Anda di halaman 1dari 136

MUKADIMAH

Buku ini di buat sebagai pelengkap dalam kegiatan


program back to basic dari MigasID.com yang di mana program
ini mencoba mereview pengetahuan tentang mata perkuliahan
yang sudah terlewati.
Materi yang akan di bahas per point yaitu mekanika
reservoir, kimia fisika hydrocarbon, Teknik reservoir, Teknik
pemboran dan Teknik produksi
Juga program ini di lengkap dengan beberapa latihan soal
untuk menjadi uji kompetensi setelah membaca buku ini.
Semoga buku bermanfaat bagi sahabat sahabat semua
nya khusus nya teman teman yang lagi persiapan sidang
komprehenshif.

Terimah kasih

Rega pratama

1
2
DAFTAR ISI

a. mekanika reservoir
• sifat fisik batuan

b. kimia fisika hydrocarbon


• sifat fisik fluida
• jenis reservoir berdasarkan fase
• jenis reservoir berdasarkan rantai carbon

c. Teknik reservoir
• Cadangan
• Jenis jenis cadangan
• Jenis jenis perhitungan cadangan

d. Teknik pemboran
• Jenis jenis permboran
• Jenis jenis rig
• System yang ada di rig
• Semen pemboran

e. Teknik produksi
• Pi dan IPR
• OPR dan Nodal analisis
• Artificial lift

Daftar pustaka
• Profil MigasID.com

3
4
BAB 1. MEKANIKA RESERVOIR
Adalah suatau ilmu terapakan yang di mana mempelajari sifat
fisik dan kelakuan batuan reservoir yang tujuan nya untuk
mendapatkan informasi informasi kondisi bawah permukaan
khusus nya batuan reservoir.

Bab 1.1. Sifat Fisik Batuan


a. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume pori batuan
dengan volume total batuan di hitung dalam fraksi Atau
pengertian porositas adalah kemampuan batuan untuk di isi
fluida.
Dalam prositas yang di ketahui ada tiga yaitu volume pori ( Vp )
, volume bulk ( Vb ). Volume butiran / grain ( Vg ).
Rumus untuk mencari porositas adalah
(Vp/Vb) x 100 % Atau ((Vb – Vg) / Vb) x 100%

Di kali fraksi 100 % karena di ibaratkan sample mewakili satu


batuan reservoir secara menyeluruh.
Berdasarkan jenis aliran dilihat dari sudut teknik reservoirnya ,
porositas dibagi menjadi 2, yaitu Porositas Absolut dan
Porositas Efektif.
a). Porositas Absolut
Porositas absolut adalah perbandingan antara volume seluruh
pori (pori-pori total) terhadap volume total batuan (bulk
volume) yang dinyatakan dalam persen.
b). Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori
yang berhubungan terhadap volume total batuan (bulk volume)
yang dinyatakan dalam persen.

5
Berdasarkan struktur pori, porositas dibagi menjadi Porositas
antar butiran (intergranular dan intragranular porosity) dan
Porositas rekahan (fracture porosity).
Menurut proses geologinya, porositas diklasifikasikan menjadi
2, yaitu Porositas Primer dan Porositas Sekunder.
• Porositas Primer merupakan porositas yang terjadi
bersamaan atau segera setelah proses pengendapan
batuan. Jenis batuan sedimen yang mempunyai porositas
primer adalah batuan konglomerat, batu pasir dan
karbonat.
• Porositas Sekunder adalah porositas yang terjadi setelah
proses pengendapan batuan (batuan sedimen terbentuk),
antara lain akibat aksi pelarutan air tanah atau akibat
rekahan.
Dalam usaha mencari batasan atau kisaran harga porositas
batuan, Slitcher & Graton serta Fraser mencoba menghitung
porositas batuan pada berbagai bidang bulatan dengan
susunan batuan yang seragam. Unit cell batuan yang di studi
terdiri atas 2 pack dalam bentuk kubus dan jajaran genjang
(rhombohedral). Porositas dengan bentuk kubus ternyata
mempunyai porositas sebesar 47,6%, sedangkan porositas
pada bidang jajaran genjang (rhombohedral) yang tidak teratur
mempunyai harga porositas sebesar 25,96%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suatu porositas


adalah:
• Sudut kemiringan batuan
• Bentuk butiran atau sphericity
• Pola susunan butir
• Lingkungan pengendapan
• Ukuran butir atau grain size

6
• Komposisi mineral pembentuk batuan
• Pemilahan
• Sementasi
• Kompaksi dan pemampatan
Sedangkan klasifikasi dari porositas di gambarkan pada table di
bawah ini :

Harga Porositas Kualitas

0 − 5% Jelek Sekali

5 – 10% Jelek

10 – 15% Sedang

15 – 20% Baik

> 20% Sangat Bagus

b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu media
berpori untuk di aliri fluida. Permeabilitas batuan merupakan
fungsi dari tingkat hubungan ruang antar pori-pori dalam
batuan. Definisi kuantitatif permeabilitas pertama-tama
dikembangkan oleh Henry Darcy (1856). Beberapa anggapan
yang digunakan oleh Darcy dalam persamaan tersebut adalah:
1. Alirannya mantap (steady state).
Karena dalam percobaan fluida water yang di gunakan.
2. Fluida yang mengalir satu fasa.
Hanya satu fluida saja yang di gunakan dalam percobaan.
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan.
Karena water mempunya aliran yang konstan.
4. Kondisi aliran isothermal.

7
Dalam percobaan memakai standar temperature tidak
berubah rubah
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
Hanya menggunakan satu jenis lapisan dan bentuk
lintasan percobaan nya horizontal.
6. Fluidanya incompressible.
Karena water termaksud fluida incompresibble.
Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan
yang dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry
Darcy menggunakan batu pasir tidak kompak yang dialiri air.
Batu pasir silindris yang porous ini 100% dijenuhi cairan dengan
viskositas , dengan luas penampang A, dan panjangnya L.
Kemudian dengan memberikan tekanan masuk P1 pada salah
satu ujungnya maka terjadi aliran dengan laju sebesar Q,
sedangkan P2 adalah tekanan keluar. Dari percobaan dapat
ditunjukkan bahwa Q..L/A.(P1-P2) adalah konstan dan akan
sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung
dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang
digunakan. Dengan mengatur laju Q sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga permeabilitas
absolut batuan.

Q. .L
K =
A.( P1 − P2 )

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :

Q(cm 3 / dtk ).(centipoise )L(cm)


k(darcy) =
A(cm 2 ).( P1 − P2 )(atm)

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga,


yaitu

8
• Permeabilitas absolut
Permeabilitas absolut adalah permeabilitas dimana fluida
yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu
fasa, misal hanya minyak atau gas saja.
• Permeabilitas efektif
Permeabilitas efektif adalah permeabilitas batuan dimana
fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak
dan air, air dan gas, gas dan minyak atau ketiga-tiganya.
• Permeabilitas relatif
Permeabilitas relatif adalah perbandingan antara
permeabilitas efektif dengan permeabilitas absolut.

Klasifikasi permeabilitas yaitu:

Kualitas Nilai Permeabilitas (darcy)

Ketat < 5 mD

Cukup 5 mD – 10 mD

Baik 10 mD – 100 mD

Sangat Baik 100 mD – 1000 mD

c. Tekanan Kapiler (Pc)


Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur
(cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya
pertemuan permukaan yang memisahkan mereka. Perbedaan
tekanan dua fluida ini adalah perbedaan teanan antara fluida
“non-wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw)
atau :

Pc = Pnw − Pw

9
d. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan
untuk dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang
tidak saling bercampur (immicible). Dalam sistem reservoir
digambarkan sebagai air dan minyak (atau gas) yang ada
diantara matriks batuan. Apabila dalam batuan reservoir
terdapat dua macam fluida yang berada bersama-sama dalam
pori-pori batuan, maka salah satu diantara fluida tersebut akan
mempunyai sifat lebih membasahi dari pada fluida lainnya.
Kecenderungan suatu fluida untuk membasahi batuan
disebabkan oleh adanya gaya adhesi, yaitu gaya tarik menarik
partikel yang berlainan, yang merupakan faktor tegangan
permukaan antara batuan dan fluida.

AT =  so −  sw =  wo . cos  wo
Keterangan :
AT = gaya adhesi, dyne/cm
so = tegangan permukaan antara minyak-benda padat,
dyne/cm
sw = tegangan permukaan antara air-benda padat,
dyne/cm
wo = tegangan permukaan antara minyak-air, dyne/cm
wo = sudut kontak antara minyak-air.

e. Kompresibilitas Batuan
Kompressibilitas batuan didefinisikan sebagai perubahan
volume batuan yang diakibatkan karena adanya perubahan
tekanan batuan. Koefisien penyusutan ini disebut
kompressibilitas batuan. Menurut Geerstma (1957), terdapat tiga
konsep kompressibilitas batuan, antara lain :

10
1. Kompressibilitas matrik batuan, yaitu fraksi perubahan volume
material padatan (grain) terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompressibilitas bulk, yaitu fraksi perubahan volume bulk
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
3. Kompressibilitas pori-pori batuan yaitu fraksi perubahan
volume pori-pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.

1 Vr 1 V p
Cr = − Cp = −
Vr Pr V p P*

Keterangan :
Cr = kompresibilitas bulk batuan
Cp = kompresibilitas pori-pori batuan
Vr = volume bulk batuan (grains), inch3
P = tekanan hidrostatik fluida dalam batuan, psi
Vp = volume pori-pori batuan, inch3
P* = tekanan luar (tekanan overburden), psi

f. Saturasi
Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari
satu macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas
yang tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Ruang pori-pori batuan reservoir mengandung fluida yang
biasanya terdiri dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui
jumlah masing-masing fluida, maka perlu diketahui saturasi
masing-masing fluida tersebut.
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida
tertentu dengan volume pori-pori total pada suatu batuan
berpori.

11
Saturasi minyak (So) adalah :

volume pori - pori yang diisi oleh minyak


So =
volume pori - pori total

Saturasi air (Sw) adalah :

volume pori - pori yang diisi oleh air


Sw =
volume pori - pori total

Saturasi gas (Sg) adalah :

volume pori - pori yang diisi oleh gas


Sg =
volume pori - pori total

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku


hubungan :

S g + S o+ S w = 1

Jika diisi oleh minyak dan air saja maka :

S o+ S w = 1

12
BAB 2. KIMIA FISIKA HYDROCARBON
Mempelajari mengenai sifat fisik fluida juga berbagai jeis
reservoir berdasarkan fase dan rantai carbonnya. Tujuan
mengetahui nya adalah sebagai acuan untuk menyiapkan
fasilitas atas permukaan produksi.

Bab 2.1. Sifat Fisik Fluida


Sifat fisik fluida yaitu :
a. Densitas (ρ)
Densitas minyak atau berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan berat minyak (lb) terhadap volume minyak (cuft).
γo= ρo / ρw γg= ρg / ρa

Sedangkan specific gravity minyak (γo) didefinisikan sebagai


perbandingan densitas minyak terhadap densitas air. Hubungan
gravity minyak dan API dinyatakan sebagai berikut:
API= (141.5 / γo ) – 131.5

Klasifikasi minyak mentah berdasarkan oAPI:


❖ Minyak berat, berkisar antara 10-20 API
❖ Minyak sedang, berkisar antara 20-30 API
❖ Minyak ringan, berkisar diatas 30 API

°API minyak bumi menunjukkan kualitas minyak. Makin kecil


berat jenisnya makin tinggi °API-nya, maka minyak tersebut
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin.
Sebaliknya makin rendah °API-nya, semakin besar berat
jenisnya, maka mutu atau kualitas minyak bumi tersebut kurang
baik, karena lebih banyak mengandung residu atau lilin.

13
Dewasa ini dari minyak berat pun dapat dibuat bensin lebih
banyak dengan sistem cracking dalam penyulingan, tetapi
memerlukan biaya yang lebih tinggi.

b. Faktor Volume Formasi (B)


Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume
minyak pada kondisi reservoir (reservoir barrel) dibagi dengan
volumenya pada kondisi standar (STB) atau dapat juga
Didefinisikan sebagai perbandingan volume fluida di reservoir
dengan volume fluida di surface.
Pada gambar di bawah ini , Sebelum melewati Pb, Bo akan naik
karna gas yg terlarut berekspansi sehingga volume oilnya
meningkat. Setelah melewati Pb, Bo turun karna gas yang
terlarut dalam oil telah memisahkan diri sehingga volume oilnya
berkurang.

Bg Adala Factor Volume Formasi Gas, Seiring berkurangnya


pressure, gas akan mengalami ekspansi. Sehingga volumenya
makin bertambah ketika terjadi penurunan pressure. Bt adalah
Total dari Bo dan Bg.

14
c. Kelarutan Gas (Rs)
Didefinisikan sebagai banyaknya SCF gas yang terlarut dalam 1
STB pada kondisi standar 14,7 psia dan 60 F, ketika minyak dan
gas masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
Pada gambar di bawah ini, sebelum melewati pressuble buble
maka hampir hampir tidak ada kelarutan gas yg terjadi atau
konstan. Lalu ketika melewati Pb maka Rs akan berkurang
seiring terjadi nya penurunan pressure di karena kan gas sudah
keluar dari oil.

d. Kompresibilitas (C)
Kompresibilitas didefinisikan sebagai perubahan volume fluida
karena adanya perubahan tekanan.
Co atau compresiblitas minyak akan bertambah ketika terjadi
penurunan pressure karna volume oil akan terus berkurang saat
terjadi penurunan pressure, sehingga perubahan volumenya
semakin besar. Pada saat kondisi di Pb, terjadi kenaikan Co
secara drastis. Di karenakan gas sudah benar benar terlepas
dari minyak

15
Cg atau compresiblitas gas akan bertambah ketika terjadi
penurunan pressure karna volume gas akan terus bertambah
akibat ekspansi saat terjadi penurunan pressure, sehingga
perubahan volumenya semakin besar.

Ada 5 jenis reservoir berdasarkan fase yaitu

16
a. Black Oil
Black oil adalah salah satu jenis hidrocarbon yang Terdiri dari
variasi rantai hc termasuk molekul-molekul yang besar, berat
dan nonvolatile.
Garis pressure patch balck oil jarak nya jauh dengan critical
point. Garis pada lengkungan dalam diagram fasa mewakili
volume cairan yang konstan, diukur sebagai presentase dari
volume total. Garis-garis ini disebut iso-vol atau garis kualitas.
Black oil memiliki initial GOR ~2000 scf/stb, API yang rendah
<40 API dan warna coklat/kehitaman. Black oil sering juga
disebut low-shrinkage crude oil atau ordinary oil.

Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan tekanan pada


temperatur konstan yang terjadi di reservoir selama produksi.
Tekanan dan temperatur separator yang terletak di permukaan
juga ditandai.
Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2 minyak
dikatanan dalan keadaan tak jenuh (undersaturated) karenan

17
minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini. Jika
tekanan reservoir berada pada titik -2 minyak berada pada titik
gelembung dan dikatakan dalam kondisi jenuh (saturated).
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas yang dapat
dikandungnya. Penurunan tekanan akan membebaskan
sebagian gas terlarut untuk membentuk fasa gas bebas dalam
reservoir.
Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas
tambahan mengembang di dalam reservoir. Volume gas dalam
presentase adalah 100-prosentase cairan.
Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-
3. Titik gelembung (titik-2) merupakan kasus istimewa dari
saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kalinya.
Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak dari
reservoir ke permukaan. Hal ini menyebabkan penyusutan pada
minyak. Walaupun demikian kondisi separator berada pada
lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah cairan yang relatif
cukup besar sampai di permukaan.

b. Volatile Oil
Volatile oil memiliki GOR 2000-3300 scf/stb, API sekitar 40 API
atau lebih, memiliki komponen intermediate (etana sampai
heksana) yang lebih banyak dan kandungan molekul berat yang
lebih sedikit dibandingkan dengan black oil. Volatile oil berwarna
coklat kehitaman. Gas yang dihasilkan dari volatile oil cenderung
lebih kaya dan sama dengan retrograde condensate gas. Pada
grafik volatile oil , kondisi dimana jarak antara tekanan reservoir
dengan tekanan buble point tidak terlalu jauh . Kondisi ini
menyebabkan terjadinya fasa gas dan liquid pada saat tekanan
buble point terlewati. Volatile artinya mudah menguap.

18
Merupakan kondisi dimana jarak antara tekanan reservoir
dengan tekanan buble point tidak terlalu jauh
Kondisi ini menyebabkan terjadinya fasa gas dan liquid pada
saat tekanan buble point terlewati

c. Retrograde
Retrograde gas memiliki GOR ~3300 scf/stb, API dari 40-60
API, berwarna hijau, orange, coklat atau tidak berwarna dan
memiliki persentase komponen intermediate (C3, C4 dan C5)
yang sangat besar.
Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk
minyak dan titik kritiknya berada jauh di bawah dari lengkungan.
Awalnya retrograde gas merupakan gas-gas di reservoir.
Perubahan tersebut merupakan akibat dari kandungan
retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit HC berat dari pada
minyak.

19
Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk
minyak dan titik kritiknya berada jauh di bawah dari
lengkungan.
Awalnya retrograde gas merupakan gas-gas di reservoir.
Perubahan tersebut merupakan akibat dari kandungan
retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit HC berat dari pada
minyak.
Digram fasa dari retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih
kecil dari temperatur reservoir dan cricondentherm lebih besar
daripada temperatur reservoir seperti yang terlihat pada gambar
berikut :

d. Wet Gas
Wet gas terjadi semata-mata sebagai gas di dalam reservoir
sepanjang penurunan tekanan reservoir.

20
Kata wet pada wet gas (gas basah) bukan berarti gas tersebut
basah oleh air, tetapi mengacu pada cairan HC yang
terkondensasi pada kondisi permukaan.
Di sebut gas yang membasahi pada wet gas di sebut
condensate yaitu fase di antar liquid dan gas
Wet gas sering juga disebut Rich Gas. Reservoir wet gas
memiliki metana yang bebih sedikit (<85%) dan etana (C2) yang
lebih banyak. Gravity/API sama dengan retrograde gas, namun
tidak berubah terhadap waktu dan GOR > 50000 scf/stb.
Wet gas terjadi semata-mata sebagai gas di dalam reservoir
sepanjang penurunan tekanan reservoir.

