- Umur Ordovician.
- Bentuk pipih, hinge line lurus, hiasan radial berupa costellae halus.
Contoh genus : Sowerbyella dan Rafinesquina.

d. Ordo Spiriferida
- Umur Devon.
- Bentuk sperti kumparan/spiral, tersusun oleh material gampingan mengelilingi
lophophore.
Contoh genus : Muscrospirifer dan Platyrachella.

e. Ordo Rhynchonellida
- Cangkang berbentuk segitiga atau bulat, hinge line pendek, beak kuat disertai lipatan
bentuk accordeon.
Contoh genus : Pugnoides dan Rhynchotreta.

f. Ordo Terebratulida
- Permukaan cangkang halus.
- Lubang pedicle terletak pada beak yg menggantung.
Contoh genus : Terebratula dan Dielasma.

Valve Brachiopoda

Gambar 8. Valve Brachiopoda (Kiri), Outlines Brachiopoda (Kanan

28
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Gambar 9. Perkembangan Valve

3.5. Rentang Hidup Phylum Brachiopoda

Pada akhir jaman Perm, terjadi kepunahan massal yang melibatkan hampir semua
golongan Brachiopoda. Hanya sedikit takson yang selamat, seperti golongan Trebratulid
dan Lingula, dan masih terdapat hingga masa kini (Holosen). Brachiopoda ditemukan
melimpah pada kurun Paleozoik (543 hingga 248 juta tahun lalu). Brachiopoda masa kini
selalu ditemukan dalam keadaan tertambat dengan menggunakan pedikelnya, baik pada
batuan keras maupun cangkang binatang yang telah mati.

Rekaman Phylum brachiopoda dalam kurun waktu geologi adalah seperti di bawah ini :

- Phylum Brachiopoda (Cambrian-Recent)


Class Inarticulata (Cambrian-Recent)
Class Articulata (Cambrian-Recent)
Order Orthida (Cambrian-Permian)
Order Strophomenida (Ordovician-Jurassic)
Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)
Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent)
Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
Order Terebratulida (Devonian-Recent)

29
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

3.5. Fosil Brachiopoda dan Kegunaannya dalam Geologi

Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil indeks (index fossils)
untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Contoh kegunaan fosil brachiopoda dalam
geologi :
Brachiopoda dari Klas Inarticulata ; Genus Lingula merupakan penciri dari jenis
brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower Cambrian. Jenis ini ditemukan pada batuan
Lower Cambrian dengan kisaran umur 550 juta tahun yang lalu. Secara garis besar, jenis
Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa Paleozoikum,
sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan sebagai Index Fossils.

30
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
4
FILUM MULUSCA
4.1. Pengertian

Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi
Filum Mollusca adalah kelompok hewan invretebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh
lunaknya itu dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.
Mollusca yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah siput. Siput merupakan salah satu
Mollusca yang teramsuk ke dalam kelas gastropoda. yaitu berjalan dengan menggunakan
perutnya. Mollusca muncul sejak zaman Kambrium hingga sekarang. Saat ini diperkirakan
ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil.

4.2. Ciri – ciri Mollusca

1. Mollusca simetri tubuh bilateral.

Mollusca memiliki tiga bagian tubuh yang utama, yaitu kaki yang berfungsi sebagai alat
gerak; massa visera; tempat terdapatnya organ dalam; dan mantel, yang membentuk rongga
berisi cairan tempat lubang insang dan anus.

1. Mollusca yang hidup di perairan bernapas menggunakan insang, sedangkan yang hidup
di daratan menggunakan rongga mantel berpembuluh darah sebagai pengganti paru-
paru.

2. Mollusca merupakan hewan heterotrof. Hewan ini memakan hewan kecil lainnya, seperti
ganggang, udang, dan Mollusca lainnya.

3.Mollusca makan dengan menggunakan struktur seperti lidah yang memiliki gigi untuk
menggerus makanannya. Lidah bergigi ini disebut radula.

