Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI PALEOGEOGRAFI NEOGEN BATAS CEKUNGAN KENDENG-SERAYU


UTARA: TANTANGAN DAN IMPLIKASI PADA KONSEP EKSPLORASI MINYAK
DAN GAS BUMI DI TINGGIAN SEMARANG REGIONAL JAWA TENGAH
BAGIAN UTARA

Imam Farchan Bagus Romario1*, Rachdian Eko Suprapto1, Dyatmico Pambudi1,


Ridwan Chandra1, Ilham Hani Pratama1, Muhammad Idham Fauzan1, Ryan Jodi Pratama1,
Renda Rachman1
1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H Tembalang – Semarang, Kode Pos 50275
*Email : imamfarchan@yahoo.co.id

SARI
Secara umum, sejarah geologi wilayah batas cekungan di Indonesia belum teridentifikasi dengan jelas.
Kondisi tersebut membutuhkan penelitian menyeluruh untuk menghasilkan konsep baru sebagai
variasi sudut pandang eksplorasi minyak dan gas bumi. Penelitian berfokus pada batas Cekungan
Serayu Utara-Kendeng dengan menekankan aspek paleogeografi (fasies sedimen, lingkungan
pengendapan, paleobatimetri) dan aspek tektonik (sejarah geologi regional, struktur geologi mayor
dan minor). Pemusatan analisis dan sintesis data merupakan hasil kombinasi bukti lapangan
(pemetaan geologi orientasi penelusuran sungai, dan pengukuran stratigrafi) dengan data sekunder
(penginderaan jauh dan studi literatur). Determinasi indikasi batas cekungan berdasar data gaya
berat dan pola pelurusan menunjukan tinggian diantara transisi dua rendahan di wilayah Semarang
(Tinggian Semarang). Cekungan Serayu Utara dan Kendeng mengalami dinamika selama Paleogen-
Neogen sebagai ruang akomodasi sedimen. Pulau Jawa mengalami Pola Subduksi Meratus hingga
Jawa yang mengalami fase transisi dan menghasilkan sesar geser mayor pengontrol fisiografi Jawa
bagian tengah sejak Akhir Paleogen (Zona Patahan Pamanukan-Cilacap dan Muria-Kebumen).
Aktivitas tektonik awal miosen menghasilkan sistem transtensional berarah NE-SW (N 155o E)
menghasilkan pola tinggian-rendahan dalam sistem sesar geser dengan Tinggian Semarang sebagai
pembatas di Jawa Tengah Bagian Utara. Kondisi paleogeografi di utara Jawa sejak Paleogen
didominasi oleh deposisi sedimen laut. Ruang akomodasi dikontrol Tinggian Utara Jawa
menghasilkan pola pendalaman ke arah selatan dan Timur dari Tinggian Semarang. Rekonstruksi
paleogeografi menggunakan litostratigrafi dan biostratigrafi Formasi Kerek dari penelusuran sungai
dengan pola Timur-Barat (Sungai Bancak - Sungai Banyumeneng - Sungai Jabungan - Sungai Garang
- Sungai Kripik - Sungai Lutut) dengan batimetri (lower bathyal-outer neritic). Lingkungan
pengendapan pola sedimentasi tiap sungai menunjukkan pola basin plain, inner proksimal, leeve dan
submarine fan channel dengan data arus purba dominan berarah NW-SE (N 180o E-N 195o E).
Keterdapatan rembesan minyak di Tinggian Semarang mengindikasikan sistem minyak dan gas bumi
berasosiasi dengan tinggian struktural batas cekugan. Komponen sistem minyak dan gas bumi seperti
batuan sumber, reservoir, dan jenis perangkap melibatkan formasi batuan penyusun Cekungan
Kendeng ataupun Serayu Utara. Peran patahan geser dan Tinggian Semarang diinterpretasi sebagai
jalur migrasi sekunder sekaligus acuan eksplorasi pada sistem perangkap potensi minyak dan gas
bumi pada Regional Jawa Tengah Bagian Utara.

