Anda di halaman 1dari 21

Makalah fisika perminyakan

Menentukan saturasi dari data resistivitas

DISUSUN OLEH:
Nama

: Okta Folorense Br.L.Tobing

NIM

:1303112191

Dosen

: DR. Muhammad Edisar M.T

Jurusan fisika
Fakultas matematika dan ilmu pengeahuan alam
Universitas riau
pekanbaru
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu
terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan
reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi
dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara
matematis dapat ditulis :

Total saturasi fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :

Untuk sistem air-minyak, maka persamaan (12) dapat disederhanakan menjadi :

Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :


a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.
Didalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semuanya. Hal ini disebabkan adanya
saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi lagi atau disebut dengan irreducible saturation
sehingga berapa besarnya fluida yang diproduksi dapat dihitung dalam bentuk saturasi dengan
persamaan berikut :

Dimana :
St

= saturasi total fluida terproduksi

Swirr

= saturasi air tersisa (iireducible)

Sgirr

= saturasi gas tersisa (iireducible)

Soirr

= saturasi minyak tersisa (iireducible)


Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatan-padatan

mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan
reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas
bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik apabila air
melarutkan garam.

Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk
menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan
parameter resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk
menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :
= resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m

Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep faktor formasi
dari Archie yang didefinisikan :

Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air

Resistivity Logging adalah metoda untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak,
gas dan air) disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas
batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala logarithmic dengan nilai
antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter. Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada
hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Berikut
contohnya:

Pada tabel di atas terlihat adanya irisan nilai resistivitas antara jenis batuan sedimen. Hal ini
mengakibatkan interpretasi batuan berdasarkan nilai log resistivitas merupakan pekerjaan yang sangat
sulit.
Akan tetapi, nilai resistivitas air garam dapat dibedakan dengan baik dari minyak dan gas. Karena
air garam memiliki nilai resistivitas yang sangat rendah, sedangkan hidrokarbon (minyak-gas) memiliki
nilai resistivitas yang sangat tinggi. Log resistivitas banyak sekali membantu pekerjaan evaluasi formasi
khususnya untuk menganalisa apakah suatu reservoir mengandung air garam (wet) atau mengandung
hidrokarbon, sehingga log ini digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon-Water Contact.

Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi HC-Water Contact dari resistivity log.

Didalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis penetrasi resistivity, yakni
shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi
ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity karena mud invasion
(efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas minyak.

Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore pressure), saat
pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based mud. Sebagai contoh, jika kita
menggunakan water based mud (resistivity rendah) sebagai lumpur pemboran, kemudian lumpur tersebut
meng-invasi reservoir yang mengandung minyak, maka kita akan mendapatkan profil deep penetration
resistivity lebih tinggi daripada shallow-medium penetration resistivity.
Jika medium penetration dan deep penetration mirip (tidak ada efek invasi), maka situasi ini
mengindikasikan minyak didalam reservoir tersebut sangat susah untuk mobile (hal ini kurang bagus
dalam production). Gambar di bawah menunjukkan perbedaan zona borehole (lumpur), invaded dan
virgin zone

Gambar di bawah ini menunjukkan respon resistivity log untuk shallow, medium dan deep
penetration. Lihat respon pada interval reservoir-batupasir (low gamma ray, low SP), besaran nilai
resistivitas untuk ketiga jenis penetrasi ini menunjukkan nilai yang tinggi yakni > 100 Ohm-meter yang
menunjukkan bahwa reservoir tersebut mengandung hidrokarbon. Selanjutnya, terlihat bahwa shallow
resistivity lebih tinggi dari medium dan medium lebih tinggi dari deep penetration.

Resistivity log memiliki kegunaan lain yakni untuk mendeterminasi tingkat saturasi air (Water
Saturation). Semakin tinggi saturasi air maka resistivity akan semakin rendah. Prediksi Water Saturation
dari Resistivity log dapat dilakukan dengan berbagai algoritma diantaranya Persamaan Archie berikut:

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hubungan Resistivitas dengan Derajat Saturasi
Resistivitas juga mempunyai hubungan dengan derajat saturasi, resistivitas tersatursi penuh dapat
dihubungkan dengan yang tidak tersaturasi penuh (Zeyad S. Abu-Hassanein, Craig H.Benson and Lisa
R.Blotz, 1996), sebagai berikut :

s
S B
sat
...........................1
dengan : s

= tahanan jenis pada derajat saturasi tertentu (m)

sat

= tahanan jenis batuan tersaturasi penuh (m)

