Anda di halaman 1dari 37

Petrofisik dunia perminyakan

Porositas
Porositas merupakan salah satu sifat batuan yang penting untuk mengukur
kemampuan batuan untuk menyimpan hidrokarbon.

Porositas adalah perbandingan antara rongga terhadap volume batuan. Secara


matematis dapat ditulis sbb :

Porosity (%) = Pore Volume (Vp) / Bulk Volume (Vb) x 100 %

Reservoir karbonat memiliki porositas antara 1 – 35% dan, di Amerika


Serikat, rata-rata porositas 10% di reservoir dolomite dan 12% di reservoir
limestone. (Schmoker et al. 1985)

Faktor yang mempengaruhi porositas batuan adalah :

1. Susunan Batuan
2. Distribusi Batuan
3. Sementasi
4. Kompaksi
5. Angularitas
6. Vugs, dissolution dan fracture /rekahan

Secara detail akan dibahas di bawah ini :

 Susunan Batuan

Porositas akan dipengaruhi oleh susunan batuan pembentuknya. Porositas


dengan susunan kubik atau biasa disebut cubic packing adalah 47.6 %,
sedangkan rombohedral adalah 25,96 %.
Susunan Kubik Susunan
Rhombohedral

Porositas untuk susunan kubik dapat dihitung sbb :

 Distribusi Batuan

Porositas dipengaruhi oleh distribusi dari berbagai ukuran partikel. Distribusi


suatu batuan berhubungan erat dengan komposisi butiran dari batuan
tersebut.

Semakin besar ukuran butiran, semakin besar ruang kosong yang akan diisi
dengan batu lempung atau partikel-partikel lebih kecil dan materi semen.
Semakin banyak partikel kecil yang masuk, mengurangi jumlah pori-pori
batuan.
Porositas 14%

Porositas bertambah ketika ukuran partikel berkurang

 Sementasi

Sementasi juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat


mempengaruhi porositas. Material semen juga perlu diperhatikan karena
semen akan menyegel batuan sehingga fluida tidak dapat mengalir. Jika suatu
batuan tersementasi dengan baik, maka kemungkinan besar akan terdapat
banyak pori yang tidak berhubungan. Hal ini dapat menyebabkan porositas
efektif dari batuan itu menjadi kecil, sebaliknya jika suatu batuan tidak
tersementasi dengan baik, kemungkinan besar semakin banyak pori yang
terhubungkan, sehingga harga porositas efektif semakin besar.

 Kompaksi

Kompaksi dapat mempengaruhi harga dari porositas. Semakin dalam posisi


batuan dari permukaan, beban yang diterima semakin besar. Tekanan yang
disebabkan oleh akumulasi beban batuan yang berada di atasnya disebut
tekanan overburden. Jika suatu batuan terkompaksi dengan baik artinya
semakin dalam dari permukaan, pori-pori dari batuan itu akan semakin kecil
karena butiran penyusun semakin merapat, contohnya pada rhombohedral
packing. Begitu pula sebaliknya, jika kompaksi semakin rendah maka
presentasi pori akan semakin besar, contohnya saja pada cubic packing.

 Angularitas

Jika derajat angularitas butiran penyusun batuan semakin besar (semakin


jauh dari kebundaran/roundness), bentuk butirannya akan semakin
menyudut. Hal ini akan menyebabkan daerah sentuh antar butiran yang satu
dengan yang lainnya akan semakin besar jika dibandingkan dengan bidang
sentuh antar butiran yang roundness-nya tinggi (daerah sentuhnya kecil).
Sehingga, mengakibatkan ruang yang dapat ditempati fluida akan semakin
berkurang dan porositasnya menurun.

 Vugs, dissolution dan fracture /rekahan

Fracture atau rekahan terjadi ketika batuan ditekan melebihi batas elastisnya
sehingga menjadi retak. Tenaga yang menyebabkan batuan retak berada pada
arah yang sama, sehingga fracture menjadi sejajar. Fracture merupakan
sumber permeabilitas di reservoir karbonat berporositas rendah. Porositas
dari fracture sangat kecil karena fracture sangat tipis, hanya beberapa
milimeter.

Fracture

Vug didefinisikan sebagai pori yang tidak terhubung dan tidak berkontribusi
pada total fluida yang diproduksikan. Vug disebabkan oleh disolusi/peluruhan
dari material terlarut seperti fragmen kerang setelah batuan terbentuk dan
bisa berukuran dari beberapa mikron hingga meter. Vug biasanya memiliki
bentuk yang tidak beraturan.