4.Mollusca dapat ditemukan secara luas di laut, air tawar, dan daratan. Akan tetapi,
Mollusca paling banyak terdapat di laut. Mollusca merupakan hewan triploblastik selomata.

5. Reproduksi Mollusca terjadi secara seksual dengan cara fertilisasi internal.

31
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

6. Mollusca ada yang berumah satu, yaitu jantan dan betina dalam satu individu. Akan
tetapi, ada pula yang berumah dua, yaitu jantan dan betina terpisah.

7. Selain bertubuh lunak, hewan ini ditandai dengan tubuh yang simetri bilateral dan tubuh
yang tidak beruas-ruas.
8. Pada umumnya, tubuh Mollusca juga ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari zat kapur
(kalsium karbonat), berfungsi melindungi organ-organ dalam.

4.3. Klasifikasi Phylum Mollusca

1. Kelas Amphyneura
2. Kelas Scaphopoda
3. Kelas Pelecypoda
4. Kelas Gastropoda
5. Kelas Chepalopoda

Kelas Amphyneura

Fosil jarang terdapat ( umur: Kambrium – sekarang).Anggota-anggota


kelas ini secara jelas adalah hewan-hewan bilateral simentris kaki terletak ventral
memanjang. Ruang mantel mengandung banyak insang disebelah lateralnya,
permukaan dorsal tertutup dengan spikula-spikula berlendir atau yang lebih tipikal.
Semua Amphineura hidup di laut bersifat diesius atau hermaprodit.

Contoh spesiesnya Chiton (Cryptochiton sp.) adalah hewan laut dengan bentuk
oval dan cangkang yang terbagi menjadi delapan lempengan dorsal (namun demikian,
tubuhnya sendiri tidak bersegmen). Biasanya chiton ini yang melekat ke batuan di
sepanjang pantai pada saat pasang surut. chiton dengan kakinya, yang bertindak
sebagai mangkuk penyedot, begitu kuat dan hebat menjerat batuan. Menggunakan kaki
berotot tersebut, chiton dapat merangkak secara perlahan-lahan di atas permukaan
batuan. Chiton menggunakan radulanya untuk memotong dan menelan alga.

Saluran Pencernaan makanan: terdiri atas mulut yang dilengapi dengan lidh
parut, yaitu lidah dengan gigi tersusun dari zat kitin. Lidah ini disebut radula. Dari
mulut, saluran pencernaan masuk ke lambung(ventrikulus), usus(intestium), dan anus.
Sistem peredaran darah: dipompa menuju insang melalui aorta dan sinus. Hewan ini
memiliki dua ginjal untuk membuang zat sisa. Hewan ini berkembangbiak dengan cara
fertilisasi secara eksternal. Larva trokofor.

32
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Kelas Scaphopoda

Hewan ini hanya mempunyai anggota kira-kira dua ratus spesies. Scaphopoda hidup
di laut pada pantai-pantai yang berlumpur. Cangkoknya berbentuk taring atau terompet
dengan kedua ujung yang terbuka. Jika kita berkaryawisata ke pantai, kita sering
menemukan cangkoknya. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 – 5 cm. Dekat mulut terdapat
tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan
mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia,
sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel. Hewan ini mempunyai kelamin terpisah.

Kelas Pelecypoda

Berasal dari kata “Pelekys” yaitu kapak kecil dan “Pous” yaitu kaki. Jadi Pelecypoda
adalah binatang yang mempunyai kaki mirip kapak kecil disebut juga Lamellibranchia
( lempeng kecil ).
Binatang dari phylum ini memiliki insang, test dari kulit kerang (bivalve) dimana dua valve
ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi dan socket. Bagian dalam test
ini dilapisi oleh membran yang tipis dimana kearah posteior kulit mantel dapat membentuk
saluran – saluran. Pada umumnya Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon
yang lebih besar dibandingkan yang hidup di laut.

