PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waduk atau reservoir (etimologi: rservoir dari bahasa Perancis berarti
"gudang") adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau pembendungan sungai yang
bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di lembah sungai pada saat pembangunan sebuah
bendungan atau penggalian tanah atau teknik konstruksi konvensional seperti pembuatan tembok atau
menuang beton. Istilah 'reservoir' dapat juga digunakan untuk menjelaskan penyimpanan air di dalam
tanah seperti sumber air di bawah sumur minyak atau sumur air.
Dalam rangka mendapatkan minyak dan gas bumi yang bernilai ekonomis, teknik reservoir
mempelajari karakteristik minyak, gas, dan air dalam suatu reservoir pada kondisi statik maupun dinamik.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang interaksi antara fluida (isi) dan batuan (rumah) sama pentingnya
dengan pengetahuan tentang fluida dan batuan itu sendiri. Melihat perkembangan metode, konsep, dan
persamaan dalam bidang ilmu teknik reservoir serta peranannya dalam kegiatan industri minyak dan gas
bumi selama ini, tidak diragukan lagi bahwa teknik reservoir telah menjadi cabang ilmu teknik
perminyakan yang powerful dan well-defined.
Jepang menata kembali sendi-sendi kehidupannya mulai dari nol, setelah kalah perang pada tahun
1945 lalu. Program konsolidasi lahan, yang menjadi kerangka dasar program recovery tersebut,
mempunyai efek samping yaitu meningkatnya harga tanah. Sejalan dengan hal tersebut, teknologi
kontruksi berkembang vertikal, yaitu ke atas (gedung-gedung pencakar langit) dan ke bawah (bunker).
Seperti kita lihat saat ini, betapa banyak stasiun kereta api yang berada di bawah tanah khususnya di
sekitar Tokyo.
1.
2.
3.
4.
5.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui keuntugan menggunakan teknik Reservoir dalam pengeboran minyak
2. Mengetahui tujuan dari teknik Reservoir
3. Mengetahui pentingnya Teknik Reservoir
BAB II
ISI
1. Apakah Defenisi Reservoir
Waduk atau reservoir (etimologi: rservoir dari bahasa Perancis berarti
"gudang") adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau pembendungan sungai yang
bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di lembah sungai pada saat pembangunan sebuah
bendungan atau penggalian tanah atau teknik konstruksi konvensional seperti pembuatan tembok atau
menuang beton. Istilah 'reservoir' dapat juga digunakan untuk menjelaskan penyimpanan air di dalam
tanah seperti sumber air di bawah sumur minyak atau sumur air.
Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas bumi. Cara terdapatnya
minyak bumi di bawah permukaan harus memenuhi beberapa syarat yang merupakan unsur unsur suatu
reservoir minyak bumi. Unsur tersebut antara lain batuan reservoir, lapisan penutup (cap rock), dan
perangkap reservoir (reservoir trap). Batuan reservoir bertindak sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi
oleh minyak dan gas bumi. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang berongga rongga atau
berpori pori. Lapisan penutup yaitu suatu lapisan yang tidak permeabel atau lulus minyak yang terdapat
di atas suatu reservoir dan menghalangi minyak bumi dan gas yang keluar dari reservoir. Perangkap
reservoir yaitu suatu unsur pembentuk reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan
beserta penutupnya merupakan bentuk konkaf ke bawah dan menyebabkan minyak dan gas bumi berada
di bagian teratas reservoir. Bentuk perangkap ini sangat ditentukan oleh cara terdapatnya minyak bumi,
yaitu selalu berasosiasi dengan air. Air mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari minyak bumi.
Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya reservoir
minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi, temperature dan tekanan
pada tempat dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya
mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup dan perangkap.
tentang reservoir dan membantu menentukan bagaimana cara memproduksikan minyak dan gas dari
reservoir tersebut. Ada dua cara untuk mengambil dari dalam tanah:Drilling (Pemboran)&Production
(Produksi):
Drilling (Pemboran)
Ketika para ahli geologi selesai menganalisa lapangan minyak prospektif dan tanahnya sudah
dikontrak (leased), sumur taruhan dibor untuk mendapatkan informasi mengenai reservoir-nya. Di
pertengahan kedua tahun 1800an, sumur minyak dibor dengan memalu pipa baja ke dalam batuan.
Sekarang ini digunakan rig pemboran, dimana mata bor berputar-putar, kedalaman demi kedalaman untuk
menembus/memotong batuan.
Fluida pemboran, juga disebut lumpur pemboran, digunakan untuk melumasi mata bor tersebut
agar tidak lengket dan untuk membersihkan serpihan batuan hingga ke permukaan. Serpihan batuan ini
tercatat dalam mud logger yang mencari tanda-tanda adanya minyak dan gas.
Tidak semua sumur lurus dan vertikal. Pemboran horisontal menjadi cara yang menguntungkan
untuk meningkatkan produksi dengan cara meningkatkan kontak wellbore ke formasi. Saat pemboran
selesai, rig pemboran bisa dibongkar untuk dipasang di lokasi pemboran lainnya. Untuk pemboran lepaspantai rig diletakkan di atas kapal dan tongkang.
Setelah pemboran, pipa baja yang disebut casing dipasang di dalam lubang sumur dan disemen
ditempatnya. Sitem kerangan yang kuat yang disebut pohon natal (Christmas tree) dipasangkan ke
tempatnya di kepala sumur untuk mengatur aliran minyak, gas dan air dan mencegah semburan liar.