Jalur tekanan, garis 1-2 tidak masuk ke dalam lengkungan fasa.


sehingga, tidak ada cairan yang terbentuk di dalam reservoir.
Walaupun demikian kondisi separator berada pada lengkungan
gas, yang mengakibatkan sejumlah cairan terjadi di permukaan
( disebut kondensat). Kata :wet: pada wet gas (gas basah)

21
bukan berarti gas tersebut basah oleh air, tetapi mengacu pada
cairan HC yang terkondensasi pada kondisi permukaan.

e. Dry Gas
Fluida reservoir berupa dry gas tidak memiliki kondensat /
hidrokarbon berfasa cair baik di dalam reservoir atau di
permukaan. Dry gas sebagian besar berupa metana dan
memiliki molekul berat yang sedikit sekali.
Dry gas terutama merupakan metana dalam sejumlah
intermediates, gambar diagram fasa menunjukkan bahwa
campuran HC semata-mata berupa gas di reservoir dan kondisi
separator permukaan yang normal berada di luar lengkungan
fasa. Sehingga tidak terbentuk cairan di permukaan.
Dry gas Biasa di sebut juga sumur gas

22
Bab 2.3. Jenis Jenis Reservoir Berdasarkan Rantai Carbon
a. Alkana
Alkana (juga disebut dengan parafin) adalah senyawa kimia
hidrokarbon jenuh asiklis. Alkana termasuk senyawa alifatik.
Dengan kata lain, alkana adalah sebuah rantai karbon panjang
dengan ikatan-ikatan tunggal.
Rumus umum untuk alkana adalah CnH2n+2. Alkana yang paling
sederhana adalah metana dengan rumus CH4. Tidak ada
batasan berapa karbon yang dapat terikat bersama. Beberapa
jenis minyak dan wax adalah contoh alkana dengan atom jumlah
atom karbon yang besar, bisa lebih dari 10 atom karbon.
Setiap atom karbon mempunyai 4 ikatan (baik ikatan C-H atau
ikatan C-C), dan setiap atom hidrogen mesti berikatan dengan
atom karbon (ikatan H-C). Sebuah kumpulan dari atom karbon
yang terangkai disebut juga dengan rumus kerangka. Secara
umum, jumlah atom karbon digunakan untuk mengukur berapa
besar ukuran alkana tersebut (contohnya: C2-alkana).

b. Alkena
Alkena atau olefin dalam kimia organik adalah hidrokarbon tak
jenuh dengan sebuah ikatan rangkap dua antara atom karbon.
Istilah alkena dan olefin sering digunakan secara bergantian
(lihat bagian Tata nama di bawah). Alkena asiklik yang paling
sederhana, yang membentuk satu ikatan rangkap dan tidak
berikatan dengan gugus fungsional manapun, dikenal sebagai
mono-ena, membentuk suatu deret homolog hidrokarbon
dengan rumus umum CnH2n.
Alkena memiliki kekurangan dua atom hidrogen dibandingkan
alkana terkait (dengan jumlah atom karbon yang sama). Alkena
yang paling sederhana adalah etena atau etilena (C2H4) adalah
senyawa organik terbesar yang diproduksi dalam skala industri.
Senyawa aromatik seringkali juga digambarkan seperti alkena

23
siklik, tetapi struktur dan ciri-ciri mereka berbeda sehingga tidak
dianggap sebagai alkena.
Biasanya disebut hidrokarbon unsaturated atau olefins dan yg
membedakan dengan lainnya adalah adanya 2 ikatan karbon.

c. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon tak jenuh yang memiliki ikatan
rangkap tiga. Secara umum, rumus kimianya CnH2n-2. Salah
satunya adalah etuna yang disebut juga sebagai asetilen dalam
perdagangan atau sebagai pengelasan.
Semua anggota alkuna berakhiran -una dan menurut IUPAC.
Tatanama IUPAC adalah sistem penamaan senyawa kimia dan
penjelasan ilmu kimia secara umum. Tatanama ini
dikembangkan dan dimutakhirkan di bawah pengawasan
International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC).
Pada rantai karbon siklik atau rantai karbon tertutup terbagi
menjadi dua yaitu golongan alisiklik dan aromatic. Di bawah ini
akan di jelaskan golongan siklik yaitu golongan alisiklik dan
aromatic.

d. Alisiklik
Suatu senyawa alisiklik adalah suatu senyawa organik berupa
alifatik sekaligus siklik. Senyawa ini mengandung satu atau lebih
cincin karbon, baik jenuh maupun tak jenuh, tetapi tidak memiliki
karakter aromatik.
Senyawa alisiklik dapat memiliki satu atau lebih rantai cabang
alifatik.
Senyawa alisiklik paling sederhana adalah sikloalkana
monosiklik: siklopropana, siklobutana, siklopentana,
sikloheksana, sikloheptana, siklooktana, dan seterusnya.

24
Biasa di sebut senyawa non aromatic dan juga biasa di sebut
dengan naftena

e. Aromatik
Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, dan benzol,
adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak
berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang
manis.
Benzena terdiri dari 6 atom karbon yang membentuk cincin,
dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon.
Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik
dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu
komponen dalam minyak bumi, dan merupakan salah satu
bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting
dalam dunia industri.
Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi, maka benzena juga
salah satu campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan
dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet
buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan
alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari
senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi.

25
BAB 3. TEKNIK RESERVOIR
Teknik Reservoir adalah cabang ilmu dari teknik perminyakan
yang menerapkan prinsip sains untuk menekan permasalahan
selama pengembangan dan produksi minyak dan gas sehingga
lebih ekonomis. Untuk Teknik reservoir mempelajari mulai dari
drive mechanism dan cadangan reservoir.

Bab 3.1. Mekanisme Pendorong


Mekanisme pendorong reservoir didefinisikan sebagai tenaga
yang dimiliki oleh reservoir secara alamiah, sehingga
menyebabkan dapat mengalirnya fluida hydrocarbon dari
formasi menuju ke lubang sumur dan selanjutnya ke permukaan
pada saat produksi berlangsung. Pada dasarnya ada empat
sumber tenaga yang bekerja di reservoir, yaitu :
1.Tenaga dorong eksternal / tekanan hidrostatik, yang biasanya
berupa perembesan air (baik dari bawah maupun samping) dan
pengembangan tudung gas.
2.Tenaga penggerak internal, yang terjadi karena adanya
pembebasan gas terlarut dalam cairan.
3.Tenaga potensial, merupakan tenaga yang berasal dari
formasi itu sendiri dan biasanya dipengaruhi oleh adanya
gravitasi dan perbedaan kerapatan antara fluida formasi.
4.Tenaga permukaan fluida, berasal dari gaya-gaya kapiler
dalam pori-pori batuan.
Sedangkan jenis-jenis reservoir berdasarkan mekanisme
pendorongnya dibedakan menjadi :

• Depletion Drive Reservoir.


Sering pula disebut solution gas drive reservoir atau internal gas
drive reservoir. Sumber energi utama yang mendorong minyak

26
dari reservoir adalah ekspansi gas yang terbebaskan dari dalam
larutan minyak selama penurunan tekanan reservoir.

Pada kondisi awal tidak ditunjukkan adanya tudung gas bebas


dan tidak ada water drive yang aktif. Kemudian gas yang
terbentuk ini ikut mendesak minyak ke sumur produksi pada saat
penurunan tekanan reservoir karena produksi tersebut. Setelah
sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak
dimulai, maka akan terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar
lubang bor. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida
mengalir dari reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori
batuan. Penurunan tekanan disekitar lubang bor akan
menimbulkan terjadinya fasa gas.
Pada saat awal, karena saturasi gas tersebut masih sangat kecil
(belum membentuk fasa yang kontinyu), maka gas-gas tersebut
terperangkap pada ruang antar butiran reservoirnya, tetapi
setelah tekanan reservoir tersebut cukup kecil dan gas sudah

27
terbentuk banyak atau dapat bergerak, maka gas tersebut turut
serta terproduksi ke permukaan.
Perolehan maksimum bervariasi sekitar 15 – 35 % dari jumlah
minyak mula-mula.

• Gas Cap Drive Reservoir.


Pada reservoir jenis gas cap, tenaga pendorong produksi
minyak dihasilkan oleh pengembangan gas dalam gas cap yang
mendesak minyak ke sumur produksi setelah terjadi penurunan
tekanan. Untuk itu diperlukan volume initial gas cap atau
secondary gas cap yang cukup besar.

Ciri-ciri reservoir gas-cap drive :


✓ Selama produksi berlangsung penurunan tekanan reservoir
relatif kecil. Hal ini disebabkan karena pengembangan gas

28
cap dan mendesak minyak, sehingga kekosongan volume
yang ditinggalkan oleh minyak terisi kembali, walaupun
tekanannya tidak dapat kembali seperti semula.
✓ GOR naik dengan cepat pada sumur-sumur yang posisi
strukturnya berturut-turut naik. Untuk sumur-sumur yang
mempunyai perforasi dekat dengan batas gas minyak
(gas-oil contact, GOC) akan cepat memproduksi gas
karena GOC semakin menurun akibat dari gas cap yang
mendesak minyak.
✓ Perolehan maksimum bervariasi sekitar 20 – 40 % dari
jumlah minyak mula-mula.

• Water Drive Reservoir.


Reservoir di bawah pengaruh tenaga pendorong air (water drive)
mempunyai konfigurasi reservoir yang berhubungan dengan
akuifer (formasi air) yang cukup besar, sehingga air yang
merembes dari akuifer ke reservoir akan mendesak minyak di
reservoir pada saat diproduksikan .
Selama proses produksi berlangsung, air yang berasal dari
akuifer akan menggantikan tempat yang ditinggalkan oleh
minyak. Tidak semua minyak dari reservoir dapat diproduksi ke
permukaan. Sebagian tertinggal dalam reservoir karena
pengaruh gaya kapiler dalam pori-pori batuan. Walaupun ada
sejumlah minyak yang terjebak dalam reservoir akibat
perembesan air tersebut, batas antara air yang mendorong
dengan fluida reservoir ( front ) tetap bergerak ke atas. Ketika
minyak diproduksikan dari sebuah sumur dengan penetrasi
sebagian atau seluruh lapisan yang dibatasi oleh aquifer maka
akan terjadi penurunan tekanan reservoir dengan kinerja yang
berbeda dengan tanpa aquifer.
Perbedaan tekanan antara reservoir dan aquifer yang terjadi
akan mengkibatkan aquifer bereaksi untuk mengimbangi atau
menghambat penurunan selanjutnya.

29
Dengan tetap mengikuti hukum aliran fluida dalam medium
berpori studi literatur menyatakan beberapa mekanisme yang
dapat terjadi sebagai reaksi dari aquifer sebagai berikut:
✓ Ekspansi air di dalam aquifer.
✓ Kontraksi volume pori-pori aquifer karena sifat
kompressibilitasnya.
✓ Aliran artesian, yaitu ekspansi aquifer ke bagian yang lebih
tinggi baik karena ada pengisan air melalui singkapan
maupun tanpa singkapan.
Ciri-ciri jenis reservoir gas bertenaga dorong air adalah :
✓ Tekanan reservoir turun relatif lebih lambat dibandingkan
dengan jenis mekanisme pendorong lainnya. Hal ini
disebabkan rembesan air dapat mengisi tempat-tempat
yang telah ditinggalkan oleh fluida hiydrocarbon akibat

30
proses produksi. Semakin aktif aquifer, volume air yang
merembes ke zona reservoir (produktif) kemungkinan akan
semakin besar dan cepat sehingga penurunan tekanan
pada batas reservoir semakin cepat diteruskan ke aquifer.
✓ Perolehan minyak dari reservoir minyak bertenaga dorong
air sangat dipengaruhi oleh cara memproduksi minyak dan
keaktifan aquifernya.
✓ Terjadi kenaikan batas minyak-air (Oil-Water Contact)
terutama pada sumur-sumur dengan posisi struktur
berturut-turut menurun. Hal ini dapat terjadi walaupun
volume yang merembes ke reservoir tidak sebesar volume
produksi yang terproduksi akibat adanya penurunan
tekanan reservoir. Sehingga penting untuk mengurangi
terproduksinya air untuk menjaga kelestarian energi
reservoir dan mendapatkan kemampuan rembesan air
mendesak fluida.
✓ Perolehan maksimum bervariasi sekitar 35 – 70 % dari
jumlah minyak mula-mula.

• Combination Drive Reservoir.


Adalah gabungan dari dua mekanisme pendorong , maka energi
pendorong yang bekerja pada reservoir itu merupakan
kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal
dengan nama combination drive reservoir. Kombinasi yang
umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan water drive.
Ciri-ciri reservoir combination drive adalah :
✓ Penurunan tekanan relatif cepat, perembesan air dan
pengembangan gas cap adalah faktor utama yang
mengontrol tekanan reservoir.
✓ Jika berhubungan dengan gas cap yang kecil, kenaikkan
GOR konstan sesuai dengan pengembangan gas cap
tersabut. Akan tetapi jika selama produksi, pengembangan
gas cap ditambah gas bebas, GOR justru menurun.

31
✓ Recovery tergantung pada keaktifan masing-masing
mekanisme pendorong.
✓ Biasanya primary recovery dari combination drive lebih
besar dari depletion drive, tetapi lebih kecil dari
segregation drive dan water drive. Semakin kecil pengaruh
depletion, semakin besar harga recovery-nya.
✓ Performance reservoir selama masa produksi mirip dengan
reservoir depletion drive.

Bab 3.2. Cadangan Reservoir


Cadangan reservoir adalah perkiraan volume minyak,
kondensat, gas alam, natural gas liquids dan substansi lain yang
berkaitan yang secara komersial dapat diambil dari jumlah yang
terakumulasi di reservoir dengan metode operasi yang ada
dengan kondisi ekonomi dan atas dasar regulasi pemerintah

32
saat itu. Perkiraan cadangan didasarkan atas interpretasi data
geologi dan/atau engineering yang tersedia pada saat itu.
Cadangan biasanya direvisi begitu reservoir diproduksikan
seiring bertambahnya data geologi dan/atau engineering yang
diperoleh karena perubahan kondisi ekonomi.
Jensi jenis cadangan reservoir :
➢ Proved Reserves
Proved reserves atau cadangan terbukti didefinisikan sebagai
jumlah hidrokarbon yang berdasarkan data geologi dan data
keteknikan (engineering) dapat diperkirakan dengan tingkat
kepastian yang pantas (reasonable) dan dapat diambil dengan
menggunakan teknologi yang ada pada suatu saat dalam
keadaan ekonomi dan dengan peraturan pemerintah yang
berlaku pada saat yang sama. Secara umum, suatu cadangan
dapat dikatakan sebagai proved apabila produktivitas komersial
dari reservoir didukung oleh data produksi aktual atau oleh data
hasil pengujian formasi.
Pada kasus tertentu, cadangan terbukti harus ditentukan
berdasarkan kombinasi data seperti analisis core, analisis log,
atau pengujian lainnya yang dapat secara jelas memberikan
indikasi bahwa reservoir tersebut produktif. Suatu areal reservoir
yang dapat dipertimbangkan sebagai proved adalah meliputi:
1. Daerah yang telah delineated oleh pemboran dan, jika ada,
dengan batas fluida yang jelas. Jika tidak ada batas fluida,
maka volume hidrokarbon terbukti didasarkan pada lokasi
hidrokarbon terbawah yang diketahui (the lowest known
occurrence).
2. Daerah yang belum dibor namun berdasarkan data geologi
dan data keteknikan terbukti sebagai daerah produktif dan
bernilai komersial.

33
➢ Probable Reserve
Probable reserves atau cadangan mungkin adalah jumlah
hidrokarbon yang berdasarkan data geologi dan data keteknikan
mempunyai kemungkinan terambil lebih besar dari kemungkinan
terambil secara komersial. Jika menggunakan metode
probabilistik, maka tingkat kemungkinan proved reserves dan
probable reserves minimal 50%. Secara umum, probable
reserves dapat meliputi:
1. Daerah di luar batas proved dari reservoir produktif, di
mana batas fluidanya masih belum dapat ditentukan
dan/atau merupakan bagian terbawah dari struktur
reservoir yang diperkirakan mengandung hidrokarbon.
2. Daerah produktif yang hanya disimpulkan dari data log
namun tidak didukung data core atau pengujian definitive
sehingga dipandang kurang pasti.
3. Cadangan yang diperoleh dari daerah yang jika dilakukan
infill drilling dengan well spacing tertentu dapat menjadi
proved reserved.
4. Cadangan yang diperoleh dengan metode/teknik
peningkatan perolehan (IOR) yang telah terbukti berhasil
sebelumnya namun belum terbukti dengan pilot project
atau baru ditunjukkan oleh data reservoir yang menjanjikan
pengembangan komersial.
5. Daerah produktif di sekitar proved reserves tetapi
dipisahkan oleh patahan/faults dan secara struktur geologi
berlokasi lebih tinggi dari daerah proved.
6. Cadangan yang dapat diperoleh dengan cara perubahan
prosedur mekanis (workover, treatment, perubahan
peralatan) namun belum terbukti.
7. Cadangan dalam daerah proved producing yang
berdasarkan interpretasi kinerja atau data volumetrik
menunjukkan cadangan yang lebih dari yang sudah
dinyatakan proved.

34
➢ Possible Reserves
Possible reserves atau cadangan harapan adalah jumlah
hidrokarbon yang berdasarkan data geologi dan data keteknikan
mempunyai tingkat kemungkinan terambil secara komersial lebih
rendah dari tingkat kemungkinan terambil secara komersial dari
probable reserves. Jika menggunakan metode probabilistik,
maka tingkat kemungkinan proved reserves ditambah probable
reserves ditambah possible reserves minimal 10%. Secara
umum, possible reserves dapat meliputi:
1. Daerah di luar batas probable reserves yang berdasarkan
interpretasi geologi (ekstrapolasi struktur dan atau
stratigrafi) dapat terjadi.
2. Daerah produktif yang dapat disimpulkan dari data log dan
data core tetapi belum dapat ditentukan secara komersial.
3. Cadangan yang dapat diperoleh dari infill drilling namun
mempunyai ketidakpastian secara teknis pelaksanaan.
4. Cadangan yang dapat diperoleh dengan teknik
peningkatan perolehan (IOR) namun belum terbukti
dengan pilot project atau data reservoir meragukan untuk
pengembangan komersial.
5. Cadangan dari daerah dalam formasi yang terpisah dari
daerah proved oleh patahan dan interpretasi geologi
menunjukkan daerah tersebut lebih rendah dari daerah
proved.

