Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SKRIPSI

PENENTUAN DAERAH PROSPEK HIDROKARBON DAERAH


X HORIZON NGIMBANG KARBONAT CEKUNGAN JAWA
TIMUR UTARA BERDASARKAN DATA SEISMIK

Oleh :

Hendri Priparis
111.000.077

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2004
Proposal Skripsi

Judul Skripsi : Penentuan daerah prospek


Hidrokarbon Daerah X Horizon
Ngimbang Karbonat Cekungan Jawa
Timur Utara Berdasarkan Data seismik

Nama : Hendri Priparis


No Mahasiswa : 111.000.077
Alamat Jurusan : Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur
Yogyakarta, 55283 INDONESIA
Telp. (62-274) 487816,
Fax. (62-274) 487816
Alamat di Rumah : Nogosari Kr XIII Rt.03/Rw 27 Sidokarto Godean
Sleman Yogyakarta 55564 INDONESIA
Telp. 08156802179
Hendri Priparis@yahoo.com

Yogyakarta, Maret 2004


Mengetahui ,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Kuwat Santoso , M.T. Ir. Bambang Tri Wibowo, M.T


PROPOSAL SKRIPSI

PENENTUAN DAERAH PROSPEK HIDROKARBON DAERAH


X HORIZON NGIMBANG KARBONAT CEKUNGAN JAWA
TIMUR UTARA BERDASARKAN DATA SEISMIK

1. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan kurikulum yang ada di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta, tahun ajaran 2003/2004 maka

setiap mahasiswa dalam mencapai gelar kesarjanaan program pendidikan

strata-1 harus melakukan skripsi .

Dalam kegiatan eksplorasi terdapat dua kegiatan yaitu penyelidikan

geologi permukaan (surface investigation) dan penyelidikan geologi bawah

permukaan (subsurface investigation). Kemajuan teknologi telah menghasilkan

data-data bawah permukaan yang dapat menampilkan gambaran bawah

permukaan dengan keakurasian yang tinggi yang dapat berupa data seismik,

data log, data core, cutting dan data paleontologi, sehingga dengan adanya data

ini maka dapat digunakan untuk menyusun stratigrafi daerah telitian

berdasarkan konsep sikuen stratigrafi.

2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari pelaksanaan skripsi ini adalah agar dapat mengetahui cara

mengkorelasi berdasarkan data seismik, dan data log sumur sehingga dapat

diketahui sekuen stratigrafinya, yang nantinya untuk dapat mengenal kondisi

sedimentasi, sistem pengendapannya dan kualitas reservoir hidrokarbon daerah


telitian. Selain itu juga kami mendapatkan pengalaman cara menganalisis data

seismik, dan data sumur. Karena dengan analisa ini maka dapat untuk

mengetahui distribusi lateral dan vertikal dari suatu litologi sehingga dapat

menggambarkan keadaan reservoir daerah telitian tersebut.

3. BATASAN MASALAH

a. Interpretasi litofasies dan lingkungan pengendapan daerah

penelitian.

b. Menentukan batas-batas sekuen stratigrafi (SB, MFS) daerah

penelitian.

4. GEOLOGI UMUM

A. Fisiografi

Van Bammelen ( 1949) membagi fisiografi Jawa menjadi 7 (tujuh) zona

berturut-turut mulai dari utara ke selatan sebagai berikut ( Gamabar 2.1) :

Gunungapi kuarter

Dataran alluvial jawa barat

Antiklinoreum Rembang Madura

Antihklinorium Kendeng Serayu Utara Bogor

Kubah dan Punggungan pada zona depresi tengah.

Zona depresi tengah Jawa dan zona Randublatung.

Pegunungan Selatan.

Selanjutnya Jawa dibagi menjadi 4 (empat) bagian,yaitu berturut-turut dari

barat adalah :
Jawa Barat, (dari ujung barat Jawa hingga ke

Cirebon)

Jawa Tengah,( Cirebon hingga Semarang)

Jawa Timur ( dari Semarang hingga Surabaya)

Selatan madura dan Pulau madura.