Kemudian dilakukan perforasi pada casing sumur di kedalaman yang tepat untuk membuat lubang-lubang
agar minyak dan gas bisa mengalir kedalam bor sumur dan ke atas permukaan.
Memproduksikan Sumur
Karena minyak, gas dan air di dalam tanah pada awalnya bertekanan besar, fluida-fluida ini
mengalir keatas melalui lubang sumur dengan sendirinya, seperti halnya minuman ringan (berkarbon)
yang telah dikocok. Bila minyak dan gas dihasilkan dengan cara seperti ini, maka ia disebut primary
recovery (perolehan utama). Bila tekanan awal tersebut sudah kecil, suker rod digunakan untuk menarik
minyak dari reservoir dan mengangkatnya ke atas sumur. Kadang-kadang gas diinjeksikan ke dasar
sumur, dan pada saat mengembang, gas tersebut mengangkat minyak ke atas ke permukaan. Hal ini
disebut gas lift. Membuka saluran baru di dalam batuan agar minyak dan gas bisa mengalir melewatinya
disebut stimulasi. Ada tiga cara stimulasi yang umum dilakukan: Menggunakan bahan peledak untuk
menghancur batuan, menginjeksikan asam untuk melarutkan sebagian batuan, dan melakukan perekahan
(fracturing) secara hidrolik untuk membelah batuan dan membukanya dengan proppant.
Setelah primary recovery (perolehan utama), hanya satu porsi dari minyak dan gas yang telah
dihasilkan, maka dilakukanlah secondary recovery (perolehan kedua), atau waterflooding (injeksi air). Air
dan minyak tidak bisa bercampur, minyak lebih ringan daripada air dan mengapung di atas permukaan air
di dalam reservoir. Pada saat waterflood, air diinjeksikan ke dalam zona air dari sebagian sumur untuk
mendorong minyak dan gas ke atas ke sumur-sumur lainnya.
Fungsi Geologi dan Geofisika (GNG), bertanggung jawab melakukan survai Geologi &
Geofisika, penentuan pemboran sumur : appraisal, development maupun infill, serta pembuatan model
geologi-reservoar bawah permukaan dalam rangka pengurasan migas secara tekno-ekonomis. Fungsi
teknik produksi yang bertugas untuk memelihara kinerja sumur melalui kegiatan prencanaan dan
pelaksanaan pengangkatan minyak dan gas, perawatan sumur untuk mencapai aliran minyak dan gas yang
efisien.
Fungsi teknik Reservoir yang bertugas meramalkan perilaku reservoir, laju produksi dan jumlah
minyak atau gas yang dapat diproduksikan secara optimum dari suatu sumur, sekelompok sumur, ataupun
dari seluruh reservoir, di masa datang berdasarkan asumsi-asumsi yang mungkin atau dari sejarah masa
lalunya dan Fungsi teknik IOR, bertugas untuk mengkaji, merancang dan melaksanakan kegiatan
Improvement Oil Recovery (IOR), yang terdiri dari production enchancment dan enhanced oil recovery
untuk mendapatkan pengurasan reservoir yang maksimal dan me-maintain reservoir sesuai kaidah health,
safety dan environmental (HSE) .
DiPippo
Menurut DiPippo, ada 5 hal yang sangat penting dimiliki oleh sistem hidrotermal yaitu memiliki
sumber panas yang besar, memiliki permeabilitas yang besar, berisi air dari permukaan, ditutup oleh
lapisan yang impermeable, dan memungkinkan terjadinya recharge.
Pertama adalah geopressured reservoir.Lokasi reservoir ini lebih dalam daripada reservoir
hydrothermal. Reservoir ini beisi air panas yang mengandung banyak sekali gas methane sehingga berada
pada lingkungan yang gradien tekanannya lebih besar daripada gradien hidrostatik. Percobaan dalam
skala lab sudah dilakukan yaitu dengan memproduksikan fluida tersebut ke permukaan. Kemudian gas
methane dipisahkan dari air panasnya. Gas methane dibakar untuk memanasi air sehingga meningkatkan
harga entalpi air.
Kedua adalah hot dry rock reservoir. Reservoir ini memiliki kedalaman yang sangat dalam
sehingga permeabilitasnya menjadi lebih kecil. Sumber panasnya bisa berasal dari intrusi magma atau
gradient geotermalnya. Pemanfaatannya masih dalam bentuk proposal saja yaitu dengan membor
reservoir ini kemudian melakukan hydraulic fracturing dimana air diinjeksikan dengan tekanan yang
besar sehingga mengakibatkan rekahan di reservoir. Hal ini diupayakan untuk meningkatkan
permeabilitas batuannya.
Terakhir adalah magma reservoir. Eksploitasi ini sangat berbahaya sehingga belum banyak
dilakukan kajian. Caranya adalah dengan mncari reservoir yang berisi magma pada kedalaman yang
relatif dangkal kemudian mengambil magma tersebut dari sebuah sumur dan memanasi suatu heat
exchanger.
dan jumlah panas bumi yang terkandung dan yang terambil, dan pemahaman serta metode peramalan
kinerja reservoir.