3.3. Jenis Jenis Perhitungan Cadangan


a. Metode Volumetric
merupakan metode perhitungan cadangan paling sederhana.
Dalam hal ini, reservoir dipandang sebagai sebuah wadah
dengan geometri atau bentuk sederhana tertentu, misalnya
bentuk kotak, kerucut, atau lingkaran.
Untuk menghitung cadangan dengan menggunakan metode
volumetrik, digunakan dua persamaan dimana Npa dan Gpa

35
adalah masing-masing cadangan minyak dan gas, yaitu
produksi kumulatif pada waktu abandonment, diukur pada stock
tank, yaitu pada kondisi standar 60 F (288 K) dan 14.7 psi
(0.1013 MPa). Parameter hn, φ, dan Sw, adalah masing-masing
ketebalan bersih formasi produktif, porositas efektif, dan
saturasi air. Ketiga parameter tersebut berbeda dari satu lokasi
ke lokasi lainnya dalam reservoir sehingga merupakan fungsi
dari kordinat (x,y) dalam daerah reservoir A. Sedangkan
parameter dengan symbol Bo dan Bg adalah masing-masing
factor volume formasi minyak dan gas dan ER adalah factor
perolehan (recovery factor).
Parameter-parameter ini juga merupakan fungsi dari posisi.
Tanda “bar” di atas masing-masing parameter menunjukkan
harga rata-rata. A adalah luas daerah reservoir yang berkaitan
dengan kategori cadangan terbukti (proved), mungkin
(probable), atau harapan (possible).
Untuk menghitung cadangan minyak dan gas di reservoir dapat
menggunakan rumus OOIP dan OGIP seperti di bawah ini :

➢ Penentuan Initial Oil In Place (IOIP)


Pada batuan reservoir yang mengandung satu acre-feet pada
kondisi awal, maka volume minyak dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
N = 7758 x A x h x por x (1-Swi) / Boi
Di ketahui :
N = OOIP = Original Oil In Place (STB)
A = Area (acre)
h = Net pay zone (ft)
Swi = Initial Water Saturation (%)
Boi = Formation Volume Factor (RB/STB)
7758 = (43560 ft2/acre) / (5.614 cuft/bbl)

36
➢ Penentuan Initial Gas In Place (IGIP)
Sedangkan untuk sejumlah gas mula-mula (initial gas in place)
dapat ditentukan dengan persamaan:
N = 43560 x A x h x por x (1-Swi) / Bgi
Di ketahui :
N = OGIP = Original Gas In Place (SCF)
A = Area (acre)
h = Net pay zone (ft)
Swi = Initial Water Saturation (%)
Bgi = Gas Formation Volume Factor (Res Bbl/Scf)

b. Metode Decline Curve


Perkiraan performance dengan cara decline curve adalah
perkiraan yang didasarkan data kelakuan produksi dari suatu
reservoir atau suatu sumur, dengan jalan ekstrapolasi trend,
digambarkan oleh kelakuan produksi sebelumnya. Ada tiga jenis
analisa decline curve dan setiap analisa mempunyai
kemampuan untuk memprediksi produksi kumulatif atau laju
produksi pada suatu waktu yaitu
✓ exponential decline,
✓ hyperbolic decline dan
✓ harmonic decline.
Dua hal yang dapat ditentukan dengan cara ini, yaitu :
✓ Cadangan minyak tersisa
✓ Umur produksi reservoir atau sumur tersebut
c. Metode Material Balance

37
Metode material balance didasarkan pada kesetimbangan
volume fluida ( air, minyak, dan gas ) antara volume produksi
kumulatif terhadap jumlah volume pengembangan fluida di
dalam reservoir dengan volume air yang masuk kedalam
reservoir.
Bentuk umum dari persamaan material balance pertama kali
diperkenalkan oleh R.J. Schilthuis pada tahun 1941. Persamaan
ini berasal dari keseimbangan volume yang terjadi antara
produksi keseluruhan dengan ekspansi fluida yang terjadi di
reservoir akibat adanya penurunan tekanan.
Ada tiga asumsi dasar yang mendasari lahirnya persamaan ini :
1. Ketika sejumlah minyak dari reservoir diproduksikan ke
pemukaan, ruangan pori yang sebelumnya ditempati
minyak pasti akan ditempati oleh sesuatu yang lain
2. Kecuali dalam kasus fluida diinjeksikan, produksi minyak
pasti akan menurunkan tekanan reservoir
3. Penurunan tekanan akan menyebabkan :
o Masuknya fluida dari aquifer atau gas cap yang
berdekatan dengan reservoir
o Ekspansi fluida yang menempati reservoir
o Ekspansi butiran reservoir

Dimana :
Np = jumlah kumulatif produksi minyak.STB

38
N = initial oil in place,STB
Bo = factor volume dari minyak, bbl/STB
Bg = factor volume dari gas, bbl/SCF
Bw = factor volume dari air, bbl/STB
Rp = perbandingan antara produksi gas kumulatif
dengan produksi minyak kumulatif,SCF/STB
Rs = kelarutan gas didalam minyak,SCF/STB
Cw = kompresibilitas air,psi-1
Cf = kompresibilitas batuan, psi-1
Swc = saturasi kritis dari air, fraksi
We = jumlah komulatif perembesan air, bbl
Wp = jumlah kumulatif produksi air,STB
m = Perbandingan bulk volume gas cap dengan bulk
volume reservoir minyak, fraksi
index I = menyatakan keadaan mula – mula

Perhitungan cadangan menggunakan metode material


balancedigunakanpada pengembangan lanjutan lapangan
migas.

➢ Monte Carlo
Dalam kegiatan sehari-hari seringkali kita dihadapkan pada
persoalan memperkirakan suatu harga dari suatu variabel dalam
suatu proses alam yang mengandung ketidakpastian. Dalam
industri minyak, ketidakpastian terdapat misalnya dalam
perkiraan modal, cadangan, dan parameter ekonomi. Perkiraan
tentang hal-hal tersebut menyangkut selang harga (bukan satu
harga pasti) dan kemungkinan kebenaran perkiraan tersebut.
Oleh karenanya, kita selalu harus menentukan tingkat

39
ketidakpastian dengan selang harga yang mungkin serta tingkat
kemungkinannya.

40
BAB 4. TEKNIK PEMBORAN
Teknik Pemboran adalah cabang ilmu teknik perminyakan yang
mendesain dan mengimplementasikan prosedur untuk
mengebor sumur-sumur secara aman dan seekonomis
mungkin.

Bab 4.1. Jenis Jenis Pemboran Berdasarkan Tujuan


Jenis jenis pemboran berdsarkan tujuan ada 4 yaitu
• Pemboran Eksplorasi
sumur-sumur yang dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya
hydrocarbon serta untuk mendapatkan data-data bawah
permukaan sebanyak mungkin. (Exploration Well)
• Pemboran Deliniasi
sumur-sumur yang bertujuan untuk mencari batas-batas
penyebaran migas pada lapisan penghasilnya.
(Delination/Confirmation Well)
• Pemboran Pengembangan
sumur yang akan difungsikan sebagai sumur-sumur produksi di
wilayah yang telah eksis. (Development Well)
• Pemboran Infill
sumur-sumur yang letaknya diantara sumur-sumur yang telah
ada, dengan tujuan untuk mengambil hidrokarbon dari area yang
tidak terambil oleh sumur-sumur yang sebelumnya telah ada. (
infill well )

Bab 4.2. Jenis Jenis Rig


Rig adalah serangkain alat yang di gunakan untuk membantu
kegiatan pemboran untuk membuat lubang yang
menghubungkan sub surface dengan surface.

41
Ada dua tipe rig , tergantung wilayahyang ingin di bor yaitu di
offshore maupun di onshore. Dibawah ini akan di bahas jeni
jenis rig tersebut.
• Rig Onshore
adalah Rig yang ada didarat biasa nya di sebut juga land rig. Di
gunakan jika wilayah pemboran berada didaratan. Ada juga jenis
rig oshore yang biasa di gunakan untuk kegiatan work over atau
kerja ulang biasa di sebut mobile rig.

42
• Rig Offshore
Rig Offshore di gunakan untuk kondisi di lepas pantai dan di
sungai atau air tawar. Macam macam dari rig offshore yaitu
swamp barge rig , jack up rig , semi submersible rig , drill ship.
Di bawah ini akan di bahas jenisjenis rig secara garis besar nya
a) Swamp Barge
Merupakan jenis rig laut yang hanya pada kedalaman maksimum
7 meter. Dan, sangat sering dipakai pada daerah rawa-rawa dan
delta sungai. Rig jenis ini dilakukan dengan cara memobilisasi
rig ke dalam sumur, kemudian ditenggelamkan dengan cara
mengisi Ballast Tanksnya dengan air. Pada rig jenis ini, proses
pengeboran dilakukan setelah rig duduk didasar dan Spud
Cannya tertancap didasar laut.

b) Jack Up Rig
Jack Up Rig, rig jenis ini menggunakan platform yang dapat
mengapung dengan menggunakan tiga atau empat kakinya.
Kaki-kaki pada rig ini dapat dinaikan dan diturunkan, sehingga
untuk pengoperasiannya semua kakinya harus diturunkan

43
hingga ke dasar laut. Kemudian, badan dari rig ini diangkat
hingga di atas permukaan air dan memiliki bentuk seperti
platform. Untuk melakukan perpindahan tempat, semua kakinya
harus dinaikan dan badan rignya akan mengapung dan ditarik
menggunakan kapal. Pada operasi pengeboran menggunakan
rig jenis ini dapat mencapai kedalaman lima hingga 200 meter.
Rig ini terdiri dari barge yang ditopang oleh beberapa kaki baja.
Rig ini terapung atau digusung ke lokasi. Pada lokasi yang telah
ditentukan. Crew rig akan mengoperasikan kaki-kaki baja rig ini
turun hingga menyentuh dasar laut. Setalah kaki-kaki baja
tersebut mantap menjejakkan ke dasar laut, kemudian barge
akan dinaikkan hingga beberapa meter diatas permukaan air
laut.

c) Semi-Submersible Rig
Semi-Submersible Rig, jenis rig yang sering disebut “semis” ini
merupakan model rig yang mengapung (Flooded atau Ballasted)
yang menggunakan Hull atau semacam kaki. Rig ini dapat
didirikan dengan menggunakan tali mooring dan jangkar agar

44
posisinya tetap diatas permukaan laut. Dengan menggunakan
Thruster (semacam baling-baling) yang berada disekelilingnya,
dan Ballast Control System, sistem ini dijalalankan dengan
menggunakan komputer sehingga rig ini mampu mengatur
posisinya secara dinamis dan pada level diatas air sesuai
keinginan. Rig ini sering dipakai jika Jack Up Rig tidak mampu
menjangkau permukaan dasar laut. Karena jenis rig ini sangat
stabil, maka rig ini sering dipakai pada lokasi yang berombak
besar dan memiliki cuaca buruk, dan pada kedalaman 90 hingga
750 meter.

d) Drill Ship
Drill Ship, merupakan jenis rig yang bersifat mobile dan diletakan
di atas kapal laut, sehingga sangat cocok untuk pengeboran di
laut dalam (dengan kedalaman lebih dari 2800 meter). Pada
kapal ini, didirikan menara dan bagian bawahnya terbuka ke laut
(Moon Pool). Dengan sistem Thruster yang dikendalikan dengan
komputer, dapat memungkinkan sistem ini dapat mengendalikan

45
posisi kapalnya. Memiliki daya muat yang lebih banyak sehingga
sering dipakai pada daerah terpencil maupun jauh dari daratan.
Rig ini juga jenis rig terapung. Rig ini seperti kapal-kapal
kebanyakan, cuma sudah dimodifikasi beberapa bagiannya
sehingga berfungsi sebagai rig. Di tengah kapal, biasanya
didirikan menara dan di bagian bawahnya terbuka ke laut (moon
pool). Drill ship adalah rig mobile yang paling sering digunakan
untuk pengeboran sumur-sumur explorasi yang jauh dari
daratan.

Bab 4.3. System Yang Ada Di Rig


Pada operasi pemboran, biasanya peralatan yang dipakai dibagi
ke dalam beberapa sistem. Pembagian sistem-sistem yang
umum dilakukan oleh orang-orang di industri perminyakan
adalah sebagai berikut:
a. Sistem pengangkat (Hoisting System)
b. Sistem pemutar (Rotating System)

46
c. Sistem sirkulasi (Circulating System)
d. Sistem daya (Power System)
e. Sistem pencegah sembur liar (BOP System)
Sistem-sistem di atas mempunyai hubungan yang erat antara
yang satu dengan lainnya. Sistem-sistem tersebut saling
tergantung satu dengan lainnya.
• Sistem Pengangkat (Hoisting System)
Fungsi dari hoisting system adalah untuk menyediakan fasilitas
dalam mengangkat, menahan dan menurunkan drillstring,
casing string dan perlengkapan bawah permukaan lainnya dari
dalam sumur atau ke luar sumur. Komponen-komponen utama
dari hoisting adalah :
1. Derrick dan substructure
Derrick atau Portable Mast dan Substruktur
Fungsi dari derrick adalah menyediakan ruang ketinggian
vertikal yang diperlukan untuk mencabut pipa dari atau
menurunkan ke sumur. Semakin tinggi derrick, semakin panjang
rangkaian pipa yang dapat ditangani, sehingga semakin cepat
pipa yang panjang dapat dimasukkan atau dikeluarkan dari
lubang bor.
Panjang pipa yang umum digunakan adalah berkisar antara 27
dan 30 ft. Kemampuan derrick untuk menangani panjang
rangkaian pipa sering disebut dengan stand, yang tersusun dari
dua, tiga atau empat sambungan drillpipe, yang sering disebut
juga dengan kemampuan menarik doubles, thribbles atau
fourbles.
Derrick dan substruktur harus mampu menahan beban yang
diberikan oleh berat pipa pada block ditambah sebagian dari
drilpipe yang disandarkan pada derrick. Bila rangkaian casing
yang berat dipasang, maka beberapa drillpipe kemungkinan
perlu untuk disingkirkan agar kapasitas pembebanan pada
derrick sesuai dengan kemampuannya.

47
2. Block dan tackle
Block dan tackle terdiri dari:
1. Crown block: katrol-katrol yang diam terletak di atas mast
atau derick.
2. Traveling block: katrol-katrol yang bergerak tempat melilitkan
drilling line. Hal ini memungkinkan traveling block bergerak naik
dan turun sambil tergantung di bawah crown block dan di atas
rig floor.
3. Drilling line: Tali kawat baja yang berfungsi menghubungkan
semua komponen dalam hoisting system. Tali ini dililitkan
secara bergantian melalui katrol pada crown block dan traveling
block kemudian digulung pada rotating drawwork . Drilling line
menghubungkan drawwork dan dead line anchor.

3. Drawwork
Drawwork adalah suatu peralatan mekanik yang merupakan otak
dari derrick. Fungsi dari drawwork yaitu :

48
• Merupakan pusat pengontrol bagi driller yang
menjalankan operasi pemboran.
• Merupakan rumah dari gulungan drilling line.
• Meneruskan daya dari prime mover ke drill string ke
rotary drive sprocket, ke catheads.
Drawwork menyediakan daya untuk mengangkat dan
menurunkan beban yang berat.

• Sistem Sirkulasi (Circulating System)


Fungsi utama dari sistem sirkulasi adalah mengangkat serpihan
cutting dari dasar sumur kepermukaan. Fluida pemboran
umumnya berupa suspensi dari clay dan material lainya dalam
air yang sering disebut dengan lumpur pemboran.

Aliran dari fluida pemboran melewati :


1. Dari steel tanks ke mud pump
2. Dari mud pump ke high-pressure surface connection dan ke
drillstring

49
3. Dari drillstring ke bit
4. Dari nozzle bit ke atas ke annulus lubang dengan drillstring
sampai ke permukaan
5. Masuk ke contaminant-removal equipment dan kembali ke
suction tank
Peralatan utama dari circulating system adalah :
1. Mud pumps: Berfungsi untuk memompa fluida pemboran
dengan tekanan tinggi. Ada dua macam mud pump yaitu :
Duplex dan triplex. Perbedaan utamanya adalah dalam
jumlah torak dan cara kerjanya.
2. Mud pits: Suatu kolam tempat lumpur sebelum
disirkulasikan.Sistem pit dan susunan dari peralatan yang
menangani lumpur di atas pit dirancang atas pertimbangan
drilling engineer.Biasanya rig mempunyai dua atau tiga pit
dengan ukuran lebar 8 - 12 ft, panjang 20 - 40 ft dan
tinggi 6 - 12 ft. Volumenya berkisar antara 200 - 600
bbl.Pada operasi-operasi di offshore dapat ditambahkan
1 - 3 pit untuk penyimpanan kelebihan lumpur dan untuk
lumpur yang mempunyai densitas tinggi.Salah satu bentuk
susunan dari pit tanpa variasi dari macam-macam
peralatan pengontrol solid.
3. Mud mixing equipment: Suatu peralatan yang berfungsi
untuk mencampurkan bahan-bahan atau material pada
lumpur dengan menggunakan mixing hopper. Mixing
Hopper : Peralatan berbentuk corong yang dipakai untuk
menambahkan bahan-bahan padat ke dalam fluida
pemboran pada saat treatment di dalam mud pit.
4. Contaminant removal : Suatu perlatan yang berfungsi
untuk membersihkan fluida pemboran yang keluar dari
lubang sumur setelah disirkulasikan, terdiri dari :
a. Mud gas Separator, berfungsi untuk memisahkan gas-gas
dari fluida pemboran

50
b. Shale shaker, berfungsi untuk memisahkan cutting berukuran
besar dari fluida pemboran.
c. Degasser, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida
pemboran secara terus menerus.
d. Desander, berfungsi untuk memisahkan pasir dari fluida
pemboran
e. Desilter, berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang
ukurannya lebih kecil dari pasir.

• Rotating System
Rotary system termasuk semua peralatan yang digunakan untuk
mentransmisikan putaran meja putar ke bit.
Bagian utama dari rotary sistem adalah:

51
A. Swivel : Swivel berfungsi sebagai penahan beban drillstring
dan bagian statis yang memberikan drillstring berputar. Swivel
merupakan titik penghubung antara circulating system dan
rotating system. Disamping itu juga sebagai penutup fluida dan
menahan putaran selama diberikan tekanan.
B. Kelly : Kelly adalah rangkaian pipa yang pertama di bawah
swivel. Bentuk potongan dari kelly dapat berupa segi empat atau
persegi enam sehingga akan mempermudah rotary table untuk
memutar rangkain di bawahnya. Torsi ditransmisikan ke kelly
melalui kelly bushing, yang terletak di dalam master bushing dari
rotary table. Kelly harus dipertahankan tetap setegak lurus
mungkin. Kelly mempunyai ukuran standard yaitu panjang 40 ft
dengan bagian penggeraknya 37 ft.

52
C. Rotary drive:
Peralatan yang berfungsi meneruskan daya dari drawworks ke
rotary table
D. Rotary table:
Peralatan yang berfungsi untuk memutar dan dipakai untuk
menggantung drill string (drill pipe, drill collar dsb) yang
memutar bit di dasar sumur.Kelly bushing dan rotary bushing
berfungsi untuk memutar kelly. Rotary bushing digerakan oleh
prime mover lewat tenaga gabungan atau motor elektrik
sedangkan kelly bushing didudukan di dalam rotary bushing dan
ditahan oleh empat penjepit. Diameter dari kelly bushing
berbentuk empat persegi atau hexagonal yang sesuai dengan
kelly.
e. Drillpipe :
Pipa baja yang digantung di bawah kelly. Drill pipe di pasang
pada bagian atas dan tengan drill stem.Porsi utama dari
drillstring terdiri dari drillpipe. Drillpipe yang umum digunakan
adalah type hot-rolled, pierced dan seamless tubing.
F. Heavy weight drill pipe
Mempunyai dinding yang tebal dengan berat 2 - 3 kali lebih
besar dari drill pipe standard. Kegunaan penggunaan heavy
weight drill pipe adalah sebagai berikut:
• Mengurangi kerusakan pipa dengan adanya zona
transisi.
• Mengurangi penggunaan drill collar.
• Menghemat biaya directional drilling, mengurangi
torque dan kecenderungan perubahan kemiringan.
G. Drill Collar:
Pipa baja penyambung berdinding tebal yang terletak di bagian
bawah drill stem di atas bit. Fungsi utamanya untuk menambah
beban yang terpusat pada bit.