Fisiografi dan Tektonik Jawa Timur kemudian dibagi menjadi 7 (tujuh) zona,

berturut-turut dari utara ke selatan adalah :

Kompleks Muria ( Muriah)

Depresi Semarang Rembang.

Zona Rembang.

Zona Randublatung.

Zona Kendeng.

Zona Solo,dibadi menjadi :

Subzona Ngawi

Zona Solo sensu stricto,dan

Subzona Blitar

Zona Pegunungan Selatan.

B. Stratigarfi

Stratigrafi regional daerah telitian termasuk kedalam zona Rembang. Secara

umum sedimen pada mandala ini merupakan endapan paparan yang kaya akan

batuan karbonat dan hampir tidak dijumpai endapan piroklastik. Jalur ini

merupakan paparan yang melandai ke selatan. Tebal seluruh sedimen pada jalur

Rembang ini mencapai sekitar 1500 meter.Ciri litologi yang umum adalah

batulempung, napal dan batugamping.


Stratigrafi regional Mandala rembang menurut Harsono Pringoprawiro

(1983) terbagi menjadi 12 ( dua belas ) satuan. Satuan batuan yang hingga kini

diketahui tersingkap di Cekungan Remabang berumur Oligosen Tua, disusun

oleh berturut-turut sedimentasi yang menerus tanpa terputus-putus sampai

zaman Pleisosen.Pada table 2.1 ( dirangkum dari Harsono Pringgoprawiro,

1984) yang merupakan perkembangan tatanama stratigrafi regional Zona

Rembang-Madura menurut beberapa peneliti terdahulu dan yang terakhir

Harsono Pringgoprawiro ( 1984 ) melakukan penelitian khusus mengenai

tinjauan starigrafi di pulau Madura Jawa Timur. Pembahasan masing masing

satuan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

Batuan Pra Tersier

Batuan yang berumur lebih tua dari Tersier mendasari batuan Kenozoikum.

Lakasi pada sumur-sumur pemboran di dataran jawa Timur utara maupun

lepas pantai, tidak tersingkap dipermukaan. Merupakan satuan ubahan yang

berderajat rendah seperti batu Lumpur (mudstone), batulanau yang keras

dengan urut-urautan dasit atau dapat merupakan kwarsit atau phylit.

Kedudukan batuan Pra Tersier ini selalu terletak secara tidak selaras

bersudut dibawah batuan Kenozoikum.Secara radiometri berumur Kapur

( 100 juta tahun yang lalu).

Formasi Ngimbang

Terletak tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier.Lokasi tipenya adalah Desa

Ngimbang terdiri dari perulangan antara batupasir,serpih dan lanau dengan

sisipan tipis batubara. Bagian atas dari formasi ini terdiri dari batugamping

dan napal. Batas antara formasi Ngimbang dengan formasi yang ada

diatasnya sulit ditentukan karena perubahan yang berangsur. Adanya


batugamping yang tebal dapat dipakai sebagai tanda dimulainya Formasi

Ngimbang,sehingga puncak atas dapat dipakai sebagai bagian atas.

Mempunyai ketebalan berkisar 600 700 meter menyebar ke utara . Umur

formasi ini adalah Oligosen Awal dengan fosil antara lain Nummulites

fichtelli, Nummulites variolarius dan Globigerina gelavisi. Diendapkan di

lingkungan laut dangkal, tidak jauh dari pantai untuk bagian atas dari satuan

ini, Sedangkan pada bagian bawah dari formasi ini lebih dangkal, dekat

pantai pada zona litoral.

Formasi Kunjung

Lokasi type tidak diketahui secara pasti, kemungkinan disekitar desa

Kujung, sepanjang sungai Secang, Tuban. Ciri litologi ini : strato type

pertama terdiri dari napal berwarna kelabu kehijauan hingga kuning

kecoklatan, getas mengandung foraminifera plankton, sisipan pelat-pelat

batugamping, tebal 25 50 cm, kuning kecoklatan hingga merah jingga,

tersingkap disepanjang Kali Secang, sebelah utara desa Kujung dan anak

sungai Kali Tepon.Starto type kedua pada bagian atas Formasi Kujung

terdiri dari lempung monoton, abu-abu kehijauan, sisipan batugamping

bioklastik, tersingkap sepanjang Desa Drajat.