Dengan demikian, pekerjaan teknik reservoir adalah mempelajari karakteristik minyak, gas, dan
panas bumi di dalam suatu reservoir di bawah kondisi static maupun dinamik. Dalam hal ini, pengetahuan
tentang interaksi antara fluida dengan batuan sama pentingnya dengan pengetahuan tentang fluida dan
batuan itu sendiri. Sedangkan dalam praktek, pekerjaan teknik reservoir pada dasarnya adalah
mengidentifikasi dan mendefinisikan suatu reservoir, menentukan sifat-sifat fisik reservoir,
memperkirakan mekanisme pendorongan, memperkirakan kinerja reservoir, menentukan jumlah minyak,
gas, dan panas bumi dan tingkat perolehannya, merencanakan pengembangan lapangan secara optimum
serta menentukan kontrol operasi dan waktu yang tepat.
Secara keilmuan, pekerjaan teknik reservoir memerlukan aplikasi kreatif dari spectrum
pengetahuan yang ada, mulai dari ilmu dasar seperti matematika, fisika, geologi, dan kimia sampai
hampir semua aspek bidang ilmu teknik lain seperti teknik mesin, teknik kimia, teknik elektro, dan
sebagainya. Sebagai contoh, pekerjaan teknik reservoir banyak melibatkan penerapan prinsip-prinsip
fisika, terutama hukum konservasi massa, hukum Darcy, kompresibilitas isothermal, dan hukum Newton
II dan III tentang gerak. Hal ini erat kaitannya dengan pekerjaan utama ilmu teknik reservoir yaitu
pemodelan reservoir yang menyangkut fenomena perubahan volume dan pergerakan fluida dalam media
berpori baik berupa antar butir maupun rekah alam.
Sejalan dengan tantangan dalam kegiatan eksploitasi ketiga sumber daya alam tersebut di atas
sebagai akibat semakin sulitnya menemukan cadangan khususnya cadangan minyak dan gas bumi setelah
metode konvensional tidak mampu lagi memproduksikan minyak dan gas bumi secara optimal, maka
ilmu teknik reservoir berkembang dengan dibuatnya metode-metode baru dalam upaya peningkatan
perolehan (Improved Oil Recovery dan Enhanced Oil Recovery) serta smart field. Selain dari itu,
penemuan dan pemanfaatan energi hidrokarbon lainnya, yang dapat dikategorikan sebagai energi fosil
masa depan, seperti Coal Bed Methane dan Gas Hydrate, juga dikembangkan didalam bidang
keilmuan ini.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi hidrokarbon didalam kerak
bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan
ini adalah adanya batuan reservoar, dalam batuan reservoar ini, terdapat beberapa faktor penting
diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi. Perangkap minyak bumi sendiri merupakan tempat
terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap dan mempunyai bentuk konkav ke bawah sehingga
minyak dan gas bumi dapat terjebak di dalamnya. Perangkap minyak tersebut terdiri dari:
1. Perangkap Stratigrafi
Levorsen (1958), mengemukakan bahwa perangkap stratigrafi adalah suatu istilah umum untuk
perangkap yang terjadi karena berbagai variasi lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau
penghentian dalam kelanjutan penyaluran minyak dalam bumi.
Prinsip perangkap stratigrafi adalah bahwa minyak dan gas bumi terjebak dalam perjalannya keatas
terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau
berubah fasies menjadi batuan lain. Beberapa unsur utama perangkap stratigrafi adalah :
1). Adanya perubahan sifat lithologi dengan beberapa sifat reservoir, ke satu atau beberapa arah sehingga
merupakan penghalang permeabilitas.
2). Adanya lapisan penutup / penyekat yang menghimpit lapisan reservoir tersebut ke arah atas atau ke
arah pinggir.
3). Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa, sehingga dapat terjebak minyak yang
naik.
Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral,
perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan
reservoar dalam perpindahan minyak bumi. Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah minyak dan gas
bumi terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian terhalang dari segala arah terutama dari bagian
atas dan pinggir, hal ini dikarenakan batuan reservoar telah menghilang atau berubah fasies menjadi batu
lain sehingga merupakan penghalang permeabilitas (Koesoemadinata, 1980, dengan modifikasinya). Dan
jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Channels, Barrier Bar, dan Reef,
namun berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, danTruncations.
Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoar tersebut, atau ketika terjadi
perubahan permeabilitas pada lapisan reservoar itu sendiri. Pada salah satu tipe jebakan stratigrafi, pada
horizontal, lapisan impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada batuan yang memiliki kandungan
minyak. Terkadang terpotong pada lapisan yang tidak dapat ditembus, atau Pinches, pada formasi yang
memiliki kandungan minyak. Pada perangkap stratigrafi yang lain berupa Lens-shaped. Pada perangkap
ini, lapisan yang tidak dapat ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki kandungan hidrokarbon.
Pada tipe yang lain, terjadi perubahan permeabilitas dan porositas pada reservoar itu sendiri. Pada
reservoar yang telah mencapai puncaknya yang tidak sarang dan impermeabel, yang dimana pada bagian
bawahnya sarang dan permeabel serta terdapat hidrokarbon.
Pada bagian yang lain menerangkan bahwa minyak bumi terperangkap pada reservoar itu sendiri
yang Cut Off up-dip, dan mencegah migrasi lanjutan, sehingga tidak adanya pengatur struktur yang
dibutuhkan. Variasi ukuran dan bentuk perangkap yang demikian mahabesar, untuk memperpanjang
pantulan lingkungan pembatas pada batuan reservoar terendapkan.