53
H. Bit
Bit atau pahat merupakan ujung dari drill string yang menyentuh
formasi, diputar dan diberi beban untuk menghancurkan serta
menembus formasi.
Bit dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu :
1. Drag bit
Drag bit atau fish tail adalah jenis bit yang digunakan sejak dulu
dalam proses rotary drilling dan sampai kini masih tetap
digunakan terutama pada pemboran dangkal.
Keuntungan bit ini adalah :
• ROP yang tinggi.
• Umur yang panjang dalam soft formation.
Kerugiannya adalah :
• Memberikan torque yang tinggi.
• Cenderung membuat lubang yang berbelok.
• Pada formasi shale, sering terjadi balling (dilapisi
padatan).
2. Diamond Bit
Diamond bit memasang butir-butir intan sebagai penggeruk
pada matrix besi atau carbide dan tidak memiliki bagian yang
bergerak.
Bit ini digunakan untuk membor formasi yang keras dan
abrasive. Salah satu pabrik bit yang mengembangkan jenis bit
ini memasang polycristallyne diamond pada masa dasar
tungsten carbide dan cocok untuk membor formasi yang sangat
keras yang tidak dapat dilakukan oleh rock bit.
Namun demikian diamond bit lebih umum digunakan untuk
coring, yang menghasilkan core lebih baik terutam,a pada
formasi limestone, dolomite dan sandstone yang keras.

54
Keuntungan dari diamond bit adalah memberikan footage yang
lebih besar sehingga round trip lebih sedikit terutama pada
formasi yang keras dan sumur yang dalam. Sedangkan
kelemahannya adalah memberikan ROP yang kecil dan harganya
mahal.

3. Rolling cutter bit


Rolling cutter bit adalah bit yang mempunyai kerucut-kerucut
(cone) yang berputar untuk menghancurkan batuan. Bit ini
pertama kali dibuat dengan 2 cone.Barulah pada permulaan
tahun 1930 dibuat bit dengan 3 cone (three cone bit) yang
mempunyai cutter untuk berbagai variasi formasi dari yang lunak
sampai keras.

55
• BOP System
Blowout preventer (BOP) adalah peralatan yang diletakkan tepat
di atas permukaan sumur untuk menyediakan tenaga untuk
menutup sumur bila terjadi kenaikan tekanan dasar sumur yang
tiba-tiba dan berbahaya selama atau sedang dalam operasi
pemboran. Jumlah, ukuran dan kekuatan BOP yang digunakan
tergantung dari kedalaman sumur yang akan dibor serta
antisipasi maksimum terhadap tekanan reservoir yang akan
dijumpai.
Blowout preventer (BOP) system digunakan untuk mencegah
aliran fluida formasi yang tidak terkendali dari lubang bor. Saat
bit menembus zone permeabel dengan tekanan fluida melebihi
tekanan hidrostatik normal, maka fluida formasi akan
menggantikan fluida pemboran. Masuknya fluida formasi ke
dalam lubang bor sering disebut dengan kick.

56
• Power System
Hampir sebagian besar daya yang tersedia pada rig dikonsumsi
oleh hoisting system dan circulating system. Sistem lainnya
hanya sedikit mengkonsumsi daya yang tersedia. Untungnya,
hoisting dan circulating system memerlukan daya tidak secara
bersamaan, sehingga mesin yang sama dapat menyediakan
daya untuk kedua sistem tersebut. Total daya yang umum
diperlukan dalam sebuah rig dari 1000 sampai 3000 HP.

Bab 4.4. Semen Pemboran


Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor yang
tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil
atau tidaknya suatu pemboran, salah satu diantaranya adalah
tergantung dari berhasil atau tidaknya penyemenan sumur
tersebut.
Penyemenan sumur secara integral, merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam suatu operasi pemboran, baik
sumur minyak maupun gas. Semen ter-sebut digunakan untuk

57
melekatkan rangkaian pipa selubung dan mengisolasi zona
produksi serta mengantisipasi adanya berbagai masalah
pemboran.
Perencanaan penyemenan meliputi :
• Perkiraan kondisi sumur (ukuran, tem-peratur, tekanan,
dsb.)
• Penilaian terhadap sifat lumpur pem-boran
• Pembuatan suspensi semen (slurry de-sign)
• Teknik penempatan
• Pemilihan peralatan, seperti centralizers, scratchers, dan
float equipment
Program perencanaan penyemenan secara tepat, merupakan
hal pokok yang akan mendukung suksesnya operasi pemboran.
Pada dasarnya operasi penyemenan bertujuan untuk :
• Melekatkan pipa selubung pada dinding lubang sumur,
• Melindungi pipa selubung dari masalah-masalah mekanis
sewaktu operasi pem-boran (seperti getaran),
• Melindungi pipa selubung dari fluida formasi yang bersifat
korosi, dan
• Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain
dibelakang pipa selu-bung.
Suspensi semen yang dipompakan ke dalam lubang sumur
terdiri dari :
• Semen
Jenis semen yang biasa digunakan adalah semen potland
• Additiv khusus
zat tambahan ini digunakan untuk mengatur karakteristik semen,
seperti tickening time, densitas dan compressive strengths.
• Air

58
air merupakan bagian yang penting dalam penyemenan,
sehingga sample semen dan air harus ditest sebelum digunakan
dalam penyemenan yang sebenarnya.
Berdasarkan alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi
dua, yaitu primary cementing, dan squee-ze cementing.
• Primary Cementing
Merupakan penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah
pipa selubung diturunkan kedalam sumur.
Penyemenan antara formasi dengan pipa selubung bertujuan
untuk :
1. Melindungi formasi yang akan dibor dari formasi
sebelumnya dibelakang pipa selubung yang mungkin
bermasalah .
2. Mengisolasi formasi tekanan tinggi dari zona dangkal
sebelumnya.
3. Melindungi daerah produksi dari water-bearing sands.
Suspensi semen biasanya ditempatkan dibelakang pipa
selubung. Suatu kondisi pemboran tertentu mungkin
mengharuskan untuk penyemenan annulus tanpa penyemenan
annulus secara keseluruhan.
Penyebab yang umum adalah adanya zona lost circulation yang
memungkinkan semen bersirkulasi kembali keatas. Sebab lain
yang mungkin adalah kesalahan dalam pembuatan suspensi
semen.
Liner disemen dengan suspensi semen yang lebih ringan
daripada rangkaian pipa selubung. Pada saat liner diturunkan
kedalam lubang sumur, suspensi semen harus langsung
dipompakan. Pensirkulasian suspensi semen dengan volume
berlebih dapat me-nyebabkan masalah-masalah pemboran,
antara lain :
1. Jika suspensi semen dengan volume berlebih
disirkulasikan keatas melalui annulus, mungkin akan

59
diperlukan waktu tambahan, dimana kemungkinan semen
akan mengeras di annulus.
2. Sedangkan jika suspensi semen dengan volume berlebih
tersebut sirkulasinya dikembalikan melalui pipa bor,
tekanan hidrostatik dan tekanan friksi pada dudukan pipa
selubung akan menyebabkan terjadinya lost circulation.

• Squeeze Cementing
Untuk menyempurnakan dan menutup rongga-rongga
yang masih ada setelah primary cementing, dapat dilakukan
squeeze cementing.
Aplikasi pokok untuk squeeze cementing antara lain adalah :
1. Menyempurnakan primary cementing ataupun untuk
perbaikan terhadap hasil penyemenan yang rusak.
2. Mengurangi water-oil ratio, gas-oil ratio dan water-gas
ratio
3. Menutup kembali zona produksi yang diperforasi apabila
pemboran mengalami kegagalan dalam mendapatkan
minyak.
4. Memperbaiki kebocoran pada pipa selubung
5. Menghentikan lost circulation yang terjadi pada saat
pemboran berlangsung
Pertimbangan yang paling penting dalam operasi squeeze
cementing adalah teknik penempatan dan pembuatan suspensi
semen yang akan digunakan.
Squeeze cementing juga dapat digunakan untuk menurunkan
ratio fluida produksi. Volume gas yang besar memungkinkan
untuk terjadinya pengurangan tekanan reservoir lebih cepat,
bersamaan dengan pembentukan harga pemisah yang berlebih
pada fasilitas produksi permukaan oleh volume air yang besar.
Bagian perforasi tertentu mungkin harus ditutup dengan
pemompaan suspensi semen, sehingga volume gas dan air

60
dapat dikurangi dengan penyemenan dibagian atas dan bawah
perforasi secara berurutan
Lost circulation seringkali dapat diatasi dengan squeeze
cementing, dengan catatan proses penyemenan harus sesuai
dengan jenis lost circulation yang terjadi.
Ada empat metode squeeze cementing yang saat ini digunakan,
yaitu bradenhead methods, packer squeeze methods, balanced
plug methods, dan dump bailer methods.
a. Bradenhead Method
Dalam metode ini drill pipe diturunkan hingga berada tepat
diatas perforasi (atau zona) yang akan mendapatkan squeezed
off. Kemudian semen ditempatkan guna menutupi zona
tersebut. Pipe rams lalu ditutup dan diterapkan tekanan hasil
perhitungan dari permukaan guna melakukan squeeze off
terhadap perforasi tersebut.
b. Packer Squeeze Method
Pada metode ini retrievable packer atau retainer packer
diturunkan hingga berada tepat diatas zoana yang akan di
sqieezed off. Retrievable packer, ditempatkan pada pipa bor.
Retainer packer dijalankan dengan wire line dan diset dengan
special setting kit. Jika volume total semen telah di squeezed
off, maka semen berlebih harus dipompakan agar kembali
sehingga tidak akan menyemen pipa bor.
c. Hesitation Squeeze
Metode ini secara khusus digunakan pada zona dengan
permeabilitas rendah. Sebuah pipa bor digunakan dalam
menempatkan semen sepanjang zone of interest dan bubur
semen dipompa dan dihesitasi.
d. Plugging-back Operation
Operasi ini meliputi penempatan cemen plug sepanjang zona
yang akan di plug off.

61
Plug semen digunakan untuk :
• Meninggalkan lower depleted zones.
• Plug off atau meninggalkan seluruh sumur atau sebagian
dari sebuah open hole.
• Memberikan kick of point untuk operasi side track drilling.
• Menutup zona lost circulation pada open hole.
• Balanced Plug Method
Pada metode ini hanya digunakan pipa bor. Pre-flush
dipompakan sebelum semen dan lalu diikuti oleh fluida
pembatas (spacer).
Prinsipnya adalah menempatkan kolom semen pada pipa bor
yang tingginya harus sama dengan yang terdapat pada annulus.
Berdasarkan pada metode yang digunakan, proses
penyemenan dapat dibedaka menjadi dua jenis, yaitu single
stage cementing, dan multy stage cementing.
a. Single Stage Cementing
Single stage cementing umumnya digunakan untuk melakukan
penyemenan terhadap pipa konduktor dan surface. Sejumlah
lumpur disiapkan dan dipompakan ke dalam casing.
Perlu dicatat pula bahwa seluruh bagian internal dari peralatan
casing, termasuk float shoe, wiper plug dan lain sebagainya
merupakan peralatan yang dengan mudah dapat hancur bila
dibor.
b. Multi Stage Cementing
Multi stage cementing diterapkan pada penyemenan rangkaian
casing yang panjang khususnya berguna untuk :
• Mengurangi tekanan total pemompaan .
• Mengurangi tekanan total hidrostatis pada formasi-
formasi lemah sehingga tidak terjadi atau terbentuk
rekahan.
• Memungkinkan pemilihan penyemenan daripada formasi.

62
• Memungkinkan penyemenan keseluruhan total panjang
casing.
• Memastikan penyemenan efektif di sekeliling shoe dari
rangkaian casing sebelumnya.
Pada multi stage cementing sebuah stage cementer dipasang
pada posisi tertentu pada rangkaian casing. Posisi stage
cementer ditentukan oleh panjang total kolom semen dan
kekuatan formasi.
Untuk pekerjaan two-stage cementing, sebuah one-stage
cementer digunakan pada rangkaian casing. Casing lalu
diturunkan ke dasar lubang. Kemudian casing disirkulasikan
dengan sejumlah volume sebesar dua kali kapasitas lubang.

Persiapan dan pemompaan bubur semen Tergantung pada


kedalaman lubang dan temperatur dasar lubang yang
diperkirakan, additiv kimia yang ditambahkan untuk mengontrol
sifat-sifat semen yang akan dimiliki setelah semen mengeras.
Bubur semen disiapkan dengan mencampurkan semen kering
dengan sebuah water jet. Hasil campuran diarahkan ke dalam
sebuah tangki, dimana akan diuji densitas dan viskositasnya.
Bubur semen kemudian dihisap oleh sebuah pompa tripleks
yang kuat dan dipompakan pada tekanan tinggi sehingga masuk
ke dalam casing melalui cementing head.
Cementing head menghubungkan top dari casing dengan unit
pompa. Pada alat ini terdapat dua katup penahan yang
berfungsi menahan top dan bottom wiper plugs. Alat ini juga
dilengkapi dengan sebuah manifold yang dapat dihubungkan
dengan unit pompa semen atau sebuah pompa rig.
Operasi penyemenan berlanjut dengan membuka katup
penahan bottom wiper plugs dan mengarahkan bubur semen
melewati top valve. Kemudian bubur semen akan mendorong
bottom plug masuk ke dalam casing sampai plug mencapai dan
duduk diatas float collar. Pemompaan diteruskan hingga

63
meruntuhkan diafragma sentral pada plug yang akan
memungkinkan semen agar dapat mengalir lewat dan
menempati sekeliling casing. Jika volume keseluruhan semen
telah tercampur, maka pemompaan dihentikan dan top wiper
plug ditempatkan pada cementing head. Kemudian lumpur
pemboran dipompakan melalui top valve, yang akan mendorong
top wiper plug turun ke dalam casing. Jika top plug telah
mencapai bottom plug maka sumur ditutup dan bubur semen
dibiarkan agar mengeras.
Proses penyemenan terdiri dari pencampuran air dengan semen
dalam perbandingan tertentu dan dengan additive tertentu pula.
Pendorongan semen dapat dilakukan dengan sistem sirkulasi ke
belakang casing, ditekan masuk ke formasi atau ditempatkan
sebagai suatu plug atau sumbat pada lubang yang tidak
merupakan perforasi completion (misalnya disini open hole
completion).

Peralatan penyemenan pada dasarnya dibagi menjadi dua


bagian, yaitu peralatan di atas permukaan (surface equipment),
dan peralatan bawah permukaan.
Peralatan penyemenan terdapat di atas permukaan meliputi
Cementing unit, Flow line, dan Cementing head.
A. Cementing Unit
Cementing unit adalah merupakan suatu unit pompa yang
mempunyai fungsi untuk memompakan bubur semen (slurry)
dan lumpur pendorong dalam proses penyemenan.
Cementing Unit terdiri dari :
• Tanki Semen
Untuk menyimpan semen kering.
• Hopper
Untuk mengatur aliran dari semen kering agar merata.

64
• Jet Mixer
Mixer yang umum digunakan sekarang ini adalah jet mixer
dimana dipertemukan dua aliran yaitu bubur semen dan air yang
ditentukan melalui venturi agar dapat mengalir dengan deras
dan dapat menghasilkan turbulensi, yang dapat menghasilkan
pencampuran yang baik dan benar-benar homogen. Densitas
slurry dapat diukur dengan mud balance
• Motor penggerak pompa dan pompa semen
berfungsi untuk memompa bubur semen.
Jenis-jenis sementing unit :
1. Truck mounted cementing unit
2. Marine cementing unit
3. Skit mounted cementing unit
Mengontrol rate dan tekanan, jenis pompa dapat berupa duplex
double acting piston pump dan single acting triplex plunger
pump. Plunger pump lebih umum dipakai karena slurry dapat
dikeluarkan dengan rate yang lebih uniform dan tekanannya
lebih besar.
B. Flow Line
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang
dipompakan dari cementing unit ke cementing head.
C. Cementing Head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke
lubang bor.

Peralatan penyemenan bawah permukaan meliputi :


a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :

65
• Melindungi lubang bor dari pengaruh fluida formasi dan
tekanan-tekanan disekitarnya.
• Melindung lubang bor dari guguran
• Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.
• Bersama-sama semen memperkuat dinding lubang serta
mempermudah operasi produktf nantinya.
Jenis-jenis casing :
• Conductor casing
• Intermediate casing
• Production casing

b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing
harus terletak ditengah-tengah lubang, untuk itu casing
dilengkapi dengan centralizer.
Fungsi dari centralizer sebagai berikut :
• Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
• Menyekrap mud cake
• Mencegah terjadinya differntial sticking
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu mendorong
casing di tengah-tengah lubang.

c. Scratchers
Adalah suatu alat yang dirangkaikan/dipasang pada casing dan
berfungsi untuk membersihkan dinding lubang bor dari mud
cake, sehingga didapat lubang bor yang bersih.

d. Peralatan Floating
Peralatan floating terdiri dari casing shoe, float shoe, guide
collar dan float collar.

66
1. Casing Shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan
pada ujung terbawah dari rangkaian casing dan didalamnya
tidak terdapat valve. Berfungsi sebagai sepatu dan pemandu
untuk memudahkan pemasukan rangkaian casing agar tidak
terjadi sangkutan pada didnding lubang bor. Shoe ini bersifat
drillable atau dapat dibor kembali.
2. Float Shoe
Pada prinsipnya adalah sama dengan casing shoe,
perbedaannya terletak pada adanya valve yang berfungsi :
• Mencegah aliran balik, mencegah blowout pada saat
casing diturunkan.
• Mencegah aliran balik semen, setelah proses
penyemenan.
• Memperkecil beban menara.
3. Guide Collar
Tidak dilengkapi valve, sehingga tidak dapat menahan tekanan
balik.
4. Float Collar
Dilengkapi dengan valve, sehingga fapat menahan tekanan balik
semen.

e. Shoe Trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar,
sepanjang satu batang atau lebih, tergantung dari ketinggian
semen di annulus, karena ketinggian semen di annulus akan
menentukan perbedaan tekanan hidrostatik diluar dan didalam
casing pada waktu memasukkan top plug. Shoe trach berfungsi
untuk menampung bubur semen yang bercampur udara atau
lumpur pendorong, agar tidak keluar ke annulus disekitar shoe.
Memasukkan udara pada bubur semen ini terjadi bila

67
penyemenan menggunakan mac clatchie cementing head, yaitu
pada saat cementing head dibuka sampai memasuki top plug
dan pemasangan cementing head kembali.

f. Bottom Plug
Berfungsi untul mencegah adanya kontaminasi antara lumpur
dengan bubur semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang
berada didalam casing dan memisahkan casing dari semen dan
juga membersihkan mud film didalam dinding casing, pada
bottom plug terdapat membran yang pada tekanan tertentu
dapat pecah, sehingga semen akan mengalir keluar dan
terdorong ke annulus sampai mencapai tujuan yang diharapkan.
Bottom plug dibuat dari bahan karet dan bahan dalamnya dibuat
dari alluminium.

g. Top Plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen
dari lumpur pendorong agar tidak terjadi konyaminasi,
membersihkan semen dari sisa-sisa semen didalam casing. Alat
ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada bagian bawahnya
digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membran.
Apabila top plug ini sudah mencapai bottom plug, maka tekanan
pompa akanm naik secara tiba-tiba dan pada saat itu
pemompaan dihentikan.