Kata kunci : Cekungan Kendeng – Serayu Utara, Sesar Geser Muria - Kebumen, Paleogeografi Zona
Transisi, Tinggian Semarang

I. PENDAHULUAN Fakta ini disebabkan oleh kondisi lapangan


minyak di Indonesia sebagian besar telah tua
Dalam dua puluh tahun terakhir produksi
dan kurang pemboran eksplorasi tetapi
minyak Indonesia menurun secara konstan
lapangan yang sudah tua cenderung untuk
hingga masuk pada fase terendah bersamaan
diproduksi kembali (Kurtubi dan Priyono,
dengan penurunan harga minyak dunia.
2007 dalam Handayani, 2010).
115
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Salah satu lapangan minyak tua yang pernah II. KONDISI GEOLOGI
berproduksi pada jaman Belanda dengan REGIONAL
kapasitas produksi 400 ton selama kurun
Pulau Jawa merupakan Pulau di Indoensia
waktu 1903 - 1912 adalah lapangan minyak
dengan tatanan geologi dan fisiografi yang
Cipluk (Handayani, 2010). Lapangan
menarik untuk dipelajari. Fisiografi
minyak Cipluk merupakan bagian dari Sub
menitikberatkan pada parameter fisik suatu
Cekungan Kendal pada Zona Serayu Utara
daerah. Secara fisiografi, Van Bemmelen
yang telah terbukti memiliki cadangan,
membagi Jawa Tengah dan Jawa Timur
tetapi parameter yang berkaitan dengan
menjadi tujuh zona fisiografi, dari utara ke
sistem minyak dan gas bumi belum
selatan, yaitu, (1) Depresi Semarang-
terungkap secara tuntas. Lapangan Cipluk
Rembang, adalah dataran yang berada
berada pada wilayah transisi antara
diantara Semarang dan Rembang. (2) Zona
Cekungan Serayu Utara dengan Cekungan
Rembang, di bagian Utara dibatasi oleh
Kendeng. Hasilnya, tatanan geologi sangat
Paparan Laut Jawa Utara ke arah Selatan
komplek, yaitu zona terpatahkan hingga
berhubungan dengan Depresi Randublatung
terlipatkan (thrust fold belt zone).
yang dibatasi oleh Sesar Kujung, ke arah
Disamping itu, belum ada informasi geologi Barat berhubungan dengan Depresi
permukaan dan bawah permukaan baru Semarang - Pati dan ke arah Timur
menjadi kendala dalam perkembangan berhubungan dengan bagian Utara Madura.
Lapangan Cipluk terlebih penemuan potensi (3) Zona Randublatung, adalah daerah
lapangan minyak lain di Jawa Tengah dan lembah dengan bagian tengah memanjang
sekitarnya. Barat - Timur dan memisahkan Zona
Kendeng dengan Zona Rembang. (4) Zona
Secara umum, sejarah geologi batas Kendeng, memanjang dari Gunung Ungaran
cekungan di Indonesia belum teridentifikasi. di bagian barat menuju ke arah Timur
Kondisi tersebut membutuhkan penelitian sampai ke Sungai Brantas. Panjang zona ini
menyeluruh untuk mendorong suatu konsep diperkirakan 250 km, lebar di bagian Barat
baru dalam sistem minyak dan gas bumi. 40 km dan mungkin menyempit di bagian
Penelitian berfokus pada batas Cekungan Timur kurang lebih 20 km (Genevraye &
Serayu Utara dan Kendeng. Lokasi Samuel, 1972). (5) Depresi Tengah/Zona
penelitian berada pada Wilayah Kabupaten Solo Zona Solo tersusun oleh endapan
dan Kota Semarang dengan luasan sekitar 20 Kuarter dan ditempati oleh Gunungapi
km2 (Gambar 1a). Fisiografi daerah Kuarter, dibedakan menjadi 3 sub-zona,
penelitian termasuk ke dalam Bogor - North yaitu Sub-Zona Blitar, Sub-Zona Solo, dan
Serayu - Kendeng Anticlinorium Sub Zona Ngawi (6) Zona Pegunungan
(Bemmelen, 1949) (Gambar 1b). Selatan, terbentang dari wilayah Jawa
Tujuan penelitian memberikan gambaran Tengah, berada di Selatan Yogyakarta
baru konsep eksplorasi minyak dan gas bumi dengan lebar kurang lebih 55 km, hingga
pada wilayah batas cekungan. Secara Jawa Timur dengan lebar kurang lebih 25
regional, bertujuan untuk memacu daya km, berada di Selatan Blitar. Zona
tarik dan tantangan penelitian lebih Pegunungan Selatan dipisahkan menjadi tiga
komprehensif pada wilayah onshore Jawa sub zona, yaitu: Sub Zona Baturagung, Sub
Bagian Utara untuk menemukan potensi Zona Wonosari, dan Sub Zona Gunung
sistem minyak dan gas bumi. Sewu. (7) Zona Gunungapi Kuarter, meliputi
gunung - gunung berumur kuarter, seperti:
Gunung Ungaran, Merbabu, Merapi,
Sumbing, Sindoro dan gunung api satu
pelurusan.

