Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Jenis Reservoir Berdasarkan Fluida yang Dikandung

Jenis reservoir berdasarkan fluida yang dikandung terbagi menjadi dua,

antara lain undersaturated reservoir (reservoir yang hanya mengandung minyak

dan gas yang terlarut dalam minyak) dan saturated reservoir (reservoir yang

mengandung minyak dan gas bebas).

Gambar 2.1

Diagram P T10)

2.1.1 Undersaturated Reservoir

Undersaturated reservoir adalah reservoir yang mempunyai tekanan

reservoir awal lebih besar dari tekanan saturasi atau bubble point (Pr> Pb). Dalam

kondisi ini, hanya terdapat 1 fasa, yaitu fasa minyak (terdapat sedikit air dan

batuan), sedangkan gas terlarut dalam minyak, sehingga tidak terdapat fasa gas

3
4

bebas atau gas cap dalam undersaturated reservoir. Proses produksi minyak dari

reservoir ke permukaan akan mengakibatkan penurunan tekanan reservoir, dan

biasanya penurunan tekanan reservoir berlangsung dengan cepat selama produksi

minyak karena kompresibilitas minyak, air dan batuan yang kecil. Penurunan

tekanan reservoir tersebut berlangsung terus hingga mencapai tekanan bubble

point (Pb). Selain itu, penurunan tekanan reservoir akan menyebabkan faktor

volume formasi minyak (Bo) meningkat dan viskositas minyak (µo) menurun.

Karena tidak terdapat gas dalam kondisi ini, maka nilai kelarutan gas (Rs) konstan

sampai mencapai tekanan bubble point.

2.1.2 Saturated Reservoir

Saturated reservoir adalah reservoir yang mempunyai tekanan reservoir

awal lebih kecil dari tekanan saturasi atau bubble point (Pr< Pb). Dalam kondisi

ini, gas yang terlarut dalam minyak akan terbebas atau keluar dari minyak

sehingga menghasilkan kondisi 2 fasa, yaitu fasa minyak dan gas (free gas atau

gas cap). Penurunan tekanan reservoir pada kondisi ini tidak terlalu cepat selama

produksi minyak karena kompresibilitas gelembung gas yang besar di dalam

reservoir dan gas cap mengembang dengan cepat yang dapat mempertahankan

tekanan reservoir. Selain itu, penurunan tekanan reservoir pada kondisi bubble

point ini menyebabkan faktor volume formasi minyak (Bo) menurun dan

viskositas minyak (µo) meningkat, sedangkan nilai kelarutan gas dalam minyak

(Rs) menurun terus karena gas yang terlarut dalam minyak semakin lama semakin

sedikit selama penurunan tekanan reservoir.


5

2.2 Karakteristik Batuan Reservoir

Karakteristik batuan reservoir meliputi sifat fisik batuan reservoir dan

hubungannya dengan fluida yang dikandungnya (minyak, air dan gas). Tujuan

mempelajari sifat fisik batuan adalah untuk mengambil minyak dan gas secara

optimum yang terkandung dalam batuan reservoir.Data-data sifat fisik batuan

reservoir dapat diperoleh dari Analisa inti batuan di laboratorium maupun analisa

logging yang dipelajari dalam penilaian formasi. Sifat fisik batuan reservoir

tersebut meliputi porositas, permeabilitas, dan saturasi.

2.2.1 Porositas

Porositas merupakan kemampuan batuan (volume pori) untuk menyimpan

/ menampung fluida (ukuran yang menunjukkan besarnya rongga pori dalam suatu

batuan) atau perbandingan antara volume ruang yang kosong (pori-pori) pada

batuan terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya dinyatakan dalam

fraksi atau %. Besar kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas

penyimpanan fluida reservoir.

Berdasarkan hubungan antar porinya (sifat-sifat batuan reservoir), maka

porositas digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Porositas absolut adalah perbandingan antara volume total seluruh pori

dalam batuan baik yang saling berhubungan (interconnected) maupun

yang tidak berhubungan terhadap volume total batuan.

2. Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori yang saling

berhubungan terhadap volume total batuan. Porositas yang digunakan


6

dalam perhitungan adalah porositas efektif karena porositas inilah yang

mampu mengalirkan fluida yang ada didalamnya dan mengandung

fluida hidrokarbon yang recoverable.

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Porositas primer, adalah porositas batuan yang terbentuk pada waktu

batuan sedimen diendapkan.

2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah

batuan sedimen terendapkan.

Besar kecilnya harga porositas suatu batuan menunjukkan kualitas dari

pori tersebut. Tabel 2.1 di bawah ini menunjukkan klasifikasi nilai porositas :

Tabel 2.1

Klasifikasi Nilai Porositas10)

Besarnya harga porositas(%) Keterangan

0–5 Porositas jelek sekali

5 – 10 Porositas jelek

10 – 15 Porositas sedang

15 – 20 Porositas baik

20 – 25 Porositas baik sekali


7

2.2.2 Permeabilitas

Permeabilitas adalah kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan

fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan tanpa merusak partikel

pembentuk batuan tersebut, yang sangat berpengaruh terhadap besarnya laju alir

yang dapat melewati media berpori misalnya batuan reservoir. Permeabilitas

dinyatakan dengan rumus Darcy, antara lain sebagai berikut :

k= .............................................................................................. (2.1)

Berdasarkan jenis fluida yang mengalir dalam suatu batuan, permeabilitas

dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Permeabilitas absolut adalah permeabilitas bila fluida yang mengalir

dalam media berpori terdiri hanya satu macam fluida.

2. Permeabilitas efektif adalah permeabilitas bila fluida yang mengalir dalam

media berpori lebih dari satu macam fluida (minyak, air, dan gas).

3. Permeabilitas relatif adalah perbandingan antara permeabilitas efektif

dengan permeabilitas absolut.

Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu

fluida mengalir melalui media berpori seperti batu. Satu Darcy dapat didefinisikan

sebagai kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida dengan laju alir 1 cc/detik

dengan viskositas 1 cp sepanjang 1 cm dan mempunyai luas penampang

1 cm2 dengan perbedaan tekanan sebesar 1 atm. Permeabilitas batuan reservoir

dapat berkisar dari 0.1 sampai 1000 mD.


8

Besar kecilnya harga permeabilitas suatu batuan menunjukkan ukuran

permeabilitas tersebut. Tabel 2.2 di bawah ini menunjukkan klasifikasi nilai

permeabilitas :

Tabel 2.2

Klasifikasi Nilai Permeabilitas10)

Skala Permeabilitas (mD) Keterangan

0–5 Ketat

5 – 10 Cukup

10 – 100 Baik

100 – 1000 Baik sekali

2.2.3 Saturasi

Saturasi adalah jumlah kandungan fluida yang berada pada pori-pori

batuan dari suatu formasi atau ukuran yang menyatakan perbandingan volume

fluida yang terakumulasi dalam pori-pori batuan terhadap volume total pori

batuan.