Vug

Fracture dan vug biasa ditemui pada batuan karbonat.


Kesimpulan :

 Porositas meningkat ketika angularitas bertambah


 Porositas meningkat ketika distribusi ukuran partikel berkurang
 Porositas berkurang ketika material sementasi bertambah
 Porositas berkurang ketika kompaksi meningkat
 Vug dan fracture akan berkontribusi pada porositas, akan tetapi untuk
memahami pengaruhnya pada porositas efektif akan membutuhkan core
study dan pengukuran dari well logging lebih lanjut

„ Referensi :

 Bradley, H.: “Petroleum engineering handbook-chapter 26- properties of


reservoir rocks”, 1987 „
 Ursin, J. and Zolotukhin, A.B.: “Introduction to reservoir engineering-
Fundamentals-4-fundamentals of rock properties”, Stavanger,1997.
Permeabilitas
Permeabilitas / K merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan fluida
melalui pori yang terhubung di batuan reservoir. Permeabilitas menjadikan
fluida bisa mengalir ke dalam borehole / lubang sumur dan sangat penting
dalam memprediksi laju alir produksi di reservoir.

Permeabilitas dipengaruhi oleh :

1. Ukuran dari pori yang terbuka


2. Tingkat dan ukuran konektivitas pori
3. Tingkat dan jenis bahan cementing di antara butiran batuan.

Berdasarkan tes alir laboratorium, Henti d’Arcy (1856) menentukan bahwa


permeabilitas bisa direpresentasikan dengan rumus :

k = Q μ / A (ΔP/L)

dimana :

k = permeabilitas (darcy)

Q = laju alir per satuan waktu (cm/s)

μ = viskositas dari batuan yang mengalir (cp)

A = luas permukaan batuan (cm2)

ΔP = perbedaan tekanan

Permeabilitas Horizontal vs Permeabilitas Vertical

Permeabilitas dapat dibagi menjadi permeabilitas horizontal dan


permeabilitas vertikal. Perbedaan ini dipengaruhi oleh :

 Susunan butiran batuan dan struktur pori


 Bentuk dan ukuran butiran batuan.

Penentuan permeabilitas bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti well


test, wireline formation test, drill stem test, transient well testing, atau analisa
coring. Analisa coring merupakan metode yang paling akurat untuk
menentukan permeabilitas.

Klasifikasi Permeabilitas :
 Permeabilitas absolut

Permeabilitas absolut merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan satu


jenis fluida yang 100% jenuh oleh fluida tersebut.

 Permeabilitas efektif

Permeabilitas efektif merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan satu


jenis fluida bila terdapat dua macam fluida yang immiscible / tidak dapat
bersatu. Porositas efektif memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan
permeabilitas absolut.

 Permeabilitas relatif

Permeabilitas relatif merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif


dan absolut.

Permeabiltas vs Porositas

Hubungan permeabilitas dan porositas adalah sebagai berikut :

 Penambahan porositas biasanya diikuti dengan penambahan permeabilitas


 Batuan yang tua dan kompak akan memiliki porositas dan permeabilitas
yang kecil
 Dolomitisasi menambah nilai porositas dan permeabilitas
 Permeabilias juga dipengaruhi oleh besar, bentuk dan hubungan antar
butir.

Permeabilitas Fracture

Fracture memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permeabilitas batuan.


Permeabilitas fracture merupakan fungsi dari lebar fracture yaitu :
K = 50.000.000 x lebar^2

K = Permeabilitas (darcy)

Lebar = Lebar fracture (inch)

Referensi :

 Hernansjah. Diktat Kuliah Well Logging.


 Baker Atlas. Introduction to Wireline Log Analysis
Saturasi
Saturasi merupakan persentasi volume pori batuan (porositas) yang terisi oleh
suatu fluida. Saturasi total akan selalu berjumlah 100%.

So + Sg + Sw = 100%,

So = saturasi oil / minyak (%)

Sg = saturasi gas (%)

Sw = saturasi water / air (%)

Hidrokarbon di dalam reservoir dapat berupa minyak, gas bebas atau


keduanya. Udara juga termasuk ke dalam gas bebas. Di dalam reservoir yang
memproduksikan hidrokarbon, air biasanya berupa lapisan film yang terdapat
pada permukaan batuan dalam pori, sementara hidrokarbon mengisi ruang
pori.