116
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Cekungan Serayu Utara (North Serayu metode analitik. Metode deskriptif dilakukan
Basin), secara regional merupakan lanjutan dengan mengumpulkan fakta-fakta objek
dari Cekungan Bogor yang berada di Jawa penelitian (pemetaan geologi orientasi
Barat dan Zona Kendeng di Bagian Timur. penelusuran sungai, pengukuran stratigrafi).
Jalur yang membentang di pulau Jawa ini Kegiatan lapangan berupa penelusuran
disebut Bogor - North Serayu - Kendeng sungai mengikuti hipotesa paleogeografi
Anticlinorium (Bemmelen, 1949). Secara menuju arah dangkal menuju Tinggian
tektonik Cekungan Bogor - Serayu Utara- Semarang (Sungai Bancak - Sungai
Kendeng merupakan Cekungan Busur Banyumeneng - Sungai Jabungan - Sungai
Belakang (Back Arc Basin) terhadap busur Garang - Sungai Kripik - Sungai Lutut).
volkanik Oligo-Miosen yang berada di Pengukuran stratigrafi, struktur geologi, dan
selatan. pengambilan sampel didapatkan di lapangan
penelitian. Metode analitik bertumpu pada
Cekungan Kendeng terletak langsung di
pengolahan data yang didapatkan di
sebelah utara deretan gunung api, terdiri dari
lapangan dan analisis data sekunder
endapan kenozoikum muda yang pada
(penginderaan jauh dan studi literatur).
umumnya terlipat kuat disertai dengan sesar-
Selanjutnya, sampel lapangan dianalisis
sesar sungkup dengan kemiringan ke Selatan.
dengan preparasi mikropaleontologi untuk
Panjang Zona Kendeng sekitar 250 km
mendapatkan jenis fosil sebagai dasar
dengan lebar maksimumnya adalah 40 km.
penentuan paleobatimetri, umur relatif dan
Cekungan Kendeng merupakan cekungan
lingkungan pengendapan. Tahapan analisis
yang terletak pada back-arc basin dalam
akhir merupakan kombinasi hasil lapangan
tatanan tektonik pulau Jawa. Cekungan
dan literatur terkait untuk menghasilkan
tergolong dalam morfologi flexural basin
interpretasi paleogeografi dan model batas
(Smyth dkk, 2008).
cekungan sehingga tergambarkan implikasi
Cekungan Serayu Utara dan Cekungan pada acuan eksplorasi minyak dan gas bumi
Kendeng sebagian besar tersusun oleh dengan dasar data observasi permukaan.
endapan laut dalam dan endapan
volkanoklastik. Cekungan Kendeng terdiri IV. DATA DAN ANALISIS
atas Formasi Pelang, Formasi Kerek, Observasi Geologi Permukaan
Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan,
Formasi Kabuh dan Formasi Notopuro. Dan Observasi permukaan merupakan kegiatan
Cekungan Serayu Utara terdiri atas Formasi terorientasi dengan variabel terikat berupa
Rambatan, Formasi Halang, Formasi karakteristik batuan Formasi Kerek pada tiap
Kumbang, Formasi Tapak, Batuan sungai. Observasi geologi permukaan
Terobosan Tersier dan Seri Volkanik bertujuan menganalisis karakteristik dan
Kuarter. Formasi batuan kedua cekungan pola yang diintepretasikan akan terpengaruh
memiliki korelasi umur dan karakteristik dengan data gaya berat berupa deposenter di
yang analog dan berpotensi sebagai target sisi Timur penelitian hingga Tinggian
dalam eksplorasi minyak bumi. Contoh Semarang di sisi Barat Berdasarkan hasil
lapangan dengan cadangan terbukti pemetaan dan pengukuran stratigrafi,
dilakukan di Lapangan Gas Wunut di Jawa didapatkan karakteristik kondisi geologi
Timur, endapan volkanoklatik Pleistosen pada tiap sungai (Gambar 2a)., sebagai
sebagai batuan reservoir (Kusumastuti dkk, berikut: lokasi penelitian Sungai Bancak
2001 dalam Handayani, 2010). adalah sungai paling Timur dari area
penelitian dengan ketebalan pengukuran
III. METODE PENELITIAN stratigrafi 25 m. Didominasi oleh perulangan
batulempung sisipan batupasir.
Pemusatan analisis dan sintesis hasil
Batulempung berwarna abu-abu, struktur
penelitian dilakukan dengan dua metode
masif, tersortasi baik. Batupasir berwarna
penelitian yaitu metode deskriptif dan
cokelat berukuran 1/8 – 1/16 mm, tersortasi
117
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
dengan baik dan struktur sedimen dominan Pola penumpukan secara umum satuan
masif dengan beberapa menunjukkan batupasir mengalami penipisan dengan
laminasi, current ripple, grove marks dan kecenderungan menghalus ke atas.
adanya kenampakan basal lag pada bagian Selanjutnya pengukuran stratigrafi pada
bawah batupasir. Perselingan lain yang Sungai Garang sepanjang 15 m dengan
didapatkan adalah batulanau berwarna dominasi batupasir sangat kasar hingga
cokelat keabu-abuan masif dengan sortasi medium berstruktur masif dengan komponen
baik dan semen karbonatan yang berselingan berupa nodule, berselingan dengan
dengan batupasir. Dari tua ke muda, pola batulempung hitam karbontan. Pola
perulangan terjadi stabil dengan dominasi pengendapan secara keseluruhan pada
batulempung beberapa meter dan sisipan pengukuran stratigrafi Sungai Garang ini
batupasir beberapa sentimeter dengan adalah mengkasar keatas dengan terjadi
hubungan antar batuan memiliki bidang penebalan batupasir. Secara megaskopis
batas erosional. Keterdapatan sisipan pada stasiun titik amat ditemukan banyak
batulanau berukuran cm didapatkan pada pecahan moluska dengan orientasi
bagian bawah pengukuran stratigrafi. berantakan dengan morfologi cangkang
yang masih utuh. Pengukuran stratigrafi
Selanjutnya, Sungai Banyumeneng tersusun