Klasifikasi Pelecypoda:

a. Ordo Taksodonta
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen, mempunyai gigi yang hampir sama
besar dan berjumlah 35 buah

b. Ordo Anisomyaria
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen. Mempunyai dua muscle scar,
dimana muscle scar bagian belakang (posterior) lebih besar dari anterior, serta mempunyai
gigi dan socket dua buah

c. Ordo Eulamellibranchiata
Mempunyai anterior muscle scar yang lebih kecil dari posterior muscle scar, tetapi
umumnya sama besar dimana gigi dan susunan giginya tidak sama besar

Kelas Gastropoda

33
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

Gastropoda berasal dari kata “gaster” yaitu perut dan “podos” yaitu kaki. Jadi
Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang dalam hal ini
disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan
autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air
tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp), dan siput perantara fasciolosis
(Lemnaea trunculata).

Ciri – ciri Gastropoda:

1. Hidup di air laut & air payau


2. Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang melalui satu sumbu
3. Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan
4. Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga mantel (berfungsi
sebagai insang pada air laut & berfungsi sebagai paru-paru pada lingkungan darat
5. Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui satu garis lurus
(putaran involut & evolut)
6. Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum jam) & Sinistral
(berlawanan putaran jarum jam)

Klasifikasi Gastropoda:
Subclass Protogastropoda
 Ordo Cynostraca
 Ordo Cochliostracea

Subclass Prosobranchia

 Ordo Archaeogastropoda
 Ordo Mesogastropoda
 Ordo Neogastropoda

Subclass Opisthobranchia

 Ordo Pleurocoela
 Ordo Pteropoda
 Ordo Acoela

Subclass Pulmonata

34
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

 Ordo Basommatophora
 Ordo Stylommatophora

Manfaat Gastropoda Dalam Geologi Khususnya Stratigrafi Gastropoda berkembang cukup


baik di daerah tropis. Beberapa spesies akan mencirikan lapisan tertentu.
Ostingh, seorang ahli aleontology telah berhasil menyusun stratigrafi Neogen P. Jawa yang
didasarkan atas fosil indeks gastropoda.

Kelas Cephalopoda
Chepalopoda berasal dari kata “cephale” yaitu kepala dan “podos” yaitu kaki.
Chepalopoda adalah mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan gurita adalah
Cephalopoda yang cukup dikenal. Pada cumi-cumi, rangka dalam tubuhnya dihasilkan
dari zat hasil sekresi internal oleh mantel. Adapun, gurita tidak memiliki rangka sama
sekali. Cephalopoda memakan hewan-hewan kecil dan invertebrata lainnya.
Di samping itu, semua anggotanya tidak memiliki cangkang, kecuali spesies
Nautilus. Cephalopoda merupakan Mollusca dengan kepala yang jelas dan mata yang
besar. Kaki otot dimodifikasi menjadi tangan, tentakel sekeliling mulut, dan corong
yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel. Pada Cephalopoda, kaki telah
berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala. Cumi-cumi memiliki 10 lengan,
sedangkan gurita memiliki 8 lengan. Cephalopoda menggunakan lengannya ini untuk
menangkap mangsanya dan memasukkannya ke dalam mulut. Semua Cephalopoda
adalah karnivor. Dalam mulutnya, terdapat beberapa pasang struktur seperti gigi yang
digunakan untuk menggigit dan merobek mangsanya.

Sebagian besar Cephalopoda mempunyai kelenjar tinta. Pada kulit Cephalopoda


mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan tubuhnya berubah warna.
Cephalopoda mempunyai peran yang cukup penting dalam ekosistem. Mereka
merupakan mata rantai penting dalam jaring makanan pada ekosistem laut. Berbagai
ikan memangsa cumi-cumi sebagai sumber makanannya. Selain itu, cumi-cumi dan
sotong merupakan makanan laut yang digemari manusi

35
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
5
TEKNIK PENGAMBILAN DATA PALEONTOLOGI