2. Perangkap Struktural
Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural, perangkap ini Jebakan tipe struktural ini
banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan
yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang paling asli dan perangkap
yang paling penting, pada bagian ini berbagai unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan
lapisan reservoar sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan oleh gejala tektonik atau struktur seperti
pelipatan dan patahan (Koesoemadinata, 1980, dengan modifikasinya).
Jebakan Antiklin
Merupakan perangkap utama. Unsur yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini adalah
lapisan penyekat dan penutup yang berada di atasnya dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga minyak
tidak lari kemana-mana.
Minyak tidak bisa lari ke atas karena terhalang oleh lapisan penyekat, juga ke pinggir terhalang oleh
lapisan penyekat yang melengkung ke daerah pinggir, sedangkan ke bawah terhalang oleh adanya batas
air-minyak. Prinsip yang harus diperhatikan pula bahwa perangkap ini harus ditinjau dari segi 3 dimensi,
jadi bukan saja ke barat dan timur, tetapi juga ke arah utara dan selatan harus terhalang oleh lapisan
penyekat.
Jebakan antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan, yang memiliki
bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas bumi bermigrasi pada lipatan yang sarang dan
pada lapisan yang permeabel, serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah terjebak
karena lapisan yang diatasnya merupakan batuan impermeabel.
Perangkap yang disebabkan oleh perlipatan ini merupakan perangkap utama, perangkap yang
paling penting dan merupakan perangkap yang pertama kali dikenal dalam pengusahaan minyak bumi.
Unsur yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini ialah lapisan penyekat dan penutup yang berada
diatasnya dan dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak tidak bisa lari ke mana mana, (Gambar 5.2).
Minyak tidak bisa lari ke atas karena terhalang oleh lapisan penyekat, juga kepinggir terhalang oleh
lapisan penyekat yang melengkung ke daerah pinggir, sedangkan ke bawah terhalang oleh adanya batas
air minyak atau bidang ekipotensial. Namun harus diperhatikan pula bahwa perangkap ini harus ditinjau
dari segi 3 dimensi, jadi bukan saja ke barat dan timur, tetapi juga ke arah utara selatan harus terhalang
oleh lapisan penyekat.
PETA STRUKTUR BERKONTUR: Cara menggambar keadaan yang demikian itu, selain dengan
penampang juga harus dinyatakan dalam 3 dimensi antara lain dengan adanya suatu denah yang
memperlihatkan lengkungan daripada bidang perlapisan tadi. Cara pengutaraan demikian disebut cara
system kontur struktur. Sebetulnya kontur struktur ini diperlihatkan oleh garis garis kontur yang tidak
lain merupakan garis garis batas lapisan penyekat dengan lapisan reservoir yang mewakilinya pada
ketinggian yang sama. Apabila kita bayangkan sekarang suatu antiklin sebagai suatu mangkok yang
memanjang dan tertelungkup dan pada beberapa kedalaman tertentu dipotong oleh bidang horizontal
(Gambar 5.3). Misalnya pada setiap interval 5 atau 100 meter, terdapat bidang bidang horizontal yang
memotong bidang mangkok atau bidang lengkung daripada antiklin itu. Garis potong yang terjadi
biasanya berbentuk garis lengkung yang tertutup. Untuk suatu bentuk bola, garis potong berbentuk
lingkaran.
Dengan memproyeksikan semua garis ini pada bidang horizontal yang terdapat pada bagian
atasnya, kita mendapatkan garis garis kontur, yang secara jelas memperlihatkan penutupan lapisan
reservoir dari berbagai arah. Makin di luar kedudukan bentuk ini, makin rendahlah kedudukan lapisan
penyekat. Jelas disini, bahwa untuk terdapatnya suatu perangkap bukan semata mata struktur antiklin
saja yang diperlukan tetapi juga bentuk lapisan penyekat yang sedemikian rupa (misalnya disebabkan
karena struktur) sehingga karena pelengkungan ataupun karena patahan atau gejala struktur lainnya
penutupan penyekat lapisan reservoir terjadi dari semua arah kecuali dari bawah.
Pengertian Tutupan (closure)
Batas bawah suatu akumulasi minyak ditentukan oleh batas air-minyak yang disebut bidang
ekipotensial. Dalam keadaan hidrostatik bidang ekipotensial horizontal. Jadi, titik tertinggi dimana bidang
horizontal menyinggung, lapisan penyekat merupakan bidang batas maksimal dari air-minyak, karena jika
batas ini lebih rendah, minyak akan keluar dari perangkap. Dengan demikian, juga sebagaimana wadah
suatu cairan pada permukaan bumi, maka suatu perangkap mempunyai titik limpah, dan batas maksimal
wadah dapat diisi oleh oleh cairan tersebut tutupan (closure). Tutupan ini ditentukan oleh adanya titik
limpah (spill-point). Titik limpah adalah suatu titik pada perangkap dimana kalau minyak bertambah,
minyak mulai melimpah kebagian lainnya yang lebih tinggi dari kedudukannya dalam perangkap ini.
Gambar 5.4 memperlihatkan hubungan titik limpah dengan batas maksimal perangkap itu dapat diisi
minyak. Batas maksimal ini yang secara areal diperlihatkan dalam peta struktur disebut tutupan
areal (areal closure), sedangkan tinggi kolom minyak yang maksimal disebut tutupan vertical (vertical
closure). Dalam mengevaluasi suatu perangkap minyak, tutupan ini sangat penting karena menentukan
besar kecilnya cadangan yang mungkin di dapatkan dalam suatu perangkap. Jadi jelaslah, bahwa yang
dimaksud dengan closure ini bukan semata mata batas air minyak atau batas minyak, tetapi batas
maksimal dimana minyak dapat menempati perangkap. Dengan demikian, terdapatnya berbagai macam
jenis lipatan tidaklah menjadi soal yang penting perangkap harus tertutup dari segala arah. Gambar 5.5
dan 5.6 memperlihatkan berbagai macam contoh perangkap lipatan, terutama antiklin.