pada Sungai Kripik memiliki ketebalan 25 m.
atas batugamping kalkarenit berlapis yang
Sungai Kripik didominasi oleh dua pola
menunjukkan adanya sisipan dengan
dominan dari tua ke muda. Pada bagian awal
batupasir kasar-halus dan batulempung
ditemukan satuan breksi monomik yang
karbonatan. Satuan Batugamping kalkarenit
berangsur berubah menjadi satuan
warna abu-abu masif, menunjukkan
batulempung perselingan batupasir kasar-
kenampakan penampang ukuran butir relatif
halus berstruktur ripple serta batugamping
menghalus ke atas (very coarse - medium),
kalkarenit tipis dan kembali pada satuan
batupasir dengan warna abu-abu kecoklatan
breksi monomik yang sangat tebal. Pada
masif, menunjukkan perlapisan blocky,
satuan batulempung didapatkan fosil
dengan ukuran butir medium. Panjang
moluska setempat dengan orientasi
pengukuran stratigrafi pada Sungai
terkumpul dan memiliki morfologi cangkang
Banyumeneng sekitar 20 m dengan pola
yang tidak utuh dan pecahan batubara. Jika
penumpukan fining upward dan penipisan
dibandingkan dengan moluska pada Sungai
batupasir kasar yang digantikan oleh
Garang maka kelimpahan moluska jauh
batugamping kalkarenit. Pengukuran
lebih sedikit. Untuk data tambahan, Sungai
stratigrafi selanjutnya dilakukan pada
Lutut tersusun atas dominan batupasir
Sungai Jabungan sepanjang 30 m. Sungai
berukuran sedang – halus yang berselingan
Jabungan tersusun atas perselingan batupasir
dengan batulempung dengan komponen
beragam ukuran dengan batulanau dan
pecahan kuarsit dan rijang. Kondisi
setempat didapatkan sisipan batulempung.
lapangan secara umum (Gambar 4)
Batulanau berwara abu-abu cerah
berkomposisi karbonatan dengn struktur Bukti Batas Cekungan Tinggian
masif dan beberapa ditemukan laminasi. Struktural
Secara megaskopis ditemukan beberapa
Berdasarkan data gaya berat Pulau Jawa,
organisme minor dalam tubuh batulanau.
terdapat tinggian di wilayah utara Gunung
Batupasir Sungai Jabungan berukuran sangat
Ungaran Semarang karena menunjukkan
kasar hingga halus dengan warna cokelat
nilai gaya berat positif (1250 - 2000 ums-2)
kekuningan berkomposisi karbonatan,
dan terdapat rendahan yang berada di bagian
dengan beberapa struktur sedimen yang
timur Semarang (Zona Kendeng) karena
ditemukan seperti laminasi, cross laminasi,
menunjukkan nilai gaya berat positif (-750 -
dan wave ripple. Fragmen penyusun
0 ums-2) (Gambar 2a). Tinggian tersebut
batupasir didapatkan pecahan batubara,
dinamakan Tinggian Semarang (Semarang
nodule dan fragmen batuan beku andesit.
118
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
High), diinterpretasikan sebagai batas dari upper bathyal dicirikan fosil cibicidoides
Zona Kendeng dengan Zona Serayu Utara. dutemplei dan cibicidoides subhaidingerii.
Selain dari data gaya berat, Tinggian Pola penumpukan sedimen Sungai Garang
Semarang diindikasikan dengan pola menunjukkan lingkungan pengendapan
pelurusan-pelurusan geologi sepanjang Zona basin plain atau outer lobe di bagian bawah
Kendeng dan Zona Serayu Utara (Gambar yang mengalami dinamika menjadi
2b). Pada Zona Kendeng, pelurusan penerobosan channel baru dan menghasilkan
memiliki pola Barat Timur (W-E), inner proximal submarine fan channel
sedangkan pada Zona Serayu Utara pola complex dengan kondisi paleobatimetri
pelurusan berbentuk sirkular di sekitar middle bathyal dicirikan fosil cibicidoides
Gunung Ungaran dan menerus ke Barat robertsonianus dan epistominella exigua.
dengan pola Timur Laut-Barat Daya (NE- Pola penumpukan sedimen Sungai Jabungan
SW). Pelurusan sirkular di Utara Ungaran menunjukkan lingkungan pengendapan mid
merupakan bagian akhir dari sistem fan channel bagian tributary channel dengan
pelurusan Zona Kendeng dan transisi arus cukup tenang hasil hempasan akhir
menuju Zona Serayu Utara. Pada daerah turbidity current, kejadian ini lalu
Utara Zona Kendeng terdapat sebuah sesar mengalami perulangan menghasilkan
yang masih aktif hingga sekarang, yaitu endapan channel yang berubah ke endapan
Sesar Lasem. Pelurusan Sesar lasem ini outer lobe membentuk stratigrafi lingkungan
mirip dengan Pelurusan Meratus yang terjadi submarine fan yang ideal. dengan
pada umur paleogen dan pelurusan dari paleobatimetri outer neritic dicirikan
Sesar Lasem ini juga membentuk sebuah stensioeina excolata, rectuvigerina nodifan.
pelurusan yang mengakibatkan terjadinya Pola penumpukan sedimen Sungai
proses magmatisme dengan salah satu bukti Banyumeneng menunjukkan lingkungan
Intrusi Kendalisodo (Tersier) dan pengendapan submarine fan channel dengan
menginisiasi terbentuknya pelurusan gunung penumpukan kipas semakin membesar dan
api muda (G. Ungaran, G. Merbabu, dan G. mulai terbentuk leeve dengan paleobatimetri
Merapi). middle bathyal dicirikan fosil cibicidoides
compressus, cibicidoides incrassatus. Pola
Data Paleogeografi Lokasi Penelitian penumpukan sedimen Sungai Bancak
Paleogeografi adalah kondisi geologi pada mencirikan lingkungan pengendapan basin
masa lampau yang bisa diinterpretasi dengan plain dengan paleobatimetri lower bathyal
karakteristik litologi dan komponen organik dicirikan cibicidoides pachyderma dan
berdasarkan pendekatan pengukuran uvigerina mediterranea. Determinasi