5.1. PENGAMATAN LAPANGAN

A. Fosil Makro

Karena fosil makro mempunyai ukuran yang besar, maka dalam


pengamatannya tergantung dari kekerasan batuan tempat fosil makro tersebut berada
Penyajian fosil makro relatif lebih mudah dibandingkan fosil mikro karena dalam
penyajiannya dilakukan secara mudah dengan pengambilan fosil yang terekam lalu
dibersihkan, setelah itu dapat langsung dideskripsi secara megaskopis beserta batuan
tempat fosil tersebut berada
Gambar disamping adalah contoh fosil-fosil makro yang terdapat di lapangan

B. Fosil Mikro
Karena fosil mikro mempunyai ukuranyang sanga kecil, sehingga pengamatan di
lapangan sulit dilakukan, sehingga pengamatan di lapanglebih di fokuskan kepada
deskripsi batuan di lapangan yang meliputi: warna batuan, tekstur batuan, struktur
batuan serta komposisinya secara megaskopis. Selanjutnya adalah pencatatan secara
lengkap lokasi tempat & sampel batuannya, meliputi : hari, tanggal, nomer sampel, nama
batuan dll.

5.2. PENGAMATAN LABOLATORIUM


4

Pengamatan di laboratorium dilakukan untu analisa fosil secara detail yang


tidak dapat dilakukan di lapangan. Pengamatan di laboratorium ini terutama adalah
darifosil-fosil mikro dengan menggunakan bantuan alat mikroskop. Adapaun tahap
tahap pengamatan di laboratorium akan dijelaskan selanjutnya

36
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

5.3. TEKNIK DOKUMENTASI

Berikut merupakan tahap-tahap dalam pengambilan sampel batuan yang


mengandung fosil mikro, yaitu :

1. SAMPLING
Sampling adalah pengambilan sampel batuan di lapangan untuk dianalisis
kandungan mikrofaunanya. Fosil mikro yang terdapat dalam batuan mempunyai
bahan pembentuk cangkang dan morfologi yang berbeda, namun hampir seluruh
mikrofosil mempunyai satu sifat fisik yang sama, yaitu ukurannya yang sangat kecil dan
kadang sangat mudah hancur, sehingga perlu perlakuan khusus dalam pengambilannya.
Sangat diperlukan ketelitian serta perhatian dalam pengambilan sampel, memisahkan
dari material lain, lalu menyimpannya di tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan
secara kimiawi dan fisika
Prosedur sampling pada berbagai sekuen sedimentasi dapat dilakukan,
seperti:

a. Spot Sampling, dengan interval tertentu merupakan metode terbaik untuk


penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti pada
lapisan batugamping. Pada metode ini dapat ditambahkan channel sample
(sampel paritan) sepanjang kurang lebih 30 cm pada setiap interval 1,5 meter.

b. Channel sample, dapat dilakukan pada penampangg lintasan yang pendek 3 - 5 m,


pada litologi yang seragam atau pada perselingan batuan dan dilakukan setiap
perubahan unit

Pengambilan sampel batuan untuk analisis mikropaleontologi harus memenuhi criteria


sebagai berikut :
 Bersih, sebelum mengambil sampel harus dibersihkan dari semua kepingan
pengotor
Representatif dan Komplit, harus dipisahkan dengan jelas antara sampel batuan
yang mewakili suatu sisipan atau suatu lapisan batuan. Ambil sekitar 300-500
gram (hand specimen) sampel batuan yang sudah dibersihkan.

37
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

 Pasti, apabila sampel terkemas dengan baik dalam suatu kemasan kedap air
yang ditandai dengan tulisan tahan air, yang mencakup segala hal keterangan
tentang sampel tersebut seperti nomer sampel, lokasi, jenis batuan dan waktu
pengambilan, maka hasil analisis sampel pasti akan bermanfaat.Ketidakhati-
hatian kita dalam memperlakukan sampel batuan akan berakibat fatal dalam
paleontologi maupun stratigrafi apabila tercampur baur, terkontaminasi ataupun
hilang. Ketidakhati-hatian kita dalam memperlakukan sampel batuan akan
berakibat fatal dalam paleontologi maupun stratigrafi apabila tercampur baur,
terkontaminasi ataupun hilang

1. Jenis sampel
9
Jenis sampel disini ada 2 macam, yaitu :

a. Sampel permukaan, sampel yang diambil langsung dari pengamatan singkapan di


lapangan. Lokasi & posisi stratigrafinya dapat diplot pada peta.

b. Sampel bawah permukaan, sampel yang diambil dari suatu pemboran.