Di dalam batuan, terdapat hubungan antara irreducible water saturation,


porositas dan permeabilitas.
Jenis Saturasi

 Irreducible water saturation (Swirr) adalah saturasi air dimana


seluruh cairan tertahan di dalam batuan karena pengaruh tekanan kapiler.
 Saturasi water connate (Swc) adalah saturasi air yang terperangkap di
dalam pori ketika batuan sedimen terbentuk.
 Saturasi flush zone (Sxo) adalah saturasi air di zona flush zone ketika
fase drilling

Saturasi air bisa diperoleh melalui pengukuran tidak langsung dari well
logging, yaitu melalui pengukuran resistivitas dan porositas.

Referensi :

Baker Atlas. Introduction to Wireline Log Analysis.

Hernansjah. Diktat Kuliah Well Logging.


Resistivitas
Resistivitas didefinisikan sebagai daya tahan batuan terhadap arus.

Resistivitas batuan bisa diukur melalui well logging. Ada dua jenis alat untuk
mengukur resistivitas. Lateralog mengukur resistivitas secara langsung dan
Induksi yang mengukur konduktivitas. Resistivitas dan konduktivitas
memiliki hubungan dimana C = 1 / R.

Batuan reservoir memiliki karakteristik resistivitas sebagai berikut :

 matriks batuan : resistivitas tinggi


 air formasi : resistivitas rendah
 minyak : resistivitas tinggi
 gas : resistivitas tinggi
 water-based mud filtrate : resistivitas rendah
 oil-based mud filtrate : resistivitas tinggi

Pada dasarnya, batuan reservoir memiliki resistivitas yang tinggi. Namun,


resistivitas batuan lebih tergantung pada fluida yang mengisi pori batuan. Jika
reservoir terisi minyak/gas, maka resistivitas akan tinggi dan jika terisi air
formasi/water-based mud filtrate, maka resistivitas akan rendah.

Resistivitas adalah pengukuran dasar dari saturasi fluida reservoir dan


merupakan fungsi dari porositas, jenis fluida dan jenis batuan.

Hubungan antara resistivitas air (R2) dan resistivitas batuan basah (Ro)
ditunjukkan dengan persamaan :

F = Ro / Rw

Profil Resistivitas
 Uninvaded Formation / Formasi tidak terinvasi

Resistivitas di dalam uninvaded formation dan porositas berfungsi untuk


menghitung Sw, sehingga kita bisa menghitung STOOIP (Stock Tank Original
Oil In Place), dengan menggunakan resistivitas dalam (deep resistivity)

Rt biasanya memiliki rentang antara 0.2 hingga 2000 ohm.m.

 Invaded Zones / Zona Invasi

Zona invasi diukur dengan menggunakan resistivitas dangkal (shallow


resistivity) Zona invasi adalah zona dimana fluida formasi telah disapu oleh
fluida pemboran.

Simbol yang digunakan di logging di dalam lubang sumur bisa dilihat di


gambar bawah ini :
Profil Resistivitas

Faktor yang Berperngaruh terhadap Pengukuran Resistivitas


 Tekanan dan Temperatur

Resistivitas berpengaruh besar terhadap temperatur namun sedikit terhadap


tekanan. Semakin tinggi temperatur, makan resistivitas akan semakin kecil.

 Komposisi Garam

Resistivitas fluida formasi tergantung pada konsentrasi dan jenis garam yang
terlarut di dalamnya. Garam terlarut direpresentasikan dengan NaCl
equivalent atau biasa disebut salinitas.
Tegangan Permukaan dan
Tekanan Kapiler
Tegangan permukaan, σ, terjadi pada batas dua fasa karena adanya
ketidaksetimbangan gaya molekul. Molekul di dalam liquid secara seragam
saling tarik-menarik di segala arah. Sedangkan di permukaan, gaya tarik-
menarik lebih kuat dari bawah sehingga membentuk permukaan yang
cembung atau cekung, tergantung pada kesetimbangan gaya.

Tegangan yang terjadi antara gas dan zat cair disebut dengan tegangan
permukaan. Sedangkan tegangan yang terjadi antara dua zat cair yang tidak
saling bercampur atau di antara fluida dan zat padat disebut tegangan antar
permukaan / interfacial tension.

Di dalam batuan reservoir, gas, minyak dan air biasanya terdapat bersama-
sama dalam pori-pori batuan, yang masing-masing fluida tersebut
mempunyai tegangan permukaan yang berbeda-beda.