stratigrafi dan analisis fosil. Tinggian analisis arus purba berdasarkan struktur
struktural mewakili kondisi terdangkal pada sedimen berupa flute cast secara umum
rekonstruksi paleogeografi penelitian dan mengindikasikan pola pengendapan berarah
pelamparan lautan semakin ke timur menuju NW-SE (N 180 - N 195 E).
deposenter cekugan. Berdasarkan data
lapangan (Gambar 3a) didapatkan V. DISKUSI
karakteristik tiap sungai. Pola penumpukan Pembentukan Tinggian Batas Struktural
sedimen Sungai Lutut menunjukkan
lingkungan pengendapan submarine canyon- Menurut Satyana (2007), pulau jawa
inner fan kompleks yang ditandai oleh memiliki struktur regional berupa sesar
karakter sedimen debrite breksiasi mendatar yang saling berpotongan di daerah
vulkaniklastik hingga pola menghalus ke Jawa Tengah lebih tepatnya di wilayah
atas dengan baji akresi. Pola penumpukan Karang Sambung. Sesar pertama disebut
sedimen Sungai Kripik menunjukkan dengan Zona Sesar Pamanukan Cilacap dan
lingkungan pengendapan inisiasi kipas kedua disebut dengan Zona Sesar Muria
bawah laut dengan kondisi paleobatimetri Kebumen. Kedua sesar ini memiliki arah
pergerakan yang berbeda dimana Sesar
119
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Pamanukan Cilacap bergerak menganan tersebut terlihat melengkung mengikuti
(Sesar Dekstral) sedangkan Sesar Muria morfologi dari G. Ungaran. Dengan adanya
Kebumen bergerak mengiri (Sesar Sinistral). bukti tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa
Sesar Muria Kebumen diinterpretasikan pelurusan-pelurusan yang melengkung ini
sebagai salah satu asal mula terbentuknya disebabkan oleh base e t high. Sehingga
Tinggian Semarang. rendahan-rendahan yang disebabkan oleh
Sesar Muria-Kebumen ini menjadi terinversi
Sesar Muria Kebumen terbentuk karena
dan membentuk sebuah tinggian baru di
adanya perubahan pola subduksi pada pulau
daerah Semarang, yang disebut dengan
Jawa, awalnya berpola Meratus (NE-EW)
Tinggian Semarang yang diinterpretasikan
berubah menjadi pola Jawa (E-W). Hal
sebagai batas Cekungan Kendeng dan juga
tersebut diinterpretasikan karena Sesar
Cekungan Serayu Utara.
Muria Kebumen memiliki arah pelurusan
yang sama dengan yang dimiliki oleh pola Paleogeografi Zona Transisi
subduksi Meratus pulau Jawa. Sistem sesar
Kondisi paleogeografi dikendalikan oleh
mendatar memiliki 2 pola utama yaitu
dinamika geologi seperti kondisi ruang
transpression dan transtension. Kedua
akomodasi, perubahan muka air laut, dan
proses tersebut yang akan membentuk
tektonik. Pembentukan ruang akomodasi dan
tinggian (transpression) dan juga rendahan
tektonik di Pulau Jawa dikontrol oleh sistem
(transtension) pada sekitar pelurusan Sesar
subduksi Pola Meratus dan dilanjutkan Pola
Muria Kebumen tersebut. Hal ini menjadi
Jawa. Sementara naik turunnya muka laut
pemikiran awal Tinggian Semarang
terpengaruh iklim yang khas pada posisi
terbentuk karena proses tra spressio tetapi
Indonesia di daerah tropis. Tatanan fisiografi
harus dikoreksi dengan data gaya berat.
Pulau Jawa diawali dengan subduksi Pola
Berdasarkan data gaya berat, disekitaran
Meratus yang berkembang sejak Zaman
daerah G. Ungaran memiliki nilai gaya berat
Kapur hingga Eosen Tengah. Karena
rendah, sehingga pada daerah G. Ungaran
konfigurasi lempeng tektonik bumi, Pola
ini terjadi proses tra ste sio .
Meratus (NE-EW) mengalami transformasi
Menurut Armandita (2009), Sesar menjadi Pola Jawa (E-W). Selama transisi
Pamanukan Cilacap terbentuk pada Neogen pola subduksi menghasilkan mekanisme
awal (Miosen awal). Sehingga dapat sesar geser di bagian tengah Pulau Jawa
diasumsikan bahwa Sesar Muria Kebumen dengan mekanisme sesar geser. (inisiasi
ini terbentuk juga pada neogen awal. Setelah sesar geser Muria Kebumen). Subduksi Pola
terbentuknya rendahan akibar transtension, Jawa menghasilkan deretan gunung api fore
terjadi pengendapan sedimen pada area arc yang dikenal sebagai pegunungan
deposenter cekungan. Lalu ketika proses selatan. Tektonik dan vulkanisme selama
subduksi yang terjadi di selatan pulau Jawa oligosen disertai kondisi muka air laut yang
mulai aktif kembali. Daerah Jawa Tengah ini lebih rendah dari kondisi muka air laut
mengalami gaya yang besar dan terjadi modern (Vail, 1977) (Gambar 3b). Hal ini
magmatisme yang manghasilkan deretan menghasilkan endapan sedimen darat salah
gunungapi. Karena proses subduksi semakin satunya tergambar oleh Formasi Pelang.
intensif, zona sesar mendatar Muria Aktifitas pegunungan selatan menyebarkan
Kebumen semakin terdeformasi. Akibat material vulkanik pada proses sedimentasi di
deformasi tersebut terbentuk fold thrust belt wilayah lebih rendah dan mengalami
yang memanjang dari Zona Kendeng hingga peningkatan muka air laut di awal miosen.
Zona Serayu Utara. Namun, pada perbatasan Di pertengahan miosen, aktifitas vulkanik
Zona Serayu Utara dengan Zona Kendeng pegunungan selatan mengalami penurunan
ini terdapat perbedaan pelurusan fold thrust karena fase pasif subduksi jawa. Pada waktu
belt , hal tersebut tergambarkan pada peta ini, pengendapan sedimen laut sepanjang
DEM. Pelurusan-pelurusan yang berbeda batimetri litoral hingga batial berkembang