Dari cara pengambilannya, sampel bawah permukaan dapat dipisahkan menjadi :
 Inti bore (core), seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu
diambil secara utuh.
 Sampel hancuran (ditch-cutting), lapisan pada kedalaman tertentu dihancurkan
dan dipompa keluar, kemudian ditampung.
 Sampel sisi bor (side-well core), diambil dari sisi-sisi dinding bor dari lapisan pada
kedalaman tertentu.

2. Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel, antara lain :


 Palu geologi
 Kompas geologi
 Plastik/tempat sampel
 Buku catatan lapangan
 Alat tulis
 HCl 0,1 N
 Peta lokasi pengambilan sampel

38
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

3. peralatan lain guna menyajikan fosil :


 Wadah sampel
 Larutan H2O2
 Mesin pengayak
 Ayakan menurut skala Mesh
 Tempat sampel yang telah dibersihkan
 Alat pengering / oven
Dan untuk memisahkan fosil, peralatan yang diperlukan antara lain :
 Cawan tempat contoh batuan
 Jarum
 Lem unuk merekatkan fosil
 Tempat fosil
 Mikroskop & alat penerang

2. Fosil Mikro

Karena fosil mikro terdapat dalam masa batuan, sehingga dalam penyajian fosilnya
harus dipisahkan dari masa batuan yang ada. Penyajian fosil mikro
meliputi tahap-tahap:
a. Proses Penguraian batuan, meliputi : Penguraian
batuan (fisika/kimia), pengayakan & pengeringan
b. Proses Pemisahan Fosil
c. Determinasi Fosil

A. proses penguraian batuan

Proses penguraian secara fisik


Cara ini digunakan terutama untuk batuan sedimen yang belum begitu kompak dan
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
 Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet sampai menjadi pecahan-
pecahan dengan diameter 3-6 mm

39
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

 Pecahan-pecahan batuan direndam dalam air


 Kemudian direas-remas dalam air
 Diaduk dengan mesin aduk atau alat pengaduk yang bersih
 Dipanaskan selama 5-10 menit
 Didinginkan

Umumnya batuan sedimen yang belum begitu kompak, apabila mengalami


proses-proses tersebut akan terurai.

Proses penguraian secara kimia Bahan-bahan larutan kimia yang biasa digunakan
dalam penguraian batuan sedimen antara lain : asam asetat, asam nitrat dan hydrogen
piroksida. Penggunaan larutan kimia sangat tergantung dari macam butir pembentuk
batuan dan jenis semen. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penguraian batuan tersebut
perlu diteliti jenis butirannya, masa dasar dan semen. Hal ini dikerjakan dengan seksama
agar fosil mikro yang terkandung didalamnya tidak rusak atau ikut larut bersama zat
pelarut yang digunakan
Contoh :
-. Batulempung dan Lanau : penguraian batuan dilakukan
dengan menggunakan larutan Hydrogen Pyroksida (H2O2).