Disini terlihat berbagai macam bentuk perangkap, yaitu : memanjang, melengkung asimetris,
simetris, pendek, dan sebagainya. Ditinjau dari segi peristilahan, maka lipatan yang tertutup dan
melengkung dari segala arah ini disebut juga suatu antiklin yang menunjam ganda (double
plunging).Jika antiklin ini menunjam ganda dan sumbu panjangya dibandingkan terhadap sumbu
pendeknya lebih besar daripada 2/3, maka bentuk lipatan yang demikian disebut kubah (dome).
Jika antiklin mempunyai perbandingan sumbu panjang terhadap sumbu pendeknya di antara 2/3
dan 1/3, maka perlipatan ini disebut suatu branchi antiklin, jika kurang dari 1 : 3 disebut suatu struktur
antiklin. Perangkap lipatan didapatkan dalam berbagai jenis, tetapi sering kali merupakan rangkaian
antiklin yang mengikuti suatu arah sumbu tertentu. Maka seringkali di atas rangkaian antiklin ini terdapat
tutupan tersendiri yang dinamakan kulminasi daripada antiklin. Kulminasi inilah yang merupakan
perangkapnya dan bukan antiklinnya sendiri. Contoh daripada kulminasi diatas suatu sumbu antiklin
adalah antiklin Ledok-Wonocolo-Kidangan. Lapangan minyak itu semuanya terdapat diatas suatu antiklin
tetapi merupakan kulminasi sendiri (Gambar 5.7). Terdapatnya suatu antiklin dalam arah (trend) tertentu
merupakan hal yang biasa sekali. Di lain pihak sering antiklin tidak panjang tetapi bersifat seperti kubah
yang penempatannya tidak beraturan. Tetapi sering pula kubah ini berada sepanjang sumbu antiklin yang
lebih memanjang.
Suatu lipatan dapat saja terbentuk tanpa terjadinya suatu tutupan sehingga tidak dapat disebut
suatu perangkap. Selain itu juga ada tidaknya tutupan sangat tergantung pada faktor struktur dan
posisinya ke dalam. Misalnya, pada permukaan dapat saja kita dapat mendapatkan suatu tutupan tetapi
makin ke dalam, tutupan itu menghilang. Menurut Levorsen (1958) menghilangnya tutupan ini
disebabkan factor bentuk lipatan serta pengaruhnya ke dalam, antara lain;
1) Bentuk lipatan, yaitu apakah lipatan sejajar atau sebangun. Dalam hal lipatan sejajar atau konsentrik,
maka lipatan makin ke dalam makin menghilang atau makin kecil tutupannya dan kadang kadang
menghilang sama sekali. Dilain pihak apabila lapisan terlipat sedang, maka makin ke dalam akan lebih
baik (Gambar 5.8).
2) Perlipatan bersifat diaper atau tidak selaras, yaitu cara perlipatan diatas, dan di bawah suatu lapisan
tertentu yang tidak sama. Hal ini disebabkan karena pengaruh adanya berbagai lapisan yang tidak
kompeten. Lapisan biasa saja terlihat bagus sekali menjadi antiklin dengan tutupan, tetapi bisa bisa pula
terdapat suatu lapisan yang tidak kompoten yang dibawahnya ternyata tidak terdapat suatu lapisan yang
tidak kompoten yang dibawahnya ternyata tidak terdapat perlipatan sama sekali, atau telah berubah
menjadi suatu bentuk diapir. Sebagai contoh misalnya, lapangan Kirkuk, Irak (Gambar5.9).