Pada penyemenan bertingkat ini, alat yang digunakan relatif


sama dengan penyemenan konvensional.
Peralatan Di Bawah Permukaan
1. Stage Cemmenting Collar
Berfungsi untuk melewatkan bubur semen setelah penyemenan
pertama dilakukan. penyemenan bertingkat dilakukan apabila

68
sumur terlalu dalam, formasi diatas dan dibawah zona yang
disemen cukup jauh, menghindari bahaya tekan pompa yang
berlebih.
2. Cement Basket
Terletak dibawah stage cementing collar, berfungsi untuk
menyekat ruang annulus antara ruang bawah stage collar dan
bagian atas stage collar.
3. Trip Plug
Setelah primary cementing selesai maka dimasukkan trip plug.
Plug ini berfungsi untuk membuka lubnag pada strategi
cementing collar. Karena beratnya, trip plug ini turun kebawah
yang akhitnya sampai pada stage cementing collar. Dengan
tekanan tertentu lower inner sleeve akan turun dan membuka
lubang pada stage cementing collar disebut cementing ports.
4. Shut Off plug
Setelah pendorongan bubur semen selesai, kemudian
dimasukkan shut off plug yang berfungsi untuk menutup
cementing port, sehingga tidak terjadi aliran balik.

69
BAB 5. TEKNIK PRODUKSI
Teknik produksi adalah teknik untuk mengangkat fluida reservoir
secara optimal dari sub surface menuju surface. Tujuan dari
kegiatan produksi yaitu mengangkat fluida atau hidrocarbon
secara natural maupun dengan pengangkatan batuan secara
optimum untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Dan di bawah ini akan di jelaskan ebberapa dalam kegiatan
produksi minyak dan gas bumi.

Bab 5.1. Jenis Jenis Well Completion


Jenis-jenis well completion dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
• Bottom Hole Completion,
• Tubing Completion, Dan
• Well Head Completion.

a. Bottom Hole Completion


Merupakan jenis komplesi yang berfungsi untuk memaksimalkan
aliran fluida dari reservoir ke dalam lubang sumur dan
menghindari adanya water conning atau gas conning.
Berdasarkan pemasangan peralatan dan fungsinya maka
formation completion dapat dibagi menjadi beberapa metode
yaitu :
• Open Hole Completion
Merupakan metode yang paling sederhana dan paling murah
yaitu dengan membuka seluruh formasi produktifnya, casing
dipasang dan disemen di atas lapisan produktifnya sehingga
formasi produktif tidak tertutup secara mekanis, sehigga aliran
fluida reservoir dapat langsung masuk ke dalam lubang sumur
tanpa penghalang.

70
Gambar di bawah ini menunjukkan penampang metode open
hole completion.

Metode ini hanya cocok digunakan pada formasi yang kompak


atau tidak mudah runtuh. Bila laju produksi besar maka produksi
dilakukan melalui casing sedangkan untuk laju produksi kecil
produksi dilakukan melalui tubing. Dalam mengevaluasi
kelakuan sumur (well performance) standart yang digunakan
adalah produktivity indeks dari open hole yang menembus
seluruh zona lapisan produktif dimana tidak ada gangguang
permeabilitas disekitar lubang sumurnya.
Pemakaian metode open hole completion memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
Keuntungan :
1. Fluida mengalir ke lubang sumur dengan diameter penuh dan
tanpa hambatan, sehingga dengan cara ini umumnya dapat
diperoleh laju produksi yang lebih besar dibandingkan dengan
cara lain.

71
2. Dengan memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan
formasi (formation damage)
3. Interpretasi log tidak kritis.
4. Mudah ditambah kedalaman bila diperlukan.
5. Mudah ditambah secara liner atau perforated completion
Kerugian :
1. Sukar dilakukan pengontrolan terdapat produksi air atau gas
2. Sukar melakukan stimulasi pada interval produksi bila
diperlukan suatu selective stimulation
3. Harus sering dibersihkan pada interval formasi produktifnya,
terutama bila formasinya kurang kompak.
4. Pemasangan casing dilakukan dengan coba-coba sebelum
pemboran terhadap formasi produktif

Perencanaan dan perhitungan yang ada pada komplesi ini


didasarkan pada penempatan komplesinya dalam formasi
produktif, yaitu penembusan penuh dan tidak penuh
• Perforated Casing Completion
Dalam metode ini casing produksi dipasang sampai dasar
formasi produktif dan disemen selanjutnya diperforasi pada
interval-interval yang diinginkan. Dengan adanya casing maka
formasi yang mudah gugur dapat ditahan. Perforated casing
completion umumnya digunakan pada formasi-formasi dengan
faktor sementasi (m) sebesar 1,4.
Adapun keuntungan dan kerugian dalam penggunaan metode
ini adalah sebagai berikut :
Keuntungan :
1. Dapat mengontrol air dan gas berlebihan
2. Stimulasi dan treatment dapat dilakukan lebih selektif

72
3. Mudah ditambah kedalaman bila diperlukan
4. Casing ditambah kedalaman bila diperlukan
5. Casing akan menghalangi masuknya pasir, komplesi
tambahan dapat dilakukan sesuai dengan teknik pengontrolan
pasir yang dikehendaki
6. Dapat disesuaikan dengan semua konfigurasi multiple
completion
Kerugian:
1. Memerlukan biaya perforasi
2. Interpretasi log kritis, karena diperlukan gamma ray log agar
tidak salah memilih lapisan pasir dan menghindari zona
submargin pada saat perforasi.
3. Kemungkinan terjadinya kerusakan formasi lebih besar
4. Fluida tidak mengalir dengan diameter penuh.

73
• Liner Completion
Dalam metode ini casing dipasang diatas zona produktif,
kemudian zona produktif dibor dan dipasang casing liner dan
disemen. Selanjutnya liner diperforasi untuk produksi.
Keuntungan metode perforated liner completion :
1. Produksi gas dan minyak lebih mudah dikontrol
2. Stimulasi dapat dilakukan lebih selektif
3. Sumur dapat ditambah kedalaman dengan mudah
Kekurangan metode perforated liner completion :
1. Fluida mengalir tidak dengan diameter penuh
2. Interpretasi log kritis, karena perlu dilakukan gamma ray log
agar tidak salah memilih lapisan pasir.
3. Penyemenan sulit dilakukan.
4. Ada biaya tambahan untuk perforasi, penyemenan dan rig
time.

b. Tubing Completion
Tubing completion merupakan penyelesaian sumur untuk
daerah dalam sumur yaitu sepanjang aliran dari dasar sampai
batas kepala sumur.
Disebut sebagai tubing completion karena prinsip pokok yang
dilakukan adalah merencanakan ukuran, jumlah dan susunan
tubing yang akan diterapkan.
Tubing completion dapat dibedakan menjadi beberapa macam
yang didasarkan pada jumlah production string / tubing yang
akan digunakan yaitu single completion, commingle completion
dan multiple completion. Selain itu terdapat satu tipe lain yaitu
permanent completion.

74
• Single Completion
Metode komplesi ini hanya memiliki satu buah lapisan produkstif
sehingga penggunaan tubing juga hanya sebuah.
Single completion ini dapat diterapkan untuk open hole maupun
perforated casing completion. Berdasarkan cara
memproduksikan fluida ke permukaan, ada beberapa macam
tipe single completion, yaitu :
a. Flowing well – casing
Tampak seperti pada gambar di bawah ini dalam jenis aliran
fluida formasi dilewatkan melalui casing tanpa memakai tubing.
Komplesi ini dilakuakn untuk sumur-sumur yang mampu
memproduksi dengan laju yang sangat tinggi. Untuk tipe ini tidak
perlu suatu perencanaan ukuran tubing.

75
b. Flowing well – pumping well
Seperti tampak pada gambar di bawah tempat kedudukan tubing
dan pompa dipasang pada suatu kedalaman dibawah working
level. Pompa dan rod string dipasang ditengah – tengah didalam
tubing.

c. Flowing – tubing flow


Dalam tipe ini aliran fluida dilewatkan melalui tubing saja. Untuk
menghindari fluida masuk lewat casing maka dipasang packer
disekitar annulus casing tubing bagian bawah.
Selain pada flowing well, sistem single completion juga diapaki
dalam penerapan peralatan sembur buatan seperti pompa atau
gas lift. Pada well completion tubing mempunyai peran yang
penting, antara lain:

76
❖ Dengan diameter tubing kecil, aliran produksi lebih efisien
daripada casing.
❖ Memungkinkan komplesi yang lebih aman karena dapat
disirkulasikan.
❖ Tubing dapat dicabut jika tersumbat atau rusak.
Tubing bersama-sama packer menjauhkan fluida formasi dari
casing, sehingga memberikan perlindungan terhadap kerusakan
casing karena korosi.

• Cominggle Completion
Metode komplesi ini dilakukan untuk sumur-sumur yang memiliki
dua atau lebih zona produktif diproduksikan secara bersama-
sama melalui satu production string.

77
Ditinjau secara ekonomis, metode ini lebih baik dari metode
multiple zone completion, tetapi secara teknik kurang baik,
karena danay pengaruh antar zona sehingga pengontrolan
produksi menjadi sulit, stimulasi formasi dan pengukuran
tekanan dari tiap zona produktif sukit dilakukan. Macam –
macam commingle completion bisa digolongkan :
a. Single tubing dengan single packer
Merupakan cara produksi yang diapaki untuk sumur yang
mempunyai dual apian produktif, dimana dua lapisan produktif
tersebut dibatasi oleh packer.

Fluida produksi dari lapisan bawah diproduksikan melalui tubing,


sedangkan untuk lapisan diatasnya diproduksikan melalui
annulus antar tubing dan casing seperti gambar di bawah ini.
Jenis komplesi ini diterapkan untuk sumur yang produktifitasnya
rendah.

78
Keuntungan metode ini terutama biaya ringan karena hanya
menggunakan satu tubing.
Sedangkan kerugiannya hanya lapisan bawah yang dapat
dilakukan pengangkatan buatan bila nanti diperlukan,
production casing tidak terlindungi dari tekanan sumur dan
fluida korosif, endapan-endapan solid dari lapisan diatanya
dapat merusak tubing string dan diperlukan mematikan lapisan
bawah bila akan dilakukan work over pada lapisan tersebut
b. Single Tubing dengan Dual Packer
Pada komplesi ini diinginkan untuk memproduksikan fluida
formasi bagian atas melalui dalam tubing dengan batuan cross
over atau dengan regulator flow choke. Sedangkan untuk fluida
formasi annulus tubing dan casing.

Komplesi jenis ini akan lebih murah jika dibandingkan dengan


multiple completion tapi cukup menumbulkan kesulitan bila

79
terjadi gangguan pada salah satu lapisan produktifnya dan
harus mematikan lapisan yang lain untuk melakukan kerja ulang.
Dalam hal perencanaan pemakaian tubing juga mendasarkan
pada cara single completion, hanya perlu dipertimbangkan
produktifitas lapisan secara keseluruhan untuk mendapatkan
kapsitas tubing yang sesuai.

c. Single tubing with multiple packer


Beberapa keuntungan penggunaan metode commingle
completion adalah :
1. Perlengkapan well head dan Christmas tree akan lebih
sederhana, dikarenakan beberapa lapisan produktif
diproduksikan bersama-sama hanya melalui satu tubing.
2. Untuk melakukan work over atau treatment hanya diperlukan
peralatn yang sederhana dan murah.
3. Biaya mula-mula dan biaya operasi pada perencanaan
artificial lift lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan
multiple completion.
Sedangkan kelemahan pada metode ini adalah produkstifitasnya
dari masing-masing zona produktifnya akan saling
mempengaruhi, hal ini disebabkan perbedaan tekanan static
formasi, perbedaan kedalaman dari tiap-tiap lapisan produktif
serta julah yang diperoleh akan tidak maksimal.

• Multiple Completion
Dengan metode multiple completion ini, pengontrolan produksi
dan masing-masing –masing lapisan dan kerusakan peralatan
serta formassinya dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus
menggangu lapisan lain yang tidak terganggu.
Penggunaaan metode ini relative lebih mahal juka dibandingkan
dengan single completion, Karena setiap lapisian harus

80
mempunyai peralatan produksi sendiri juga peralatan utnuk
menanggulangi masalah scale atau kondisi korosi. Multiple
completion terutama digunakan jik lapisan yang ada mempunyai
sifat yang berbeda-neda, misalnya :
• Drive mechanism
• Produkstivitass formasi
• Tekanan reservoir
• Karakteristik fluida formasi

• Tubingless Completion
Sistem komplesi ini tidak memakai production tubing, tetapi
menggunakan casing berukuran kecil, biasanya berukuran
27/8”. Konfigurasi triple tubingless completion ini dapat dilihat
pada Gambar di bawah ini Metode ini sesuai untuk sumur-sumur
yang mempunyai masa produksi relatif panjang, adanya
masalah fracturing, acidizing, sand control dan masalah lain
yang memerlukan stimulasi atau treatment.
Untuk sumur yang menghasilkan fluida bersifat korosif, cara ini
tidak cocok karena casing produksi disemen secara permanen.
Keuntungan multiple tubingless completion
1. Mengurangi biaya, karena menggunakan casing produksi
yang besar dapat dihindarkan dan tidak memerlukan packer
ataupun peralatan produksi lainnya. Juga biaya komplesi dan
dan workover dimasa datang lebih murah.
2. Masing-masing zona dapat diproduksi tanpa mengganggu
zona yang lain.
3. Tidak ada kerugian karena kebocaran packer atau tubing
4. Pelaksanaan artificial lift, penutupan atau workover suatu
zona tidak mengganggu zona yang lain sehingga lebih aman

81
Kerugian multiple tubingless completion
1.Laju produksi terbatas
2.Pengontrolan zona pasir yang tebal sulit dilakukan. Juga
pengerjaan stimulasi atau treatment lebih sulit dilakukan untuk
laju produksi yang tinggi
Resiko yang tinggi akibat adanya tekanan fluida sumur

82
Bab 5.2. Productivity Index
PI atau productivity index yaitu suatu index atau derajat
pengukuran kemampuan produksi suatu sumur, yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara rete produksi yang
dinyatakan dalam stock tank barrel per hari dengan pressure
draw-down. Kecuali secara khusus, PI didasarkan pada gross
liquid production, tapi ada juga yang mendasarkan dengan rate
produksi minyak (qo).

A. Faktor Yang Mempengaruhi PI


Beberapa hal yang mempengaruhi productivity index dalam
suatu sumur yaitu :
• Karakteristik batuan reservoir, meliputi :
1. Permeabilitas
Bila permeabilitas batuan kecil, maka fluida akan lebih sulit
untuk mengalir sehingga kemampuan berproduksi (PI) akan
turun.
2. Saturasi
Dalam proses produksi, saturasi minyak akan berkurang
dengan naiknya produksi kumulatif minyak dan akibatnya pori-
pori yang kosong akan diganti oleh air atau gas bebas. Di
samping itu produksi terus seiring dengan penurunan tekanan
reservoir, sehingga akan timbul fasa gas yang mengakibatkan
saturasi gas bertambah dan saturasi minyak berkurang dan hal

83
ini akan mengurangi permeabilitas effektif terhadap minyak
sehingga dapat menurunkan harga PI.

• Karakteristik fluida reservoir, meliputi :


3. Kelarutan Gas Dalam Minyak
Dalam proses produksi penurunan tekanan reservoir
dibawah tekanan gelembung dapat menyebabkan
bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan. Hal ini akan
menyebabkan harga PI turun karena permeabilitas efektif
terhadap minyak juga akan berkurang yang disebabkan oleh
naiknya saturasi gas.
4. Faktor Volume Formasi Minyak
Di atas tekanan gelembung penurunan tekanan akan
menyebabkan naiknya factor volume formasi minyak (Bo) akibat
adanya pengembangan gas dari minyak, sedangkan di bawah
tekanan gelembung penurunan tekanan akan mengakibatkan Bo
turun dengan cepat karena adanya penyusutan akibat
dibebaskannya gas yang terlarut. Jadi dengan adanya kenaikan
Bo akan menurunkan harga PI.
5. Viscositas
Bila tekanan reservoir sudah berada di bawah tekanan
gelembung akan mengakibatkan bertambahnya gas dibebaskan
dari larutan sehingga viscositasnya naik, hal ini akan
menghambat proses produksi, sehingga harga PI akan turun.
Draw-down Makin besar draw-down, makin besar pula laju
aliranya sehingga PI naik

• Ketebalan lapisan, meliputi :


Makin tebal lapisan produktif, makin besar pula harga PI-
nya. Tetapi bila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan tipis dari
air atau gas maka laju produksi minyak akan berkurang.

84
Terproduksinya air dapat pula mengakibatkan terjadinya scale
yang dapat mengurangi kapasitas kerja alat-alat atau terjadinya
korosi pada alat-alat tersebut.
• Mekanisme pendorong, meliputi ;
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses
produksi sangat dipengaruhi oleh jenis mekanisme
pendorongnya.

B. Pengertian IPR
IPR atau Inflow Performance Ralationship adalah hubungan
antara laju alir dengan tekanan dasar sumur yang
menggambarkan kinerja suatu sumur dalam berproduksi.
Pengetahuan IPR sumur yang akurat merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan perencanaan operasi produksi,
dimana dengan IPR yang akurat dapat dirancang peralatan
produksi yang sesuai, misal penentuan ukuran pompa yang
tepat.
IPR sekarang di kelompok kan berdasarkan fase dari produksi
fulida sumur minyak dan gas bumi tsb yaitu :
a. IPR 1 Fase
Sesuai dg definisi PI, maka utk membuat grafik IPR, perlu
diketahui data :
• Laju produksi
• Tekanan alir dasar sumur
• Tekanan statis
Data pertama diperoleh dari test produksi, sedangkan data yg
kedua & ketiga didapat dr test tekanan pd sumur tsb.
Berdasar ketiga data tsb, dibuat IPR sesuai dg kondisi aliran
fluidanya, satu fasa ataukah dua fasa. Contok keoralsi 1 fase
adalah persamaan darcy.