Dalam sistem hidrokarbon di dalam reservoir, terjadi beberapa tegangan


permukaan antara fluida, yaitu antara gas dan cairan, antara dua fasa cairan
yang tidak bercampur ( immicible ) dan juga antara cairan atau gas dengan
padatan. Kombinasi dari semua tegangan permukaan yang aktif akan
menentukan tekanan kapiler dan kebasahan dari batuan porous.

Tekanan kapiler ( Pc ) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada


antara permukaan dua fluida yang tidak bercampur ( cairan-cairan atau gas-
cairan ) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan mereka ( Amyx, J. W. 1960 ). Perbedaan tekanan dua fluida ini
adalah perbedaan tekanan antara fluida non wetting fasa ( Pnw ) dengan fluida
wettingfasa ( Pw ) atau :

Pc = Pnw – Pwf

Tekanan kapiler mempunyai dua pengaruh yang penting dalam reservoir


minyak atau gas, yaitu :

 Mengontrol distribusi fluida di dalam reservoir


 Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau
mengalir melalui pori-pori reservoir sampai mencapai batuan yang
Tekanan kapiler di dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori
dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan
sebagai berikut :

Dimana :

Pc = tekanan kapiler, σ = egangan permukaan antara dua fluida

∆ρ = perbedaan densitas dua fluida

g = percepatan gravitasi

θ = sudut kontak permukaan antara dua fluida

r = jari-jari lengkung pori-pori

h = selisih ketinggian permukaan kedua fluida


Wettability penting dalam mengoptimalkan perolehan migas dan
berpengaruh terhadap kinerja reservoir terutama dalam tahap waterflood dan
EOR (enhance oil recovery). Asumsi bahwa reservoir adalah berupa water-
wet, ketika ternyata bukan, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
reservoir yang tidak dapat diperbaiki.

Wettability adalah suatu kecenderungan dari adanya fluida lain yang tidak
saling mencampur. Dalam dunia perminyakan, wettability ada dua jenis, yaitu
water-wet dan oil-wet.

Reservoir berupa quartz, karbonat dan dolomite biasanya berupa water-wet


sebelum terjadinya migrasi minyak.

Dalam wettability, dikenal istilah imbibisi dan drainage.

 Imbibisi adalah kenaikan saturasi dari fasa wetting dimana fasa non-
wetting digantikan oleh fasa wetting, baik berupa imbibisi spontan pada
saat reservoir terbentuk atau imbibisi yang dipaksakan seperti pada saat
waterflood. Imbibisi menggambarkan terjadinya kenaikan saturasi air.
 Drainage adalah kenaikan saturasi pada fasa non-wetting, dimana fasa
wetting digantikan oleh fasa non-wetting. Drainage menggambarkan
kenaikan saturasi minyak. Drainage terjadi pada saat terjadinya migrasi
minyak ke dalam reservoir.
Wettability berpengaruh terhadap jumlah minyak yang dapat diproduksikan
pada level pori. Pada formasi water-wet, minyak akan berada pada pori-pori
yang lebih besar, sehingga ada kemungkinan ketika diproduksikan, minyak ini
akan terjebak karena terputus dari massa minyak yang lain. Pada formasi oil-
wet, minyak cenderung akan muncul sehingga produksi minyak akan
cenderung terus mengalir sehingga Sor (saturation oil residual) akan turun.

Wettability dalam Skala Pori


Kompresibilitas Batuan Berpori
Kompresibilitas atau C adalah fraksi perubahan volume terhadap tekanan

TEKANAN RESERVOIR NORMAL

Tekanan ke arah bawah karena overburden akan sebanding dengan tekanan


ke atas karena matriks dan fluida.

Fo = Fm + Ff ,

sehingga

Po = Pm + Pf

dimana,

Po ≅ 1.0 psi/ft

Pf ≅ 0.465 psi/ft
Karena fluida diproduksikan dari reservoir, tekanan fluida (Pf) biasanya akan
turun dikarenakan gaya pada matriks meningkat yang menyebabkan turunnya
bulk volume dan penutunan volume pori.