Jenis-jenis saturasi, antara lain :

1. Saturasi air (Sw) adalah perbandingan antara volume pori yang terisi oleh

air dengan volume pori total.

2. Saturasi minyak (So) adalah perbandingan antara volume pori yang terisi

oleh minyak dengan volume pori total.


9

3. Saturasi gas (Sg) adalah perbandingan antara volume pori yang terisi oleh

gas dengan volume pori total.

Untuk menentukan saturasi minyak, saturasi air, dan saturasi gas,

digunakan rumus sebagai berikut :

Sw = ................................................................................................... (2.2)

So = .................................................................................................... (2.3)

Sg = .................................................................................................... (2.4)

Pada kondisi reservoir diatas tekanan bubble point (Pr> Pb),

Sw + So = 1 .............................................................................................. (2.5)

Pada kondisi reservoir dibawah tekanan bubble point (Pr< Pb),

Sw + So + Sg = 1 ...................................................................................... (2.6)

2.3 Karakteristik Fluida Reservoir

Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir pada

tekanan dan temperatur tertentu merupakan campuran yang sangat kompleks

dalam susunan atau komposisi kimianya. Fluida reservoir sendiri terdiri dari

hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon yang terbentuk di alam dapat berupa

gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan air formasi merupakan air yang

dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.


10

Tujuan mempelajari sifat fisik fluida reservoir adalah untuk menentukan

kondisi reservoir (undersaturated atau saturated), mengetahui pengaruh

parameter-parameter terhadap sifat fisik fluida reservoir dan untuk menghitung

nilai OOIP dengan metode material balance. Data-data sifat fisik fluida reservoir

dapat diperoleh dari hasil analisa di laboratorium, yang biasanya disebut data PVT

(Pressure, Volume, Temperature). Sifat sifat fisik dari fluida reservoir yang akan

dibahas antara lain kelarutan gas dalam minyak (Rs), faktor volume formasi

minyak (Bo), viskositas minyak (µo), faktor volume formasi gas (Bg), faktor

volume formasi dua fasa (Bt), specific gravity minyak (γo), kompresibilitas

minyak (Co), dan faktor kompresibilitas gas (Z factor).

2.3.1 Kelarutan Gas dalam Minyak (Rs)

Kelarutan gas dalam minyak (Rs) merupakan banyaknya SCF (Standard

Cubic Feet) gas yang larut dalam 1 STB (Stock Tank Barrel) minyak pada kondisi

standar (14.7 psia dan 60oF). Satuan Rs adalah SCF/STB.

Gambar 2.2 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara nilai Rs vs

tekanan :
11

Gambar 2.2

Grafik Rs dengan Tekanan2)

Pada gambar diatas yang menunjukkan grafik hubungan antara Rs dengan

tekanan, terdapat dua kondisi, antara lain :

- Apabila kondisi tekanan reservoir diatas tekanan bubble point (Pr> Pb),

nilai Rs akan konstan dari Pr sampai Pb karena semua gas masih terlarut

dalam minyak sehingga Rs mencapai nilai maksimum.

- Apabila kondisi tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point (Pr< Pb),

nilai Rs akan berkurang, karena gas yang larut dalam minyak dibebaskan

atau keluar dari minyak dan membentuk gelembung-gelembung gas.

Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

Standing 2.7 10 :

• –

• *( ) + ...................................................... (2.7)

Dimana :

Rs = Kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB

P = Tekanan, Psia

T = Temperatur, oF

2.3.2 Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)

Faktor volume formasi minyak (Bo) merupakan perbandingan antara

volume minyak dan gas terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak
12

pada kondisi standar (14.7 psia dan 60oF). Satuan Bo adalah BBL/STB. Gambar

2.3 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara nilai Bo vs tekanan :

Gambar 2.3

Grafik Bo dengan Tekanan2)

Pada gambar diatas yang menunjukkan grafik hubungan antara Bo dengan

tekanan, terdapat dua kondisi, antara lain :

- Apabila kondisi tekanan reservoir diatas tekanan bubble point (Pr> Pb),

maka nilai Bo akan naik dengan penurunan tekanan sampai mencapai Pb,

karena volume minyak meningkat akibat terjadi ekspansi gas dalam

minyak.

- Apabila kondisi tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point (Pr< Pb),

nilai Bo akan turun, karena gas yang larut dalam minyak dibebaskan atau

keluar dari minyak sehingga volume minyak berkurang.

Perhitungan Bo pada kondisi saturated dinyatakan dengan persamaan 2.910 :

• ( ) ........................................................................... (2.8)

• ............................................... (2.9)
13

Dimana :

Rs = Kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB

= Specific gravity gas, lb/cuft

= Specific gravity minyak, lb/cuft

T = Temperatur, oF

2.3.3 Viskositas Minyak (µo)

Viskositas dapat didefinisikan sebagai ukuran ketahan aliran fluida untuk

mengalir yang dihasilkan oleh gaya pergeseran dua bidang horizontal yang

berjarak satu satuan jarak dimana diantara kedua bidang horizontal tersebut

terdapat cairan yang dimaksud. Viskositas minyak (µo) merupakan ukuran

besarnya keengganan minyak untuk mengalir. Satuan µo adalah cp atau 0.01 dyne

detik/cm2 atau 0.01 gram/detik cm. Viskositas ini biasanya disebut sebagai

viskositas dinamik.

Pada gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara µo

dengan tekanan, terdapat dua kondisi, antara lain :

- Apabila kondisi tekanan reservoir diatas tekanan bubble point (Pr> Pb),

maka nilai µo akan turun dengan penurunan tekanan sampai mencapai Pb,

karena terjadi ekspansi gas dalam minyak sehingga lebih mudah mengalir.

- Apabila kondisi tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point (Pr < Pb),

nilai µo akan naik, karena gas yang larut dalam minyak dibebaskan atau

keluar dari minyak sehingga terbentuk fasa gas yang lebih mudah mengalir

daripada minyak yang menyebabkan aliran minyak menjadi lambat.


14

Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara nilai

viskositas minyak (µo) vs tekanan :

Gambar 2.4

Grafik µo dengan Tekanan2)

2.3.4 Faktor Volume Formasi Gas (Bg)

Faktor volume formasi gas (Bg) merupakan perbandingan antara volume

gas pada kondisi reservoir dengan volume gas pada kondisi standar (14.7 psia dan

60oF). Satuan standar Bg adalah cuft/SCF. Namun, bisa juga dalam satuan

bbl/SCF.

Untuk mendapatkan Bg terlebih dahulu harus dihitung kompresibiltas gas

(Z) persamaan 2.14.