85
Prosedurnya pembuatan IPR satu Fase :
Tentukan PI dg pers PI = q / ( ps – pwf )
• Tentukan laju produksi maksimum (potensial), dengan
qmax = Ps . PI
• Buat salib sumbu pada kertas grafik (mm), tekanan pada
sumbu vertikal dan laju produksi pada sumbu horisontal.
• Plot harga Ps pada sumbu vertikal (pada q = 0)
• Plot harga qmax , pada Pwf = 0
• Hubungkan kedua titik tsb, dmn garis hubung ini
merupakan garis IPR.

b. IPR 2 Fase
Untuk aliran dua fasa (minyak & gas), pembuatan IPR terbagi
dalam 3 cara, tergantung pada harga Ps dan Pwf dari hasil test,
dibandingkan dg tekanan titik gelembung (Pb).
Beberapa korelasi untuk 2 fase yaitu :
• Persamaan Standing
• Persamaan Uhri dan Blount
• Persamaan Fetkovich
• Persamaan Eckmeir
Prosedur pembuatan IPR 2 Fase dengan metode vogel Ps< Pb
bila yaitu :
o Bila Ps< Pb, prosedurnya :
o Dg memakai pers

qo Pwf Pwf 2
= 1 − 0,2 − 0,8( )
(qo ) max Ps Ps

86
, tentukan qmax (berdasarkan data test produksi dan tekanan)
o Secara tabulasi buat hubungan antara Pwf vs q, dg
memakai pers di atas atau dg kurva dasar IPR. Harga
Pwf dianggap antara Pwf = 0, dan Pwf = Ps
o Buat salib sumbu, tekanan pd sumbu vertikal dan laju
produksi pada sumbu horisontal
o Plot pada kertas grafik, hasil tabulasi pada langkah 2
o Hubungkan titik-titik tersebut, garis ini merupakan
garis IPR

Prosedur pembuatan IPR 2 Fase dengan metode vogel Ps > Pb


bila yaitu :
Prosedurnya :
1. Buat salib sumbu, dmn tekanan pada sumbu
vertikal & laju produksi pada sumbu horisontal, pd
kertas garfik millimeter.
2. Plot Ps pada q = 0, dan Pwf test serta q test

87
3. Karena Pwf test > Pb, maka titik (q,Pwf)test
terletak pd bagian grafik IPR yg linier. Dg dmkn,
utk membuat grafik IPR yg linier, hubungkan titik
Pwf = Ps dg titik (q,Pwf)test, dg garis lurus.
4. Buat grs horisontal ke kanan
5. Perpanjang grs hubung, langkah 3, sampai
memotong grs dari langkah 4. Titik potong ini,
memberikan laju aliran pada saat Pwf = Pb, yaitu
qb. Selain dr itu qb juga dapat ditentukan dari pers
: qb = PI (Ps – Pwf) dmn :

qtest
PI =
Ps − Pwf .test
6. Tentukan qmax, dan plot qmax tsb pada kertas grafik
7. Buat hubungan persamaan, dg cara tabulasi spt yg telah
dibahas sebelumnya, dan plot harga-harga tsb.
8. Hubungkan titik-titik tsb mulai dari titik (qb , Pb) dari langkah
5

c. IPR 3 Fase
Metode ini dikembangkan dengan menggunakan simulator,
yang juga digunakan untuk mengembangkan kurva IPR
gas dan minyak.
Anggapan yang digunakan pada waktu pengembangan metode
ini adalah:
1. Faktor Skin sama dengan nol
2. Gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan
mengalir bersama - sama, secara radial dari reservoir menuju
lubang sumur.
3. Persentase/kadar air dalam laju produksi total Water Cut (WC)

88
diketahui.

Rumus yang digunakan adalah ;

2
qo  Pwf  P 
= Ao + A1   + A2  wf 
qt max  Pr   Pr 

An , (n = 0,1, dan 2) adalah konstanta persamaan yang harganya


berbeda untuk “water cut” yang berbeda, persamaannya adalah
:

An = Co + C1 (water − cut ) + C2 (water − cut ) 2


dimana:
Cn = konstanta untuk masing - masing harga An (dalam Tabel).

Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang


sumur terdiri dari tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka
dalam pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke
lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi dari Metode
Pudjo Sukarno.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total
digunakan parameter water cut, yaitu perbandingan laju
produksi air dengan laju produksi cairan total. Harga water
cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir dasar sumur,
yaitu makin rendah tekanan alir dasar sumur, makin tinggi
harga water cut .Di bawah ini adalah Konstanta Cn untuk masing
– masing An

89
An C0 C1 C2

Ao 0.980321 - 0.17905x10-4
0.115661x10-1

A1 -0.414360 0.392799x10-2 0.237075x10-5

A2 -0.564870 0.762080x10-2 -
0.202079x10-4

Di bawah ini adalah contok kurva ipr 3 fase dengan korelasi


pudjo sukarno

BAB 4.3. NODAL ANALISIS


System sumur produksi, yang menghubungkan antara formasi
produktif dengan separator, dapat dibagi menjadi enam
komponen, seperti ditunjukan digambar di bawah ini , yaitu

90
1. Komponen formasi produktif/ reservoir
Dalam komponen ini fluida reservoir mengalir dari batas
reservoir menuju ke lubang sumur, melalui media berpori.
Kelakuan aliran fluida dalam media berpori ini , yang dinyatakan
dalam bentuk hubungan antara tekan a alir di dasar sumur
dengan laju produksi.
2. Komponen komplesi
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack di dasar lubang
sumur akan mempengruhi aliran fluida dari formasi ke dasar
lubang sumur. Berdasarkan analisa di komponen ini, dapat

91
diketahui pengaruh jumlah lubang perforasi ataupun adanya
gravel pack terhadap laju produksi sumur.
3. Komponen tubing
Fluida multifasa yang mengalir dalam pipa tegak maupun miring,
akan mengalami kehilangan tekanan yang besarnya antara lain
tergantung dari ukuran tubing. Dengan demikian analisa tentang
pengaruh ukuran tubing terhadap laju produksi dapat dilakukan
dalam komponen ini.
4. Ukuran pipa
Pengaruh ukuran pipa salur terhadap laju produksi yang
dihasilkan suatu sumur, Dapat dianalisa dalam komponen ini
seperti halnya pengaruh ukuran tubing, dalam komponen tubing.
5. komponen restriksi/ jepitan
Jepitan yang dipasang di kepala sumur atau di dalam tubing
sebagai safety valve, akan mempengruhi besar laju produksi
yang dihasilkan dari suatu sumur. Pemilihan ataupun analisa
tentang pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi dapat
dianalisa di komponen ini.
6. Komponen separator
Laju produksi suatu sumur dapat berubah dengan berubahnya
tekanan kerja separator. Pengruh perubahan tekanan kerja
separator terhadap laju produksi untuk sistim sumur dapat
dilakukan di komponen ini.
Keenam komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi
sumur yang akan dihasilkan. Laju produksi yang optimum dapat
diperoleh dengan cara memvariasikan ukuran tubing, pipa salur,
jepitan , dan tekanan kerja separator. Pengaruh kelakuan aliran
fluida di masing-masing komponen terhadap system sumur
secara keseluruhan akan dianalisa, dengan menggunakan
analisa system nodal.
Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana
di titik pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi

92
keseimbangan masa ataupun keseimbangan tekanan. Hal ini
berarti bahwa masa fluida yang keluar dari suatu komponen
akan sama dengan masa fluida yang masukke dalam komponen
berikutnya yang saling berhubungan atau tekanan di ujung suatu
komponen akan sama dengan tekanan di ujung komponen yang
lain yang berhubungan. Dalam system sumur produksi dapat
ditemui 4 titik nodal, yaitu :
▪ 1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif / reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi
sumur adalah open hole atau pertemuan antara komponen
tubing dengan komponen komplesi yang diperforasi atau
bergravel pack
▪ 2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen
tubing dan pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan
jepitan atau merupakan pertemuan komponen tubing dengan
komponen jepitan bila sumur dilengkapi jepitan.
▪ 3. Titik nodal di separator
Pertemuan antara komponen pipa salur dengan komponen
separator merupakan suatu titik nodal.
▪ 4. Titik nodal di “upstream/ downstream” jepitan
titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara komponen
jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan dipasang di
tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara
komponen tubing di permukaan dengan komponen jepitan
apabila jepitan dipasang di kepala sumur.

Analisa sistim nodal terhadap suatu sumur, diperlukan untuk


tujuan :

93
▪ Meneliti kelakuan aliran fluida reservoir di setiap komponen
sistim sumur untuk menentukan pengaruh masing-masing
komponen tersebut terhadap sistim sumur secara
keseluruhan.
▪ Menggabungkan kelakuan aliran fluida reservoir di seluruh
komponen sehingga dapat diperkirakan laju produksi
sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap
sistem sumur sacara keseluruhan, dipilih titik nodal terdekat
dengan komponen tersebut. Sebagai contoh apabila ingin
mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi
sumur, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau apabila ingin
diketahui pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap produksi
maka dipilih titik nodal di dasar sumur.
Perencanan sistem sumur produksi ataupun perkiraan laju
produksi dari sistem sumur yang telah ada dengan
menggunakan Analisa Sistem Nodal ini sangat tergantung dari
ketelitian dan tepatnya pemilihan korelasi/metoda kelakuan
aliran fluida reservoir yang digunakan dalam analisa.
Penyelesaian Analisa Sistem Nodal ini selain disesuaikan
dengan komputer juga dapat diselesaikan dengan kurva-kurva
“Pressure Traverse”, asalkan kurva-kurva yang digunakan
dibuat khusus untuk lapanga berdasarkan korelasi yang dipilih.

A. Penggunaan Kurva Pressure Traverse Untuk Menghitung


Kehilangan Tekanan Aliran Dalam Pipa
Kurva pressure traverse yang telah dibuat khusus untuk suatu
lapangan dapat digunakan untuk memperkirakan kehilangan
tekanan aliran dalam pipa dengan hasil yang baik.
Dengan menggunakan pressure traverse untuk ukuran tubing/
pipa salur, kedalaman sumur atau panjang pipa salur, laju
produksi cairan, tempat jepitan dipasang dan perbandingan gas
cairan yang tertentu, maka dapat diperkirakan :

94
1. Tekanan kepala sumur apabila tekanan alir dasar sumur
diketahui dan sebaliknya dapat ditentukan tekanan dasar
sumur apabila tekanan kepala sumur diketahui.
2. Tekenan kepala sumur apabila tekanan separator diketahui
dan sebaliknya tekanan di separator dapat ditentukan
apabila tekanan kepala sumur diketahui.
3. Tekanan downstream jepitan di permukaan apabila
tekanan di separator diketahui.
4. Tekanan downstream jepitan di tubing apabila tekanan
kepala sumur diketahui.
5. Tekanan upstream jepitan di tubing apabila tekanan dasar
sumur diketahui

Prosedur penggunaan kurva pressure treverse untuk


menentukan tekanantekanan yang disebutkan di atas adalah
sama, maka secara umum akan digunakan istilah tekanan
upstream dan downstream. Yang termasuk tekanan upstream
adalah :
1. Tekanan kepala sumur apabila diperkirakan dari tekanan
separator.
2. Tekanan dasar sumur apabila diperkirakan dari tekanan
kepala sumur.
3. Tekanan setelah jepitan apabila diperkirakan dari tekanan
separator, untuk jepitan di kepala sumur.
4. Tekanan setelah jepitan apabila diperkirakan dari tekanan
kepala sumur.

Sedangkan yang termasuk tekanan downstream adalah :


1. Tekanan kepala sumur apabila diperkirakan dari tekanan
dasar sumur.

95
2. Tekanan kepala sumur apabila diperkirakan berdasarkan
tekanan downstream jepitan di tubing.
3. Tekanan di separator apabila diperkirakan dari kepala
sumur atau dari downstream jepitan di permukaan.
4. Tekanan sebelum jepitan apabila diperkirakan berdasarkan
tekanan alir dasar sumur (untuk jepitan dalam tubing).

▪ Menghitung tekanan upstream atau downstream secara


grafis
Sebelum membahas prosedur perhitungan tekanan upstream
ataupun downstream, akan diuraikan lebih dahulu tentang kurva
pressure traverse. Gambar gambar di bawah ini adalah contoh
kurva pressure traverse masing-masing untuk aliran tegak dan
aliran datar. Gambar-gambar tersebut menunjukan hubungan
antara tekanan (di sumbu datar) dan kedalaman (di sumbu
tegak).
Pada sumbu kedalaman, harga kedalaman makin meningkat
kearah bawah.di sudut kanan atas, di cantumkan data laju
produksi, ukuran tubing atau pipa salur, API gravity minyak, dan
lapangan dimana kurva pressure traverse tersebut
dikembangkan. Garis-garis lengkung adalah gradient tekanan
aliran untuk berbagai harga perbandingan gas-cairan.
Dengan demikian satu kurva tekanan aliran berlaku untuk ukuran
tubing atau pipa salur, laju produksi cairan dan perbandingan
gas-cairan tertentu.
Prosedur perhitungan tekanan upstream atau downstream untuk
aliran dalam pipa, dengan menggunakan kurva adalah berikut :
Langkah 1. Siapkan data penunjang :
o Panjang pipa (D)
o Diameter pipa (dt)
o Laju produksi (qL)

96
o Kadar air (KA)
o Perbandingan gas-cairan (GLR)
o Tekanan upstream atau downstream (P)
Langkah 2. Berdasarkan qL, KA, dan dt, pilih kurva pressure
traverse yang sesuai.
Langkah 3. Pilih garis gradient tekanan alir yang sesuai dengan
GLR.
Langkah 4. Tekanan downstream ditentukan sebagai berikut :
a. Plot tekanan upstream di sumbu tekanan pada grafik pressure
traverse.
b. Dari titik tekanan upstream tarik garis tegak ke bawah sampai
memotong garis gradient aliran di langkah 3.

97
kurva Pressure Traverse Untuk Aliran Tegak

Kurva Pressure Traverse Untuk Aliran Mendatar

a. Plot tekanan upstream di sumbu tekanan pada grafik pressure


traverse.
b. Dari titik tekanan upstream tarik garis tegak ke bawah sampai
memotong garis gradient aliran di langkah
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar kekiri sampai
memotong sumbu panjang (untuk pipa datar) atau kedalaman
(untuk pipa tegak). Baca harga panjang/ kedalaman ekivalen
tekanan upstream.

98
d. Hitung panjang atau kedalaman ekivalen tekanan
downstream, yaitu :

e. Pilot panjang/ kedalaman ekivalen tekanan downstream pada


sumbu panjang/ kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai
memotong garis gradien aliran di langkah 3.
g. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas, sampai
memotong garis sumbu tekanan. Titik potong ini adalah tekanan
downstream.
Langkah 5. Tekanan upstream ditentukan sebagai berikut :
a. Plot tekanan downstream di sumbu tekanan pada grafik
pressure traverse.
b. Dari titik tekanan downstream tarik garis tegak ke bawah
sampai memotong garis gradient aliran di langkah 3.
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai
memotong sumbu panjang atau kedalaman. Baca panjang/
kedalaman tersebut dan harga ini disebut panjang/ kedalaman
ekivalen tekanan downstream.
d. Hitung panjang atau kedalaman ekivalen tekanan upstream,
yaitu :

e. Plot panjang/ kedalaman ekivalen tekanan upstream pada


sumbu panjang/ kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai
memotong garis gradient aliran di langkah 3.

99
g. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas sampai
memotong sumbu tekanan. Titik potong ini adalah tekanan
upstream.
Contoh penyelesaian secara grafis dengan menggunakan kurva
pressure traverse ini diberikan dalam contoh soal berikut ini.
Contoh soal menghitung tekanan downstream untuk aliran fluida
dalam pipa secara grafis.
Diketahui :
o Diameter tubing = 2 in
o Panjang tubing = 5500 ft
o Laju aliran total = 1000 bbl/ hari
o Kadar air = 0%
o Perbandingan gas cairan = 200 SCF/ STB
o Tekanan dasar sumur (upstream), Pwf = 2150 psi
Tentukan tekanan di kepala sumur (downstream), Pwh
Perhitungan :
1. Berdasarkan q = 1000 bbl/ hari, KA = 0% dan dt = 2”
Pilih grafik pressure traverse, seperti di tunjukan pada gambar
di bawah ini.
2. Pilih garis gradien aliran untuk GLR =200 SCF/ STB
3. Plot Pwf pada sumbu tekanan grafik gambar 2-3.
4. Buat garis tegak ke bawah sampai memotong garis GLR =200
SCF/ STB
5. Dari titik potong tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai
memotong
sumbu ke dalam, yaitu pada kedalaman = 7700 ft.
6. Kedalaman ekivalen Pwh = (7700-5500) = 2200 ft.
7. Plot kedalaman 2200 ft pada sumbu kedalaman.

100
8. buat garis mendatar ke kanan mulai dari titik kedelaman 1800
ft tersebut, sampai memotong garis gradient tekanan aliran
untuk GLR =200 SCF/ STB.
9. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas sampai
memotong sumbu tekanan, yaitiu Pwh = 350 psi
10. Tekanan kepala sumur = 350 psi

Perhitungan Tekanan Downstream


Contoh soal menghitung tekanan upstream untuk aliran fluida
dalam pipa secara grafis
Diketahui :
o Diameter pipa salur = 2,5”
o Panjang pipa salur = 14800 ft
o Laju aliran total = 600 bbl/ hari

101
o Perbandingan gas cairan =1000 SCF/ STB
o Apabila tekanan separator (downstram) =180 psi
Tentukan tekanan upstream
Perhitungan :
Berdasarkan q = 600 bbl/ hari, dt = 2,5” Pilih grafik pressure
traverse untuk aliran horizontal seperti di tunjukan pada gambar
Perhitungan Tekanan upstream.
1. Plot tekanan separator =180 psi pada sumbu tekanan.
2. Buat garis tegak ke bawah dari titik di langkah 2, sampai
memotong garis GLR=1000 SCF/ STB
3. Dari titik potong tersebut buat garis mendatar ke kiri
sampai memotong sumbu panjang, yaitu = 4600 ft.
4. Panjang ekivalen Psep adalah 4600 ft.
5. Hitung panjang ekivalen Pwh, yaitu : 11800 + 4600 =
16400 ft
6. Plot panjang ekivalen 16200 ft pada sumbu panjang.
7. Buat garis mendatar ke kanan sampai memotong garis
gradient aliran untuk GLR=1000 SCF/ STB.
8. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas sampai
memotong sumbu tekanan, yaitiu 340 psi
9. Tekanan kepala sumur (upstream) = 340 psi

102
Bab 5.3. Artificial Lift
adalah metode pengangkatan fluida sumur dengan cara
memasukkan tenaga tambahan ke dalam sumur (bukan ke
dalam reservoir) di mana metoda ini diterapkan apabila tenaga
alami reservoir sudah tidak mampu lagi mendorong fluida ke
permukaan atau untuk maksud–maksud peningkatan produksi.
Jenis jenis artificial lift untuk pengangkatan buatan sumur ada
banyak di antara yaitu :
❖ Sucker Rod Pump ( SRP )
❖ Electrical Sumersiblem Pump ( ESP )
❖ Gas Lift
❖ Progressive Cavity Pump ( PCP )
❖ Plunger Lift
❖ Jet Pump
Untuk memilih salah satu metode artificial lift yang tepat untuk
suatu sumur ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode artificial lift. Nama metode pemilihan artificial lift ini
biasa di sebut screening artificial lift yang di mana di lakukan
pemilihan dengan berupa table screening atau beberapa seleksi
dengan menggunakan beberapa indikator. Adapun faktor yang
perlu diperhatikan dalam memilih metode artificial lift, antara lain
yaitu :
❖ Lokasi
Lokasi sumur apakah berada di onshore atau di offshore contoh
nya yaitu jika sumur berada di offshore maka dari semua artificial
lift yang paling cocok adalah gas lift.
❖ Energi
Energy yang ada pada sumur contoh nya di sumur tersebut
terdapat produksi gas yang sangat tinggi atau memiliki GOR
yang sangat tinggi maka artificial lift yang paling cocok adalah
gas lift

103
❖ Kondisi Reservoir
Dimana kondisi reservoir apakah berlapis lapis atau terdiri dari
satu reservoir saja
❖ Kondisi Fluida
Di lihat dari hasil produksi dari sumur tsb apakah minyak atau
gas atau kah kondensate
❖ Kondisi Wellbore
Sangat mempengarihi kondisi lubang bor , jika kondisi lubang
bor berarah atau horizontal well maka sangat tidak di anjurkan
memasang artificial lift jenis sucker rod pump.
❖ Operating & Capital Cost
Yaitu biaya pada pemasangan artificial lift di banding hasil yang
akan di dapat kan kelak
❖ Prediksi Performa Sumur
Melihat kedpan atau future dari sumur tsb apakah mengalami
decline atau penurunan performa lainnya
❖ Produksi Sumur
Laju alir atau keadaan produksi sumur saat berpengaruh di mana
sumur apakah sudah tidak optimal lagi atau memang sudah
tidak berproduksi lagi
❖ Problem Produksi
Apakah di sumur mengalami problem speerti sand problem atau
sejenisnya karna sangat berpengaruh jika kita salah maemsang
artificial lift contoh nya jika di atas 110 ppm sand problem nya
maka tidak di anjurkan memasang sucker rod pump.
❖ Kedalaman sumur
Sangat berpengaruhi karna tidak mungkin untuk di sumur dalam
kita memsang artificial lift seperti pcp.