= derajat saturasi

= parameter empiris (kondisi batuan yaitu porositas terisi air)

Dari persamaan tersebut didapatkan bahwa peningkatan derajat saturasi air akan menyebabkan
turunnya nilai resistivitas dari tanah. Didapatkan bahwa konduktivitas batuan tersaturasi yang terukur
adalah penjumlahan konduktifitas batuan tersaturasi penuh dengan konduktivitas permukaan, sedangkan
hubungan konduktivitas batuan tersaturasi penuh dengan konduktivitas air pengisi pori adalah faktor
formasi.
Faktor formasi adalah nilai yang menunjukkan adanya hambatan listrik oleh struktur tanah dalam
suatu padatan, dimana porositas memegang peranan penting dalam konduktivitas listrik dalam suatu
padatan (Schon dalam Lukitasari, 2006) sesuai persamaan :

a
k
F
...........................2

dengan

: b = konduktivitas batuan tersaturasi penuh (S/m)

a = konduktivitas air pengisi pori (S/m)


k = konduktivitas permukaan (S/m)

= faktor formasi

Hubungan Archi (Archi dalam Brigita, 2006) sesuai persamaan :

a
m

R0 Rw .F Rw

dengan

...........................3

: R0 = resistivitas batuan yang tersaturasi air


Rw = resistivitas pori yang terisi air
= porositas
m = eksponen sementasi

Interpretasi hasil pengukuran log sumur yang tepat dan akurat akan memberikan suatu gambaran
yang representatif tentang sifat-sifat batuan maupun jenis kandungan fluidanya. Sifat batuan yang didapat
dari log sumur adalah resistivitas, densitas, sifat radioaktif batuan serta porositas, yang dapat dibaca dari
hasil rekaman log. Sedangkan jenis kandungan fluida dinyatakan dengan parameter saturasi dihitung
dengan menggunakan persamaan yang diturunkan oleh Archie untuk clean sand atau untuk formasi yang
menggandung clay dengan menggunakan persamaan Indonesian Equation, Simandoux, atau yang lainnya.
Harga saturasi yang dihasilkan akan mencerminkan jeniskandungan fluidanya, sehingga harga ini
merupakan parameter yang sangat penting dalam evaluasi formasi karena langsung mempengaruhi
perhitungan cadangan. Salah satu parameter yang mempengaruhi harga saturasi air (Sw) adalah
resistivitas batuan (Rt), sehingga ketepatan pengukuran terhadap harga Rt akan mempengaruhi harga Sw.
Resistivitas batuan dipengaruhi oleh :
1. Konduktivitas fluida pengisi pori batuan
2. Jenis mineral pembentuk batuan
3. Struktur pori batuan
Dalam penelitian ini resistivitas fluida dan struktur pori batuan dibuat konstan, sedangkan jenis
mineral terdiri dari mineral utama kuarsa, semen dan jenis mineral tambahan adalah pirit.

1.1. Mineral Pirit


Mineral pirit merupakan salah satu jenis mineral berat serta konduktif. Kehadiran mineral ini
didalam batuan termasuk dalam kategori mineral pengganggu, hal ini disebabkan kahadirannya akan
menyebabkan harga resisitivity batuan menjadi rendah. Pirit mempunyai rumus kimia FeS2 yang
merupakan iron sulfide. Dengan komposisi kimianya 46.6% Fe dan 53.4% S, seringkali mengandung
(dalam jumlah yang kecil) unsur-unsur Co, Ni, As, Sb kadang-kadang Cu, Au,Ag. Struktur kristal
berbentuk kubik, simetrik dan mempunyai kenampakan kompak .

1.2. Penyebaran Mineral Pirit Dalam Batupasir


Penyebaran pirit didalam batuan tergantung dari diagenesanya. Jika pirit terbentuk secara primer
atau bersamaan dengan proses terbentuknya batuan, maka penyebaran pirit tidak merata atau berupa
nodul-nodul. Pirit yang terdapat pada batupasir berasal dari pembentukan secara primer, dimana pirit yang
sudah ada mengalami proses sedimentasi yang meliputi pelapukan, transportasi serta pengendapan. Pirit
yang terdapat pada batupasir akan mempunyai penyebaran secara struktural, yaitu penyebaran sama
dengan ukuran butiran pasir, sehingga kehadirannya tidak banyak mempengaruhi porositas batuan.

1.3. Identifikasi Mineral Pirit Dari Log.


Kehadiran mineral pirit didalam batuan dapat diidentifikasikan dari log resistivty, density, sonic
dan log Pe. Pada batuan/formasi yang mengandung pirit, harga resisitivitas batuan akan menunjukkan
harga yang rendah sesuai dengan besarnya prosentasengya, ini disebabkan karena mineral pirit

merupakan konduktor yang baik, sehingga kehadirannya akan menyebabkan harga resistivitas batuan
menjadi rendah. Kehadiran mineral pirit dapat juga diidentifikasi dari log densitas.
Pada batuan yang mengandung mineral pirit bacaan log densitasnya akan memberikan harga yang
lebih tinggi dari densitas matrik batuan, seperti kwarsa atau dolomit, harga densitasnya tergantung dari
besarnya kandungan pirit, semakin besar kandungan piritnya, maka semakin besar pula densitas yang
terbaca dari log densitas.
Pada pengukuran densitas batuan dengan menggunakan alat Lito-Density Tool (LDT) juga dapat
dihasilkan sifat atau parameter batuan lain yang disebut photoelectric absorption index (Pe). Photoelectric
absorption index (Pe) merupakan karakteristik utama dari matrik batuan dan tidak tergantung pada
porositas dan jumlah fluida dalam batuan, sehingga merupakan alat yang baik untuk identifikasi
kandungan mineral khususnya mineral berat dalam batuan. Dalam interpretasi, lebih sering digunakan
instilah volumetric photolistrik absorption index (U), yang merupakan perkalian
Pe dan densitas elektron, dapat dituliskan:
U = Pe.re
Atau dengan pendekatan
U = Pe.rb . (1)
Adanya mineral pirit dalam batuan juga dapat diidentifikasi dari sonic log. Respon sonic log pada
batuan yang mengandung mineral pirit akan memberikan harga transite time (Dt) yang lebih tinggi dari
travel time matrik (kwarsa atau dolomit), ini disebabkan karena mineral pirit mempunyai tingkat
kepadatan yang lebih tinggi dari kwarsa atau dolomit.

Tabel-1: dibawah ini memberikan harga resistivity, densitas, Pe dan Dt dari beberapa mineral.

1.4. Sifat Kelistrikan Batuan


Sifat kelistrikan batuan merupakan suatu karakteristik batuan reservoar yang sangat penting. Sifat
ini menjadi dasar dalam interpretasi log, karena sifat ini mempunyai hubungan terhadap saturasi air.
Dalam interpretasi log, pengukuran sifat kelistrikan batuan parameter yang terukur adalah resisitivitas
dalam satuan Ohm-m. Sifat kelistrikan batuan direpresentasikan dalam dua besaran, yaitu faktor formasi
(F) dan indek resistivitas (RI).

1.5. Faktor Formasi


Faktor formasi adalah perbandingan antara resistivitas batuan yang disaturasi 100% air formasi
terhadap resistivitas air formasi disebut faktor formasi, secara matematis dapat dituliskan:

Archie1) mengemukakan ada hubungan antara faktor formasi dengan porositas dan faktor sementasi pada
formasi bersih dan ditulis:

dimana :

m = faktor sementasi

Persamaan 2 dan persamaan 3 dapat dituliskan :

Persamaan tersebut berlaku dengan anggapan butir pasir tidak konduktif, jika pasir atau batuan
mengandung padatan yang konduktif maka persamaan tersebut perlu dilakukan koreksi. Patnode 10)
menurunkan persamaan untuk menghitung resistivitas batuan jika terdapat mineral konduktif, sebagai
berikut:

dimana :
Rt

= resisitivitas slurry (batuan), ohm-m

Rs

= resistivitas mineral konduktif, ohm-m

Rf

= resisitivitas fluida, ohm-m

Vs

= fraksi volume mineral konduktif, %

= faktor heterogenitas

F*

= faktor formasi semu

1.6. Resistivitas Index


Hidrokarbon (minyak dan gas) tidak menghantarkan listrik atau bukan bersifat konduktif,
sehingga kehadirannya akan memperkecil konduktivitas atau memperbesar resisitivitas batuan. Indek
resistivitas adalah perbandingan resisitivitas batuan yang tersaturasi air kurang dari 100% terhadap
resisitivitas batuan dengan saturasi air 100%. Secara matematis dapat dituliskan :

persamaan 6 juga dapat dituliskan :

Untuk menghitung saturasi air Sw, persamaan 2-11 dapat ditulis:

dimana :
Sw

= saturasi air, fraksi

= eksponen saturasi

Persamaan 8 dapat digunakan jika batuan tidak mengandung mineral konduktif, Apabila terdapat mineral
konduktif, maka persamaan tersebut menjadi:

1.7 Pengukuran Resistivitas


Pengukuran resistivitas dari core dilakukan dengan tiga cara
sesuai dengan tujuan pengukuran, yaitu:

Pengukuran resistivitas core kering, dengan tujuan untuk mengetahui resistivitas core kering atau

sebelum dijenuhi larutan garam.