3) Perlipatan berulang, yaitu perlipatan yang terjadi secara berulang ulang pada waktu berlangsungnya
sedimentasi. Jadi, dari atas bisa kelihatan suatu lipatan yang landai yang memperlihatkan tutupan pada
permukaan, tetapi makin ke bawah berubah atau menjadi lebih ketat serta tidak memperlihatkan tutupan
(Gambar 5.10)
4) Ketidakserasan, jelas mempunyai efek yang penting. Suatu lipatan yang ada di atas suatu
ketidakselarasan mungkin saja tidak terdapat di bawahnya, karena struktur yang ada di atas dan di bawah
tentu akan berlainan (Gambar 5.11)
5) Lipatan asimetris, memberikan bidang sumbu yang miring, sehingga menentukan pula lokasi dari pada
tutupan atau kulminasi. Maka dalam mengevaluasi suatu lipatan yang asimetris ada kalanya kulminasi
pada permukaan itu telah bergeser ke arah miringnya bidang sumbu kelipatan (Gambar 5.12)
6) Konvergensi lapisan, yaitu menipisnya lapisan ke suatu arah. Karena pengaruh penipisan perlapisan ke
suatu arah, maka adanya suatu tutupan pada permukaan dapat saja menghilang pada kedalaman dimana
lapisan reservoir terdapat (Gambar 5.13)
Dalam mengevaluasi suatu tutupan, kita harus yakin apakah semua lapisan itu berkonvergensi
atau tidak.Dalam mengevaluasi perlipatan sebagai perangkap selain dari adanya tutupan juga harus
dievaluasi apakah tutupan tersebut terdapat pada lapisan reservoir. Jika kita menemukan berbagai macam
lapisan reservoir pada berbagai kedudukan stratigrafi, maka tutupan yang terdapat pada suatu lapisan
reservoir belum tentu terdapat pada lapisan yang berada di bawahnya atau di atasnya. Dalam menilai
prospek prospek yang terdapat pada berbagai macam lapisan reservoir menyebabkan keharusan
dievaluasi pula tutupan untuk setiap lapisan reservoir. Misalnya diadakan pemetaan kontur struktur pada
bagian atas lapisan reservoir tertentu, maka peta ini hanya berlaku untuk satu perangkap dan tidak bisa
dipakai untuk mengevaluasikan semua perangkap yang ada pada berbagai lapisan reservoir. Hal ini dapat
diatasi dengan membuat berbagai penampang seismic serta memetakan kontur struktur untuk tiap lapisan
reservoir. Tetapi dalam prakteknya tentu tidak semua lapisan reservoir dapat dikontur, misalnya tidak
terdapat lapisan penunjuk yang jelas. Walaupun demikian dengan memperhatikan berbagai factor diatas
tadi, maka dalam mempelajari penampang seismic serta mengevaluasi setiap lapisan reservoir harus
diperhatikan beberapa pengaruh faktor tersebut betul betul terdapat beberapa unsure perangkap serta
tutupan ataukah tidak.
Jebakan Patahan
Patahan dapat juga bertindak sebagai unsure penyekat minyak dalam penyaluran penggerakan
minyak selanjutnya. Kadang kadang dipersoalkan pula apakah patahan itu bersifat penyekat atau
penyalur. Dalam hal ini Smith (1966) berpendapat bahwa persoalan patahan sebagai penyekat sebetulnya
tergantung dari tekanan kapiler. Pengkajian teoritis memperlihatkan bahwa patahan dalam batuan yang
basah air tergantung pada tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar kecilnya
tekanan yang disebabkan karena pelampungan minyak atau kolom minyak terhadap besarnya tekanan
kapiler menentukan sekali apakah patahan itu bertindak sebagai penyalur atau penyekat. Jika tekanan
tersebut lebih besar daripada tekanan kapiler maka minyak masih, dapat tersalurkan melalui patahan,
tetapi jika lebih kecil maka patahan tersebut akan bertindak sebagai suatu penyekat.
Patahan yang berdiri sendiri tidaklah dapat membentuk suatu perangkap. Ada beberapa unsur lain
yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu perangkap yang betul betul hanya disebabkan karena
patahan :
1) Adanya kemiringan wilayah, lapisan yang tidak miring atau sama sekali sejajar tidak dapat membentuk
perangkap, karena walaupun minyak tersekat dalam arah pematahan tetapi dalam arah lain tidak ada
penyekatan kecuali kalau ketiga pihak lainnya tertutup oleh berbagai macam patahan. Dalam hal yang
disebut akhir ini sukar sekali dapat dibayangkan bagaimana minyak itu masuk kedalam perangkap
tersebut.
2) Harus ada paling sedikit dua patahan yang berpotongan, jika hanya terdapat satu kemiringa wilayah
dan suatu patahan di suatu pihak, maka dalam suatu penampang mungkin kelihatannya sudah terjadi suatu
perangkap. Tetapi harus dipenuhi pula syarat bahwa perangkap atau penutupan itu harus juga terjadi
pematahan untuk menutup ke arah tersebut. (Gambar 5.14)
3) Adanya suatu pelengkungan lapisan atau suatu perlipatan. Dalam hal ini patahan merupakan suatu
unsur penyekat dalam satu arah, sedangkan arah lainnya tertutup oleh adanya pelengkungan dari
perlapisan ataupun bagian daripada pelipatan. (Gambar 5.15)
4) Pelengkungan daripada patahannya sendiri dan kemiringan wilayah. Dalam hal ini di suatu arah
mungkin lapisan itu miring, tetapi di pihak lainnya justru terdapat patahan yang melengkung sehingga
semua arah tertutup oleh patahan dan kemiringan wilayah. (Gambar 5.16)
Dalam prakteknya jarang sekali perangkap patahan yang murni. Patahan biasanya hanya
merupakan suatu pelengkungan daripada suatu perangkap struktur. Yang lebih banyak terjadi ialah
asosiasi dengan lipatan, seperti misalnya di satu arah terdapat suatu pelengkungan atau hidung antiklin,
dan di arah lainnya terdapat patahan yang menyekat perangkap dari arah lain. Dalam hal ini patahan pada
perangkap dapat dibagi atas tiga macam.
1. Patahan Normal
Patahan normal biasa sekali terjadi sebagai suatu unsure perangkap. Biasanya minyak lebih sering
terdapat di dalam hanging wall daripada di dalam foot wall, terutama dalam kombinasi dengan adanya
lipatan. Contoh patahan normal sebagai unsur pelengkap suatu perangkap dari lapangan minyak di Laut
Jawa adalah lapangan minyak Arjuna, Cinta.Juga lapangan minyak di Mangun-Jaya dan Tanjung tiga
merupakan contoh lain (Gambar 5.17).Jadi, perlipatan lemah atau pelengkungan lapisan dilengkapi oleh
suatu patahan normal.