104
Jadi contoh di atas adalah beberapa kriteria di atas untuk tahap
screening atau pemilihan artificial lift yang tepat.
Oke di bawah ini akan di jelaskan lebih detail tentang sucker rod
pump , electrical submersible pump dan gas lift.

a) Sucker Rod Pump


SRP umumnya digunakan didunia perminyakan karena relatif
murah dan mudah pengoperasiannya. Sumur dengan laju
produksi dari yang sangat rendah sampai menengah (moderate)
(lebih rendah dari 2000 bpd) sangat cocok menggunakan
pompa SRP dalam pengangkatan fluida produksi ke permukaan.
SRP dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi counterbalance,
yaitu :
a.Cank balanced-conventional dan Mark II
b.Beam balanced – conventinal
c.Air balanced- front mounted
Prinsip kerjanya dengan mengangkat fluida dengan energi dari
prime mover permukaan yang ditransfer ke subsurface pump
yang diletakkan di dalam sumur.
ketika gerakan plunger kebawah ( downstroke ), standing valve
akan tertutup karena ditekan fluida di atasnya, travelling valve
terbuka karena mendapat dorongan dari fluida di working barrel,
fluida bergerak masuk dari barrel ke plungernya.
Pada gerakan ke atas ( up stroke ), travelling valve tertutup,
standing valve terbuka karena efek penghisapan, fluida masuk
dari sumur ke working barrel karena effek penghisapan tersebut.
working barrel digunakan untuk tempat naik dan turunnya
plunger dan sebagai tempat pengumpul cairan.

105
Peralatan pada artificial lift sucker rod pump (dapat di kelompok
kan menjadi tiga bagian ), yaitu :
1. Prime Mover
Fungsi dari prime mover adalah mengalirkan sumber tenaga
yang dapat menggerakkan pompa sehinga fluida dapat naik ke
permukaan. Je nis prime mover ada dua macam, yaitu elektrik
dan engine. Pemilihan jenis prime mover yang akan digunakan
disesuaikan dengan keberadaan listrik dan sumber gas yang
ada.

106
2. Surface Equipment
Fungsi dari surface equipment adalah memindahkan sumber
energy dari prime mover ke unit peralatan pompa di dalam
sumur sehingga gerak putar prime mover diubah menjadi gerak
naik turun sucker rod dan diperoleh kecepatan pompa yang
diinginkan.
Adapun bagian-bagian dari surface equipment :
a. Gear reducer,merupakan rangkaian roda gigi yang berfungsi
untuk mengurangi kecepatan prime mover. Hal ini penting
karena kecepatan putar motor pada prime mover akan
mempengaruhi kecepatan pompa.
b. V-Belt, merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari
prime mover ke gear reducer.
c. Crank, fungsinya menghubungkan crank shaft pada gear
reducer dengan counter weight untuk mengatur stroke length
dengan mengubah posisi dari pitman bearing
d. Counter weight, berfungsi sebagai menyeimbangkan gerakan
saat upstroke dan downstroke dengan cara menyimpan tenaga
prime mover pada saat down stroke dimana tenaga yang
diperlukan minimum dan mengeluarkan tenaga pada saat
upstroke sehingga terjadi perataan pembebanan.
e. Pitman, fungsinya untuk menghubungkan pitman bearing
dengan walking beam yang berfungsi mengubah gerak putar
menjadi gerak naik turun.
f. Walking beam, fungsinya untuk meneruskan gerak naik turun
yang dihasilkan
oleh rangkaian pitman-counter weight-crank ke rangkaian yang
ada di dalam sumur melalui polished rod.
g. Carrier bar, fungsinya sebagai tempat bergantungnya
polished rod dan rangkaian sucker rod yang ada di dalam sumur

107
h. Polished Rod, merupakan bagian teratas dari rangkaian rod
yang muncul di permukaan dan berfungsi menghubungkan
antara rangkaian rod di dalam sumur dengan peralatan-
peralatan dipermukaan
i. Stuffing box, merupakan tempat kedudukan polished rod
sehingga polished rod dapat naik turun dengan bebas dan
berfungsi untuk mengisolasi sumur dan mencegah agar fluida
tidak ikut keluar waktu naik turunnya polished rod.
j. Sampson Post, sebagai penyangga walking beam.
k. Briddle , tempat menggantungkan carrier bar.
l. Flow Tee, untuk mengalirkan fluida ke flowline.
m. Flow line, fungsinya sebagai tempat mengalirnya fluida hasil
pemompaan.
3. Subsurface Equipment
Peralatan bawah permukaan berfungsi sebagai pompa untuk
mengangkat fluida pada formasi ke permukaan. Bagian
peralatan bawah permukaan sebagai berikut :
a. Working Barrel merupakan tempat dimana plunger dapat
bergerak naik turun dan berfungsi sebagai tempat menampung
fluida sebelum fluida diangkat plunger pada saat upstroke.
Pompa di bawah permukaan berdasarkan working barrel ada
dua macam, yaitu tubing pump dan rod pump (insert pump).
Dikatakan tubing pump karena posisi barrel dari pompa menyatu
dengan tubi ng sehingga waktu sucker rod dicabut pada saat
servis maka barrel tetap berada di bawah tidak ikut tercabut.
Sedangkan rod pump, posisi dari barrel menyatu dengan sucker
rod sehingga bila sucker rod dicabut saat servis maka barrel
akan ikut tercabut
b. Plunger merupakan bagian dari pompa yang terdapat di
dalam working barrel yang berfungsi untuk mengangkat fluida
dari reservoir ke permukaan .

108
c. Travelling Valve merupakan katup yang berada di bawah
plunger yang bergerak sesuai dengan pergerakan plunger,
dimana posisinya akan terbuka pada saat downstroke sehingga
fluida dapat masuk ke dalam plunger. Posisinya akan tertutup
pada saat upstroke sehingga dapat menahan fluida yang sudah
masuk ke dalam plunger agar tidak keluar.
d. Standing Valve merupakan katup yang berada pada bagian
bawah working barrel dimana posisinya akan terbuka pada saat
upstroke sehingga fluida dari dalam sumur dapat masuk ke
dalam working barrel. Posisinya akan tertutup pada saat
downstroke sehingga menahan fluida yang sudah masuk ke
dalam working barrel agar tidak keluar.
e Sucker rod merupakan batang besi yang menjadi tempat
bergantungnya plunger dan berfungsi meneruskan gerak naik
turun dari surface equipment ke unitpompa di bawah
permukaan. Dalam perencanaan sucker rod diusahakan agar
rod yang dipakai ringan sehingga untuk kedalaman yang besar
pemakaian rod harus dikombinasikan (tapered rod string).
f. Seating nipple merupakan tempat dudukan dari standing valve
sehingga standing valve tidak terlepas pada saat upstroke atau
downstroke.
g. Tubing berfungsi mengalirkan fluida dari dasar sumur ke
permukaan dimana fluida mengalir melalui ruang antar sucker
rod dan tubing
Faktor-faktor penting dalam perencanaan sucker rod pump
adalah pump displacement yang sesuai dengan laju produksi
yang diharapkan dan efisiensi pompa. Adapun parameter yang
mempengaruhi banyaknya volume fluida yang diangkatoleh
pompa adalah diameter plunger, stroke length dan kecepatan
pompa.
Hubungan ketiga parameter tersebut dapat dilihat pada
persamaan di bawah ini
PD = 0,1166 x Sp x N x Dp2

109
dimana :
PD = kapasitas pompa (B/D)
Sp = stroke length effective (in)
N = kecepatan pompa (stroke/ menit)
Dp = diameter plunger (in)
Besarnya kapasitas pompa akan menunjukkan laju produksi
yang dihasilkan.
Akan tetapi, besarnya kapasitas pompa di bawah permukaan
ternyata tidak sama dengan produksi yang dihasilkan waktu
sampai di permukaan. Hal ini dikarenakan adanya kapasitas
yang hilang saat fluida mengalir ke permukaan. Oleh karena itu,
untuk memperoleh nilai yang objektif dari laju produksi yang
dihasilkan oleh pompa, maka kapasitas pompa dikalikan dengan
ef isiensi pompa. Efisiensi pompa biasanya dinyatakan dalam
bentuk persen dan umumnya kurang dari 100% yaitu antara 70%
- 80%.
Hubungan laju produksi, kapasitas pompa dan efisiensi pompa
dapat dilihat pada persamaan berikut
Qf = Ev x PD
dimana :
Qf = laju produksi fluida (BFPD)
Ev = efisiensi pompa
PD = kapasitas pompa (BFPD)

b) Electrical Submersible Pump


Electric Submergsible Pump (ESP) merupakan salah satu
metode pengangkatan buatan yang banyak dipakai oleh
perusahaan minyak untuk memaksimalkan perolehan minyak.

110
Pada dasarnya Pompa Benam Listrik adalah pompa sentrifugal
bertingkat banyak, dimana setiap tingkat terdiri dari dua bagian,
yaitu impeller (bagian yang berputar) dan diffuser (bagian yang
diam) serta memiliki poros yang dihubungkan langsung dengan
motor penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga
listrik yang di supplai dari permukaan dengan perantaraan kabel
listrik. Sedangkan sumber listrik diambil dari power plant yang
ada di lapangan minyak.

Prinsip kerja pompa esp Motor listrik berputar pada kecepatan


relatif konstan, memutar pompa (impeller) melewati poros
(shaft) yang disambungkan dengan bagian protektor. Power
disalurkan ke peralatan bawah permukaan melalui kabel listrik
konduktor yang di klem pada tubing. Cairan memasuki pompa
pada bagian intake dan dilepas ke tubing ketika pompa sedang
beroperasi. Kelakuan pompa berada pada harga efisiensi
tertinggi apabila hanya cairan yang terproduksi. Tingginya
volume gas bebas menyebabkan operasi pompa tidak efisien.

111
Secara umum peralatan Pompa Benam Listrik dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu peralatan di bawah permukaan dan
peralatan di atas permukaan. Peralatan Bawah Permukaan
Peralatan ini dalam satu kesatuan di ujung tubing produksi dan
dibenamkan ke dalam fluida sumur.
Adapun peralatan untuk bawah permukaan adalah sebagai
berikut:
1. PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang
mencatat tekanan dan temperatur dalam sumur. Secara umum
PSI unit mempunyai 2 komponen pokok, yaitu:

112
a. PSI Down Hole Unit
Dipasang di bawah Motor Type Upper atau Center Tandem,
karena alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang
seolah-olah merupakan bagian dari motor tersebut.
b. PSI Surface Readout
Merupakan bagian dari sistem yang mengontrol kerja Down Hole
Unit serta menampakkan (display) informasi yang diambil dari
Down Hole Unit.
2. Motor
Motor ini berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi unit pompa
(prime mover). Merupakan motor induksi tiga fasa yang terdiri
dari dua kumparan, yaitu stator (bagian yang diam) dan rotor
(bagian yang bergerak) .

Rotor ini dihubungkan dengan poros yang terdapat pada pompa


(shaft) sehingga impeller pompa akan berputar. Karena
diameter luarnya terbatas (tergantung diameter casing), maka
untuk mendapatkan horse power yang cukup maka motor dibuat

113
panjang dan berganda (tandem). Motor ini diisi dengan minyak
yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength) tinggi.
Minyak tersebut selain berfungsi sebagai pelumas juga
berfungsi sebagai tahanan (isolasi)
dan sebagai penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh
perputaran rotor ketika motor tersebut bekerja. Panas tersebut
dipindahkan dari rotor ke housing motor yang selanjutnya
dibawa ke permukaan oleh fluida sumur yang terproduksi.
3. Protektor
Protektor dipasang di antara intake dan motor listrik yang
mempunyai 4 (empat) fungsi utama, yaitu: untuk mengimbangi
tekanan motor dengan tekanan di annulus, sebagai tempat
duduknya Thrust Bearing (yang mempunyai bantalan axial dari
jenis marine type) untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan
oleh pompa, sebagai penyekat masuknya fluida sumur ke dalam
motor listrik serta memberikan ruang untuk pengembangan /
penyusutan minyak motor sebagai akibat dari perubahan
temperatur dalam motor listrik pada saat bekerja atau saat
dimatikan.
4. Intake (Gas Separator)
Intake / Gas Separator dipasang di bawah pompa dengan cara
menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake
ada yang dirancang untuk mengurangi volume gas yang masuk
ke dalam pompa, disebut Gas Separator, tetapi ada juga yang
tidak yang disebut Intake atau Standart Intake.
5. Unit Pompa
Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang
terdiri dari:
impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa).
Di dalam housing pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap
stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser. Jumlah stage
yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi langsung
dengan Head Capacity dari pompa tersebut. Pemasangannya

114
bisa menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari
Head Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari
lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan bagian yang
bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh
stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage
dipasang tegak lurus pada poros pompa yang berputar pada
housing. Prinsip kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk ke
dalam pompa melalui intake akan diterima oleh stage paling
bawah dari pompa, impeller akan mendorongnya masuk,
sebagai akibat proses sentrifugal maka fluida akan terlempar
keluar dan diterima oleh diffuser. Oleh diffuser, tenaga kinetis
(velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial (tekanan)
dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida
memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada saat
masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus menerus sehingga
tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages,
artinya semakin banyak stages yang dipasangkan, maka
semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.

115
6. Unit Kabel Listrik
Power cable gunanya untuk mengalirkan arus listrik dari
switchboard ke motor. Power yang dibutuhkan oleh motor
disalurkan dari permukaan melalui kabel listrik yang dilapisi
dengan penyekat. Kabel ini ditempatkan sepanjang tubing
dengan Clamp. Unit kabel ini terdiri atas tiga buah kabel
tembaga yang satu sama lain dipisahkan dengan pembalut
terbuat dari karet dan keseluruhannya dibungkus dengan
pelindung baja. Ada dua jenis kabel, yaitu flat cable (pipih) dan
round cable (bulat), yang penggunaannya tergantung pada
besarnya ruang (clearances) yang tersedia.
Komponen power cable:
· Armor, terbuat dari lapisan baja dan galvanize
· Lead jacket, terbuat dari timah
· Insulation, terbuat dari karet
· Conductor, terbuat dari tembaga sebagai penghantar arus
7. Check Valve dan Bleeder Valve
Check valve dipasang 2 – 3 joint di atas pompa, gunanya untuk
menahan liquid agar tidak turun ke bawah yang mana
mengakibatkan pompa berputar terbalik sewaktu pompa mati.
Bleeder valve berada 1 joint di atas check valve digunakan untuk
mengeringkan fluida ke annulus bila suatu bar (besi) dijatuhkan
dalam tubing untuk membukanya.
8. Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser
atau selalu ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi,
sehingga kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.

Peralatan di Atas Permukaan pada artificial lift ESP di atas


permukaan terdiri atas: Wellhead, Junction Box, Switchboard
dan Transformer.

116
1. Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger
khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack off atau
penetrator. Cable pack off ini biasanya tahan sampai tekanan
3000 psi. Tubing hanger dilengkapi juga dengan lubang untuk
hidraulic control line, yaitu saluran cairan hidraulik untuk
menekan subsurface ball valve agar terbuka.
2. Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara
switchboard dan wellhead yang berfungsi untuk tempat
sambungan kabel atau penghubung kabel yang berasal dari
dalam sumur dengan kabel yang berasal dari Switchboard.
Junction Box juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut
dalam kabel agar tidak menimbulkan kebakaran di switchboard.
3. Switchboard
Berfungsi sebagai pengendali atau kontrol peralatan pompa
yang ditenggelamkan ke dalam sumur. Alat ini merupakan
kombinasi dari motor starter, alat pelindung dari overload /
underload, alat pencatat tegangan serta kuat arus listrik selama
dalam kondisi operasi atau ammeter recording.
4. Transformer
Berfungsi sebagai pengubah tegangan dari primary voltage
menjadi voltage yang disesuaikan dengan kebutuhan motor
yang digunakan. Alat ini terdiri dari core atau inti yang dikelilingi
oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya baik core maupun
coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan
isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan jumlah
lilitan kawatnya.

c) Gas Lift
Gas lift adalah suatu cara pengangkatan fluida dari dasar sumur
dengan menggunakan gas yang bertekanan tinggi (minimal 250

117
psi) yang diinjeksikan ke dalam sumur (melalui katub gas lift)
dan membantu mengangkatnya.

Fluida terangkat dari dasar sumur ke permukaan karena :


1. Dorongan dari gas bertekanan tinggi melalui katub gas lift
2. Fluida dalam tubing (di atas katub operasi) menjadi lebih
ringan, karena densitasnya lebih rendah, viscositasnya lebih

118
rendah, perbandingan antara gas dan cairan (GLR, GOR) lebih
besar dibandingkan dengan fluida reservoir
3. Pressure loss yang terjadi di dalam tubing menjadi lebih kecil,
sehingga mengakibatkan adanya aliran dari dasar sumur ke
permukaan.