Formasi ini tersebar luas sepanjang antiklin Kujung pada tinggian Tuban

terletak selaras diatas Formasi Ngimbang.Formasi ini berumur Oligosen

Atas dengan Formasi Heterostegina borneensis v.d Vlerk. Diendapkan pada

lingkungan laut terbuka ( 200 500 m) atau pada zona bathyal atas, hal ini

didukung oleh munculnya fosil fosil Uvigerina auberiana, Cibicides

floridanus, Nonion pompilioides dan sebagainya.

Formasi Prupuh
Terletak selaras di atas Formasi Kujung. Lokasi typenya adalah Desa

Prupuh, Kecamatan Pacitan.Terdiri dari perselingan antara batugamping

kapuran berwarna putih kotor dengan batugamping bioklastik berwarna

putih abu-abu, kaya akan orbitoid dan ganggang. Formasi ini berketebalan

sekitar 76 meter. Berumur Oligosen Atas Miosen Bawah dengan

kandungan fosil Spiroclypeus tidunganensis, Lepidocyclina sumatrensis.

Diendapkan pada lingkungan laut dangkal kemudian longsor ke laut yang

relative dalam ( neritik luar ).

Formasi Tuban

Lokasi type terletak di Desa Drajat, Pacitan, Tuban, Jawa Timur. Terdiri

dari lempung yang monoton dengan sisipan batugamping, tersingkap

disepanjang kali Suwuk, Desa Drajat. Kaya akan foraminifera Orbitoid

antara lain Lepidicyclina, Miogypsina dan Cyclocipeus. Formasi Tuban

secara selaras berbatasan dengan Formasi Formasi Prupuh, dibagian atas

terpancung dan tertutupi secara tidak selaras oleh Formasi Pacitan. Formasi

ini diduga berseling jari dengan Formasi Pelang Mandala Kendeng.

Ketebalan 144 665 meter.

Berumur Miosen Bawah bagian tengah atau N5 N6, dengan fosil

penunjuk Globigerinoides primordius, Globorotalia opimnana dan

Globigerina tripartite. Diendapkan pada paparan dangkal, pada zona neritik

luar dengan kedalaman 50 150 meter.

Formasi Tawun

Ciri pengenal formasi ini adalah suatu seri batuan pasiran terdiri dari

perulangan batupasir dan serpih pasiran berwarna khas kuning coklat

kemerahan hingga jingga dengan sisipan batugamping Orbitoid. Yang khas


dari batugamping adalah kaya akan kandungan fosil Orbitoid yang besar-

besar.

Bagian atas Formasi Tawun diwakili oleh Anggota Ngrayong terutama

terdiri atas batupasir kwarsa berbutir kasar dibagian bawah kemudian

berangsur menjadi halus dibagian atas. Batupasir kwarsa ini dapat mencapai

ketebalan hingga 90 meter, kadang-kadang mengandung cangkang muluska

laut dan lingkungan paparan yang terkindung, tidak terlalu jauh dari pantai,

pada kedalaman 0 50 meter, di daerah beriklim tropis. Umur formasi ini

Miosen bagian tengah atau N11 N12. Terletak selaras diatas Formasi

Tuban.

Formasi Bulu

Terdiri dari batugamping pasiran, berwarna putih kekuningan, kecoklatan

hingga keabu-abuan, keras, kompak, berlapis-lapis ( berpelat), banyak

mengandung foraminifera besar, koral, ganggang dan foraminifera kecil.

Lokasi typenya 8 km, sebelah barat Desa Bulu.

Terletak selaras diatas formasi Tawun. Formasi ini mempunyai peryebaran

yang luas mulai dari daerah Ngrejeng Klumpit Rengel di timur hingga

daerah Purwodadi di barat dan kemudian menghilang dibawah alluvium

Pati. Ketebalan berkisar antara 54 248 meter. Umur berkisar antara N14

N15 dari Blow (1969) atau sama dengan bagian-bagian terbawah dari

Miosen Akhir.Lingkungan pengendapan formasi ini adalah paparan dangkal

kedalaman 50 100 meter.