JENIS KOMPRESIBILITAS

1. Kompresibilitas Matriks, Cm ≅ 0
2. Kompresibilitas Bulk, Cb, biasa digunakan di studi mengenai subsidence
3. Kompresibilitas Formasi, Cf, atau disebut juga kompresibilitas volume pori

Kompresibilitas formasi penting bagi reservoir engineer untuk menentukan


deplesi fluida dari ruang pori, menentukan perubahan stress internal batuan
dan perubahan volume pori, volume matriks dan volume bulk yang
diakibatkan perubahan stress. Perubahan volume ini dapat didefinisikan
dengan :

TEKANAN RESERVOIR ABNORMAL

Tekanan abnormal adalah tekanan fluida yang lebih besar atau kurang dari
tekanan hidrostatik fluida yang diasumsikan gradien tekanannnya linear.
Referensi :

http://www.pe.tamu.edu/blasingame/data/z_zCourse_Archive/P311_Refere
nce/P311_Course_Notes_(pdf)/P311_1992C_Wu_Notes.pdf
referensi
https://duniaperminyakan.wordpress.com/2016/01/26/sifat-petrofisik-
batuan/
Geologi Reservoir
Untuk memiliki reservoir yang menghasilkan hidrokarbon, syarat yang harus
dipenuhi adalah :

1. Body of rock dengan porositas yang cukup untuk menampung fluida


reservoir dan permeabilitas untuk mengalirkan fluida di dalamnya.
2. Jumlah hidrokarbon yg komersil untuk diproduksikan
3. Tenaga pendorong alami di dalam reservoir, biasanya gas atau air, untuk
mengalirkan fluida ke permukaan.

Tenaga pendorong memiliki peranan yang penting karena minyak tidak


memiliki energi tersimpan untuk bergerak dengan sendirinya. Energi yang
tersimpan di dalam reservoir ada dalam bentuk gas atau air bertekanan yang
dapat memindahkan minyak ke dalam lubang sumur. Ketika energi ini telah
habis, hanya ada drainage gravity yang memungkinkan minyak untuk
berpindah ke dalam lubang sumur. Akan tetapi, gravitasi tidak bekerja secara
efisien untuk memindahkan minyak ke arah yang tepat sehingga dapat
menjangkau lubang sumur.

Fluida yang berada di dalam pori akan berada di dalam kondisi bertekanan.
Tekanan ini sering disebut tekanan reservoir atau tekanan formasi. Tekanan
formasi normal di oil-water contact (WOC) akan mendekati tekanan
hidrostatik dari kolom saltwater pada kedalaman tersebut. Gradien tekanan
hidrostatik tergantung pada jumlah garam terlarut di dalam air formasi. Air
laut yang “normal” memiliki 55000 ppm garam terlalut dan gradien
tekanannya biasnaya 0.446 psi/ft. Reservoir yang mengandung fluida
memiliki gradien tekanan sampai 1.00 psi/ft

Pada tekanan reservoir yang abnormal, batuan klastik sebagian ditopang oleh
tekanan fluda dan sebagian oleh kontak antar batuan. Ketika tekanan
abnormal berkurang melalui produksi, akan terjadi kompaksi di reservoir bed.
Jika tidak segera ditangani, kompaksi subsurface ini akan mengakibatkan
masalah yang serius, misalnya dapat menyebabkan collapse pada casing dan
menjadi sumber subsidence, yang mana bisa terjadi sampai permukaan.

Peta Reservoir
Seorang geologist harus familiar dengan peta geologi seperti cross-section,
fence diagram dan mengetahui bagaimana mengkorelasikan peta tersebut.
Peta geologi digunakan untuk “menemukan” reservoir, yaitu menentukan
dimana sumur akan dibor. Peta reservoir digunakan untuk mendapatkan
informasi dari formasi yang spesifik, seperti ketebalan, oil/water contact, net
pay, dsb. Secara umum, peta reservoir digunakan lebih jauh pada
pengembangan lapangan.

PETA ISOCHRON / PETA ISOKRON

Peta ini berupa peta kontur yang berasal dari analisa cross-section seismic
shot pada suatu pola tertentu sehingga memberikan gambaran 3-dimensi.
Peta kontur menghubungkan garis yang memiliki 2-way travel time yang
sama, berasal dari interpolasi antara reflektor yang telah dipetakan. Peta ini
berbeda dengan peta kontur struktural karena peta ini menunjukkan waktu,
bukan kedalaman dan nilai kontur yang paling kecil adalah menghubungkan
tempat yang paling tinggi.Penampang seismuk yang digunakan dalam
membentuk peta strukrur waktu harus berpindah tempat dan nilai waktu
dikoreksi terhadap kedalaman.

PETA STRUKTUR KEDALAMAN

Peta ini menunjukkan kontur pada kedalaman yang sama dari permukaan laut
atau dari ground level. Peta ini berasal dari kedalaman yang didapatkan dari
two-way travel time atau data well logging atau bisa juga kombinasi
keduanya. Peta strukrur bawa permukaan biasanya digunakan untuk melihat
secara tiga dimensi bentuk geometri di dalam bidang datar.

