Anda di halaman 1dari 10

Porositas

adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume
ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai persentase
antara 0-100%. Istilah ini digunakan di berbagai kajian ilmu seperti geologi,dan lainnya
Porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori, sementasi,
riwayat diagenetik, dan komposisinya. Porositas bebatuan umumnya berkurang dengan
bertambahnya usia dan kedalaman. Namun hal yang berlawanan dapat terjadi yang biasanya
dikarenakan riwayat temperatur bebatuan.

Tipe porositas

i. Porositas absolut
Porositas absolut ialah perbandingan seluruh volume pori (baik yang
berhubungan maupun tidak saling berhubungan) dengan volume total batuan.
ii. Porositas efektif
Porositas efektif ialah perbandingan seluruh volume pori yang berhubungan
dengan volume total batuan.
iii. Porositas residual
Porositas residual ialah perbandingan seluruh volume pori yang tidak saling
berhubungan dengan volume total batuan.
iv. Porositas primer
Porositas utama atau awal dari sistem porositas di dalam bebatuan atau
deposit aluvial.
v. Porositas sekunder
Porositas lanjutan atau terpisah dari sistem porositas di dalam bebatuan,
umumnya meningkatkan porositas total bebatuan. Porositas ini dapat dihasilkan dari
pelapukan kimiawi atau rekahan. Porositas sekunder dapat menggantikan porositas
primer sepenuhnya atau mendampingi.
Porositas rekahan: Porositas ini terkait dengan sistem rekahan atau patahan yang
membentuk porositas sekunder yang dapat menjadi tempat penyimpanan reservoir.
vi. Porositas rekahan
Hasil dari adanya suatu ruang terbuka yang disebabkan oleh patahan atau
hancuran dari batuan. Semua jenis batuan yang dipengaruhi oleh rekahan dan
komposisi batuan akan menentukan banyaknya rekahan yang terbentuk. Hydraulic
fracturing adalah metode yang mendorong produksi akibat pengaruh rekahan dan
celah pada suatu formasi karena injeksi fluida pada batuan reservoir
mengalami tekanan yang melampaui kekuatan batuan. Hydraulic fracturing dapat
sangat menambah porositas efektif dan permeabilitas dari formasi.
vii. Porositas vuggy
Porositas sekunder yang dihasilkan dari pelarutan komponen besar yang
terdapat di dalam bebatuan (seperti fosil dan material organik) dan meninggalkan
lubang kecil sampai terciptanya gua.
viii. Porositas terbuka
Fraksi dari volume total di mana aliran fluida dinamis dapat menempati ruang
walau terdapat jalan buntu di dalamnya. Fluida dapat tetap mengalir karena variasi
kondisi termal di dalamnya yang menyebabkan perubahan tekanan dan volume[3] di
dalam pori-pori yang terhubung.
ix. Porositas inefektif (disebut juga porositas tertutup)
Merupakan fraksi volume total di mana fluida atau gas ada di dalam namun
tidak dapat mengalir.
x. Porositas ganda
Merupakan ide konseptual di mana dua reservoir yang saling berhimpitan
saling berinteraksi. Dalam akuifer bebatuan yang memiliki rekahan, massa bebatuan
dan rekahan seringkali disimulasikan berhimpitan namun merupakan badan yang
terpisah.
xi. Porositas makro
Merujuk pada pori-pori yang berdiameter lebih besar dari 50 nm.
xii. Porositas menengah
Pori-pori yang berukuran antara 2 nm sampai 50 nm.
xiii. Porositas mikro
Pori-pori yang berukuran lebih kecil dari 2 nm.
xiv. Porositas padat
Pori-pori yang sangat kecil (hampir tidak terlihat) karena dominasi ukuran
butir yang sangat kecil
xv. Porositas ketat
Pori-pori kecil yang terletak di antara butiran yang berdekatan dan kompak.
xvi. Porositas interkristalin
Pori-pori yang terdapat di antara kristal batuan.
xvii. Porositas intergranular
Pori-pori yang terdapat di antara butiran batuan.

Fungsi porositas
Dalam penentuan aspek petrofisik sebagai data yang diperlukan oleh geofisisis atau
geologis, penentuan porositas berfungsi untuk:

1. Menentukan OOIP (original oil in place).


2. Mengambil keputusan apakah minyak yang terdapat pada suatu reservoir layak
diproduksi atau tidak, dilihat dari segi ekonomi.
3. Menentukan besarnya probable recovery (recovery factor).
4. Menentukan jenis litologi batuan.
5. Menentukan bagaimanakah kemungkinan susunan butir (packing) pada batuan
reservoir.
6. Mengetahui posisi kedalaman reservoir.
7. Menentukan cadangan potensial dari suatu reservoir minyak atau gas.
8. Menentukan besar permeabilitas pada pori-pori batuan.
Reservoir Porosity