120
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
pesat. Organisme foraminifera besar, perselingan batulempung dianalisis sebagai
foraminifera kecil, moluska dan sejenisnya suatu reservoir dengan komponen kuarsa
hidup dengan melimpah. Fase ini terwakili dan sedikit kelimpahan foraminifera dengan
oleh formasi Kerek hingga Kalibeng. Pada komposisi minor berupa plagioklas, feldspar
akhir miosen tengah, aktifitas subduksi Jawa dan konten litik dengan semen karbonatan.
aktif kembali ditunjukkan dengan
Berdasarkan parameter ketebalan dan
munculnya sistem overthrust hingga fold
porositas, ketebalan maksimum 2 - 3 m
thrust belt kendeng yang sangat kompleks
memiliki nilai porositas berkisar 3%-10%
disertai erosi besar besaran pegunungan
dengan tingkat diagenesis yang telah
selatan. Tektonik ini menghasilkan insisiasi
mencapai tahap telogenesis. (Hertanto, 2010
vulkanisme modern seperti Gunung Merapi,
dalam Vasthi dkk, 2015). Untuk parameter
Gunung Lawu dan pelurusannya. Tinggian
batuan penutup, dominasi batulempung yang
struktural dari sistem sesar geser mengalami
impermeabel dengan ketebalan sekitar 700
inversi menghasilkan Tinggian Semarang
m sangat berpotensi untuk menjaga migrasi
sekaligus batas Cekungan Kendeng dan
minyak dan gas bumi tidak keluar sistem.
Serayu Utara. Proses pengendapan Formasi
Sementara dinamika pengendapan Formasi
Kerek dan Kalibeng masih terus berlangsung
Kerek dan Cekungan Kendeng secara
dengan kondisi muka air laut yang
regional akan menghasilkan sistem
mengalami fluktuasi dan mengikuti ruang
stratigrafi yang unik dan perangkap struktur
akomodasi dengan pola pendangkalan ke
yang bervariasi terutama berkaitan dengan
arah Tinggian Semarang.
lipatan dan sistem sesar naik.
Potensi Sistem Minyak dan Gas Bumi
Peran Tinggian Semarang berpotensi
Tinggian Semarang
sebagai jalur migrasi struktural sekaligus
Berdasarkan analisis pemetaan permukaan, perangkap struktural yang berhubungan
mekanisme rembesan mengindikasikan dengan sistem sesar geser sehingga
adanya sistem penutup yang bocor. akumulasi hidrokarbon akan terakumulasi
Keterdapatan rembesan minyak dapat pada bagian bawah Tinggian Semarang.
ditemukan pada satuan batulempung
karbonatan sebagai penyusun Formasi Kerek. VI. KESIMPULAN
Berdasarakan hasil titik rembesan, rembesan Tinggian Semarang merupakan batas
minyak terdapat pada sisi Barat dari Cekungan Serayu Utara dan Kendeng di
Cekungan Kendeng dan berada pada bagian Jawa Tengah Utara yang merupakan
Tinggian Semarang. bagian terangkat dari sistem sesar geser
Penemuan rembesan ini memberikan mayor Muria-Kebumen. Paleogeografi
interpretasi dalam mengevaluasi potensi transisi wilayah Tinggian Semarang
minyak pada Zona Kendeng-Serayu Utara berkaitan erat dengan fase pengendapan
dan peran Tinggian Semarang. Analisis Formasi Kerek saat Miosen dimana fluktuasi
geokimia dengan menggunakan sampel muka air laut terjadi karena pengaruh
Formasi Kerek pada daerah Bancak dan tektonik dan vulkanisme. Tinggian
Pundak Payung sebagai identifikasi batuan Semarang diindikasikan memiliki peran
sumber di Cekungan Kendeng menghasilkan penting dalam potensi sistem minyak dan
kerogen berupa kerogen III yang merupakan gas bumi Cekungan Kendeng dan Serayu
gas prone, berasal dari bahan organik Utara terutama dalam hal jalur migrasi dan
tumbuhan darat tingkat tinggi (Kusuma, perangkap struktur. Hal ini ditunjukkan
2013; Hidayat & Fatimah, 2007). Sementara dengan keterdapatan akumulasi rembesan
di Serayu Utara, khususnya daerah Cipluk minyak di sekitar wilayah Semarang.
masih dibutuhkan analisis geokimia detil
yang diinterpretasikan menghasilkan
kerogen tipe III. Peran batupasir dalam
121
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