Tentukan nilai Ppc dan Tpc,

• ......................................................... (2.10)

• .......................................................

(2.11)
15

Setelah didapat nilai Ppc dan Tpc maka dihitung nilai Ppr dan Tpr,

• .......................................................................................... (2.12)

• .......................................................................................... (2.13)

Setelah didapat nilai Ppr dan Tpr, kemudian dicari nilai z dengan

menggunakan metode gopal 10

• .......

(2.14)

Perhitungan Bg pada kondisi standar (60°F; 14,7 psia), persamaan yang

digunakan untuk menentukan Bg antara lain sebagai berikut :

 Bg = 0.0283 (cuft/SCF) ................................................................... (2.15)

Dalam satuan bbl/SCF, besarnya Bg adalah :

 Bg = 0.00504 (bbl/SCF) .................................................................. (2.16)

Dimana:

Bg = Faktor Volume Formasi gas, bbl/SCF

Z = Faktor kompresibilitas gas

T = Temperatur, oR

P = Tekanan, psia

2.3.5 Faktor Volume Formasi Air (Bw)

Faktor volume formasi air (Bw) dapat didefinisikan sebagai perbandingan

volume air pada kondisi reservoir dengan kondisi standar dipermukaan. Factor
16

volume formasi ini dipengaruhi oleh tekanan dan temperature. Perhitungan Bw

dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan McCain 10:

................................. (2.17)

...................................................................... (2.18)

• ( ) ...................................................... (2.19)

Dimana:

Bw = Faktor volume formasi air, bbl/STB

ΔVwp = Penurunan volume selama penurunan tekanan, Psia

ΔVwt = Penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF

P = Tekanan, Psia

T = Temperatur,oF

2.3.6 Faktor Volume Formasi Dua Fasa (Bt)

Faktor volume formasi dua fasa (Bt) merupakan volume yang ditempati

oleh minyak sebanyak 1 BBL/STB ditambah dengan gas bebas yang semula larut

dalam sejumlah minyak tersebut. Bt dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan :

Bt = Bo + (Rsi – Rs) Bg .......................................................................... (2.20)

Dimana :

Bt = Faktor volume formasi dua fasa, bbl/STB

Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/STB


17

Bg = Faktor Volume Formasi gas, bbl/SCF

Rsi = Faktor kelarutan gas dalam minyak pada kondisi awal, SCF/STB

Rs = Faktor kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB

2.3.7 Specific Gravity Minyak (γo)

Specific gravity minyak (γo) merupakan perbandingan antara berat jenis

minyak pada temperatur standar dengan berat jenis air dengan temperatur yang

sama. Persamaan yang digunakan untuk menghitung specific gravity minyak

adalah:

• γo = .................................................................................................... (2.21)

Setelah didapat nilai specific gravity minyak, maka dapat ditentukan nilai

dari API gravity minyak tersebut dengan persamaan sebagai berikut :

o
• API = ........................................................................... (2.22)
γ

2.3.8 Kompresibilitas Minyak (Co)

Kompresibilitas minyak (Co) merupakan ukuran perubahan volume

minyak akibat perubahan tekanan. Untuk menghitung kompresibilitas minyak,

dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

Co = ............................................................................................ (2.23)

Kompresibilitas minyak pada kondisi undersaturated dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :10)


18

Co = .............................................. (2.24)

Kompresibilitas minyak pada kondisi saturated dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :10)

Co = exp (A) ......................................................................................... (2.25)

Dimana :

A = -7.573 – 1.45 ln (p) – 0.383 ln (Pb) + 1.402 ln (T) + 0.256 ln (API) + 0.449 ln (Rsb) (2.2

2.4 Reservoir Drive Mechanism

Jumlah minyak yang dapat diambil dari suatu reservoir minyak

dipengaruhi oleh mekanisme tenaga dorong atau drive mechanism dari reservoir

tersebut. Mekanisme tenaga dorong alamiah reservoir adalah tenaga dorong

alamiah yang dimiliki oleh suatu reservoir minyak atau gas untuk mendorong atau

mendesak minyak dan atau gas bumi yang dikandungnya sehingga mampu

mengalir sendiri dari dalam reservoir ke permukaan melalui sumur-sumur

produksi.

Setiap reservoir minyak mempunyai jenis dan tingkat kekuatan mekanisme

pendorong yang berbeda-beda. Mekanisme tenaga pendorong yang terjadi di

dalam reservoir tergantung dari bentuk struktur, sifat-sifat fluida reservoir dan

batuan reservoir. Macam-macam drive mechanism antara lain :

2.4.1 Rock and Liquid Expansion Drive Reservoir


19

Pada rock and liquid expansion drive reservoir, tekanan reservoir berada

di atas tekanan bubble point (Pr> Pb) atau undersaturated reservoir (1 fasa),

dimana hanya terdapat crude oil, connate water, dan batuan. Seiring dengan

penurunan tekanan reservoir, batuan dan fluida akan mengembang karena faktor

kompresibilitas minyak, air dan batuan. Karena tidak ada gas sama sekali dalam

minyak, maka nilai GOR konstan dari awal sampai akhir produksi dan terjadi

penurunan tekanan reservoir secara drastis.

2.4.2 Solution Gas Drive

Pada solution gas drive, tenaga dorong berasal dari gas yang terlarut dalam

minyak dan merupakan tenaga pendorong alami paling lemah dibandingkan gas

cap drive dan water drive. Pada saat tekanan reservoir berada diatas tekanan

bubble point (Pr> Pb), hanya terjadi ekspansi gas dalam minyak. Sedangkan pada

saat tekanan reservoir berada dibawah tekanan bubble point (Pr< Pb), gelembung

gas mulai terbentuk (gas terbebas dari minyak) sehingga terdapat 2 fasa yaitu

minyak dan gas bebas. Gelembung-gelembung gas ini akan mengembang

(ekspansi) seiring dengan penurunan tekanan reservoir. Lama kelamaan gas ini

akan ikut terproduksikan bersama dengan minyak ke permukaan.

Karakteristik dari tenaga dorong solution gas drive reservoir antara lain

sebagai berikut :

1. Tekanan Reservoir (Reservoir Pressure)

Penurunan tekanan reservoir yang cepat, karena tidak adanya aquifer atau

tudung gas (gas cap) sehingga penurunan oil production rates juga cepat.

Pada undersaturated reservoir (Pr > Pb), tekanan reservoir akan menurun
20

dengan cepat selama produksi minyak karena kompresibilitas minyak, air

dan batuan yang kecil. Pada saturated reservoir (Pr < Pb), tekanan

reservoir akan menurun tetapi tidak terlalu cepat selama produksi minyak

karena kompresibilitas gelembung gas yang besar (ekspansi gas) di dalam

reservoir yang dapat mempertahankan tekanan reservoir.