Formasi Wonocolo

Lokasi typenya tidak dinyatakan oleh penemunya, kemudian sekitar Desa

Wonocolo, 20 km laut Cepu. Terdiri dari napal lempungan hingga napal


pasiran, kaya akan fosil foraminifera plankton, abu-abu kehijauan dengan

selingan kalkarenit putih kekuningan setebal 5 20 cm.

Terletak selaras diatas Formasi Bulu, untuk kemudian bertindih secara

selaras oleh Formasi Ledok. Mempunyai penyebaran yang luas di jalur

Rembang dengan arah Barat Timur, mulai dari Sukolilo di barat, sedang,

wonosasi, Kedungwaru, Metes banyuasih, Mantingan, Bulu, Antiklin

Ledok, Antiklin Kawengan, melanjut kearah Manjung, Tawun, Jojogan,

Klumpit hingga menipis dan menghilang di daerah Tuban di Timur.

Ketebalan formasi ini berkisar 89 60 meter. Mempunyai umur Miosen

Akhir bagian bawah hingga bagian tengah atau zona N15 N16 (1969).

Formasi ini diendapkan pada laut terbuka,jauh dari pantai pada kedalaman

antara 100 500 meter , terletak pada neritik luar hingga bathyal atas.

Formasi Ledok

Merupakan perulangan antara napal pasiran kalkarenit dengan napal dan

batupasir. Yang khas dari pada formasi ini adalah konsentrasi glaukonit

yang tinggi terutama pada batupasir dibagian atas dari satuan. Setempat

kalkarenit dan napal pasirannya seringkali memperlihatkan struktur silang

siur, terletak secara selaras di atas Formasi Wonocolo. Penyebaran luas

mulai dari depresi Pati di barat, formasi ini dapat diikuti terus sampai di

timur sejauh Tuban, dimana satuan tersebut menipis atau membaji ke arah

tinggian Tuban. Berumur Miosen Akhir bagian atas atau zona N17 N18

dari Blow(1969) berdasarkan kandungan foraminifera plankton dengan fosil

penunjuk Globorotalia plesiotumida. Lingkungan pengendapan

menunjukkan adanya suatu pendangkalan yang berangsur-angsur mulai dari

bagian bawah menuju keatas. Bagian bawah diendapkan pada lingkungan


laut terbuka jauh dari pantai, pada kedalaman sekitar 200 meter pada zona

neritik luar. Sedangkan bagian atas termasuk zona neritik luar pada

kedalaman 60 100 meter.

Formasi Mundu

Lokasi typenya Sungai Kalen, Desa Mundu, 10 km Barat Cepu. Terdiri dari

Napal kehijauan, kuning kalau lapuk, massif, kaya sekali akan foraminifera

plankton dan tidak berlapis. Pada bagian puncak dari formasi seringkali

ditempati oleh batugamping pasiran yang kaya akan foraminifera plankton.

Bagian atas dari formasi ini disebut Anggota Selorejo terdiri dari

perselingan antara batugamping pasiran dengan pasir napalan setebal 1

1,5 meter. Formasi Mundu terletak selaras di atas formasi Ledok dan secara

selaras pula Formasi Lidah diatasnya. Mempunyai penyebaran yang luas

dengan tebal 75 meter samapai 342 meter. Umur dari Formasi ini adalah

Pliosen atau zona N18-N20 menurut Blow (1969), hal ini ditunjukkan

dengan munculnya Globorotalia tumida, Spahaeroidnella dehiscens

immature dan Globoquadrina dutertrei. Bagian bawah formasi ini

merupakan suatu lingkungan laut terbuka, ini merupakan suatu lingkungan

laut terbuka pada zona bathyal tengah ( 700 1100 m) ditunjukkan

munculnya golongan benthos di dalam napal antara lain Cibicides

wuellerstorfi, Uvigerinaperegrina schwageri dan Bulimina marginata.

Sedangkan bagian atas diendapkan pada suatu paparan yang dangkal. Laut

terbuka, pada kedalaman 100 200 meter, pada zona neritik luar. Hal ini

ditunjukkan oleh Uvigerina flintei dan Bulimina.


