Anda di halaman 1dari 15

Sifat Fisik Batuan Reservoir

1. Porositas
Merupakan kemampuan batuan untuk menyimpan
fluida.

Berdasarkan proses terbentuknya, porositas dibagi


menjadi 2 yaitu :
1) Porositas Primer, yakni porositas yang
terbentuk bersamaan dengan pembentukan
batuan
2) Porositas Sekunder, yakni porositas yang
terbentuk setelah pembentukan batuan. Contoh
nya akibat kegiatan tektonik maka terbentuk
rekahan maka rekahan tersebut disebut sebagai
porositas sekunder

Berdasarkan hubungan antar pori, dibagi menjadi 2


yaitu :
1) Porositas Absolut, yakni perbandingan volume
pori yang berhubungan dan tidak
berhubungan terhadap volume total batuan
2) Porositas Efektif, yakni perbandingan volume
pori yang berhubungna terhadap volume total
batuan

2. Saturasi
Merupakan presentase volume pori batuan yang
terisi oleh fluida

1) Swirr (Satturation water irrudicible)


merupakan air yang tertahan di dalam batuan
ketika terinvasi akibat pengaruh tekanan
kapiler
2) Soir (Saturation Oil irrudicible) merupakan
minyak yang tertahan di dalam batuan ketika
terinvasi
3) Swc (Saturation Water Connate) merupakan
air yang terbentuk bersamaan dengan
pembentukan pertama kali batuan

So + Sg + Sw = 100%

3. Permeabilitas
Merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan
fluida

Dengan:
1 Darcy adalah kemampuan batuan untuk
mengalirkan fluida satu fasa dengan
kekentalan/vicositas sebesar 1 cp mengalir dengan
keepatan 1 cm/sec melalui penampang seluas 1
cm2 pada gradient hidrolik satu atmosfer (76
mmHg) per cm

Asumsi perhitungan persamaan darcy :


1) Aliran steady state dp/dt =0
2) Fluida yang mengalir satu fasa dan
incompressible
3) Viskositas fluida yang mengalir konstan
4) Kondisi aliran isothermal
5) Formasi homogen dan arah alirannya
horisontal

Permeabilitas dibedakan menjadi :


1) Permeabilitas absolut, merupakan kemampuan
batuan untuk dapat meloloskan satu jenis
fluida yang 100% jenuh.
2) Permeabilitas efektif, merupakan kemampuan
batuan untuk dapat meloloskan satu macam
fluida apabila terdapat dua macam fluida
yang tidak bercampur satu sama lain.
Permeabilitas efektif akan memiliki nilai yang
lebih kecil dibandingkan permeabilitas absolut.
3) Permeabilitas relative, merupakan
perbandingan antara permeabilitas efektif
dan absolut. Semakin besar saturasi air maka
permeabilitas relative air tersebut akan
semakin besar dan sebaliknya

Fyi :
Saturasi (jenuh) adalah keadaan fasa suatu zat fluida
pada temperatur didihnya sesuai degan tekanannya.
Pada keadaan saturasi, jika zat fluida itu diberikan kalor
(dipanaskan) maka temperaturnya tidak naik namun
terjadi perubahan fasa zat. Oleh karenanya ada istilah
saturasi cair, campuran cair-gas dan saturasi gas.

Contohnya: air (fasa cair) pada tekanan 1 atm maka


titik didihnya 100 oC, pada keadaan ini dinamakan
saturasi cair (cair jenuh). Jika air ini dipanaskan maka
temperaturnya diasumsikan tidak naik namun sebagian
air akan menguap menjadi fasa gas (uap air) sehingga
terjadi fasa campuran cair-gas karena ada bagian air
yang masih cair dan ada bagian air yang sudah
menguap.Jika terus diberikan kalor maka suatu saat air
dalam bentuk cair akan habis, dengan kata lain
semuanya berbentuk gas dengan temperatur 100 oC. Ini
dinamakan saturasi gas.

Faktor2 yang mempengaruhi permeabilitas antara lain


:
1) Distribusi ukuran butir : Pada suatu batuan
apabila ukuran butirnya semakin beragam maka
pori-pori batuan akan semakin kecil sehingga
permeabilitas batuan juga akan semakin kecil
2) Susunan butiran, apabila susunan butirnya
semakin rapi maka semakin besar pula nilai
permeabilitasnya
3) Geometri butiran, semakin menyudut geometri
butiran maka permeabilitasnya akan semakin
kecil
4) Hubungan antar pori, semakin bagus hubungan
antar pori pada batuan, maka permeabilitas nya
akan semakin besar
5) Sementasi, semakin banyak kandungan
semen/perekat dalam suatu batuan maka nilai
permeabilitas akan semakin kecil
6) Kandungan lempung, semakin banyak
kandungan lempung pada suatu batuan, maka
semakin kecil nilai permeabilitas

Pada umumnya seiring bertambahnya tingkat porotias


pada suatu batuan maka akan diikuti dengan
penambahan tingkat permeabilitas batuan tersebut,
meskipun anggapan ini tidak selalu benar. Hubungan
permeabilitas dengan porositas yakni :
1) Umumnya penambahan porositas akan diikuti
dengan penambahan permeabilitas
2) Semakin tua dan kompak suatu batuan, maka
porositas dan permeabilitas nya akan semakin
kecil
3) Adanya peristiwa dolomitisasi akan menambah
nilai porositas dan permeabilitas
4) Permeabilitas dipengaruhi oleh besar, bentuk dan
hubungan antar butir dalam suatu batuan.