B. proses pengayakan
3. Proses Pengayakan

Dasar proses pengayakan adalah bahwa fosil-fosil dan butiran lain hasil
penguraian terbagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan ukuran butirnya masing-
masing yang ditentukan oleh besar lubang. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak
semua butiran mempunyai bentuk bulat, tetapi ada juga yang panjang yang hanya
bisa lolos dalam kedudukan vertikal. Oleh karena itu, pengayakan harus digoyang
sehingga dengan demikian berarti bahwa yang dimaksudkan dengan besar butir adalah
diameter yang kecil / terkecil

a. Cara kering
 Keringkan seluruh contoh batuan yang telah terurai
 Masukkan kedalam ayakan paling atas dari unit ayakan yang telah tersusun baik
sesuai denagn keperluan
 Mesin kocok dijalankan selama + 10 menit

40
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

 Contoh batuan yang tertinggal di tiap-tiap ayakan ditimbang dan dimasukkan


dalam botol/plastik contoh batuan

b. Cara basah
Cara ini pada prinsipnya sama dengan cara kering, tetapi pada umumnya
menggunakan ayakan yang kecil. Pengayakan dilakukan dalam air sehingga contoh batuan
yang diperoleh masih harus dikeringkan terlebih dahulu

C.proses pemisahan fosil


Fosil-fosil dipisahkan dari butiran lainnya dengan menggunakan jarum. Untuk
menjaga agar fosil yang telah dipisahkan tidak hilang, maka fosil perlu disimpan di
tempat yang aman. Setelah selesai pemisahan fosil, penelitian terhadap masing-masing
fosil dilakukan.

a. Saringan dengan 30 - 80 - 100 mesh


b. Wadah pengamatan mikrofosil
c. Jarum pengutik
d. Slide karton (model Jerman 40 x 25 mm)
e. Slide karton (model internasional, 75 x 25 mm)

41
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

D. determinasi fosil

Metode determinasi fosil, dapat dilakukan dengan cara :


1. Membandingkan dengan koleksi fosil yang ada
2. Menyamakan fosil, yang belum dikenal dengan gambar-gambar yang ada di
leteratur/publikasi
3. Langsung mendeterminasi fosil yang belum dikenal tersebut dengan mempelajari ciri-ciri
morfologinya
4. Kombinasi 1,2 dan 3
5. Morfologi fosil yang dideterminasi masing-masing fosi berbeda, karena hal ini
tergantung dari jenis fosil dan karakteristik morfologi tubuhnya baik fosil makro &
mikro

Determinasi Fosil Makro

Determinasi fosil makro, meliputi hal-hal :


1. Sketsa/gambar fosil
2. Nomor peraga
3. Phylum
4. Class
5. Order
6. Family
7. Genus
8. Spesies

Determinasi Fosil Mikro

Determinasi fosil mikro, dengan menggunakan mikroskop, hal-hal yang diamati


1. Sketsa/gambar fosil Nomor peraga
2. Jenis Fosil
3. Susunan Kamar Bentuk
4. Kamar Sutur
5. Komposisi
6. Jumlah Kamar
7. Jumlah Putaran Kamar Aperture
8. Hiasan
9. Nama Fosil

42
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
6
TEKNIK PEGOLAHAN DATA PALEONTOLOGI

6.1. Pengolahan Fosil


Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya.
Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada umumnya bertujuan
untuk memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung
(matrik) yang menyelimutinya. Untuk setiap jenis mikrofosil, mempunyai teknik preparasi
tersendiri. Polusi, terkontaminasi dan kesalahan dalam prosedur maupun kekeliruan pada
pemberian label, harus tetap menjadi perhatian agar mendapatkan hasil optimum. Beberapa
contoh teknik preparasi untuk foraminifera & ostracoda, nannoplankton dan pollen dapat
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Foraminifera kecil & Ostracoda
Untuk mengambil foraminifra kecil dan Ostracoda, maka perlu dilakukan preparasi
dengan metoda residu. Metoda ini biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klastik
halus-sedang, seperti lempung, serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya.
Caranya adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Ambil ± 100 – 300 gram sedimen kering.
2. Apabila sedimen tersebut keras-agak keras, maka harus dipecah secara perlahan dengan
menumbuknya mempergunakan lalu besi/porselen.
3 .setelah agak halus, maka sedimen tersebut dimasukkan ke dalam mangkok dan
dilarutkan dengan H2O2 (10 – 15%) secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam
batuan tersebut dari matriks (lempung) yang melingkupinya.
4. Biarkan selama ± 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
5. Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan air yang
deras diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah adalah 30-80-100 mesh.
6. Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian dikeringkan
didalam oven (± 600 C).
7. Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai
dengan nomor sampel yang dipreparasi.
8. Sampel siap dideterminasi.