Ada dua cara pengangkatan buatan dengan metode gas lift,


yaitu penginjeksian secara kontinyu (continuous flow gas lift)
dan penginjeksian terputus-putus (intermittent flow gas lift)
1. Continuous Flow Gas Lift
Dalam continuous flow gas lift, volume yang kontinyu dari gas
bertekanan tinggi diinjeksikan ke dalam fluida dalam tubing
sehingga menurunkan harga tekanan alir pada dasar sumur dan
sumur tersebut dapat mengalirkan fluida yang ada di dalam
reservoir.
Metode ini digunakan pada sumur yang mempunyai Productivity
Index (PI) tinggi dan tekanan statis dasar sumur (Ps) tinggi,
relative terhadap kedalaman sumur, dimana PI tinggi besarnya
adalah > 0.5 B/D/psi dan Ps tinggi artinya dapat mengangkat
kolom cairan minimum 70% dari kedalaman sumur.
Pada tipe sumur ini, laju produksi berkisar antara 200 – 20000
B/D, melalui ukuran tubing yang normal.
Apabila aliran melalui casing, mungkin dapat mengangkat 80000
B/D

2. Intermittent Flow Gas Lift


Intermittent flow gas lift digunakan pada sumur-sumur dengan
volume fluida rendah atau sumur-sumur yang mempunyai
Produktivity Index (PI) rendah dan Ps rendah, dimana PI rendah
mampunyai besar < 0.5 B/D/psi dan Ps rendah artinya kolom
cairan yang terangkat kurang dari 70%.

119
Dalam intermittent flow gas lift, gas diinjeksikan secara
terputus-putus pada selang waktu tertentu sehingga dengan
demikian injeksi gas merupakan suatu siklus injeksi dan diatur
sesuai dengan rate fluida yang mengalir dari formasi ke lubang
sumur.
Intermittent flow gas lift juga dapat disesuaikan dengan gas
“multi-point” melalui lebih dari satu katub gas lift. Instalasi ini
harus direncanakan sehingga katub gas lift paling bawah
terbuka sementara slug paling bawah melewati masing-masing
katub. Secara normal, jenis pengangkatan seperti ini
dilaksanakan dengan menggunakan katub-katub fluid-operated
(tekanan fluida dalam tubing yang dominan).

Peralatan gas lift dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu


peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah
permukaan, dimana peralatan-peralatan tersebut saling
berhubungan dalam kelancaran proses gas lift. Peralatan di atas
permukaan adalah peralatan instalasi gas lift yang mencakup :
1. Well Head
Well head sebenarnya bukan alat khusus bagi gas lift saja tetapi
juga merupakan salah satu alat yang digunakan pada metode
sumur sembur alam, dimana dalam periode masa produksi, alat
ini berfungsi untuk menggantungkan tubing atau casing
disamping itu well head merupakan tempat dudukan x-mass
tree.
2. X-mass Tree
Gas diinjeksikan ke dalam annulus sesudah melalui motor yang
berfungsi mengatur jumlah gas yang masuk ke dalam sumur dan
tekanan gas injeksi dijaga agar konstan.
3. Stasiun Kompressor
Alat ini berfungsi untuk menaikan tekanan gas injeksi sesuai
dengan keperluan. Di dalam stasiun kompressor ini terdapat

120
beberapa buah kompressor yang dihubungkan dengan
manifold. Dari stasiun kompressor ini, gas bertekanan tinggi
dikirim ke sumur-sumur gas lift melalui stasiun distribusi.
4. Stasiun Distribusi
Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompressor ke sumur
terdapat beberapa cara, antara lain :
a. Sistem Distribusi Langsung
Di dalam stasiun ini terdapat system manifold yang menuju ke
sumur-sumur secara langsung, system ini kurang effisien
karena mampunyai beberapa kelemahan, anatra lain :
1. Penggunaan stasiun pusat compressor yang tidak rasionil
karena kebutuhan gas yang tidak sama untuk setiap sumur.
2. Pemakaian pipa transport gas yang panjang sehingga tidak
ekonomis.
b. Sistem Distribusi dengan Pipa Induk
System ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil,
tetapi adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan
sumur lainnya, jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas
maka sumur lain sumur lain bisa terpengaruh.
c. Sistem Distribusi dengan Stasiun Distribusi
System ini sangat rasional dan banyak dipakai, gas dibawa dari
pusat compressor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke
sumur-sumur dengan menggunakan pipa.
5. Peralatan Kontrol
Peralatan control yang digunakan dalam operasi gas lift :
a. Choke control dan regulator
Choke control adalah alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah
gas yang diinjeksikan, sehingga dalam waktu tertentu (saat
valve terbuka) gas tersebut dapat mancapai suatu harga
tekanan yang dibutuhkan. Choke control ini dilengkapi pula

121
dengan regulator yang berfungsi untuk membatasi gas injeksi
yang dibutuhkan. Bila gas injeksi cukup maka regulator akan
menutup. Choke control dan regulator tersebut hanya khusus
dipergunakan untuk intermittent gas lift.
b. Time cycle control
Alat ini berfungsi untuk mengontrol aliran gas injeksi dalam
intermittent gas lift untuk interval waktu tertentu. Time cycle
control dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Peralatan di bawah permukaan dari metode gas lift tidak


berbeda jauh dengan peralatan pada sumur sembur alam, hanya
pada gas lift ditambah dengan valve (katub) gas lift. Secara
umum pemakaian katup gas lift berfungsi untuk :
1. Untuk mengosongkan sumur dari fluida workover atau kill fluid
supaya injeksi gas dapat mencapai titik optimum di dalam
sumur.
2. Mengatur aliran injeksi gas ke dalam tubing baik proses
unloading maupun proses pengangkatan fluida.
Industri gas lift telah mengkategorikan katup gas lift tergantung
pada mana yang paling sensitive berpengaruh terhadap proses
membuka katup (valve), apakah tekanan casing (Ps) yang
disebabkan oleh kolom gas injeksi dalam casing atau tekanan
tubing (Pt) yang ditentukan oleh kolom fluida dalam tubing.
Sensitivitas ini ditentukan oleh konstruksi mekanik dari katup gas
lift. Tekanan yang bekerja pada bagian yang paling luas dari
katup (valves) merupakan tekanan yang paling dominan
berpengaruh pada valve tersebut.

Secara umum macam instalasi secara prinsip dipengaruhi oleh


apakah sumur itu akan ditempatkan sebagai aliran intermittent
atau aliran continyu, juga pemilihan jenis valve tergantung pada

122
sumur yang akan ditempatkan sebagai sumur intermittent gas
lift atau sebagai sumur continuous gas lift.
Kondisi sumur akan menentukan jenis instalasi yang akan dipilih.
Tipe complesi juga penting, misalnya openhole completion
perforated completion atau gravel packed completion. Selain itu
untuk perencanaan instalasi gas lift juga diperhatikan masalah
produksi pasir, water conning atau gas coning.
Dalam menentukan tipe instalasi awal harus bertitik tolak dari
kemampuan sumurnya termasuk tekanan dasar sumur dan
Productivity Index (PI).
Sumur di offshore membutuhkan analisa yang lebih menyeluruh
sebab ongkos workover di offshore tinggi.
1. Instalasi Terbuka (Open Installations)
Pada installasi ini tubing dipasang dalam sumur tanpa packer
dan standing valve, gas diinjeksikan melalui casing-tubing
annular dan fluida diproduksikan melalui tubing. Tipe ini baik
untuk continuous gas lift, dimana packer tidak dipasang dengan
suatu alasan seperti gas tidak dapat menyembur di sekitar
tubing. Jika instalasi ini digunakan pada intermittent gas lift
maka pada saat shut-down time fluida akan ke annulus casing.
2. Instalasi Setengah Terbuka (Semi Closed Installations)
Installasi setengah tertutup mirip dengan intallasi terbuka,
bedanya pada installasi ini dipasang packer dan tidak
menggunakan standing valve Installasi ini cocok untuk
continuous flow gas lift dan intermittent flow gas lift.
3. Instalasi Tertutup (Closed Installations)
Pada installasi tertutup mirip dengan instalasi setengah tertutup
hanya pada installasi tertutup dipasang packer dan standing
valve. Standing valve diletakan dibawah valve yang paling
bawah atau pada ujung tubing string, dimaksudkan untuk
mencegah masuknya gas yang diinjeksikan ke dalam
sumur.Standing valve ini dipasang pada installasi intermittent

123
gas lift dan dengan pemasangan ini akan menaikan laju
produksi.

Perencanaan Gas Lift


Sebelum perencanaan gas lift maka diadakan evalusi sumur
terlebih dahulu karena pengakajian ini menyangkut sejarah
sumur dari awal mulai diproduksikan beserta sifat-sifat sumur
tersebut hingga saat sumur direncanakan akan dilakukan
metode artificial lift dengan gas lift.
Informasi-informasi yang diperlukan antara lain :
1. Sejarah produksi
Sejarah produksi sumur yang harus dilihat adalah : ulah
produksinya, penurunan produksi yang disertai dengan kenaikan
air, penurunan tekanan atau penurunan GLR.
2. Tekanan dasar sumur
Tekanan dasar sumur static sebaiknya dapat ditentukan, bila
tidak tersedia maka dapat dipakai tekanan dasar sumur dari
sumur lain yang mempunyai
formasi produktif yang sama.
3. Kedalaman perforasi/zone yang produktif
Kedalaman ini diperlukan pada saat perencanaan dilakukan
mengingat semua parameter tergantung sekali dari kedalaman.
4. Tekanan balik di permukaan
Tekanan balik di permukaan sebagai akibat dari tekanan pada
separator, system pemipaan dan alat-alat lainnya yang
terpasang akan berpengaruh terhadap besarnya produksi.
5. Tekanan injeksi dan jumlah gas yang tersedia
Parameter ini yang sangat penting karena ini merupakan tenaga
yang kita berikan pada sumur ini agar bisa membantu
mengangkat minyak ke permukaan. Besarnya tekanan gas ini

124
mempengaruhi sampai kedalaman berapa gas bisa diinjeksikan
karena pada dasarnya dalam gas bisa diinjeksikan semakin
besar produksi bisa diharapkan.
6. Ukuran tubing
Ukuran tubing diperlukan karena selain setiap ukuran tubing
mempunyai kapasitas produksi maksimum yang berlainan, juga
ukuran tubing ini diperlukan untuk pemilihan curva gradient
aliran vertical pada saat membuat gas lift secara diagram.
Perancanaan installasi gas lift yang umum akan berdasarkan
prinsip-prinsip di bawah ini :
1. Valve sebagai titik injeksi atau biasa disebut operating valve
harus diletakkan sedalam mungkin sesuai dengan tekanan
injeksi gas yang tersedia, rate gas dan produksi minyak/liquid
yang diinginkan.
2. Sedangkan valve-valve yang bertindak sebagai unloading
hanya merupakan sarana menuju operating valve. Unloading
valve dalam keadaan normal harus selalu tertutup, sehingga
hanya satu valve saja yang terbuka yakni operating valve. Semua
valve diset di permukaan pada temperature 60oF, tekanan
setting ini dikoreksi terhadap temperature sesungguhnya di
dalam sumur. Valve-valve tersebut akan berurutan tertutup
mulai dari yang paling atas dan terus ke bawah selama gas
diinjeksikan menuju operating valve. Hal ini untuk menjamin
hanya ada satu valve yang terbuka sebagai titik injeksi.
3. Operating valve harus yang paling dalam.

125
126
DAFTAR PUSTAKA

Modul Teknik produksi petroleum center


http://marisayaffina.blogspot.co.id/2014/02/steamflood.html
Heru Herawan , Modul Teknik Produksi 2
ir. Andry Halim , MM , Slide Materi Pengajaran Kuliah Teknik
Produksi 1
Ahmed, Tarek., Mckinney, Paul D., Advance Reservoir
Engineering, Elsevier inc, USA, 2005.
Ahmed, Tarek, Reservoir Engineering Handbook – Third Edition,
Elsevier inc, USA, 2006.
Brown, Kermit E., The Technology of Artificial Lift Methods –
Volume 4, Pennwell Publishing Company, Tulsa, Oklohama,
1984
Brown, Kermit E., The Technology of Artificial Lift Methods –
Volume 1, Pennwell Publishing Company, Tulsa, Oklohama,
1984
Mach, Joe., Proano, Eduardo., Brown, Kermit E, A nodal
Approach for Applying System Analysis To The Flowing and
Artificial Lift Oil or Gas Well, 1979.
Pratama, Rega.(2016). “Penentuan Artificial Lift Pada Sumur
Natural Flow “Rp” Dalam Upaya Optimasi Produksi Di Lapangan
“Yy” Dengan Metode Screening Dan Software Ipm”

127
128
PROFIL PENULIS

Perkenalkan nama penulis adalah Rega Pratama. Penulis ingin


berbagi lewat buku “ One Stop Petroleum “ dan beberapa buku
perminyakan lainnya. Beradasarkan apa yang telah di pelajari
nya selama berkuliah dalam bidang perminyakan dan
berorganisasi juga mengajar dalam bidang industry minyak dan
gas bumi.
Semasa kuliah Penulis aktif berorganisasi dari masa perkuliahan
aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan ( HMTP
STT Migas Balikpapan) , Ikatan Ahli Teknik Perminyakan ( IATMI
seksi mahasiswa STT Migas Balikpapan ) , Lembaga Dakwah
Kampus ( LDK STT Migas Balikpapan ) sampai aktivitas di luar
kampus seperti young on top dan banyak lagi.
Penulis ingin berbagi bahwa masa kuliah adalah masa di mana
kita terus belajar dan tumbuh dengan syarat kita harus aktif di
perkulihan dan pembelajaran tersebut. Belajar di kampus tidak
akan cukup jika tidak di imbangi dengan kegiatan kegiatan
lainnya.
Terus maju dan berkembang , setiap hari adalah proses belajar
dan berubah menjadi lebih baik .
Jangan lupa untuk setiap hari mengupgrade ilmu dengan
membaca buku , literature atau berita media online.

“ ketika kita berhenti membaca buku , di saat itu lah kita telah
berhenti bertumbuh “

129
PROFIL LEBIH LANJUT TENTANG PENULIS

Extracurricular Activities
• Activist, young on top, 2016
• Steering Committee, Joint Conventional Balikpapan (JCB)
, 2016
• Steering Committee, Impact Balikpapan of Young On Top
, 2016.
• Asisten Dosen Mata Kuliah Pengantar Teknik Perminyakan
STT MIGAS BALIKPAPAN , 2016.
• Asisten Dosen Mata Kuliah Mekanika Reservoir STT Migas
Balikpapan , 2016.
• Asisten Pratikum Analisa Semen Pemboran lab STT Migas
Balikpapan , 2016.
• Asisten Pratikum Analisa Lumpur Pemboran lab STT Migas
Balikpapan , 2016.
• Asisten Pratikum Analisa Inti Batuan lab STT Migas
Balikpapan , 2015.
• Asisten Pratikum Analisa Fluida Reservoir lab STT Migas
Balikpapan , 2015.
• President, Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
(IATMI) Seksi Mahasiswa Stt Migas Balikpapan, 2015 .
• Manager of department guest lecture and field trip, Ikatan
Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Seksi
mahasiswa STT Migas Balikpapan , 2014.
• Division Syiar, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Amm of
Stt Migas Balikpapan , 2014
• Upgrading Staff, Ikatan Ahli Teknik Perminyakan
Indonesia, 2013

130
• KPSDM Staff, Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan
(HMTP), 2012

Achievements
• The Best Organization in STT Migas Balikpapan for IATMI
SM STT Migas Balikpapan , 2014 , 2015.
• Moderator in I-Talk IATMI STT MIGAS BALIKPAPAN
• Speaker Of Seminar “ Pengembangan Diri “ LDK AMM STT
Migas Balikpapan
• Speaker Of workshop “ pelatihan software prosper “ LDK
AMM STT Migas Balikpapan
• Finalist Smart Student Competion In Petroforia IATMI SM
STT Migas Balikpapan
• Finalist the marketers in Integrated Petroleum Engineering
Competition (IPEC) SPE STT Migas Balikpapan Student
Chapter
• The 3rd Winner Of Pustakawan Terbaik Balikpapan
• The 3rd Winner Of Kultum SMAN 8 Balikpapan
• Judges of smart student competion in one days petroleum
STT Migas Balikpapan

Training & Course


• Reservoir Engineer 1 & 2 Course by Mayda Waruni K., ST,
MT, 2016, Balikpapan
• Petracro Course – Drilling Engineering, 2015, Balikpapan
• Petracro Course – Production Engineering, 2015,
Balikpapan
• “Eclipse & Petrel Software”, Facilitator by Firdaus., ST, MT
& Indra Mardiansyah., ST, 2015, STT Migas Balikpapan

131
• Field Trip to PT Pertamina EP Asset V Field Sangasanga,
2014
• Field Trip to PT VICO Indonesia, 2013, Muara Badak
• Kuliah Praktek in Pertamina Tanjung , Kalimantan Selatan
, 2015

132
Tentang MigasID.com

Migas ID.com adalah suatu platform solusi belajar Teknik


perminyakan dengan system belajar online. MigasID.com lahir
tahun 2018 sebagai salah satu solusi belajar Teknik
perminyakan.
Banyak teman teman ketika berkuliah di jurusan Teknik di
sibukkan dengan perkuliahan , organisasi dan kegiatan lainnya
akhirnya tidak sempat update kondisi migas terkini dan belajar
perminyakan lebih dalam. Maka dari itu MigasID.com lahir
sebagai salah satu solusi pembelajaran di mana pun , kapan
pun karena berbentuk online.

MigasID.com mempunyai beberapa program yaitu


• MigasID.com Course Online
Yaitu program belajar kursus perminyakan online. Program ini
tercipta di karenakan kurang mobile nya belajar jika system
masih offline. Dengan system online maka bisa belajar kapan
pun dimana pun.

133
Saat ini bidang yang telah di lakukan adalah
• Pengantar tekknik perminyakan
• Teknik reservoir
• Teknik produksi 1
• Teknik pemboran 1
• Teknik produksi 2
• Teknik geologi dasar
• Mekanika reservoir
• Analisa fluida reservoir

• Migas Solution
Migas solution adalah suatu program untuk membantu
memecahkan masalah masalah permasalahan yang ada di
perminyakan. Untuk saat ini sudah membantu memecahkan
mulai dari pengantar Teknik perminyakan , Teknik pemboran ,
Teknik produksi dan Teknik reservoir.
• Migas Article
Yaitu program berupa artikel mulai dari profile perusahaan
minyak di dunia , artikel mengenai masalah Teknical , dan profil
di rektur direktur perushaan migas.
Dan kedepan akan ada beberapa program dari MIgasID.com
yang akan launching.
Teman teman dapat mengikuti program di atas dengan cara
bergabung di grup MigasID.com dengan mengirim biodata
kepada admint MigasID.com dan
program di atas gratis .

134
135
136

Anda mungkin juga menyukai