Pengukuran resistivitas core tersaturasi 100 larutan garam, dengan tujuan untuk mengetahui

faktor sementasi (m).


Pengukuran resistivitas core pada berbagai harga saturasi air, dengan tujuan untuk mengetahui
resistivitas core pada berbagai harga saturasi baik dengan metode udara air maupun metode
minyak-air.
Ketiga cara tersebut pada prinsipnya sama, perbedaanya hanya pada saturasi core yang diukur.

Secara skematis prinsip pengukuran resistivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar-4.

1.8 Metode Koreksi pada Kasus Low Resistivity karena adanya Mineral Konduktiv
Dalam melakukan koreksi pada batuan yang mengandung pirit, antara lain: penentuan volume
pirit, penentuan factor formasi semu (F*), penentuan eksponen saturasi semu (n*), penentuan faktor
koreksi Sw (Sw) dan terakhir penentuan harga Sw.
1.9 Penentuan Volume Pirit Dari Log Densitas

Langkah utama dalam melakukan koreksi adalah menentukan


jumlah kandungan pirit dalam batuan. Langkah ini dapat ditempuh dengan dua cara yang pertama dari
sayatan tipis core di laboratorium yang kedua dari log densitas. Dalam tulisan ini dengan menggunakan
cara kedua. Prosedur penentuan volume pirit dengan menggunakan Gambar -10. Prosedur Penentuan
kandungan pirit adalah sebagai berikut:
1. Tentukan Densitas batuan clean *clean (yang tidak mengandung pirit) dari log density.
2. Baca densitas batuan dari log b.
3. Bandingkan *clean/b
4. Dengan menggunakan gambar pada harga langkah 3 dapatkan densitas matrik semu (*ma)
5. Tentukan Persen volume pirit (Vp) dari log densitas:

1.10 Penentuan Faktor Formasi Semu (F*)


Gunakan Gambar-11 persen volume pirit terhadap factor formasi semu tak berdimensi
(F*/Fclean).

Prosedur penggunaan Gambar -2. adalah:


1. Tentukan kandungan pirit (Vp) dari langkah diatas.
2. Dari harga Vp tarik garis keatas sampai memotong padaharga resistivitas pirit (Rp) yang dipilih.
3. Tarik garis kekiri sampai sumbu F*/Fclean
4. Tentukan zone water bearing, baca harga Rt, dimana Rt= Ro
5. Dapatkan harga Rw jika ada dari data laboratorium atau dari metode yang lain.
6. Hitung faktor formasi (Fclean), dengan menggunakan persamaan:

7. Hitung F* pada Vp tertentu.


8. Ulangi langkah diatas untuk Vp yang lain

1.11 Penentuan Harga Eksponen Saturasi (n*)

Untuk dapat melakukan koreksi, gunakan Gambar-12. Prosedur penggunaan Gambar -12 adalah
sebagai berikut:

Dari harga volume pirit (Vp) yang telah didapatkan, tarik garis keatas sampai memotong kurva,

kemudian tarik garis kekiri sehingga didapatkan harga n*/nclean


Tentukan harga eksponen saturasi clean (nclean) dari lapisan yang tidak mengandung pirit,

misalnya 2, maka akan didapatkan harga n pada volume pirit tertentu


Ulangi langkah 1 dan 2 untuk harga volume pirit yang lain.
Dari data resistivity log yaitu deep induction baca harga Rt, jika perlu koreksi dengan metode

yang sudah ada, serta dapatkan harga Rw dengan metode yang sudah ada kemudian hitung saturasi air
dengan menggunakan persamaan :