Formasi Pasean

Dicirikan oleh selang-seling antara napal dan batugamping, Napal berwarna

coklat sampai abu-abu, pasiran, glaukonitan, fosilan. Batugamping berlapis

( well bedded ), mengandung banyak foraminifera besar antara lain

Lepidocyclina. Formasi ini diendapkan pada lingkungan lepas pantai

dimana perbandingan planktonik/bentos, butiran 50% - 80% , pada zaman

Miosen Akhir Pliosen ( N16 N21) dan terdapat hiatus pada N15.

Formasi Paciran

Merupakan endapan batugamping terumbu, berwarna putih abu-abu,

massif, seringkali dolomitan, terdiri dari jalinan ganggang, koral,

foraminifera besar dan organisme pembentuk terumbu lainnya. Lokasi

typenya di bukit Poiramid, Paciran. Pada lokasi type satuan ini terletak

dengan ketidakselarasan bersudut diatas formasi Kujung. Secara lateral

dapat bersilang jari dengan Formasi Mundu dan Formasi Lidah.

Mempunyai penyebaran mulai dari daerah Jojogan, Montong, Tuban,

Palang, Paciran, Panceng, Gresik dan menerus ke Pulau Madura. Ketebalan

hamper seragam berkisar 1005 150 metr. Berumur Pliosen hingga

Pleistosen. Golongan foraminifera besar yang banyak dijumpai

Cyclocypeus, Operculina, Amphisegina dan Gypsina. Tidak dijumpai

Lepidocyclina dan Miogypsina. Diendapkan pada lingkungan laut dangkal,

dekat , dekat pantai, beriklim hangat, jernih, pada zona litoral hingga

sublitiral pinggir ( tidak melebihi 50 m).

Formasi Lidah

Formasi ini mempunyai cirri litologi terdiri suatu urutan lempung berwarna

biru tua monoton, plastis, lapuk berwarna coklat kuning, umumnya tidak
berlapis dan tidak mengandung pasir sama sekali, namun secara setempat

dapat berselingan dengan natupasir kuarsa yang mengandung glaukonit dan

moluska laut. Bagian bawah dari Formasi Lidah disebut Anggota

tambakromo terdiri dari lempung biru, sedangkan bagian atas disebut

Anggota Turi terdiri dari perselingan antara batulempung biru dengan

napal dan batupasir. Napal mengandung Globorotalia tosaensis dan

Globorotalia trincatulinoides ( Pronggopawiro dan Baharudin, 1979).

Diantara kedua anggota tersebut di daerah antikin Kawengan dipisahkan

oleh Anggota Malo dari batugamping cocquina dengan cangkang-

cangkang molusca.

Di daerah Bander, 10 km Selatan Bojonegoro Formasi Lidah berkembang

sebagai batugamping berwarna putih-putih kekuningan, berlubang-lubang,

sebagian kristalin, mengandung koral, algae, foraminifera dan

molluscadengan morfologi karst. Batugamping bersilang jari sesegala arah

dengan lempung biru dari formasi Lidah Anggota Tambokromo.

Formasi Lidah berumur Pliosen Atas Pleistosen bawah. Terletak secara

selaras di atas Formasi Mundu, dan diatasnya ditutupi secara tidak selaras

oleh endapan alluvial dan teras sungai.

Diendapkan pada lautan yang agak terlindung dengan kedalaman 200 300

meter untuk bagian bawah dan berangsur-angsur menjadi dangkal.

C. Struktur Geologi

Struktur umum pulau Jawa memperlihatkan arah Barat Timur, kecuali

Jawa Barat, strukturnya mengarah Barat Laut Tenggara. Adanya sesar yang

melalui Jawa Tengah, kemungkinan dipengaruhi oleh pergerakan lempeng India

ke arah utara (Untung dan Hasegawa, 1975).


Daerah telitian merupakan hasil tumbukan Lempeng Hindia dengan

Lempeng Asia. Tipe tumbukan kompresif antara kedua lempeng tersebut

menyebabkan terbentuknya fore arc basin .