3. Produksi Air (Water Production)

Produksi air kecil atau tidak ada sehingga nilai water cut yang didapat

juga kecil.

3. Gas Oil Ratio (GOR)

Pada awal produksi dimana reservoir undersaturated (Pr> Pb), GOR

konstan karena tidak ada free gas, dan hanya ada gas yang terlarut dalam

minyak. Setelah tekanan reservoir mencapai tekanan di bawah tekanan

saturasi (Pr>Pb), gas yang terlarut dalam minyak akan berkembang

diseluruh bagian reservoir. Saat saturasi gas melebihi Sgc (critical gas

saturation), gas bebas akan mengalir lebih cepat daripada minyak ke

lubang sumur karena viskositasnya lebih rendah dari minyak sehingga

GOR naik dan free gasterproduksi bersama dengan minyak ke permukaan.

Hal ini terus menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi

rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka GOR akan menjadi

berkurang karena volume gas di dalam reservoirnya tinggal sedikit.

4. Recovery Factor (RF antara 5 - 30%)


21

Recovery factor rendah karena fasa gas bergerak lebih cepat daripada fasa

minyak dan penurunan tekanan reservoir yang berlangsung dengan cepat.

Produksi minyak dengan solution gas drive biasanya merupakan metode

recovery yang paling tidak efisien dengan perolehan minyak dari 5%

hingga 30% (lebih dari 70% minyak tertinggal di dalam reservoir).

Gambar 2.5 di bawah ini menunjukkan grafik kinerja untuk tenaga

pendorong solution gas drive :

Gambar 2.5

Solution Gas Drive History10)

2.4.3 Gas Cap Drive

Reservoir berdaya dorong gas cap ditandai dengan adanya tudung gas

pada reservoir tersebut (Pr< Pb). Karena perbedaan densitas pada free gas,

menyebabkan gas yang terbebas dari minyak berkembang, bermigrasi dan


22

terakumulasi (berkumpul) ke struktur bagian atas dan membentuk gas cap. Gas

yang ada pada gas cap inilah yang menjadi tenaga pendorong utama dalam gas

cap drive reservoir.

Karakteristik dari tenaga dorong gas cap drive reservoir antara lain

sebagai berikut :

1. Tekanan Reservoir (Reservoir Pressure)

Penurunan tekanan reservoir lebih kecil dari tenaga dorong solution gas

drive karena kemampuan dari tudung gas untuk mengembang dengan

cepat sehingga penurunan oil production rates juga tidak terlalu cepat.

Semakin besar ukuran gas cap, maka semakin lambat penurunan tekanan

reservoirnya selama produksi minyak.

2. Produksi Air (Water Production)

Produksi air kecil atau tidak ada sehingga nilai water cut yang didapat

juga kecil.

3. Gas Oil Ratio (GOR)

Pada awal gas cap drive, GOR naik dengan lambat karena tekanan

reservoir yang masih tinggi akibat gas yang terbebas atau keluar dari

minyak masih sedikit dan gas yang terlarut dalam minyak masih banyak.

Tetapi saat minyak diproduksikan ke permukaan, gas cap akan mengalami

ekspansi dan mengisi ruang pori yang ditinggalkan oleh minyak. Lama

kelamaan sumur akan memproduksi gas ke permukaan bersama dengan

minyak sehingga GOR naik dengan cepat.


23

4. Recovery Factor (RF antara 20 - 40%)

Recovery factor cukup tinggi yaitu berkisar antara 20 - 40%. Laju produksi

minyak menurun akibat penurunan tekanan reservoir, tetapi penurunannya

tidak secepat solution gas drive karena ekspansi gas cap dapat

mempertahankan tekanan reservoir pada jenis tenaga dorong gas cap

drive.

Gambar 2.6 di bawah ini menunjukkan grafik kinerja untuk tenaga

pendorong gas cap drive :

Gambar 2.6

Gas Cap Drive History10)

2.4.4 Water Drive

Reservoir berdaya dorong air ditandai dengan adanya aquifer aktif yang
24

berhubungan dengan reservoir tersebut. Water drive merupakan daya dorong

alami yang paling kuat dibandingkan kedua tenaga dorong lainnya. Air dari

aquifer akan mendesak minyak keluar ke permukaan dan air tersebut akan masuk

ke reservoir minyak dan mengisi ruang pori yang ditinggalkan oleh minyak,

sehingga karena ada pengisian kembali pori-pori yang dikosongkan oleh minyak

maka secara teoritis tekanan reservoir akan relatif konstan, yaitu apabila volume

pori yang dikosongkan oleh minyak = volume pori yang diisi oleh air (oil

production = water influx).

Karakteristik dari tenaga dorong water drive reservoir antara lain sebagai

berikut :

1. Tekanan Reservoir (Reservoir Pressure)

Penurunan tekanan reservoir relatif kecil, karena volume air yang masuk

ke reservoir sebanding dengan volume minyak yang dikeluarkan.

Pada strong water drive, dimana laju produksi minyak sebanding

dengan nilai water influx, tekanan reservoir akan konstan. Tetapi apabila

laju produksi minyak lebih tinggi dari nilai water influx, maka aquifer

tidak bisa mengimbangi volume fluida yang diproduksi sehingga

tekanan reservoir menurun. Tetapi apabila laju produksi minyak

menurun dan lebih kecil dari nilai water influx, maka tekanan reservoir

bisa meningkat kembali.

2. Produksi Air (Water Production)


25

Produksi air mulai dengan cepat sehingga water cut meningkat dengan

cepat seiring dengan waktu.

3. Gas Oil Ratio (GOR)

Pada water drive, GOR konstan (tetap) karena tekanan reservoirnya stabil,

dimana selama masa produksi, tekanan reservoir tetap berada di atas

tekanan gelembung (Pb) untuk waktu yang lama sehingga tidak ada gas

bebas di dalam reservoir (tidak ada initial gas cap), dan hanya ada gas

terlarut yang ikut terproduksi bersama dengan minyaknya (produksi

berupa satu fasa minyak). Tetapi apabila aquifer tidak bisa

mempertahankan tekanan reservoirnya, GOR akan meningkat.

4. Recovery Factor (RF antara 35 - 75%)

Water drive mempunyai recovery factor yang lebih besar dibandingkan

solution gas drive dan gas cap drive yaitu sekitar 35 – 75% karena

penurunan tekanan reservoir yang relatif konstan atau sangat kecil

sehingga minyak yang terproduksi ke permukaan cukup banyak.

Gambar 2.7 di bawah ini menunjukkan grafik kinerja untuk tenaga

pendorong water drive :


26

Gambar 2.7

Water Drive History 1)

Selain dapat di plot terhadap waktu, tekanan reservoir dan gas oil ratio

(GOR) juga dapat dibuat grafik terhadap recovery factor (RF) berbagai jenis drive

mechanism.