PETA ISOPACH DAN ISOCHORE

Peta ini dihasilkan dari seismik atau data sumur, akan tetapi kontur
merepresentasikan ketebalan dari setiap peta. Peta isochore menghubungkan
“true vertical thickness” dari batuan dan konturnya merepresentasikan
ketebalan dari dua bidang datum, biasanya oil water contact (OWC) dan cap
rock. Peta isopach menghubungkan “true stratigraphic thickness” dari batuan.

Kedua peta ini sangat berguna dalam menentukan hubungan struktural dari
sedimentasi tertentu seperti bentuk basin, posisi garis pantai, uplift area, dan
jumlah vertical uplift dan erosi dengan menghubungkan variasi kedalaman
pada interval stratigrafi yang diketahui. Geologist menggunakan peta isopach
dalam studi lingkungan pengendapan / depositional environment, studi
genetic sand, analisa growth history, studi depositional fairway, derivative
mapping, menentukan sejarah pergerakan patahan dan menghitung volume
hidrokarbon.

Net sand isopach merupakan peta isochore yang menggambarkan kumpulan


ketebalan vertikal dari batuan berpori yang berkualitas reservoir.

Net pay isopach adalah peta isochore adalah peta yang menghubungkan
ketebalan reservoir yang memiliki kandungan hidrokarbon.

Petroleum System – Batuan Penyekat


/ Seal
Batuan penyekat adalah batuan impermeabel yang berfungsi sebagai
penghambat migrasi hidrokarbon ke tempat yang lebih jauh.

Seal merupakan batuan yang membentuk hambatan atau tudung (cap) di atas
atau di sekeliling batuan reservoir membentuk suatu jebakan sehingga fluida
tidak dapat bermigrasi lebih jauh dari reservoir. Permeabilitas dari batuan
penyekat adalah ~10 to 10 –darcy.
-6 -8

Batuan penyekat (seal) biasanya berupa :

 shale, mudstone
 anyhidrite
 salt

Petroleum System : Perangkap/Trap


Perangkap merupakan susunan batuan yang cocok untuk menampung
hidrokarbon dan disekat oleh formasi yang inpermeabel sehingga hidrokarbon
tidak bisa bermigrasi lagi.

Perangkap/trap dapat dibagi menjadi :

 Perangkap Struktural
 Hidrokarbon terperangkap di dalam struktur geologi seperti lipatan
berupa antiklin dan patahan

 Perangkap Stratigrafi
 hidrokarbon terperangkap sebagai akibat perubahan tipe batuan atau
pinch-out, unconformities/ketidakselarasan, atau sedimentasi lainnya
seperti reef/karang dan buildups.

 Perangkap Kombinasi
 Merupakan gabungan dari perangkap struktural dan stratigrafi
A. Perangkap struktur / antiklin

B. Perangkap struktur / patahan (fault)

C. Perangkap struktur / antiklin

D. Perangkap stratigrafi / Pinchout

E. Perangkap kombinasi / Unconformities dan lipatan

Referensi :

 http://www.landforms.eu/orkney/geology/Oil/OIL%20petroleum%20syst
em.htm#migration

Petroleum System : Migrasi


Migrasi adalah perpindahan hidrokarbon dari batuan induk / source rock
menuju batuan reservoir.

Migrasi primer atau ekspulsi merupakan perpindahan dari hidrokarbon yang


baru terbentuk keluar dari batuan induk.

Migrasi sekunder merupakan perpindahan hidrokarbon lebih lanjut menuju


batuan reservoir yang memiliki perangkap hidrokarbon atau tempat lain
dimana hidrokarbon terakumulasi.

Migrasi biasanya terjadi dari tempat yang secara struktural lebih rendah
menuju tempat yang lebih tinggi di dalam bumi karena pengaruh relatif
buoyancy hidrokarbon dibandingkan dengan batuan sekitarnya.
Migrasi dapat terjadi secara lokal atau dalam jarak ratusan kilometer di dalam
sedimentary basin yang luas.

Prinsip dasar identifikasi jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan membuat


peta reservoir. Kebalikan dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon
akan melewati punggungan (bukit-bukit) dari morfologi reservoir.