43
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

BAB
7
MANFAAT PALEONTOLOGI DALAM ILMU GEOLOGI

7.1 Manfaat
Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari waktu
geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada fosil. Organisme
berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini digunakan untuk menandai
periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil graptolit harus diberi
tanggal dari era paleozoikum. Persebaran geografi fosil memungkinkan para ahli geologi
untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia. Kegunaan fosil antara
lain:
A. Untuk menentukan umur batuan atau fosilFosil yang ditemukan dalam batuan
mempunyai selang waktu tertentu.dengan membandingkan urutan perlapisan(batuan
sedimen)dan kandungan fosilnya dapat ditentukan umur relatif suatu lapisan terhadap
yang lain.untuk menentukan umurbatuan kita gunakan plankton.
B. Untuk mengkorelasi batuan Korelasi adalah prinsip menghubungkan lapisan yang sama
pada batuan.dengan melihat kumpulan fosil yang sama pada satu lapisan yang lain,maka
dapat dihubungkan suatu garis kesamaan waktu pembentukan batuan tersebut.
C. Menentukan lingkungan pengendapanBeberapa binatang dapat dipelajari lingungan
hidupnya(misalnya laut dalam,air payau,darat,dsb)hal ini akan membantu didalam
merekonstruksi paleografi dan pembentukan batuannya.untuk menentukan lingkungan
pengendapan kita gunakan benkton. Fosil juga berperan dalam menentukan arus purba
(paleocurrent). Penentuan arah arus purba (paleocurrent) dapat dilakukan dengan
beberapa metode, diantaranya dengan memanfatkan keberadaan suatu fosil dalam suatu
lapisan sedimen, serta ada cara lain yaitu dengan metode AMS (Anisotropy of Magnetic
Suscaptibility).
Fosil yang terdapat dalam lapisan sedimen ini sangat berguna dalam menentukan arah
arus purba. Hal ini didasarkan pada konsep dimana pada lingkungan yang berarus, baik itu
lingkungan sungai, rawa, basin biasanya hidup suatu jenis makhluk hidup, sehingga ketika
makhluk hidup itu ada mati, arus air dalam lingkungan itu akan membawa dan
mengendapkan jasad maupun cangkang atau bagian tubuh makhluk hidup yang mati tadi

44
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

dengan suatu pola aliran arus tertentu. Arus itu dapat berupa arus turbidit, arus gravity,
ataupun arus pekat. Selanjutnya karena tertimbun oleh material sedimen yang terbawa
oleh arus maka bagian tubuh makhluk yang mati dapat menjadi fosil. Sedangkan karena
bagian tubuh makhluk itu terendapakan bersaamaan dengan suatu aliran arus, sehingga
fosil memiliki posisi dan penyebaran tertentu, maka bagian tubuh itu akan menunjukkan
suatu arah arus yang dulu pernah mengalir, atau dapat dikatakan sebagai arus purba.
Lapisan yang mengandung beberapa fosil yang menjajar dapat dijadikan sebagai

45
ILMU PALEONTOLOGI DASAR 2018

DAFTAR PUSTAKA

Djarubito, Mukayat. 1994. Zoology dasar. Erlangga ; Jakarta

Djauhari, Noor. 2012. Pengantar geologi.bogor

Google. (13.00 wita). http://id.m.wikipedia.org : paleontology filum bryozoa

Google (20.00 wita).http://academica.wayne.edu: paleontology,filum artropoda

Google (20.30 wita). http://id.m.wikipedia.org: paleontology filum mollusca

Google (21.15).www.pdffactory.com: pengamatan dan analisa makro dan mikro fosil

46

Anda mungkin juga menyukai