Dengan adanya interaksi kedua lempeng tersebut maka pada daerah

telitian dijumpai produknya berupa struktur struktur geologi yaitu : sesar

sesar blok, serta kekar kekar yang dapat teramati dengan baik di lapangan.

5. DASAR TEORI

Log merupakan suatu gambaran terhadap kedalaman dari suatu perangkat

kurva yang mewakili parameter-parameter yang diukur secara menerus di

dalam suatu sumur. Adapun parameter-parameter yang bisa diukur adalah sifat

kelistrikan (spontaneous potensial), tahanan jenis batuan , daya hantar listrik ,

sifat keradioaktifan, dan sifat meneruskan gelombang suara . Metode

perekamannya dengan menggunakan cara menurunkan suatu sonde atau

peralatan kedasar lubang pemboran.

Jenis-jenis log yang sering digunakan :

A. Log spontaneous potensial (SP)

Kurva SP merupakan suatu catatan terhadap kedalaman dari perbedaan

potensial antara elektroda permukaan dengan elektroda yang dapat bergerak

di dalam lubang bor. Pada zona lempung, kurva SP menunjukan garis lurus

yang disebut shale base line. Pada formasi yang permeable kurva SP

menjauh dari garis lempung. Pada zona permeabel yang tebal , kurva SP

mencapai suatu garis konstan.

Dalam evaluasi formasi log SP digunakan untuk :


Menentukan jenis litologi

Menentukan kandungan lempung

Menentukan harga tahanan jenis air formasi

B. Log Gamma Ray (GR)

Log GR merupakan suatu catatan terhadap kedalaman dari radioaktivitas

alamiah suatu formasi. Log Gamma Ray digunakan untuk :

Menentukan volume lempung

Identifikasi litologi

C. Log Resistivitas

Merupakan log elektrik yang digunakan untuk :

Mendeterminasi kandungan fluida dalam batuan reservoir .

Mengidentifikasi zona permeable

Menentukan porositas

Ada dua tipe log yang digunakan untuk mengukur resistiviti formasi yaitu

log induksi dan log elektroda.

D. Log Densitas

Log Densitas merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas

elektron suatu formasi. Dalam evaluasi sumur log densitas berguna untuk :

Menentukan porositas

Identifikasi litologi

Identifikasi adanya kandungan gas

Mendeterminasi densitas hidrokarbon

E. Log Netron

Merupakan tipe log porositas yang mengukur konsentrasi ion hydrogen

dalam suatu formasi. Netron energi tinggi yang dihasilkan oleh suatu
sumber kimia ditembakkan kedalam formasi. Di dalam formasi, netron

bertabrakan dengan atom-atom penyusun formasi sebagai akibatnya netron

kehilangan energinya.

Dalam penentuan pekerjaan evaluasi formasi, log netron berguna untuk :

Menentukan porositas

Log netron dapat mendeteksi porositas primer dan sekunder dalam

formasi

lempung. Dalam formasi lempungan log netron juga mendeteksi

kandungan

air dalam partikel- partikel sebagai porositas.

Identifikasi litologi

Litologi dapat diterminasi dengan menggunakan gabungan log densitas,

log netron dan log sonic dalam cross plot M-N atau MID.

Indentifikasi adanya gas

Adanya kandungan gas dalam suatu formasi dapat dilihat dengan

gabungan antara log netron dengan log densitas. Adanya gas

ditunjukkan harga porositas densitas yang jauh lebih besar daripada

porositas netron.

F. Log Sonik

Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu lewat dari

suatu gelombang suatu suara kompresional untuk melalui satu feet formasi.

Dalam evaluasi formasi log sonic berguna untuk :

Menentukan porositas

Log sonic dapat mengukur harga kesarangan primer namun tidak dapat

mengukur porositas sekunder.


Identifikasi litologi

Litologi dapat dicerminkan dengan menggabungkan log sonic, netron,

dan densitas cross plot M-N atau MID.

