a. Porositas
Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
• Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume
batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis
sesuai persamaan sebagai berikut :
Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
• Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan
proses pengendapan berlangsung.
• Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk
pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :
b. Permeabilitas ( k )
Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir
lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau
ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana
masing-masing untuk minyak, gas dan air.
Dimana :
Krw = permeabilitas relatif air
Kro = permeabilitas relaitf minyak
Krg = permeabilitas relatif gas
c. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida
formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah
kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam
reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air
(Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara matematis dapat ditulis :
Didalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semuanya. Hal ini
disebabkan adanya saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi lagi atau disebut
dengan irreducible saturation sehingga berapa besarnya fluida yang diproduksi dapat
dihitung dalam bentuk saturasi dengan persamaan berikut :
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)
d. Resistiviti
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik.
Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik
atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai
kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep
“faktor formasi” dari Archie yang didefinisikan :
Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air
e. Wettabiliti
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa
fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan
batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan
partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri.
Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan
sehingga wettabiliti berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara
batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak
diantara matrik batuan.
Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat, dengan
sudut kontak sebesar θ. Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap
fluida yang lebih berat, yang berharga 0o – 180o, yaitu antara air dengan padatan,
sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan persamaan
Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
σso = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
θ = sudut kontak air-minyak
• Wetting-Phase Fluid
Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan batuan.
Akan tetapi karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, maka fasa
pembasah akan mengisi ke pori-pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa
fluida pembasah umumnya sangat sukar bergerak ke reservoir hidrokarbon.
Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya gaya
repulsive (tolak) antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase fluid umumnya
sangat mudah bergerak.
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah
meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah. Misalnya pada proses
pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah menurun
dan saturasi non-wetting phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
h. Tekanan Kapiler (Pc)
Dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
Pnw = tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan sebuah
sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik bila ditempatkan
didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil. Hal ini diakibatkan oleh
adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi
dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana gaya total untuk menaikan cairan sama
dengan berat kolom fluida. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan
kecenderungan rongga pori batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan
fluida yang berisi bersifat membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan dua fasa
fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar dari pada sisi
konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida terebut merupakan
besarnya tekanan kapiler didalam tabung.
Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2
Pw = tekanan air, dyne/cm2
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
ρw = densitas air, gr/cc
ρo = densitas minyak, gr/cc
g = percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolPenentuan sifat Fisik Batuan :
Wn = berat percontoh asli
Wo = berat percontoh kering
Ww = berat percontoh jenuh.
Wa = brt percth jenuh +air +bejana
Ws = brt percth jenuh dlm air Wa – Wb
Vtp:Vol percth tp pori = Wo-Ws
VT :Vol. percth total = Ww-Ws
A. Sifat Mekanik
Selain daripada sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat mekanik batuan
yang berpengaruh pula dalam penembusan batuan. Sifat-sifat mekanik tersebut meliputi :
a. Strength Batuan
Arthur menyatakan bahwa strength pada batuan merupakan faktor yang sangat
penting untuk penentuan laju pemboran. Strength pada batuan adalah kemampuan batuan
untuk mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi dengan kata lain apabila
suatu batuan diberikan tekanan yang lebih besar dari kekuatan batuan tersebut, maka
komponen-komponennya akan terpisah-pisah atau dapat dikatakan hancur. Lebih lanjut
lagi, criteria kehancuran batuan diakibatkan oleh adanya : Stress (tegangan) dan Strain
(regangan).
Tegangan dan regangan ini terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan pada batuan
tersebut. Goodman, menyatakan variasi beban yang diberikan pada suatu batuan
mengakibatkan kehancuran batuan. Terdapat empat jenis kerusakan batuan yang umum,
yaitu :
• Flexure Failure
Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan batuan akibat gaya berat
yang ditanggungnya, karena adanya ruang pori formasi dibawahnya.
• Shear Failure
Shear failure, kerusakan yang terjadi akibat geseran pada suatu bidang perlapisan
karena adanya suatu ruang pori pada formasi dibawahnya.
Crushing dan tensile failure merupakan kerusakan batuan yang terjadi akibat gerusan
suatu benda atau tekanan sehingga membentuk suatu bidang retakan.
Direct tension failure, kerusakan terjadi searah dengan bidang geser dari suatu
perlapisan.
b. Drillabilitas
c. Hardness
Talk
Gypsum
Calcite
Fluorite
Apatite
Orthoclase Feldspar
Quartz
Topaz
Corondum
Diamond
Soft rock (lunak) : clay yang lunak, shale yang lunak dan batuan pasir yang
unconsolidated atau kurang tersemen.
Medium rock (sedang) : beberapa shale, limestone dan dolomite yang porous, pasir yang
terkonsolidasi dan gypsum.
Hard rock (keras) : limestone dan dolomite yang padat, pasir yang tersemen padat/keras
dan chert.
d. Abrasivitas
Merupakan sifat menggores dan mengikis dari batuan, sehingga sering
menyebabkan keausan pada gigi pahat dan diameter pahat. Setiap batuan mempunyai
sifat abrasivitas yang berbeda-beda, pada umumnya batuan beku mempunyai tingkat
abrasivitas sedang sampai tinggi, batu pasir lebih abrasif daripada shale, serta limestone
lebih abrasif dari batu pasir atau shale. Ukuran dan bentuk dari partikel batuan
menyebabkan berbagai tipe keausan, seperti juga torsi dan daya tekan pada pahat.
• Internal Stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam pori-pori
batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).
• Eksternal Stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya (tekanan
overburden).