Dalam petroleum, ada dua fisik yang sangat pentinguntuk menentukan reservoir yang baik:
(1) porositas, atau rongga yang cukup untuk mengisi hidrokarbon sehingga bisa dihitung
cadangan hidrokarbon dan
(2) permeabilitas, kemampuan hidrokarbon untuk mengalir melaluir ongga tersebut saat
mengalami produksi (Satyana, 2005). Batuan yang mempunyai kombinasi yang baik antara
porositas dan permeabilitas adalah sandstone dan carbonates

Gambar 1

Batuan yang banyak pori juga tidak baik untuk reservoir, karena jalur hidrokarbon
sangat kecil untuk dilalui. Biasanya pada fine grain size (siltstone dan shale), atau poor
sorting (dimana ukuran butir kasar dan halus bercampur dan ukuran yang halus menyumbat
jalur hidrokarbon) (gambar 2&3) perlu dicatat, tidak ada hubungan antara porositas dan
permeabilitas. Suatu batuan yang mempunyai porositas yang baik belum tentu impermeable
jika tidak ada kontak antara pori-pori. Permabilitas pasir yang besar biasanya porositasnya
juga besar (Satyana, 2005)
Porositas primer dan permeabilitas dari batu pasir banyak dipengaruhi oleh ukuran
butir, sorting dan packing partikel sedimen. Kebanyakan silisi klastik reservoir mempunyai
diagenesa yang kuat sehingga mengubah porositas dan permeabilitas (seperti hadirnya
mineral-mineral autigenik seperti lempung yang mengisi pori sehingga mengurangi porositas)
(Satyana, 2005).

Reservoir terbaik adalah coarse-medium grained dan well sorted Satuan permeabilitas
adalah Darcy, kebanyakan reservoir terekam hanya memiliki rentang milidarcy (0.001
Darcy). Permeabilitas reservoir berkisar antara 5 dan 500 milidarcy, walaupun beberapa
reservoir mempunyai permeabilitas lebih dari 5 darcy. Gas yang viskositasnya kecil dari
minyak mentah, dapat mengalir dari pasir yang rapat atau limestone yang permeabilitasnya
hanya beberapa milidarcy atau kurang.
Bagi Geologist yang mempelajari petroleum dan groundwater, porositas dan
permeabilitas mempunyai peranan yang sangat penting. Porositas erat kaitannya dengan
volume fluida (minyak, gas dan groundwater) yang ditemui dalam batuan reservoir.
Kompaksi menyebabkan banyak pengurangan porositas. Misalnya, batu pasir mempunyai
porositas awal sekitar 40% dan akan menjadi kurang dari 10 % ketika mengalami
pengendapan dikarenakan tekanan dari batuan di atasnya (Boggs, 2006).

Banyak ahli mendefinisikan porositas sebagai perbandingan antara volume ruang


kosong yang dapat diisi oleh fluida atau gas dengan volume total dari media yang diukur
porositasnya tersebut (dalam hal ini adalah batuan).

Nilai porositas suatu batuan sangat bergantung kepada keseragaman ukuran dan
bentuk butir serta dipengaruhi juga oleh karakteristik kompaksi butiran tersebut. Semakin
tinggi tingkat keseragaman ukuran dan bentuk butir dalam suatu batuan, maka akan semakin
tinggi nilai porositasnya sedangkan kompaksi akan semakin memperkecil nilai porositas
suatu batuan. Gambar dibawah menunjukan frekuensi reservoir minyak dan gas yang diplot
berlawanan dengan porositas. Hampir semua reservoir mempunyai porositas yang berkisar
5%-30% dan yang paling banyak berkisar antara 10%-20%
Ukuran porositas yang komersial berkisar kurang dari 5%, dan yang lebih dari 35%
sangat tidak baik. Porositas dapat dihitung di laboratorium yang datanya diambil dari core,
dan lubang bor menggunakan well log, terutama sonic, density dan neutron log. Kadang-
kadang bisa juga menggunakan data seismic.

Ada tiga tipe utama dari porositas :

Interconnected porositas memanfaatkan rongga untuk saling berhubungan


dengan rongga-rongga di sampingnya

Connected porosity hanya mempunyai satu rongga yang dapat dilalui


yang berhubungan dengan rongga lainnya

Isolated porosity rongga-rongganya tidak saling berhubungan


Batuan yang mempunyai Interconnected dan connected rongga merupakan effective
porosity karena hydrocarbon dapat keluar dari batuan tersebut. Pada kasus interconnected
porosity, minyak dan gas mengalir melalui pori dengan bantuan gerakan air alami atau
buatan. Connected porosity tidak dipengaruhi oleh tekanan tapi mungkin menghasilkan
minyak dan gas dikarenakan ekspansi, dengan catatan tekanan pada reservoir menurun.
Reservoir dengan isolated pororsity tidak bisa menghasilkan hydrocarbon. Banyak minyak
dan gas yang terkandung memasuki pori sebelum mengalami kompaksi atau sementasi. Jadi,
isolated porosity berguna untuk mengetahui total porositas batuan tapi tidak menjadi effective
porosity. Porositas dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama menurut pembentukannya
(Murray,1960). Porositas primer yang terbentuk ketika sedimen terendapkan dan Porositas
Sekunder yang terbentuk setelah pengendapan.

