Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM POROSITAS

GEOHIDROLOGI

DI SUSUN OLEH;

ARIB
ADI WIDYA
AJENG WORO HERYATNI (200110502014)
DWI NURUL ANNISA

PRODI GEOGRAFI SAINS


FAKULTAS MATEMETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI MAKASSAR

1
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geohidrologi adalah ilmu yang mempelajari air yang berada dalam tanah atau
Gound Water. Air tanah merupakan semua air yang terdapat dalam semua ruang
batuan dasar atau regiolith. Air tanah juga dapat dikatakan sebagai aliran air yang
secara alami mengalir ke permukaan tanahme;a;ui pancaran atau rembesan (Noer
Aziz, 2000:81). Menurut Herlambang (1996), air tanah adalah air yang bergerak
di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap
ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut Akuifer.
Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti
lapisan yangterdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui
air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

Umumnya kebanyakan air tanah berasal dari air hujan yang meresap kedalam
tanah. Air tanah yang berhasil meresap perlahan mengalir ke laut, atau mengalir
langsung, atau di permukaan dan bergabung dengan aliran air sungai. Banyaknya
air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan waktu, juga di
pengaruhi kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah dan jenis serta
banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar tetapi lerengnya
curam, ditutupi material impermeabel, persentase air mengalir di permukaan lebih
banyak daripada meresap ke bawah. Sedangkan pada curah hujan sedang, pada
lereng landai dan permukaannya permiabel, persentase air yang meresap lebih
banyak. Sebagian air yang meresap tidak bergerak jauh karena tertahan oleh daya
tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran tanah. Sebagian menguap
lagi ke atmosfir dan sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan selama belum
ada hujan.

2
Pentingnya mempelajari geohidrologi sebab manusia sangat bergantung pada
air tanah. Air tanah merupakan air yang paling banyak digunakan dikehidupan
sehari-hari dibandingkan dengan air dari sumber lainnya, sedangkan ketersediaan
air tanah semakin menipis akibat berbagai macam faktor. Mempelajari
Geohidrologi membantu kita untuk menjaga serta melestarikan air tanah serta
mencegah berbagai penyebab menurun atau rusaknya kualitas air tanah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa saja faktor yang mempengaruhi porositas?
Apa pengaruh porositas terhadap air tanah?

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM


Praktikum porositas bertujuan untuk mengetahui nilai porositas dari sampel
material yang telah disediakan. Material-material yang tersedia diamati untuk
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi serta nilai porositas dari
suatu materi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porositas
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong diantara material dan
merupakan fraksi volume dari volume ruang kosong terhadap total volume
yang bernilai antara 0-1, atau sebagai persentase 0-100% perbandingan
volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Secara
teoritis, tidak bis alebih dari besar dari 47,6%. Porositas merupakan variabel
utama untuk menentukan besarnya cadangan fluida yang terdapat dalam suatu
massa batuan. Pori merupakan ruang di dalam batuan yang selalu terisi oleh
fluida, seperti air tawar atau air asin, udara dan gas bumi.
Porisitas bergantung pada jenis material, ukuran material, distribusi pori,
sementasi, riwayat diagenetik dan komposisinya. Nilai porositas suatu batuan
sangat bergantung kepada keseragaman ukuran dan bentuk butir serta
dipengaruhi juga oleh karakteristik kompaksi butiran tersebut. Semakin tinggi
tingkat keseragaman ukuran dan bentuk butir dalam suatu batuan, maka akan
semakin tinggi nilai porositasnya. Sedangkan kompaksi akan semakin
memperkecil nilai porositas suatu batuan. Semakin lancip bentuknya maka
porositasnya pun akan semakin kecil. Porositas pada batuan umumnya akan
berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan kedalaman. Namun hal
yang berlawanan dapat terjadi dikarenakan riwayat tempratur batuan
Porositas yang digunakan dalam bidang Hidrogeologi yaitu bahan padat
yang ruangnya diisi cairan udara dan didefinisikan dengan :

Volume pori-pori
Ø = Volume keseluruhan batuan X 100%

Porositas dapat dibagi menjadi porositas primer dan porositas sekunder.


Porositas primer merupakan jumlah ruang kosong yang terbentuk akibat

4
pembentukan batuan itu sendiri. Sedangkan porositas sekunder merupakan
porositas yang terbentuk setelah pembentukan batuannya.