1.12 Koreksi Terhadap Hasil perhitungan Saturasi Air

Berdasarkan pengamatan saturasi air (Sw) dilaboratorium menunjukkankan bahwa hasil


perhitungan yang dilakukan dengan metode F* masih terjadi penyimpangan dari Sw pengamatan
walaupun penyimpangan tersebut relatif kecil, meskipun begitu hasil perhitungan sedapat mungkin
diusahakan mendekati harga yang sebenarnya. Untuk melakukan koreksi tersebut digunakan Gambar 13.
Prosedur Penggunaan Gambar -13. adalah:
1. Dari persen volume pirit tarik garis keatas hinggga memotong grafik, kemudian tarik garis kekiri
hingga memotong sumbu Sw.
2. Dari perhitungan saturasi air dengan metode F* didapat Sw*.
3. Harga Swkoreksi = Sw* - (Sw* x Sw)

1.13 Contoh Aplikasi Pada Kasus Low Resistivity Akibat Adanya Pirit
Gambar-14. merupakan contoh log Formasi Sadlerochit, Prudhoe Bay, Alaska. Dari log tersebut
diidentifikasi adanya zone pirit, zone ini terindikasi dari respon resistivity, density serta sonic. Resistivity
log menunjukkan harga yang rendah dibawah harga resitivity pada zone air, density log menunjukkan
harga yang lebih besar dari density matrik (sand), dari log sonic t menunjukkan harga yang lebih besar
dari t kwarsa sebesar 55 sec/ft, disamping itu dari analisa cutting menunjukkan adanya mineral pirit.
Langkah perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran I. Hasil dari perhitungan ini dapat
dilihat pada Tabel-.1. Dari table tersebut terlihat bahwa porositas yang dihasilkan rata-rata

15%, persen volume pirit yang dihasilkan bervariasi antara 0 s/d 29.87% atau rata-rata 11.52%, harga Rw
yang dihitung dengan metode Rwa adalah 0.0003 Ohm-m dan Ro sebesar 0.2 Ohm. Dari perhitungan
saturasi dengan menggunakan metode Archie tanpa dilakukan koreksi terhadap pirit dan metode F*
didapatkan harga yang berbeda.
Saturasi yang dihitung dengan metode Archie menghasilkan Sw rata-rata sebesar 40.4%
sedangkan Sw yang dihitung dengan metode F* dihasilkan Sw*koreksi rata-rata sebesar 22.17%. Secara
umum perhitungan saturasi air dengan metode F* dapat dikatakan akurat, karena sesuai dengan percobaan
di laboratorium, Sw yang dihasilkan dari metode F* akan memberikan harga Sw yang lebih kecil dari
perhitungan Sw yang dilakukan tanpa melakukan koreksi terhadap kehadiran pirit.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh mineral pirit terhadap resisitivitas
batupasir dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
1. Kehadiran pirit didalam batuan akan menyebabkan resisitivitasnya menjadi rendah.
2. Batuan dengan kandungan pirit dari 0% s/d 15% akan memberikan effek penurunan resistivitas
rata-rata 57%,sedangkan kandungan persen pirit 15% s/d 36% akan memberikan effek penurunan
resistivitas rata-rata sebesar 33%.
3. Batuan dengan kandungan pirit diatas 2% perlu dilakukan koreksi untuk mendapatkan harga
saturasi air.
4. Perhitungan saturasi air dengan menggunakan metode F* dapat digunakan jika diketahui harga
resisitivitas pirit (Rp).
5. Dari hasil perhitungan saturasi tanpa melakukan koreksi adanya pirit menghasilkan Sw sebesar
40.4%, sedangkan Sw yang dihitung dengan metode F* menghasilkan Sw sebesar 22.17%, berarti
terjadi penurunan sebesar 45.12%.

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, I S., Anderson, L. R., Kiefer, F.W. 1980. Dasar-dasar Analisis Geoteknik (terjemahan).
Semarang: IKIP Semarang Press.
Prasetya, Novan Anca. 2004. Pengukuran Resistivitas Untuk Evaluasi Kepadatan Kering Maksimum
Hasil Pemadatan Tanah Pasir, Tugas akhir ITS, Surabaya.
Lukitasari,Brigita Diah. 2006. analysis water infiltration influent for physics feature of porongs mud
in sidoarjo by using electrical characterization study, Tugas akhir ITS, Surabaya.
http://geological-coffee.tumblr.com/post/25276300678/dasar-dasar-log-geofisika
http://ensiklopediseismik.blogspot.co.id/2009/02/resistivity-logging.html
http://ifham-sifaudin.blogspot.co.id/2015/05/saturasi-fluida.html

Anda mungkin juga menyukai