Source : Peng, Suping., & Zhang, Jincai.


(2007). Engineering Geology for Underground
Rocks. Berlin: Springer

4. Resistivitas Batuan
Merupakan kemampuan batuan untuk menghambat
mengalirnya arus listrik

Resestivitas suatu lapisan batuan atau material


berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan nilai resistivitas suatu batuan adalah
kandungan air, porositas, kepadatan dan
permeabilitas dari batuan itu sendiri
Tabel Resistivitas

5. Wettabilitas
Merupakan kemampuan batuan untuk dibasahi
oleh fluida

1) Water-wet jika batuan cedenrung dibasahi oleh


air
2) Oil-wet jika batuan cenderung dibasahi oleh oil

Istilah
- Wetting-Phase Fluid = Fluida yang membasahi
batuan
- Non Wetting Phase Fluid = Fluid yang
sukar/tidak membasahi batuan

Hal yang diinginkan adalah Water-wet sehingga


yang membasahi batuan adalah air dan minyak
yang akan terproduksikan ke permukaan

Ketika perpotongan kurva kro krw terhadap sw :


1) > 0.5 menunjukkan bahwa water-wet
2) <0.5 menunjukkan bahwa oil-wet

1) Water wet
- Tegangaan adhesinya bernilai positif
- σsw ≥ σso, AT > 0
- Sudut kontaknya (0°< θ <90°)
- Apabila θ = 0°, maka batuannya dianggap
sebagai strongly water wet.

2) Oil Wet
- Tegangan adhesinya bernilai negative
- σso ≥ σsw, AT < 0
- Sudut kontaknya (90°< θ <180°)
- Apabila θ = 180°, maka batuanya dianggap
sebagai strongly oil wet.

6. Tekanan Kapiler
Perbedaan tekanan antara fluida yang membasahi
batuan dengan fluida yang bersifat tidak membasahi
batuan jika di dalam batuan tersebut terdapat dua atau
lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi
statis
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang
penting dalam reservoir minyak maupun gas :
1) Mengontrol distribusi saturasi di dalam
reservoir
2) Merupakan mekanisme pendorong minyak dan
gas untuk bergerak atau mengalir melalui pori-
pori reservoir dalam arah vertikal
Imbibisi dan Drainage

Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi


fasa pembasah (water) meningkat sedangkan saturasi
non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa
pembasah meningkat seiring denganmeningkatnya
saturasi fasa pembasah.

Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi,


dimana saturasi fasa pembasah menurun dans aturasi
non-wetting phase meningkat.

Sifat Fisik dan Kimia Fluida Reservoir


 Volatile Oil/ Minyak Ringan
Merupakan kondisi dimana letak antara tekanan
reservoir dengan tekanan buble point tidak terlalu
jauh. Kondisi ini menyebabkan terjadinya fasa gas
dan liquid padasaat tekanan bubble point terlewati

Terdiri dari rantai hidrokarbon yang lebih ringan


dibanding minyak berat sehingga mudah menguap.
Temperatur kritis (Tc) lebih kecil daripada black oil
bahkan hampir sama dengan Temperatur reservoirnya
(Tr). Rentang harga temperatur cakupannya lebih
kecil dibandingkan black oil. Penurunan sedikit
tekanan selama masa produksi akan mengakibatkan
pelepasan gas cukup besar di reservoir. Jumlah liquid
yang dihasilkan pada separator lebih sedikit
dibandingkan black oil. Gambar 2 menunjukan sifat
dari fluida jenis Volatile Oil (minyak yang mudah
menguap).
 Retrograde Gas

 Wet Gas
Wet gas terjadi semata-mata sebagai gas di dalam
reservoir sepanjang penurunan tekanan reservoir.
Jalur tekanan tidak masuk ke dalam lengkungan fasa.
Maka dari itu, tidak ada cairan yang terbentuk di
dalam reservoir. Walaupun demikian, kondisi
separator berada pada lengkungan fasa, yang
mengakibatkan sejumlah cairan terjadi di permukaan
(disebut kondensat). Kata “wet” (basah) pada wet gas
(gas basah) bukan berarti gas tersebut basah oleh air,
tetapi mengacu pada cairan hidrokarbon yang
terkondensasi pada kondisi permukaan.

 Dry Gas
Dry gas terutama merupakan metana dengan
sejumlah molekul intermediate. Pada diagram fasa,
campuran hidrokarbon semata-mata berupa gas di
reservoir dan kondisi separator permukaan yang
normal berada di luar lengkungan fasa. Maka dari itu,
tidak terbentuk cairan di permukaan. Reservoir dry
gas biasanya disebut reservoir gas.
Berdasarkan penggolongan di atas, maka perlakuan
yang diberikan akan berbeda. Minyak dengan
kandunngan fraksi berat tinggi seperti minyak berat
akan cenderung memiliki titik beku yang tinggi,
sehingga mudah menyebabkan paraffin. Minyak
dengan viskositas rendah dan kurang kandungan
fraksi berat seperti minyak ringan akan mudah
menguap dan terbakar. Banyak hal yang dapat kita
cegah dan improvisasi dengan diketahuinya jenis
minyak yang diproduksi. Untuk pemahaman lebih
lanjut mengenai jenis fluida reservoir, dapat dilihat di
buku berjudul “The Properties of Petroleum Fluids”
Second Edition karya William D. McCain tahun
1990.

7. Titik Uap, Titik didih dan titik beku

Anda mungkin juga menyukai