2.2 Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Permeabilitas


a. Bentuk grain (Particle Sphericity dan angularity)
- Semakin rounded (membulat) bidang sentuh antara garin yang satu
dengan yang lainnya, maka akan semakin kecil sehingga volume
rongga yang dihasilkan antar grain tersebut akan semakin besar dan
porositas semakin membesar
- Semakin pipih bentuk grain, bidang sentuh antara dua grain akan
semkain besar sehingga ruang pori yang dihasilkan akan semakin
kecil dan porositas semakin kecil.
- Bentuk butir yang bersudut-sudut akan memperkecil porositas karena
kemungkinan saling tindih antar grain semakin besar, sehingga
pori-pori semakin kecil dan porositas semakin kecil juga.

b. Packing
- Semakin teratur susunan material menyebabkan kemungkinan
tertempatinya rongga pori oleh bagian grain tertentu akan semakin
kecil sehingga pororsitas makin besar.
- Susunan antar butir yang mendekati 60° terhadap horizontal
(Rhombohedral), maka volume pori akan semakin besar.
- Susunan antar butir yang mendekati 90° terhadap horizontal
(orthogonal), maka volume pori akan semakin besar.

5
- Semakin besar interval atau distribusi ukuran pori maka peluang
terisinya rongga oleh grain yang lebih kecil akan semakin besar
sehinvga pori akan semakin kecil.

c. Sorting (Variabel grain size)


- Semakin teratur ukuran grain (sortasi besar) maka semakin besar
ruang pori karena kemungkinan rongga terisi grain yang lebih kecil
semakin sedikit, sehingga porositas membesar
- Semakin tidak teratur ukuran grain (sortasi rendah) maka ukuran pori
semakin tidak teratur sehingga kemungkinannya terisi oleh grain yang
lain yang berukuran lebih kecil semakin besar sehingga porositas
semakin rendah.
d. Sementasi
Adanya material semen selain memperkuat ikatan antar butir
ternyata juga mempersempit ruang pori karena material ini mengisi
rongga tersebut. Material semen akan menyegel batuan sehingga fluida
tidak dapat mengalir. Jika suatu batuan tersementasi dengan baik maka
kemungkinan besar akan terdapat banyak pori yang tidak berhubungan.
Hal tersebut dapat menyebabkan porositas dari batuan menjadi kecil. Dan
sebaliknya jika suatu batuan tidak tersementasi dengan baik, maka akan
semakin banyak pori yang saling terhubung sehingga porositasnya
semkain besar.
e. Kompaksi
Kompaksi dapat mempengaruhi porositas. Semakin dalam posisi
suatu batuan dari permukaan, beban yang diterima semakin besar. Jika
suatu batuan terkompaksi dengan baik, maka semakin dalam dari
permukaan dan pori-pori dari batuan itu akan semakin kecil karena

6
butiran penyusun semakin rapat. Semakin dalam lokasi suatu batuan
maka beban lapisan diatasnya yang ditanggung akan semakin besar
sehingga pengaruh kompaksi akan memperkecil ruang porinya.
f. Vugs, dissolution, and fractures
Vug didefinisikan sebagai pori yang tidak terhubung dan tidak
terkontribusi pada total fluida yang di produksikan. Vug disebabkan oleh
disolusi atau peluruhan dari material terlarut seperti fragmen kerang
setelah batuan terbentuk dari beberapa mikron hingga meter. Vug
biasanya memiliki bentuk yang tidak beraturan.
Fracture atau rekahan terjadi ketika batuan ditekan melebihi batar
elastisitasnya sehingga akan retak. Tenaga yang menyebabkan batuan
retak berada pada daerah yang sama sehingga fracture menjadi sejajar.
Porositas dari fracture sangat kecil karena fracture sanagt tipis.
2.3 Jenis-jenis Porositas
a. Porositas dan konduktivitas hidrolik
Porositas sebanding dengan konduktivitas hidrolik. Pada kasus dua
akuifer berpasir, salah satu yang memiliki porositas tinggi akan memiliki
konduktivitas hidrolik yang lebih tinggi, yang berarti akan lebih banyak
area bagi air untuk mengalir, namun memiliki banyak kerumitan dalam
menjelaskan hubungan ini. Kerumitan utama adalah bahwa porositas dan
konduktivitas hidrolik tidak sebanding secara proporsional, namun
konduktivitas hidrolik sebanding dengan radius pori-pori.
Seperti contoh tanah liat umumnya memiliki porositas tinggi dan
mampu menyimpan air dalam jumlah besar, namun memiliki
konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak mampu
mengalirkan maupun melepaskan air. Hal ini dikarenakan ruang di antara
partikel besar pada tanah liat terisi oleh partikel kecil yang bersifat
“lengket” terhadap air.
b. Porositas tanah
Porositas tanah permukaan umumnya berkurang dengan
meningkatnya ukuran partikel. Hal ini dikarenakan pembentukan agregat