Daerah yang dilewati hidrokarbon disebut dengan drainage area. Jika


perangkap tersebut telah terisi penuh sampai spill point / titik tumpah, maka
hidrokarbon akan berpindah ke tempat yang lebih dangkal.
TIMING

Waktu pengisian minyak dan gas bumi pada sebuah perangkap merupakan
hal yang sangat penting. Karena kita menginginkan agar perangkap tersebut
terbentuk sebelum migrasi, jika tidak, maka hidrokarbon telah terlanjur lewat
sebelum perangkap tersebut terbentuk

Reference :

 http://www.landforms.eu/orkney/geology/Oil/OIL%20petroleum%20syst
em.htm#migration
Batuan Reservoir
Batuan reservoir merupakan batuan berpori dan permeable yang
mengandung minyak bumi. Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan
sedimen, yang berupa batupasir, batuan karbonat dan shale atau kadang-
kadang vulkanik.

RESERVOIR KLASTIK / BATUPASIR

Menurut Pettijohn, batupasir dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :


Orthoquarzites, Graywacke dan arkose.

1. Orthoquarzites, merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari


proses yang menghasilkan unsure silica yang tinggi, dengan tidak
mengalami metamorfosa dan pemadatan, terutama terdiri atas mineral
kwarsa (quartz) dan mineral lainnya yang stabil. Material pengikatnya
(semen) terutama terdiri atas carbonate dan silica.
2. Graywacke, merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur-unsur
mineral yang berbutir besar, terutama kwarsa dan feldspar serta fragmen-
fragmen batuan. Material pengikatnya adalah clay dan carbonate.
3. Arkose, merupakan jenis batupasir yang biasanya tersusun dari quartz
sebagai mineral yang dominan, meskipun seringkali mineral arkose
feldspar jumlahnya lebih banyak dari quartz.

Porositas batupasir berkisar antara 10 – 30% yang berupa porositas primer


intergranular. Batupasir memiliki beberapa lingkungan pengendapan, yaitu
pengendapan di gurun (pasit eolian), sungai (alluvial/fluvial) dan pesisir
pantai (pasir pantai, delta, turbidite).

RESERVOIR KARBONAT

Butirannya biasanya terdiri dari sisa tulang aatu kerang dari organisme laut
dangkal, baik yang tinggal di bawah laut (benthic) atau yang terapung di
permukaan laut (neritic). Pecahan fragmen bisa digunakan untuk tujuan
korelasi atau penentuan usia batuan. Reservoir karbonat terdiri dari limestone
dan dolomite

1. Limestone, adalah kelompok batuan yang mengandung paling sedikit 80%


calcium carbonate atau magnesium. Fraksi penyusunnya terutama oleh
calcite. Limestone terbagi menjadi mudstone, wackestone, packstone,
grainstone dan boundstone berdasarkan tekstur deposisional limestone,
sesuai dengan klasifikasi
Dunham.

2. Dolomite terjadi akibat proses rekristalisasi dari limestone. Komposisi


kimia dolomite hampir mirip dengan limestone, kecuali unsur Mg
merupakan unsur yang penting dan jumlahnya cukup besar.

Porositas batuan karbonat cukup besar sebagai akibat dari disolusi dan
fracturing (porositas sekunder). Karbonat seperti coquina hampir 100%
terdiri dari fragmen fosil. Batuan karbonat merupakan jenis batuan keras,
terutama dolomite. Reservoir karbonat bisa mencapai ketebalan hingga
beberapa ratus feet, seperti di El Capitan, Permian Reef Complex, di Texas
Barat memiliki ketebalan di atas 600 ft.

21% reservoir di dunia merupakan reservoir karbonat dengan produksi yang


paling tinggi (sekitar 61.5%)

Referensi :
 http://basripetroleum.blogspot.my/2011/02/karakteristik-batuan-
reservoir.html
 http://infohost.nmt.edu/~petro/faculty/Adam%20H.%20571/PETR%205
71-Week3notes.pdf

http://infohost.nmt.edu/~petro/faculty/Adam%20H.%20571/PETR%20571-
Week3notes.pdf

Source Rock / Batuan Induk


Source Rock / batuan induk adalah batuan yang kaya akan bahan organik
yang mengalami pematangan sehingga membentuk hidrokarbon.

Bahan Organik di Air

Bahan-bahan organik yang mengalami pematangan didalam endapan


sedimen selanjutnya dikenal dengan kerogen.
Berdasarkan kandungan hidrogen, karbon dan oksigen, kerogen dibagi
menjadi empat tipe :

 Tipe I :

Kerogen tipe I terbentuk di lingkungan pengendapan lacustrine atau lagoon.