Gambar 2.8 di bawah ini menunjukkan hubungan antara grafik tekanan

reservoir terhadap nilai recovery factor pada berbagai jenis drive mechanism :
27

Gambar 2.8

Pengaruh Tekanan Reservoir terhadap Recovery Factor Drive Mechanism 2)

Gambar 2.9 di bawah ini menunjukkan hubungan antara grafik GOR

produksi terhadap nilai recovery factor pada berbagai jenis drive mechanism :

Gambar 2.9

GOR Produksi terhadap Recovery Factor Drive Mechanism2)

2.4.5 Combination Drive

Reservoir berdaya dorong combination drive ini ditandai dengan adanya

gas cap dan aquifer aktif pada reservoir tersebut. Kinerja reservoir ini adalah

kombinasi antara kinerja solution gas drive, gas cap drive dan water drive.

Kinerja reservoir dipengaruhi oleh daya dorong yang paling dominan diantara

ketiga tenaga dorong.

Dua kombinasi tenaga dorong yang bisa dilakukan pada combination drive

antara lain :

1. Solution gas drive dan weak water drive


28

2. Solution gas drive dengan gas cap kecil dan weak water drive

Karakteristik dari tenaga dorong combination drive reservoir antara lain

sebagai berikut :

1. Tekanan Reservoir (Reservoir Pressure)

Penurunan tekanan reservoir relatif cepat. Water influx dan ekspansi gas

pada gas cap tidak cukup untuk mengontrol tekanan reservoir.

2. Produksi Air (Water Production)

Jika berhubungan dengan aquifer,produksi air kecil karena nilai water

influx yang kecil.

3. Gas Oil Ratio (GOR)

Jika terdapat gas cap yang kecil, GOR akan meningkat terus sesuai dengan

pengembangan gas cap tersebut. Akan tetapi gas cap dapat menyusut

apabila terdapat free gas yang berlebihan selama produksi sehingga GOR

akan menurun.

4. Recovery Factor

Recovery factor tergantung pada keaktifan masing-masing mekanisme

pendorong. Biasanya primary recovery dari combination drive lebih besar

dari solution gas drive, tetapi lebih kecil dari gas cap drive dan water

drive. Semakin kecil pengaruh solution gas, semakin besar harga recovery factor

yang bisa didapat.

Jenis tenaga pendorong combination drive reservoir dapat dilihat pada

Gambar 2.10 sebagai berikut :


29

Gambar 2.10

Combination Drive Reservoir1)

2.5 Penentuan Drive Mechanism dengan Drive Index

Untuk menentukan jenis drive mechanism yang paling dominan dengan

menggunakan drive index, dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

................................................. (2.27)

A = ( ( ) )............................................................. (2.28)

DDI = .................................................................................... (2.29)

GDI = ............................................................................. (2.30)

WDI = .................................................................................. (2.31)


30

Setelah ketiga nilai tersebut dicari, dapat ditentukan jenis tenaga dorong

yang paling dominan, karena :

DDI + GDI + WDI = 1 ......................................................................... (2.32)

2.6 Penentuan Water Influx dengan Metode Hurst-Van Everdingen

Unsteady State

Water influx adalah jumlah kumulatif air yang masuk dari lapisan aquifer

ke dalam reservoir saat minyak diproduksikan ke permukaan. Tujuan air masuk ke

dalam reservoir ini adalah untuk mempertahankan tekanan reservoir saat

penurunan tekanan reservoir. Nilai water influx ini dapat dicari dengan berbagai

metode, salah satunya adalah metode Hurst-Van Everdingen, yang mempunyai

persamaan sebagai berikut :

We = B ∆P )................................................................................... (2.33)

Nilai konstanta perembesan air (B) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

B = 1.119 Ct h ....................................................................... (2.34)

Nilai tD (dimensionless time) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

= 6.328 x ........................................................ (2.35)


2.7 Metode Penentuan Volume Minyak Awal di Tempat (OOIP)


31

Sebelum melakukan pengembangan suatu lapangan dan pengelolaan

produksi lapangan tersebut, perlu diketahui adanya jumlah volume minyak awal

di tempat yang terkandung dalam suatu reservoir. Untuk menghitung volume

minyak awal tersebut, dapat menggunakan beberapa metode perhitungan. Metode-

metode tersebut antara lain metode volumetrik dan material balance.

2.7.1 Metode Volumetrik

Metode volumetrik digunakan untuk memperkirakan besarnya volume

minyak awal pada suatu lapangan minyak atau gas yang baru, dimana data-data

yang tersedia belum lengkap atau belum ada data produksi. Reservoir dipandang

sebagai sebuah wadah dengan geometri atau bentuk sederhana. Data-data yang

diperlukan untuk perhitungan volume minyak awal secara volumetrik, yaitu bulk

volume (Vb), porositas batuan (), saturasi fluida (Sw), dan faktor volume formasi

minyak awal (Boi). Perhitungan volume minyak awal secara volumetrik dapat

digunakan untuk mengetahui besarnya nilai original oil in place (OOIP) dan

besarnya perolehan minyak (recovery factor).

Perhitungan volume minyak awal di tempat (OOIP) dengan metode

volumetrik mempunyai persamaan sebagai berikut :


OOIP = .................................................................... (2.36)

Dalam perhitungan volume minyak awal dengan metode volumetrik, ada

perhitungan lain yang harus dilakukan sebelum menghitung OOIP, yaitu

perhitungan bulk volume (Vb) yang dapat diperoleh dari peta isopach, sehingga
32

volume batuan yang mengandung minyak dan gas dapat dihitung dengan

menggunakan alat yang disebut planimeter. Biasanya luas dan ketebalan reservoir

tidak sama, sehingga dilakukan perhitungan volume batuan reservoir segmen per

segmen. Ada 2 metode yang umum digunakan dalam perhitungan volume batuan

(Vb) per segmen, antara lain :

1. Metode Pyramidal (Piramid terpotong)

Vb = ( + +√ ) .............................................................. (2.37)

Digunakan apabila : < 0.5 .............................................................. (2.38)

2. Metode Trapesium (Trapezoidal)

Vb = ( + ) ................................................................................... (2.39)

Digunakan apabila : > 0.5 .............................................................. (2.40)

2.7.2 Metode Material Balance

Metode material balance digunakan untuk memperkirakan besarnya

volume minyak awal pada suatu lapangan minyak atau gas yang sudah

berproduksi, sehingga telah terjadi penurunan tekanan. Persamaan material

balance menyatakan bahwa produksi kumulatif yang dinyatakan sebagai

underground withdrawal adalah sama dengan perubahan volume akibat

ekspansi fluida di reservoir karena tekanan reservoir turun. Selain itu, persamaan

ini mengasumsikan bahwa seluruh reservoir adalah sebuah tangki yang homogen
33

sehingga perhitungannya tidak tergantung pada jumlah sumur produksi,

temperatur tetap konstan walaupun tekanan dan volume di dalam reservoir

berubah dan data produksi harus lengkap untuk setiap waktu.