7
tanah pada permukaan tanah yang bertekstur ketika berhadapan dengan
proses biologi tanah. Pembentukan agregat melibatkan adhesi partikulat
dan memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap pemadatan. Massa
jenis dari tanah berpasir biasanya antara 1.5 sampai 1.7 g/cm³, dengan
porositas antara 0.43 sampai 0.36.
Massa jenis tanah liat antara 1.1 sampai 1.3 g/cm³ dengan porositas
antara 0.58 sampai 0.51. Meski tanah liat disebut dengan “tanah berat”,
namun sesungguhnya pada massa yang sama, tanah liat memiliki
porositas yang lebih banyak. Disebut “tanah berat” karena kandungan air
di dalamnya lebih banyak dari tanah biasa, dan kandungan air tersebut
menyumbang berat yang lebih banyak dari air yang terkandung pada
tanah biasa. Selain itu, kadar air yang terkandung dalam tanah liat
membuat bajak singkal sulit membajak tanah liat sehingga membutuhkan
gaya yang lebih besar.
c. Porositas bebatuan
Bebatuan yang terkonsolidasi seperti batu pasir, shale, granit, atau
batu kapur umumnya memiliki dua sifat porositas jika dibandingkan
dengan sedimen aluvial. Sifat porositas tersebut yaitu porositas terhubung
dan porositas tidak terhubung. Porositas terhubung dapat diukur dengan
menggunakan gas atau cairan yang mengalir ke dalam bebatuan, namun
tidak dapat melalui porositas yang tidak terhubung.
2.4 Pengaruh Porositas Terhadap Priduktivitas Tanaman
Tanah-tanah dengan struktur granular atau remah, mempunyai porositas
yang lebih tinggi daripada tanah tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah
dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air (Hardjowigeno , 2007)
Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah
dengan volume total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan
partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel
sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat mengubah pengaruh tekstur
dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan udara.

8
Porositas total tanah juga dapat dikatakan struktur tanah merupakan
gumpalan kecil dari butir butir tanah Gumpalan ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik,
oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan gumpalan mempunyai bentuk,
ukuran kerapatan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 1987).
Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan airnya dalam
jumlah cukup dan seimbang. Hal ini hanya terdapat pada struktur tanah yang
ruang pori-porinya besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori
makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air hujan Dikatakan pula
yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara padatan air dan udara
(Suhaidi, 1996).
Tinggi rendahnya porositas suatu tanah sangat berperan penting dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut. Jika suatu tanah
dengan porositas rendah, amaka bila ditanami tanaman yang tidak rakus air,
akan sangat menghambat bahkan merusak. Dalam keadaan air yang lama
terserap, sementara tanaman yang ditanam tidak membutuhkan banyak air
justru akan menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi
lembab, dan akibatnya akan mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman.
Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila tergenang air terlalu lama karena
tanaman tersebut dalam kondisi tercekam dan akan menyebabkan
pembusukan akar tanaman (Hakim, 1986).
Salah satu pentingnya pengolahan tanah adalah untuk memperbesar
porositas tanah. selain pengolahan tanah, salah satu cara lain yang dapat
dilakukan untuk memperbesar porositas yaitu dengan menambahkan bahan
organik dan pengolahan tanah secara maksimum.

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum

3.2 Alat dan Bahan

3.3 Metode yang digunakan

3.4 Langkah Kerja

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

10
Daftar Pustaka

Nurwidyanto, M. I., Yustiana, M., & Widada, S. (2006). Pengaruh ukuran butir
terhadap porositas dan permeabilitas pada batupasir. Berkala Fisika, 9(4), 191-
195.

11

Anda mungkin juga menyukai