VII. UCAPAN TERIMA KASIH 2011), para peneliti terdahulu dan rekan-
rekan penelitian Geologi UNDIP karena
Penulis ingin mengucapkan terimakasih
hasil penelitian yang sangat membantu
kepada Yan Bachtiar Muslih selaku mentor
dalam penyusunan penelitian ini.
penelitian batas cekungan (Geologi UNDIP

DAFTAR PUSTAKA
Ar a dita, C. Mukti, Ma’ruf, M. Satyana, Awang. H. 2009. Intra-Arc Trans-Tension Duplex Of
Majalengka To Banyumas Area :Prolific Petroleum Seeps And Opportunities In West-Central
Java Border. Proceedings, Indonesian Petroleum Association Thirty-Third Annual Convention
& Exhibition
De Genevraye, P., and Samuel, L., 1972, The geology of Kendeng Zone (East Java): Proceedings of
Indonesian Petroleum Association 1st Annual Convention, Jakarta, p. 17–30.
Handayani, Una. 2010. Model Sub Sistem Petroleum Berdasarkan Data Geologi Permukaan Dan
Bawah Permukaan Dengan Pendekatan Metode Audio Magnetotelurik (Amt): Studi Kasus
Lapangan Minyak Cipluk, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah: Laporan Akhir Program Insentif
Peneliti Dan Perekayasa Lipi
Hidayat, Rachmad. Fatimah. 2007. Inventarisasi Kandungan Minyak Dalam Batuan Daerah
Kedungjati, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Bandung: Proceeding Pemaparan
Hasil Kegiatan Lapanga dan Non Lapangan Tahun 2007 Pusat Sumberdaya Geologi
Kusuma, Roni C. Mustika, Astri I. Atmaja, Dian A. Vashti, Agatha A. 2013. Study of Hydrocarbon
Potential Kerek Formation in Case Study at Pudakpayung District, Semarang, Central Java.
Jakarta: IPA
Romario, Imam. F.R, Mindasari, Dewi, Suprapto, Rachdian, E., Yusuf, Muhammad, A. Oligo-Miocene
Tectonic of Java and The Implication for Flexural Basin of Southern Mountain in Affecting
Depositional System in Kerek Formation; Joint Convention Balikpapan
Smyth, Hall, R. Nichols, Gary. 2008. Cenozoic volcanic history of East Java, Indonesia : The
Stratigraphic Record of eruption on an Active Margin. The Geological Society of America.
Sujanto, F.X.Sumantri,Yanto R. 1977. Preliminary Study On The Tertiary Depositional Palterns Of
Java . Proceedings Indonesian Petroleum Association Sixth Annual Convention, May 1977
Vail, P.R., Mitchun.1977. Seismic Stratigraphy And Global Changes of Sea Level, Part Four: Global
Cycles of Relative Changes of Sea Level. AAPG Memoir 26, pp. 83-89
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia: The Hague, Nijhoff, Government Printing
Office, 732 p.
Vasthi, Agatha, A. Romario, Imam, F,B. Suprapto, Suprapto, Rachdian, E. Devi, Elok, A.. 2015.
Evaluasi Karakteristik Batuan Dan Rembesan Minyak Pada Formasi Kerek Terhadap Potensi
Hidrokarbon Cekungan Kendeng, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Teknik Geologi,
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

