Anda di halaman 1dari 10

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA BATUAN
Cara Menghitung Porositas dengan Konsep
Densitas

Kelompok 7
1. Siti Imania Luhri (03411640000011)
2. Diki Setiawan (03411640000048)
3. Muhammad Yusuf Ibrahim (03411640000055)
4. Arham Zakki (03411740000030)
5. Nadhifa Shabrina (03411740000029)
6. Zaid Syaiful Fatih (03411740000037)

TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2018
A. Tujuan
1. Untuk menghitung porositas batuan dengan konsep densitas

B. Dasar Teori
a. Porositas
1. Pengertian
Secara general porositas batuan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara volume
ruang yang terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara
keseluruhan, biasanya dinyatakan dalam fraksi.. Secara matematis porositas dapat
dinyatakan sebagai :

dimana :
ᴓ = porositas
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp =volume ruang pori-pori batuan

Nilai porositas suatu batuan tergantung pada banyak faktor , diantaranya adalah
tipikal batuan dan bagaimana butiran batuan terbentuk di alam. Sebagai contoh kristalin
memiliki porositas yang sangat kecil sekitar <1% , kemudian batu pasir memiliki porositas
yang cukup besar yaitu antara 10-35% hal ini dapat terjadi karena batuan pasir merupakan
batuan sedimen klastik yang biasa terdeposisi di kedalaman yang cukup dangkal sehingga
tekanan pada proses litifikasi tidak terlalu besar sehingga membuat banyak ruang kosong
pada batuan.

Dalam bidang eksplorasi khususnya perminyakan maupun geothermal, informasi


mengenai porositas batuan menjadi hal yang sangat penting untuk dapat mengetahui
karakteristik dari batuan tersebut. Dengan mengetahui porositas yang menjadi salah satu
parameter batuan ini kita dapat mengetahui besarnya cadangan fluida yang ada dan
kemampuan batuan untuk bisa mengalirkan fluida tersebut sehingga bisa dieksploitasi. Jadi
kita tidak bisa sembarangan melakukan pengeboran sebelum mengetahui apakah didalam
tanah tersebut terdapat reservoir (batuan yang menyimpan hidrokarbon) sehingga
memungkinkan untuk dilakukan pengeboran.
Gambar 1. Batu apung pori-porinya besar
2. Perhitungan porositas
Untuk menghitung porositas hal terpenting adalah mengetahui bidang volume yang akan
di ukur pada batuan, oleh karena itu perhitungan porositas dibagi menjadi beberapa metode
diantaranya sebagai berikut :
 Porositas pada susunan cubic packing

Gambar 2. Ilustrasi susunan cubic packing

Vbulk = 2r ·2r ·2r = 8r3


Vgrain = 8·(1/8)· (4/3)·π· r3 = (4/3)·π· r3
Φ = (Vbulk – Vgrain)/ Vbulk = (8r3 – (4/3)·π· r3)/ 8r3 = 0.4764 = 47.64%
Volume bulk batuan diilustrasikan sebagai volume kotak, sedangkan volume grain
batuan adalah jumlah butir yang ada dalam pada packing. Pada setiap packing terdapat 8 buah
butir, tiap butirnya 1/8 dari volume bola. Porositas adalah perbandingan volume pori-pori
dengan volume bulk batuan dinyatakan dalam persen. Volume pori-pori di dapat dari
Vbulkdikurangi Vgrain. Jadi, kita dapatkan porositas cubic packing sebesar 47.67%. Porositas ini
merupakan nilai paling besar dari susunan packing apapun. Apabila ditemukan nilai porositas
yang lebih besar dari 47.67% maka sudah jelas perhitungannya salah.

 Porositas pada susunan rhombohedral packing

Gambar 3. Ilustrasi susunan rhombohedral packing

Vbulk = alas·tinggi·lebar = 2r·2r sin 450·2r = 4·(2)1/2 · r3


Vgrain = (4/3)·π· r3
Φ = (Vbulk – Vgrain)/ Vbulk = (4·(2)1/2 · r3 – (4/3)·π· r3)/ 4·(2)1/2 · r3= 0.2596 = 25.96%
Rhombohedral sendiri memiliki bentuk seperti 3d nya jajar genjang yang memiliki
kemiringan sebesar 450. Volume bulk batuan digambarkan sebagai sebuah volume kotak yang
dimiringkan 450, sedangkan volume grain batuan adalah jumlah butir yang ada dalam pada
packing dengan jumlah sama dengan 1 buah bola. Porositas dinyatakan dengan perbandingan
antara volume pori-pori dengan volume bulk batuan dan dinyatakan dalam persen. Volume
pori-pori didapat dari Vbulk dikurangi Vgrain. Sehingga, dari perhitungan didapat porositas
rhombohedral packing sebesar 25.96%. Porositas rhombohedral packing lebih kecil daripada
cubic packing.