Material balance dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, antara

lain menentukan isi volume minyak dan gas awal di tempat (OOIP dan GIIP),

memperkirakan besarnya air yang masuk ke reservoir (water influx), menentukan

ukuran dari tudung gas (gas cap) dan jenis tenaga pendorong (drive mechanism)

suatu reservoir.

Rumus umum dari persamaan material balance dalam perhitungan volume

minyak awal di tempat dapat dinyatakan sebagai berikut :

–( )
N= .................................................... (2.41)
[ ]

Apabila saturated reservoir, maka ada faktor volume formasi dua fasa

(Bt), sehingga persamaan material balance menjadi :

–( )
N = .............................. (2.42)
[ ] [ ]

2.7.2.1 Persamaan Material Balance sebagai Persamaan Garis Lurus

(Havlena-Odeh)

Persamaan material balance dapat juga menghasilkan persamaan garis

lurus yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya OOIP dalam reservoir

dan juga dapat menentukan jenis tenaga dorong yang dimiliki oleh reservoir

tersebut. Persamaan material balance sebagai garis lurus disebut juga dengan
34

Havlena Odeh material balance. Persamaan material balance dengan metode

Havlena Odeh antara lain sebagai berikut :

{ [ ]

..............................................................................................................(2.43)

Untuk persamaan underground withdrawal dinotasikan dengan F dimana

dapat menjadi persamaan sebagai berikut :

• F = .............................................. (2.44)

• Eo = ( ) ....................................................... (2.45)

• Eg = [ ] .................................................................................. (2.46)

• Efw = * + ......................................................... (2.47)

Apabila disubstitusikan, menjadi :

• F = N (Eo + m Eg + Efw) + We ............................................................. (2.48)

Aplikasi straight line dari persamaan material balance terbagi menjadi

beberapa persamaan sesuai dengan tenaga dorong reservoir tersebut, antara lain :

1. Persamaan Garis Lurus untuk Solution Gas Drive

Pada solution gas drive, tidak terdapat gas cap, sehingga m = 0. Terdapat 4

kondisi dalam persamaan garis lurus untuk tenaga dorong solution gas drive,

antara lain sebagai berikut :


35

1. Nilai We = 0 dan Efw = 0, sehingga :

F = N Eo ........................................................................................... (2.49)

Gambar 2.11 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara F vs Eo

untuk menentukan nilai N :

Eo

Gambar 2.11

Grafik F vs Eo1)

2. Nilai We sangat kecil tetapi tidak dianggap 0 dan Efw = 0, sehingga :

F-We = N Eo .................................................................................... (2.50)

Gambar 2.12 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara F-We vs

Eo untuk menentukan nilai N :


36

F-We

Eo

Gambar 2.12

Grafik F-We vs Eo1)

3. Nilai We = 0 dan Efw ≠ 0, sehingga :

F = N (Eo + Efw) ............................................................................... (2.51)

Gambar 2.13 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara F vs

Eo+Efw untuk menentukan nilai N :

Eo+Efw
37

Gambar 2.13

Grafik F vs Eo+Efw1)

4. Nilai We sangat kecil tetapi tidak dianggap 0 dan Efw ≠ 0, sehingga :

F-We = N (Eo + Efw) ......................................................................... (2.52)

Gambar 2.14 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara F-We vs

Eo+Efw untuk menentukan nilai N :

F-We

N
Eo+Efw

Gambar 2.14

Grafik F-We vs Eo+Efw1)

2. Persamaan Garis Lurus untuk Gas Cap Drive

Pada gas cap drive, terdapat 4 kondisi dalam persamaan garis lurus untuk

tenaga dorong gas cap drive, antara lain sebagai berikut :

1. Nilai We = 0 dan Efw = 0, sehingga :

F = N (Eo + m Eg) ............................................................................ (2.53)


38

atau

=N+mN ............................................................................... (2.54)

Hasil perhitungan dan di plot pada grafik vs dengan mN sebagai

slope atau sudut kemiringan garis lurus dan N bisa didapat dari grafik sehingga

nilai m bisa dicari. Gambar 2.15 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan

vs :

mN

E
E

Gambar 2.15

1)
Grafik

2. Nilai We sangat kecil tetapi tidak dianggap 0 dan Efw = 0, sehingga :

F-We = N (Eo + m Eg) ...................................................................... (2.55)

atau
39

=N+mN ......................................................................... (2.56)

Gambar 2.16 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara vs

untuk menentukan nilai N :

mN

E
E

Gambar 2.16

1)
Grafik

3. Nilai We = 0 dan Efw ≠ 0, sehingga :

F = N (Eo + m Eg + Efw) ................................................................... (2.57)

atau

=N+mN ............................................................. (2.58)


40

Gambar 2.17 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan

vs untuk menentukan nilai N :

E Ef

mN

E
E Ef

Gambar 2.17

1)
Grafik

4. Nilai We sangat kecil tetapi tidak dianggap 0 dan Efw ≠ 0, sehingga :

F-We = N (Eo + m Eg + Efw) ............................................................. (2.59)

atau

=N+mN ............................................................. (2.60)

Gambar 2.18 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan

vs untuk menentukan nilai N :


41

E Ef

mN

N
E
E Ef

Gambar 2.18

1)
Grafik

3. Persamaan Garis Lurus untuk Water Drive

Pada water drive, terdapat 2 kondisi dalam persamaan garis lurus untuk

tenaga dorong water drive, antara lain sebagai berikut :

1. Nilai m = 0 dan Efw = 0, sehingga :

F = N Eo + We .................................................................................. (2.61)

atau

=N+ ...................................................................................... (2.62)


42

Hasil perhitungan dan di plot pada grafik vs sehingga didapat nilai N

dari grafik. Gambar 2.19 di bawah ini menunjukkan grafik hubungan vs

untuk

menentukan nilai N :

𝑜
a=

Gambar 2.19

1)
Grafik vs

2. Nilai m = 0 dan Efw ≠ 0, sehingga :

F = N (Eo+Efw) + We........................................................................ (2.63)

atau

=N+ ....................................................................... (2.64)


43

Hasil perhitungan dan di plot pada grafik vs

sehingga didapat nilai N dari grafik. Gambar 2.20 di bawah ini menunjukkan

grafik hubungan vs untuk menentukan nilai N :

E Ef

𝑜
a=

E Ef

Gambar 2.20

1)
Grafik vs

2.8 Peramalan Produksi Minyak dengan Decline Curve Analysis

Metode decline curve analysis (analisa kurva penurunan produksi) adalah

salah satu metode untuk memperkirakan besarnya kumulatif produksi minyak

yang dapat diproduksikan secara maksimum sampai batas laju alir ekonomisnya

(estimated ultimate recovery) berdasarkan data produksi pada periode waktu

tertentu. Metode decline curve analysis memprediksi jumlah volume minyak yang

dapat diproduksikan dengan melakukan penarikan garis lurus yang diperoleh dari

suatu grafik atau kurva antara laju produksi minyak (qo) terhadap waktu dimana
44

penarikan garis lurus pada kurva dilihat dari laju produksi minyak yang relatif

menurun setiap waktu.

Adapun tujuan dari metode decline curve analysis antara lain untuk

menentukan laju produksi minyak (qo) di masa yang akan datang atau pada

periode tertentu, kumulatif produksi minyak setiap waktu (Np), umur produksi

hingga batas laju alir ekonomis (q economic limit), estimated ultimate recovery

(EUR), dan remaining reserve (RR). Setelah didapat nilai dari estimated ultimate

recovery (EUR), maka dengan nilai OOIP yang sudah didapat dari perhitungan

material balance dapat dilakukan perhitungan recovery factor (RF) dengan

membagi nilai dari estimated ultimate recovery (EUR) dengan nilai OOIP hasil

perhitungan material balance untuk mengetahui perolehan minyak yang didapat

dan membuktikan jenis tenaga dorong (drive mechanism) yang bekerja pada suatu

reservoir berdasarkan nilai recovery factor (RF) yang didapat.

2.8.1 Jenis Decline Curve

Jenis decline curve untuk persamaan kurva penurunan produksi dapat

dibagi menjadi 3 jenis, yaitu exponential decline curve, hyperbolic decline curve,

dan harmonic decline curve. Ketiga jenis decline curve ini mempunyai rumus laju

produksi minyak (qo), nominal exponential decline rate (Di), kumulatif produksi

minyak (Np) dan penentuan umur produksi (t) yang berbeda-beda.


45

2.8.1.1 Exponential Decline Curve

Exponential decline curve disebut juga semilog decline atau constant

percentage decline mempunyai ciri khas yaitu penurunan produksi pada suatu

interval waktu tertentu sebanding dengan laju produksinya. Bentuk exponential

decline curve merupakan bentuk khusus dari hyperbolic decline dengan harga

b=0, sehingga kurva penurunan produksi konstan. Berikut ini adalah rumus-rumus

yang digunakan pada perhitungan exponential decline :

 Laju produksi pada waktu t (q) :

.......................................................................................... (2.65)

 Nominal exponential decline rate (Di) :

( )
............................................................................................ (2.66)

 Kumulatif produksi (Np) :

......................................................................................... (2.67)

 Jika batas laju alir ekonominya diketahui (qel) maka dapat diketahui umur

produksi hingga batas perolehan akhir yaitu :

( )
.......................................................................................... (2.68)

2.8.1.2 Hyperbolic Decline Curve

Pada hyperbolic decline curve, data-data produksi yang di plot terhadap

waktu tidak membentuk garis lurus (straight line) tetapi akan melengkung. Tipe

kurva seperti ini dikatakan sebagai hyperbolic decline karena harga exponent
46

decline (b) lebih dari 0 dan kurang dari 1 (0 < b < 1), sehingga dalam

menggunakan tipe ini harus mencari harga b terlebih dahulu. Berikut ini adalah

rumus-rumus yang digunakan pada perhitungan hyperbolic decline :

 Laju produksi pada waktu t (q) :

( )
...................................................................... (2.70)

 Nominal exponential decline rate (Di) :

( )
......................................................................................... (2.71)

 Kumulatif produksi (Np) :

............................................................... (2.72)

 Jika batas laju alir ekonominya diketahui (qel) maka dapat diketahui umur

produksi hingga batas perolehan akhir yaitu :

( )
........................................................................................ (2.73)

2.8.1.3 Harmonic Decline Curve

Bentuk harmonic decline curve merupakan bentuk khusus dari hyperbolic

decline dengan harga b=1. Berikut ini adalah rumus-rumus yang digunakan

pada perhitungan harmonic decline :

 Laju produksi pada waktu t (q) :

............................................................................. (2.74)
47

 Nominal exponential decline rate (Di) :

( )
.......................................................................................... (2.75)

 Kumulatif produksi (Np) :

( ) ..................................................................................... (2.76)

 Jika batas laju alir ekonominya diketahui (qel) maka dapat diketahui umur

produksi hingga batas perolehan akhir yaitu :

( )
......................................................................................... (2.77)

Ketiga jenis decline curve ini mempunyai bentuk kurva yang berbeda-beda

antara hubungan qo vs t dan qo vs Np. Apabila di plot pada kertas semilog atau log-

log, kurva yang dihasilkan juga akan berbeda karena pada kertas semilog

dilakukan plot antara log qo vs t, sedangkan pada kertas log-log, dilakukan plot

antara log qo vs log t.

2.8.2 Metode Penentuan Tipe Decline Curve

Tipe decline curve ditentukan sebelum melakukan perkiraan jumlah

volume minyak tersisa dan umur dari reservoir yang berproduksi sampai laju alir

ekonomis (qel). Berdasarkan nilai exponent decline (b), penentuan tipe decline

curve secara manual dapat menggunakan metode Trial Error and X2 - Chisquare

Test. Penentuan decline curve juga dapat menggunakan software MBAL untuk

prediksi produksi di masa yang akan datang.


48

2.8.2.1 Metode Trial Error and X2 – Chisquare Test

Metode Trial Error and X2 – Chisquare Test yaitu metode yang

digunakan untuk memperkirakan harga q pada asumsi berbagai macam harga b,

dan kemudian menentukan selisih terkecil dari qactual dengan qforecast yang sudah

dihitung sebelumnya. Prosedur perhitungannya antara lain sebagai berikut :

1. Membuat tabulasi yang meliputi: waktu (t), qactual, kemudian qforecast serta

Di dengan berbagai harga b dan terakhir X2 (selisih antara qactual dengan

qforecast).

2. Asumsikan harga b mulai dari 0 sampai 1 (b = 0 untuk exponential, b = 0.1

– 0.9 untuk hyperbolic, b = 1 untuk harmonic).

3. Hitung Di dengan perumpamaan :

 Pada b = 0, hitung Di :

( )
................................................................................. (2.78)

 Pada b = 0 < b < 1, hitung Di :

( )
............................................................................. (2.79)

 Pada b = 1, hitung Di :

( )
.............................................................................. (2.80)

4. Menghitung qforecast yaitu :

 Pada b = 0, hitung qforecast :


49

.......................................................................... (2.81)

 Pada b= 0.1 – 0.9, hitung qforecast :


( )
........................................................ (2.82)

 Pada b = 1, hitung qforecast :

.............................................................. (2.83)

5. Menghitung X2 (selisih antara qactual dengan qforecast) dengan

menggunakan rumus Chisquare Test, seperti pada persamaan di bawah ini :

( )
| | (2.84)

Persamaan di atas dipakai untuk setiap harga b = 0, b = 0.1 - 0.9, dan b =1.

6. Mengulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 5 untuk

menghitung data-data selanjutnya.

7. Menentukan harga ∑ yang paling kecil yang menunjukkan kurva yang

paling cocok untuk mewakili data yang sedang dianalisa dengan harga :

 Exponential decline : b=0

 Hyperbolic decline : b > 0, b ≠ 1

 Harmonic decline : b=1

2.9 Perhitungan Potensi Volume Minyak di Reservoir

Minyak yang terdapat di dalam reservoir, tidak seluruhnya dapat

diproduksikan ke permukaan. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tenaga dorong atau
50

drive mechanism dari suatu reservoir. Dengan melakukan perhitungan volume

minyak awal di tempat (OOIP), selanjutnya dapat dilakukan perkiraan produksi di

masa yang akan datang untuk menentukan seberapa besar nilai estimated ultimate

recovery (EUR) dan recovery factor (RF) yang didapat.

2.9.1 Batas Laju Alir Ekonomis (Q Economic Limit)

Economic limit (qel) adalah laju produksi minimal dimana jumlah

penghasilan yang diterima dari hasil penjualan suatu produksi akan sama dengan

jumlah biaya produksi tersebut, dimana apabila laju alir melewati batas ini,

produksi menjadi tidak ekonomis lagi. Harga q economic limit dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

qel = .................................................................. (2.84)


( )

2.9.2 Estimated Ultimate Recovery (EUR)

Estimated ultimate recovery (EUR) atau Np max adalah estimasi jumlah

kumulatif produksi minyak yang dapat diproduksikan secara maksimum sampai

batas laju alir ekonomisnya (q economic limit). Np max dapat diketahui dengan cara

melihat nilai kumulatif produksi minyak (Np) yang telah mencapai batas laju alir

ekonomis atau q economic limit.

2.9.3 Remaining Reserve (RR)

Remaining reserve (RR) adalah jumlah volume minyak tersisa dari suatu

reservoir yang masih mampu diproduksikan ke permukaan. Untuk menghitung


51

remaining reserve (RR), dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

RR = EUR - Np ..................................................................................... (2.85)

2.9.4 Recovery Factor (RF)

Recovery factor (RF) adalah faktor perolehan minyak yang didefinisikan

sebagai perbandingan jumlah minyak yang dapat diproduksikan ke permukaan

(EUR atau Np max) dengan volume minyak awal di tempat (OOIP atau N).

Untuk menghitung recovery factor (RF), dapat menggunakan persamaan sebagai

berikut :

RF = x 100% .............................................................................. (2.86)

2.10 Pengenalan Software MBAL

Analisis produksi dilakukan dengan menggunakan bantuan software untuk

membantu proses analisis sehingga didapat hasil analisis yang cukup akurat dan

efisien dalam proses pengerjaannya. Pada proses analisis produksi ini digunakan

software MBAL untuk menentukan volume minyak awal (OOIP) dan jenis drive

mechanism suatu reservoir. MBAL merupakan rangkaian suatu desain modul

yang mempunyai keistimewaan untuk membantu dalam pengawasan dan

pengelolaan lapangan minyak dan gas. Software MBAL ini dapat digunakan

untuk perhitungan material balance, decline curve analysis, Monte Carlo, dan

metode-metode lain.

Pada perhitungan material balance dengan software MBAL, dapat

dilakukan penentuan volume minyak awal di tempat (OOIP) dan jenis mekanisme
52

pendorong (drive mechanism) yang bekerja pada reservoir dengan melakukan

history matching. Data-data yang diinput pada software MBAL dengan metode

material balance ini antara lain :

1. Data PVT, antara lain :

 Data tekanan reservoir awal (Pi) dan tekanan bubble point (Pb)

 Data Gas Oil Ratio (GOR) atau kelarutan gas dalam minyak pada

tekanan bubble point (Rsb)

 Data faktor volume formasi minyak pada tekanan bubble point

(Bob)

 Data viskositas minyak pada bubble point (

 Data specific gravity minyak (γo) dan gas gravity (γg)

 Data temperatur (T)

2. Data Tank, antara lain :

 Data tekanan awal (Pi) dan temperatur (T)

 Data sifat fisik batuan reservoir, seperti porositas () dan saturasi

air awal (Sw)

 Data kompresibilitas air (Cw) dan kompresibilitas batuan (Cf)

 Data initial gas cap (m)

 Tanggal produksi awal

 Ketebalan reservoir (h) dan radius reservoir (rw)

 Permeabilitas aquifer (k)

3. Data Produksi, antara lain :


53

 Data kumulatif produksi minyak (Np), kumulatif produksi gas (Gp),

kumulatif produksi air (Wp), dan kumulatif GOR (Rp)

 Data laju produksi minyak (qo), laju produksi gas (qg), laju

produksi air (qw)

 Data GOR dan water cut tiap waktu

 Data tekanan yang tersedia

Hasil yang bisa didapat pada software MBAL dengan metode material

balance antara lain :

 Grafik WD Function Plot (Grafik ) vs tD) untuk menentukan nilai

water influx (We).

 Grafik Energy Plot terhadap waktu untuk menentukan jenis drive

mechanism yang paling dominan.

 Grafik Analytical Method (Grafik Tekanan vs Np) untuk menentukan

apakah hasil grafik yang didapat sama atau jauh beda dengan dan

tanpa water influx.

 Grafik Graphical Method untuk menentukan nilai Original Oil In

Place (OOIP) yang didapat.

Pada perhitungan decline curve analysis dengan software MBAL, dapat

dilakukan prediksi produksi minyak di masa yang akan datang dengan melakukan

production prediction pada software. Data-data yang diinput pada software

MBAL dengan metode decline curve analysis adalah data produksi, antara lain :
54

 Laju produksi minyak (qo) dan waktu produksi (t), dimana laju

produksi minyak relatif menurun setiap waktu sehingga dibuat trend

penurunan produksi untuk analisa decline.

 Waktu produksi awal dan q economic limit.

 Metode decline curve, antara lain exponential, hyperbolic, dan

harmonic decline.

Hasil yang bisa didapat pada software MBAL dengan metode decline curve

analysis antara lain :

 Laju produksi minyak (qo) di masa yang akan datang.

 Kumulatif produksi minyak (Np) di masa yang akan datang.

 Umur produksi di masa yang akan datang.

 Estimated ultimate recovery (EUR) pada batas laju alir ekonomis (q

economic limit), sehingga nilai remaining reserve (RR) dan recovery

factor (RF) dapat dihitung.

Anda mungkin juga menyukai