2. Patahan Naik
Patahan naik juga dapat bertindak sebagai suatu unsure perangkap dan biasanya selalu berasosiasi
dengan lipatan yang ketat ataupun asimetris. Patahan naik itu dapat dibagi lagi dalam asosiasi :
1) Patahan naik dengan lipatan asimetri. Sebagai contoh misalnya, Lapangan minyak Talang Akar
pendopo di Sumatera Selatan. Di satu pihak terdapat lipatan dan di pihak lain terdapat patahan naik. Juga
kampung minyak di Sumatera Selatan memperlihatkan sesar naik yang hamper mendatar sebagai suatu
patahan perangkap. Tepat dikatakan disini bahwa perangkap dapat terbentuk di bawah patahan tersebut
ataupun di atasnya, tetapi terutama di bawahnya.
2) Patahan naik yang membentuk suatu sesar sungkup atau suatu Nappe. Misalnya, di Canada sebelah
Barat di Lapangan Turner Valley. Di sini sesar sungkup merupakan suatu unsur penting untuk terdapatnya
suatu perangkap (Gambar 5.18).
3. Patahan Tumbuh
Dewasa ini dikenal semacam patahan yang dinamakanpatahan tumbuh, yaitu suatu patahan
normal yang terjadi secara bersamaan dengan akumulasi sedimen. Di satu pihak (foot wall) sedimen tetap
tipis sedangkan di hanging wall selain terjadinya penurunan, sedimentasi berlangsung terus sehingga
dengan demikian terjadi suatu lapisan yang sangat tebal. Seringkali patahan tumbuh ini menyebabkan
adanya suatu roll over sehingga juga disini kita lihat suatu kombinasi antara perlipatan yang
memperlihatkan tutupan dan di pihak lain suatu patahan. Suatu roll over dalam patahan tumbuh sangat
penting, karena asosiasinya dengan terdapatnya minyak bumi.
Struktur roll over ini terutama di dapatkan di daerah Gulfcoast. Jadi, perangkap ini merupakan
kombinasi antara patahan dan perlipatan, disini perlipatan disebabkan karena pematahan. Sering patahan
tumbuh ini ke bawah menghilang atau kemudian membelok menjadi patahan yang sejajar dengan suatu
perlapisan (Gambar 5.19).
4.
Patahan Transversal
Patahan transversal/horizontal atau disebut pula wrench-faults atau strike slip fault dapat juga
bertindak sebagai perangkap. Harding (1974, hal. 1920-1304), menekankan pentingnya unsure patahan
transversal sebagai pelengkap perangkap struktur. Pada umumya perangkap patahan transversal
merupakan pemancungan oleh penggeseran patahan terhadap kulminasi setengah lipatan dan
pelengkungan struktur pada bagian penunjaman yang terbuka. Harding (1974) memberikan beberapa
contoh yang bersifat penggeseran kecil, yaitu Scipio-Albion di Michigan dan Sussex-Meadow Creek di
cekungan Powder River, Wyoming, Amerika Serikat; penggeseran menengah, misalnya, di Cekungan Los
Angeles; dan penggeseran besar, misalnya, sepanjang patahan San Andreas di Kalifornia dan beberapa
lapangan minyak di Sumatera di mana kedudukan en echelon dari perangkap antiklin ditafsirkan
berasosiase dengan sesar Sumatera. Dalam ketiga hal ini ternyata komponen naik masih memegang
peranan. Mercosono (1975) membahas Lapangan Minyak Pungut dan Tandun di Sumatera Tengah
sebagai contoh untuk perangkap patahan transversal (Gambar 5.20). Di sini pula ternyata komponen
gerakan vertical yang merupakan patahan naik di Lapangan Tandun dan patahan normal di lapangan
Pungut masih memegang peranan penting (Gambar 5.21)
Bertindak sebagai unsur penyekat minyak dalam penyaluran pergerakan minyak selanjutnya.
Smith (1966) berpendapat bahwa persoalan patahan sebagai peyekat sebelumnya tergantung dari tekanan
kapiler. Pengkajian teoritis memperlihatkan bahwa patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada
tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar kecilnya tekanan kapiler menentukan
sekali apakah patahan itu bertindak sebagai suatu penyalur atau penyekat. Tekanan yang lebih besar
daripada tekanan kapiler maka minyak masih dapat tersalurkan melaui patahan, tetapi jika lebih kecil
maka patahan tersebut akan bertindak sebagai penyekat
Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan batuan. Jebakan ini terjadi
bersama dalam sebuah formasi dalam bagian patahan yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini
berhenti dan pada saat yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak pada daerah
patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang impermeabel yang pada satu sisinya berhadapan
dengan pergerakan patahan yang bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang lain.
Kemudian, minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan permeabel. Minyak dan gas disini
sudah terperangkap karena lapisan tidak dapat ditembus pada daerah jebakan patahan ini.
Kubah garam merupakan salah satu perangkap yang penting untuk akumulasi minyakbumi.