122
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

(a)

(b)

Gambar 1. a) Peta Lokasi Penelitian b) Fisiografi Pulau Jawa dan Madura (Bemmelen, 1949)

123
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

(a)

(b)

Gambar 2. a) Kondisi Peta Gaya Berat Daerah Penelitian

(a) (b)

Gambar 3. a) Hasil Pengukuran Stratigrafi b) Muka Air Laut Global berdasar waktu geologi (vail,
1977)

124
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. a)Batulempung di Sungai Bancak b) Batugamping Kalkarenit di Sungai Banyumeneng c)


Perselingan Batulempung denga Batupasir di Sungai Jabungan d) Pecahan moluska di
Batulempung Sungai Kripik e) Breksi monomik di Sungai Bancak f)Batupasir karbonatan
di Sungai Kripik g) Pecahan moluska di Sungai Garang h) Rembesan minyak di
Batulempung di Sungai Bancak i) Batugamping Kalkarenit di Sungai Banyumeneng
j)Batupasir sungai jabungan k) Batulempung karbonatan di Sungai Bancak l)Batupasir
dengan kelimpahan moluska di Sungai Garang

Gambar 5. Model Tentatif Paleogeografi Transisi Tinggian Semarang

125
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 6. Model Tentatif Sistem Minyak dan Gas Bumi Transisi Tinggian Semarang

126

Anda mungkin juga menyukai