Tipe I dibentuk dari algae atau plankton. Kerogen jenis ini kaya akan hidrogen
dan rendah oksigen. Tipe ini menghasilkan minyak ringan, namun dapat juga
terbentuk gas tergantung dari pembentukan thermal. 3% dari cadangan
minyak dan gas di dunia berasal dari kerogen jenis ini. Salah satu contoh
kerogen tipe I ditemukan di Formasi Green River di bagian barat USA.

 Tipe II

Kerogen tipe II terbentuk di lingkungan pengendapan laut dalam / deep


marine. Terbentuk dari plankton. Kerogen tipe ini kaya akan hidrogen dan
sedikit karbon. Tipe ini menghasilkan minyak dan gas. Kerogen tipe II dapat
ditemui di Kimmeridge Clay di North Sea dan Formasi Bazhenov di Siberia.

Lingkungan pengendapan yang mengandung sulful akan menghasilkan


kerogen tipe II-S. Contohnya ada di Formasi Monterey di California dan
Formasi La Luna di Venezuela.

 Tipe III

Kerogen tipe III terbentuk dari endapan tumbuhan darat yang diendapan di
laut dangkal sampai dalam atau di darat. Kerogen tipe ini memiliki hidrogen
yang rendah dan oksigen yang lebih tinggi dari tipe I dan tipe II. Kerogen tipe
ini akan membentuk dry gas. Batubara termasuk ke dalam kerogen tipe III.

 Tipe IV

Kerogen tipe IV terbentuk dari sisa bahan organik yang terbentuk setelah
erosi. Sebelum deposisi akhir, kerogen ini telah mengalami pelapukan
subaerial, pembakaran atau oksidasi biologi di rawa atau tanah. Kerogen jenis
ini memiliki kandungan karbon yang tinggi dan miskin hidrogen. Kerogen tipe
IV tidak berpotetensial untuk menghasilkan minyak dan gas
Kandungan kerogen dari suatu source rock dikenal dengan TOC (Total
Organic Carbon), dimana standar minimal untuk ‘keekonomisan’ harus lebih
besar dari 0.5%.

MATURASI

Maturasi adalah proses perubahan secara biologi, fisika, dan kimia dari
kerogen menjadi minyak dan gas bumi.
Proses maturasi berawal sejak endapan sedimen yang kaya bahan organic
terendapkan. Pada tahapan ini, terjadi reaksi pada temperatur rendah yang
melibatkan bakteri anaerobic yang mereduksi oksigen, nitrogen dan belerang
sehingga menghasilkan konsentrasi hidrokarbon.

Proses ini terus berlangsung sampai suhu batuan mencapai 50 derajat celcius.
Selanjutnya, efek peningkatan temperatur menjadi sangat berpengaruh
sejalan dengan tingkat reaksi dari bahan-bahan organik kerogen.

Karena temperatur terus mengingkat sejalan dengan bertambahnya


kedalaman, efek pemanasan secara alamiah ditentukan oleh seberapa dalam
batuan sumber tertimbun (gradien geothermal).

Gambar dibawah ini menunjukkan proporsi relatif dari minyak dan gas untuk
kerogen tipe II, yang tertimbun di daerah dengan gradien geothermal sekitar
35 °C km -1 .

Terlihat bahwa minyak bumi secara signifikan dapat dihasilkan diatas


temperature 50 °C atau pada kedalaman sekitar 1200m lalu terhenti pada
suhu 180 derajat atau pada kedalaman 5200m. Sedangkan gas terbentuk
secara signifikan sejalan dengan bertambahnya temperature/kedalaman.
Gas yang dihasilkan karena factor temperatur disebut dengan termogenic gas,
sedangkan yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri (suhu rendah, kedalaman
dangkal <600m) disebut dengan biogenic gas.

Gambar di bawah ini merupakan contoh penampang kedalaman dari lapisan-


lapisan batuan sumber, serta prediksi temperatur dengan cara menggunakan
contoh kurva di atas. Dari penampang ini dapat diprediksikan apakah source
tersebut berada dalam oil window, gas window, dll. Metoda ini dikenal dengan
metoda Lopatin ( 1971). Terlihat jelas, metoda Lopatin hanya berdasarkan
temperature dan mengabaikan efek reaksi kimia serta biologi.

Reference :

 https://www.slb.com/~/media/Files/resources/oilfield_review/ors11/sum
11/basic_petroleum.pdf
 http://ensiklopediseismik.blogspot.my/2008/11/petroleum-system-
sistem-minyak-dan-gas.html

Anda mungkin juga menyukai