 Porositas pada susunan hexagonal packing

Gambar 4. Ilustrasi susunan hexagonal packing

Vbulk = alas·tinggi·lebar = 2r·2r sin 600·2r = 4·(3)1/2 · r3


Vgrain = (4/3)·π· r3
Φ = (Vbulk – Vgrain)/ Vbulk = (4·(3)1/2 · r3 – (4/3)·π· r3)/ 4·(3)1/2 · r3= 0.3954 = 39.54%
Hexagonal packing memiliki bentuk jajar genjang dengan kemiringan 600. Volume bulk
batuan diperlihatkan sebagai sebuah volume kotak yang dimiringkan 450, sedangkan volume
grain batuan adalah jumlah butir yang ada dalam pada packing dengan total volume sama
dengan volume 1 buah bola. Porositas dinyatakan sebagai perbandingan antara volume pori-
pori dengan volume bulk batuan lalu dinyatakan dalam persen. Volume pori-pori dapat kita
peroleh dari Vbulk dikurangi Vgrain. Melalui perhitungan di atas kita dapatkan porositas
hexagonal packing sebesar 39.54%. Porositas hexagonal packing memiliki porositas lebih
besar dari porositas rhombohedral packing dan lebih kecil dari porositas cubic packing.

b. Bulk Density
Bulk density adalah erat suatu massa tanah per satuan volume tertentu yang umumnya
dinyatakan dalam gr/cm3. . Volume tanah yang dimaksud adalah volume kepadatan tanah
dan pori-pori tanah. Semakin padat suatu tanah, maka Bulk densitynya semakin tinggi dan
berlaku juga sebaliknya, semakin tidak padat maka Bulk density suatu tanah akan semakin
kecil. Contohnya, tanah yang padat dan memiliki Bulk Density besar makan akan susah untuk
ditembus akar tanaman maupun air. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral
mempunyai nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya.
Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3, sedangkan tanah organic umumnya
memiliki BD antara 0,1-0,9 gram/cm3. (Hardjowigeno,2003)
Tanah yang lepas dan berkumpul akan mempunyai berat persatuan volume yang mudah
dan lebih tinggi kerapatan masanya serta butiran-butiran pasirnya cenderung untuk erat
satu sama lainnya. Karena kandungan bahan-bahan organik rendah dari tanah berpasir akan
mempertinggi kerapatan massa. Sebaliknya, butiran-butiran tanah yang permukaannya
halus, mempunyai letak yang tidak begitu erat satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan fakta
bahwa permukaan tanah relatif berbutir-butir.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya Bulk density antara lain factor
tekstur, struktur, dan bahan organic yang terkandung didalamnya. Dapat ditarik contoh,
tekstur tanah liat padat dan memiliki pori kecil, kepadatan tekstur ini mempengaruhi Bulk
density yang semakin besar. Begitu pula dengan bahan organik, semakin banyak kadungan
bahan organik dala suatu tanah, maka akan semakin besar Bulk densitynya.
Mengitung Bulk density tanah dapat menggunakan rumus berikut :

BD = Berat Tanah kering oven (g/cm3)


Volume tanah
Nilai Bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat pada tanah,
pengolahan tanah tersebutm kandungan bahan organic dan mineral, porositas, daya
menggenang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. (Hakim, 1986)

c. Fluida Density
Kita pasti sudah tidak asing dengan yang namanya benda cair ataupun gas . Benda cair atau
gas pasti menempati suatu ruangan . Itulah yang dinamakan fluida . Fluida (termasuk uap air dan
gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat,
akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan.
Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar
diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk maupun volumenya,
sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti
bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat
besar dan gas tidak mempunyai bentuk dan maupun volume yang tetap,gas akan berkembang
mengisi seluruh wadah.
Salah satu besaran fisis fluida yang penting adalah massa jenis. Massa jenis adalah massa
fluida per satuan volum. Massa jenis rata-rata fluida memenuhi

dengan m massa total fluida, V volum total fluida, dan ρ massa jenis fluida. Tabel 1 adalah massa
jenis rata-rata sejumlah fluida. Tetapi jika massa jenis pada berbagai tempat berbeda-beda, yaitu
merupakan fungsi posisi maka massa jenis fluida pada sembarang titik memenuhi.

Contoh massa jenis rata-rata yang merupakan fungsi posisi adalah massa jenis gas di
atmosfer. Makin jauh dari permukaan bumi maka massa jenis gas di atmosfer makin kecil. Air
laut juga sedikit mengalami perubahan massa jenis ketika kita makin jauh ke dasar laut.
Penyebabnya adalah makin dalam suatu lokasi maka tekanan pada air laut makin besar sehingga
air laut sedkit mengalami kompresi. Massa jenis gas-gas pembentuk bintang juga merupakan
fungsi jarak dari pusat bintang. Ketika orang membuat sebuah material, kadang massa jenis
material yang dibuat berbeda-beda pada posisi yang berbeda .