Kubah garam merupakan semacam suatu perlipatan bersifat diaper. Suatu lapisan garam yang terdapat
pada kedalaman tertentu, karena sifat garam yang plastis dan juga karena berat jenis yang rendah sering
menusuk ke dalam sedimen yang berada di atasnya dan membentuk semacam suatu tiang atau suatu pilar
dan menyundul sedimen yang ada di atasnya sehingga berbentuk suatu kubah. Beberapa lapisan yang
tertusuk biasanya ikut terangkat dan seolah olah membaji terhadap kolom garam ini dan sering
merupakan suatu jebakan minyak yang baik. Di sini sulit untuk disebut sebagai suatu perangkap patahan,
tetapi sangat khas sebagai perangkap kubah garam. Seringkali kubah garam itu ke atas mengembang
berbentuk seperti jamur dan di dapatkan perlapisan pasir yang membetuk perangkap itu berada di bawah
naungan payung garam tersebut. (Gambar 1.24)
Selain itu, juga di atas kubah tesebut perlapisan pasir dapat membentuk kubah yang seolah olah
terlipat dan membentuk suatu kubah yang bundar. Sering pula terjadi pematahan normal yang radier
sehingga membagi kubah itu dalam beberapa segmen. Di atas lapisan garam itu seringkali terjadi lapisan
gips, dank arena aktivitas bakteri ini diuraikan menjadi kalsium karbonat (batugamping) dan belerang
sehingga sering merupaka suatu tambang belerang. Istilah cap rock berasal dari perangkap kubah garam
yang sebetulnya ialah gamping yang menutupi kubah garam ini.
Tektonik dan Penjebakan Minyak
Dewasa ini dipersoalkan mengenai apakah perlipatan itu terbentuk karena gaya tangensial atau
gaya vertikal. Dengan konsep tektonik lempeng dewasa ini, maka pada pinggiran pertemuan dua lempeng
(misalnya lempeng samudera dan lempeng benua) terjadi berbagai gaya kompresi yang menyebabkan
terjadinya perlipatan yang ketat sekali. Namun dalam cekungan sedimen, pelipatan yang ketat ini tidaklah
terlalu baik untuk terjebaknya minyak karena struktur menjadi terlalu ruwet. Minyak bumi lebih banyak
terjebak dalam struktur perlipatan yang sangat landai, dan seringkali perlipatan ini berasosiasi dengan
patahan normal. Hal ini terbukti di Laut Jawa, di utara Jawa Barat dimana lipatan itu berhunbungan
dengan patahan yang terdapat menerus ke dalam dasar cekungan. Juga dewasa ini timbul suatu konsepsi
mengenai terbentuknya lipatan karena gaya vertical, yaitu pematahan dalam batuan dasar menyebabkan
gerakan turun naik daripada balok balok atau bongkah bongkah patahan ini, sehingga menyebabkan
perlipatan diatasnya. Perlipatan ini sering berhubungan dengan perlipatan patahan tumbuh sebagaimana
telah diutarakan sebelumnya. Juga dengan system ini lipatan yang didapatkan sering merupakan lipatan
yang sangat landai, tetapi juga dapat berkembang membentuk sesar naik.
Dalam tektonik patahan bongkah ini (block faulting) seringkali bentuk antiklin lebih
menyerupai suatu kubah daripada antiklin yang memanjang. Tetapi ada kalanya juga semua bentuk ini
memanjang sepanjang patahan dan dibarengi dengan adanya sesar naik. Sebagai contoh misalnya Talang
Akar Pendopo. Di lain pihak jelas pula, bahwa lipatan dapat memperlihatkan adanya patahan yang terus
naik ke atas. Patahan ini kebanyakan bersifat patahan tumbuh (growth fault). Sehingga seringkali patahan
itu mati sebelum mencapai permukaan. Adanya patahan tumbuh ini terlihat sangat baik di Laut Jawa
Utara sebagaimana tampak pada gambar 1.25. Terdapatnya patahan sebagai penyebab pelipatan itu
terutama terdapat dalam cekungan sedimen di belakang suatu busur lipatan yang ketat atau yang disebut
sebagai cekungan daratan muka (foreland basin) dan juga dalam cekungan penarikan pisahan (pullapart), misalnya di pantai samudera Atlantik atau mungkin juga di pantai Kalimantan Timur.
Selain itu, sering pula lipatan terjadi bukan semata mata karena gaya tektonik tetapi
karena pembebanan atau kompaksi yang terdapat di atas suatu peninggian batuan
dasar (basement high). Lipatan yang demikian disebut supratenous folding dan biasanya
merupakan tempat tumbuhnya terumbu. Dengan demikian dalam eksplorasi regional batuan
dasar itu mendapatkan perhatian khusus. Peninggian batuan dasar itu selain memperlihatkan
lipatan juga ada kemungkinan membentuk suatu sumber sedimen yang memungkinkan
diendapkannya sedimen kasar disekitarnya. Di lain pihak justru di dalam lapisan sedimen klastik
dasar tidak didapatkan basement high, karena tempat terjadinya sedimentasi itu bukan
merupakan daerah sedimentasi tetapi daerah erosi.
DISUSUN OLEH:
Nama
NIM
:1303112191
Dosen
Jurusan fisika
Fakultas matematika dan ilmu pengeahuan alam
Universitas riau
pekanbaru
2015
Daftar Pustaka
http://www.iagi.or.id/kursus/relevansi-lingkungan-karbonat-modern-kepulauanseribu-terhadap-perkembangan-reservoir-hidrokarbon-di-indonesia/
http://migasnet03-lucky8021.blogspot.co.id/2010/01/simulasi-reservoir-tujuan-darisimulasi.html
http://lopodalo.blogspot.co.id/
http://iatmismsttmigas.blogspot.co.id/2014/02/dasar-dasar-teknik-reservior.html
https://nooradinugroho.wordpress.com/2008/10/15/jenis-jenis-perangkap-minyakbumi/