Pada pekerjaan seismik cukup sederhana, dimana energi yang dihasilkan

dari sumber yang dipancarkan kedalam bumi sebagai gelombang seismik pada

saat bertemu dengan bidang pelapisan berfungsi sebagai reflektor dan akan

kembali memantul ke permukaan dan kemudian dideteksi oleh geophone yang

terdapat dipermukaan bumi. Ada jenis seismic ada 2 macam, yaitu :

1. Seismik bias ( refraction ), digunakan untuk penelitian yang dangkal (< 30

km).

2. Seismik pantul ( reflection ), digunakan untuk penelitian yang dalam (> 30

km).

SEISMIK FASIES

Adalah unit dimana seismik refleksi mempunyai ciri-ciri :

1. Kontinuitas refleksi

2. Konfigurasi refleksi

3. Geometri luar

4. Amplitudo dalam bentuk gelombang

5. Frekuensi

6. Kecepatan interval.

Konfigurasi refleksi adalah bentuk permukaan yang memberikan refleksi..

Teknik intrepetasi mencakup :

1. Korelasi dengan sumur pengikat


2. Penentuan horizon yang dipetakan

3. Tracing atau mengikuti lapisan yang dipetakan sepanjang data

seismik yang diberi warna tertentu

4. Seluruh garis seismik yang telah di-trace, harga two way line

( TWT ) yang didapatkan diplot pada peta dasar seismik dan titik yang sama

akan dihubungkan untuk memberikan garis kontur.

STRATIGRAFI SEISMIK

Yaitu cabang dari stratigrafi yang mempelajari pola pengendapan

berdasarkan data seismik. Kenampakan-kenampakan yang dipakai dalam

seismik stratigrafi adalah :

o Terminasi reflektor seismik : onlap, downlap, toplap, erosional truncation.

o Karakter reflektor seismik seperti : kontinuitas , flat, dipping, cliniform.

Pembagian sikuen stratigrafi ialah penggolongan lapisan secara bersistem

menjadi satuan bernama berdasarkan satuan genesa yang membatasinya, bagian

atas dan bawahnya merupakan batas ketidakselarasan atau keselarasan

padanannya. Pembagian ini merupakan kerangka untuk menyusun urutan

peristiwa geologi. Satuan sikuen stratigrafi adalah suatu tubuh lapisan batuan

yang terbentuk dalam satuan waktu pada daur perubahan muka laut relatif

(Martodjojo dan Djuhaeni, 1996). Penerapan model-model sikuen stratigrafi

suatu cekungan harus disesuaikan dengan kondisi geologi lokal seperti : variasi

pasokan sedimen, tektonik lokal, dan iklim. Interpretasinya dapat dilakukan

berdasarkan data seismik, data log sumur, serbuk bor, outcrop dan data

paleontologi (Van Wagoner, 1991).


TIPE-TIPE SEKUEN

1. Tipe-1 sikuen :

Terdiri atas lowstand, trangresive, dan high stand system tracks. Dibatasi

dibawahnya oleh tipe-1 ketidakselarasan yang setara.

2. Tipe-2 sikuen :

Terdiri atas shelf margin, trangresive dan highstand system track. Dibatasi

dibawahnya oleh tipe-2 ketidakselarasan yang setara.

3. Tipe-3 ketidakselarasan :

Ketika terjadi penurunan muka air laut agak lambat atau sama dengan

penurunan dasar cekungan.

6. METODE PENELITIAN

Pendekatan masalah dilakukan secara diskriptif analitis dan dalam

pelaksanaannya dilakukan berdasarkan data seismic dan data sumur.

Sistematika kerja dilakukan dengan tahapan sbb :


1. Interpretasi data log sumur :

a. Analisa lingkungan pengendapan dan perubahannya secara vertikal

masing-masing data log sumur.

b. Analisa sikuen stratigrafi data log sumur untuk menentukan maximum

flooding surface (MFS) dan sequence boundary (SB).

c. Mengenali system tracts dengan batas-batasnya untuk masing-masing

sumur.
d. Rekontruksi penampang berdasarkan data sumur yang telah dianalisa

tersebut diatas.

2. Interpretasi Seismik :

a. Interpretasi data seismik, menentukan batas sikuen dan system tract.

b. Mengenali fasies seismik diantara sequence boundary (SB).

3. Kompilasi data log sumur dan seismik.

6. Sintesa seluruh hasil analisa.

7. KONTRIBUSI PENELITIAN

- Memberikan tambahan data sikuen stratigrafi yang telah ada.

- Membantu memecahkan permasalahan geologi dalam menginterpretasikan

daerah penelitian.

- Diharapkan dapat membantu kegiatan eksplorasi hidrokarbon di daerah

penelitian.

- Untuk pengembangan ilmu kebumian.

8. TAHAPAN PENELITIAN

Tahapan - tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi

1. Studi Pustaka

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui daerah sekitar penelitian dari

literatur yang berupa buku buku yang mendukung skripsi ini, jurnal,

makalah dan laporan laporan terdahulu. Selain itu juga sebagai

pengenalan terhadap tahapan tahapan selanjutnya.


2. Pengumpulan Data

Beberapa data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data sekunder meliputi data data geologi daerah telitian

b. Data primer yang meliputi :

Data Seismik

Dari data ini didapatkan data primer yang nantinya akan digunakan untuk

analisa saturasi air, porositas dan permeabilitas.

Data geologi bawah permukaan lainnya sebagai data pendukung.

3. Analisis Data

Hasil analisis data log yang didapatkan adalah data kuantitatif yang

kemudian akan di susun untuk mendapatkan data kualitatif seperti

penampang bawah permukaan dari korelasi log, penyebaran distribusi

batuan reservoir (batupasir atau batugamping) dan karakteristik

sedimentasi.

4. Pengujian Hipotesa

Dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran dari hasil analisis yang

sebelumnya sudah didiskusikan terlebih dahulu, dimana dari hasil pengujian

ini akan dievaluasi.

5. Pelaporan dan presentasi

Tahapan ini akan digunakan sebagaintahap penulisan dan penyusunan

laporan akhir penelitian serta akan dilakukan presentasi hasil penelitian.

9. WAKTU PENELITIAN
Setelah disesuaikan dengan jadwal akedemik, waktu penelitian

direncanakan selama dua bulan pada awal bulan Maret s.d akhir April 2004

atau pada waktu lain yang telah ditentukan.

Rencana kerja yang diusulkan :

Minggu
Jenis Kegiatan
ke 1 ke 2 ke 3 Ke 4 Ke 5 ke 6 ke 7 ke 8

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pengujian Hipotesa

Pelaporan dan Presentasi

10. ALAT DAN FASILITAS

Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa alat

pendukung yang diantaranya:

1. Pensil warna

2. Seperangkat komputer dengan perangkat lunaknya

3. Data Seismik

4. Data Log

Fasilitas:

1. Akses ke perpustakaan
2. Akses ke internet

3. Akomodasi, Transportasi dan Konsumsi

4. Akses untuk penggandaan data

5. Literatur yang berkait

11. PEMBIMBING

Untuk pembimbing dilapangan diharapkan dapat disediakan oleh

perusahaan yaitu Bapak Ir. Barlian Yulihanto, MSc, sedangkan untuk

pembimbing di kampus kami telah mendapatkan dari salah satu staf pengajar

pada Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Yogyakarta.

12. PENUTUP

Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan skripsi ini

akan dapat membuka wawasan mahasiswa pada bidang teknologi geologi yang

dipakai dalam dunia perminyakan. Dan dalam kesempatan ini mahasiswa akan

memanfaatkanya semaksimal mungkin, serta hasil dari skripsi ini akan dibuat

dalam bentuk laporan dan akan dipresentasikan di perusahan terkait dan juga di

universitas ( jurusan ).

13. DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono, A., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger

Oilfield Services, Jakarta.


2. Sukmono, S., 1999, Seismik Stratigrafi, Jurusan Teknik Geofisika,

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

3. Wagoner J.C. van., Mitchum, RM., Campion, K.M., dan Rahmanian,

v.D., 1991, Siliciclastics sequence Stratigraphy in Well Logs, Core and

Outcrops: Concepts for High-Resolution Correlation of Time and

Facies, AAPG Methods in Series, No. 7, Telsa USA, p. 1-55.

Anda mungkin juga menyukai