I. Primary Porosity

Porositas primer dapat dibagi menjadi dua tipe: intergranular atau interparticle
porosity (gambar.8), yang terjadi antara butiran sedimen. Dan intragranular atau intraparticle
porosity (gambar.9) yang terbentuk di dalam butiran sedimen.

Gambar 8 Gambar.9

Intergranular porosity banyak terbentuk pada batu pasir. Pori-pori saling berhubungan
satu sama lain. Reservoir dengan intergranular porosity biasanya mempunyai interconnected
porosity dan permeailitas yang bagus. Effective porosity pada reservoir sepert iini sama
dengan total porosity.Intragranular porosity lebih banyak dicirikan pada endapan baru batu
gamping. Gambar 6 adalah sayatan tipis dari reservoir batugamping yang menunjukan pori-
pori di dalam butiran sekeletal

II. Secondary Porosity

Porositas sekunder adalah porositas yang terbentuk di dalam suatu reservoir


setelah pengendapan. Tipe utama porositas sekunder
a. Fenestral;
b. Intercrystalline;
c. Solution (moldic and vuggy)
d. Fracture
Fenestral porosity berkembang ketika ada jeda pada batuan lebih besar dari pori-pori
grain_supported normal. Porositas ini mencirikan lagoonal yang kekeringan akibat
penyusutan dan penekukan laminae. Tipe porositas ini jarang ditemukan.

Intercrystalline porosity yang terjadi antara Kristal porositas ini ditemukan pada
beberapa lapangan minyak dan gas. Pada rekristalisasi limestone, intercrystalline prorsity
dapat diabaikan. Akan tetapi, kristalin dolomites sering memiliki intercrystalline prositas
yang tinggi.

Gambar 10 merupakan sketsa sayatan tipis dari Crystaline dolomite reservoir.


Reservoir ini biasanya terbentuk dari dolomit sekunder yang terbentuk dengan doloitization,
prosesnya adalah endapan kalsium carbonate digantukan dengan dolomit.
0

Gambar 10

Tipe intercrystalline porosity ini menunjukan dolomite sekunder dengan karakteristik


saccaroidal teksture yang sangat bagus untuk menjadi reservoir. Beberapa tipe porositas
sekunder lainnya dapat diakibatkan oleh solution. Proses ini sangat penting dalam
pembentukan porositas karbonat, tapi dapat juga berkembang dibatuan sedimen. Ada
beberapa cara proses solution terbentuk:

Gambar. 11
Gambar 11 menunjukan pori-pori solution sekunder pada limestone Beberapa pori
saling berentetan. Ini terjadi ketika butir-butir gamping terlepas. Tipe fabric ini disebut
moldic, dan pori-porinya disebut pelmoldic. Ada jarak pori-pori yang memotong moldic
tersebut dan selanjutnya disebut vugs dan porositasnya disebut vuggy. Porositas sekunder
lainnya adalah fracture porosity. Fractured reservoir dapat terjadi dibanyak batuan yang patah
karena retakan-retakan dari pada deformasi. Jadi, ada banyak fractured reservoir pada
lempung, hard-cemented quartzitic sandstone, limestone, dolomite dan pastinya pada batuan
basement seperti granit dan metamorf. Seperti yang ditunjukan pada gambar 9, retakan
mungkin berkembang dari gaya tektonik yang berhubungan dengan lipatan dan sesar.

Gambar 12

Rekahan biasanya vertical sampai subvertikal dengan lebar sekitar 6 mm (gambar12).


Ketika porositas ini berkembang, reservoir akan memiliki permeabilitas yang tinggi,
walaupun kenyataannya porositasnya rendah. Satu hal yang harus bisa dibedakan yaitu antara
fracture porosity dan porositas yang terjadi didalam batuan itu, sering sekali rekahan-rekahan
menjadi tempat penyimpanan minyak dan gas didalam suatu batuan. Fracture porosity dapat
menghasilkan tingkat produktivitas yang tingggi selama tess well log. Ketika suatu batuan
pecah, rekahan tidak selalu terbuka. Mungkin saja diisi sementasilateral oleh silica, calcite
atau dolomite (gambar 13)

Gambar 13
PETROGRAFI BATUAN RESERVOAR

POROSITAS PADA BATUAN RESERVOAR

ADITYA NUGRAHA ACHIRAL

072001600004

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha kuasa karena atas segala kemudahan yang ia
berikan sehingga makalah ini selesai disusun tepat waktu. Tujuan penulisan makalah adalah
untuk memenuhi tugas individu dalam Matakuliah Petrografi Batuan Reservoar. Dalam
makalah ini membahas tentang Porositas pada batuan resevoar dan jenis jenis porositas yang
ada dan terjadi dalam batuan reservoir.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak hal yang mesti diperbaiki oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis butuhkan untuk menjadi bahan instrospeksi serta masukan agar tulisan-tulisan
selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Jakarta, 30 September 2019

Aditya Nugraha

Anda mungkin juga menyukai