Tabel 1. Densitas fluida


d. Matrix Density
Sebuah matriks kerapatan adalah matriks yang menggambarkan sistem kuantum dalam
keadaan campuran, ansambel statistik beberapa keadaan kuantum. Hal ini harus berlawanan
dengan vektor keadaan tunggal yang menggambarkan sistem kuantum dalam keadaan murni.
Kepadatan matriks adalah analog kuantum mekanik untuk ukuran probabilitas fase-ruang
(distribusi probabilitas posisi dan momentum) dalam mekanika statistik klasik.
Secara eksplisit, misalkan sistem kuantum dapat ditemukan dalam keadaan dengan
probabilitas p1, atau mungkin ditemukan di keadaan dengan probabilitas p2, atau mungkin
ditemukan di keadaan dengan probabilitas p3, dan seterusnya. Maka operator densitas
untuk sistem ini adalah

di mana harus tidak orthogonal dan .Dengan memilih sebuah basis

ortonormal , salah satu dapat menyelesaikan operator densitas ke dalam matriks


densitas, yang unsur-unsurnya adalah:

Operator densitas juga dapat didefinisikan ke dalam hubungan matriks kerapatan,

Untuk operator (yang menggambarkan A diamati dari sistem), nilai harapan didapat
dari:
Dengan kata, nilai harapan A untuk keadaan campuran adalah jumlah nilai harapan A untuk

masing-masing keadaan murni ditimbang dengan probabilitas pi dan dapat dihitung sebagai
jejak produk dari kerapatan matriks dengan representasi matriks A di dasar yang sama .
Keadaan campuran muncul dalam situasi di mana eksperimen tidak tahu mana keadaan
tertentu sedang dimanipulasi. Contohnya termasuk sistem dalam kesetimbangan termal (atau
keseimbangan tambahan kimia) atau sistem dengan sejarah persiapan pasti atau acak yang
bervariasi (sehingga kita tidak tahu mana keadaan murni dalam sistem). Selain itu, jika sistem
kuantum memiliki dua atau lebih subsistem yang terjerat, maka masing-masing subsistem harus
diperlakukan sebagai keadaan campuran bahkan jika sistem yang lengkap dalam keadaan murni.
Matriks densitas juga merupakan alat penting dalam teori kuantum decoherence .
Matriks densitas adalah representasi dari operator linear disebut operator densitas.
Hubungan erat antara matriks dan operator adalah konsep dasar dalam aljabar linear. Dalam
prakteknya, matriks istilah densitas dan operator densitas sering digunakan secara bergantian.
Kedua matriks dan operator adalah self- adjoint (atau Hermite), positif semi-pasti, jejak satu, dan
mungkin tak terbatas dimensi. Perumusan yang diperkenalkan oleh John Von Neumann pada
tahun 1927 mandiri, tapi kurang sistematis oleh Lev Landau dan Felix Bloch masing-masing pada
tahun 1927 dan 1946.
Tabel 2. Densitas mineral

C. Metodologi
a. Alat dan Bahan
1. Sample Core
2. Alat ukur massa (neraca O’hauss)
3. Gelas ukur
4. Air
b. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Identifikasi mineral yang mendominasi pada sample batuan (core) kemudian cari
densitas mineral tersebut pada tabel (ρm)
3. Lalu gelas ukur diisi dengan air dan catat volume awal air
4. Masukkan sample batuan (core) ke dalam gelas ukur yang berisi air
5. Catat perbedaan volume air (volume akhir)
6. Volume akhir dikurangi dengan volume awal menjadi volume sample batuan (core)
7. Keluarkan sample batuan (core) dari dalam gelas ukur kemudian timbang dengan
neraca
8. Catat massa sample batuan (core) yang ditunjukkan oleh neraca
9. Hitung porositas sample batuan dengan rumus
ρb = (1 − Φ)ρm + Φ ρf
ket :
- ρb = Densitas sample basah (gr/ml)
- Φ = Porositas sample (%)
- ρm = Densitas matriks/mineral (gr/ml)
- ρf = Densitas fluida (gr/ml)
10. Lakukan langkah 1-9 pada sample batuan yang lain

D. Data Hasil Pengamatan


No. Nama sample mb (gr) vb (ml) ρm (gr/ml) ρf (gr/ml)
1 Core 1
2 Core 2
3 Core 3
4 Core 4
5 Core 5
Daftar Pustaka

Schoon, J.H.2011.”Physical Properties of Rock 8th Edition”.Amsterdam : Elsevier B.V.

Abdullah, Mikharajuddin.2016.”Fisika Dasar 1”.Bandung : Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai