Anda di halaman 1dari 5

Nama : lailatul rahmi

Nim : 21020061
Tugas 2 kramik dasar

1. Pengertian plastis
Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan
beradaptasi terhadap termasuk perubahan kimia saraf (neuroreceptive), perubahan
struktur kebutuhan fungsional. Mekanisme ini (neurochemical), penerimaan saraf
neuron saraf dan organisasi otak
Pengertian plastisitas adalah sifat tanah dalam keadaan konsistensi, yaitu cair, plastis,
semi padat, atau padat bergantung pada kadar airaya. Kebanyakan dari tanah lempung
atau tanah berbutir halus yang ada di alam dalam kedudukan plastis. Secara umum
semakin besar plastisitas tanah, yaitu semakin besar rentang kadar air daerah plastis
maka tanah tersebut akan semakin jelek dalam hal kekuatan dan mempunyai
kembang-susut yang makin besar.
Umumnya sebagian wilayah di dunia ini diliputi oleh tanah lempung dengan
pengembangan yang cukup besar (plastisitas tinggi), yaitu akan berubah volumenya
(mengembang) bila bertambah (berubah) kadar airnya. Volumenya akan membesar
dalam kondisi basah dan akan menyusut bila dalam kondisi kering. Sifat inilah yang
menyebabkan kerusakan pada konstruksi-konstruksi bangunan, tidak terkecuali pada
konstruksi perkerasan
jalan raya.
Pada perencanaan perkerasan jalan raya, daerah yang dilewati tidak
selalu dalam kondisi tanah dasar baik daya dukungnya, untuk itu sifat tanah lempung
dan besarnya daya dukung tanah harus diketahui terlebih dahulu.

Pengukuran besarnya daya dukung tanah dapat dinyatakan dengan besarnya harga
CBR ("California Bearing Ratio").
Tanah dengan plastisitas tinggi dapat berakibat terjadinya kerusakan pada konstruksi,
seperti: cepat rusaknya perkerasan jalan, retak pada bangunan, pecahnya pipa di
dalam tanah, dan lain sebagainya. Tanah seperti ini harus diganti atau diperbaiki
terlebih dahulu sifat-sifatnya sehingga memenuhi kriteriayang disyaratkan.
Salah satu cara yang terbaik adalah mengganti tanah dasar tersebut dengan tanah
yang cukup baik, tetapi hal ini biasanya membutuhkan biaya yang cukup besar. Para
ahli geoteknik mencoba mengatasinya dengan cara merubah sifat-sifat fisiknya, untuk
menekan biaya pada pembangunan jalan raya di atas tanah tersebut. Perbaikan sifat-
sifat fisik dari tanah kurang baik menjadi tanah yang baik dibidang rekayasa teknik
sipil disebut sebagai stabilisasi tanah.
Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan menambahkan suatu bahan tambah tertentu
pada tanah yang tidak baik. Beberapa bahan campuran yang sudah digunakan secara
luas meliputi kapur, semen portland dan aspal. Pada tugas akhir ini dicoba untuk
menggunakan bahan pasir sebagai alternatif lain bahan pencampur guna
menstabilkan tanah lempung "Expansive" dan meningkatkan mutu dari suatu
perkerasan jalan.

2. Pengertian susut kering dan susut bakar


Tanah liat untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (stelah
mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses
pembakaran)
Tanah liat akan mengalami dua kali penyusutan, yaitu penyusutan yang terjadi dari keadaan basah
menjadi kering, disebut susut kering dan penyusutan yang terjadi pada waktu proses pembakaran,
disebut susut bakar. Jumlah persentase penyusutan (susut kering dan susut bakar) yang
dipersyaratkan sebaiknya antara 5%–15%.
Tanah liat memiliki variasi penyusutan yang berbeda-beda, semakin tinggi plastisitas tanah liat
maka semakin tinggi pula penyusutannya. Tanah liat yang terlalu plastis biasanya memiliki
persentase penyusutan lebih dari 15%, sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk akan memiliki
resiko retak atau pecah yang tinggi. Penyusutan tanah liat yang terlalu tinggi dapat diperbaiki
dengan mengurangi ball clay atau menambahkan fire clay atau grog.
Susut Kering
Susut kering adalah susut yang disebabkan oleh keluarnya air yang terdapat pada butir-butir
lempung saat proses pengeringan. Lempung sangat bervariasi susut keringnya. Susut kering
lempung bervariasi sesuai dengan variasi jumlah air yang diperlukan untuk menimbulkan
keplastisannya, semakin tinggi keplastisan lempung, maka semakin banyak air yang terabsorbsi
dan susut kering juga akan semakin besar. Susut kering SK adalah pengurang panjang suatu benda
uji dari keadaan plastis p ke keadaan kering udara p’, diperhitungkan terhadap keadaan plastis
SII.0081-75 dalam Trihatmanti, 2008. Secara matematis nilai susut kering dihitung dengan
persamaan : 100 x P P P SK 2.21 Saat proses pengeringan terjadi pengeluaran air yang terdapat
pada partikel lempung sehingga memungkinkan partikel-partikel tersebut menjadi lebih rapat.
Harga susut kering dapat memperkirakan kepekaan lempung terhadap pengeringan. Susut kering
tidak boleh terlalu besar yaitu tidak boleh lebih dari 10, sebab lempung yang susut keringnya lebih
dari 10 akan menimbulkan retak-retak pada produk selama proses pengeringan Suwardono, 2002.
Susut bakar
Dalam proses pembakaran, lempung akan mengalami penyusutan. Susut bakar Sb adalah
pengurang panjang suatu benda uji dari keadaan kering udara p’ ke keadaan sesudah pembakaran
p” SII.008-75 dalam Trihatmanti, 2008. Proses penguapan air yang terjadi pada saat proses
pembakaran menyebabkan adanya pori-pori yang kosong diisi oleh partikel-partikel lempung
sehingga terjadi penyusutan. Jika proses pembakaran dilakukan pada waktu yang lama maka
partikel akan mengisi seluruh pori-pori yang kosong sehingga susunan partikel akan menjadi lebih
rapat. Susut bakar suatu lempung yang baik tidak boleh terlalu besar, nilainya adalah kurang dari
2,5. Susut bakar yang besar dapat menimbulkan kesukaran pada waktu pembakaran. Dengan
semakin kecil susut bakar, maka dapat menghindari kemungkinan terjadinya retakan pada produk
bata commit to user 19 merah Suwardono ,2002. Secara matematis nilai susut bakar dihitung
dengan persamaan : 100 x P P P SK 2.22

3. Pengertian porositas
Definisi porositas itu adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan
fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau
sebagai persentase antara 0-100%. Istilah ini digunakan di berbagai kajian ilmu seperti
farmasi, teknik manufaktur, ilmu tanah, metalurgi, dan sebagainya.
Porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori, sementasi, riwayat diagenetik,
dan komposisinya. Porositas bebatuan umumnya berkurang dengan bertambahnya usia dan
kedalaman. Namun hal yang berlawanan dapat terjadi yang biasanya dikarenakan riwayat temperatur
bebatuan.

Porositas pada aliran dua fase

Dalam aliran dua fase gas dan cairan, fraksi kekosongan didefinisikan sebagai fraksi dari volume aliran
yang ditempati oleh gas. Porositas umumnya bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya dalam
perpipaan dan berfluktuasi terhadap waktu. Pada aliran non-homogen, porositas terkait dengan laju
aliran volumetrik dari fase gas dan cairan, dan terkait dengan kecepatan relatif antara dua fase
(disebut dengan slip ratio).
Porositas dalam ilmu bumi dan konstruksi

Porositas yang digunakan dalam geologi, hidrogeologi, ilmu tanah, dan ilmu bangunan, yaitu bahan
padat yang ruangnya diisi cairan dan udara, didefinisikan dengan:

dengan VV adalah volume dari ruang kosong yang diisi cairan dan udara dan VT adalah total volume
dari bahan.

Porositas adalah fraksi antara 0 dan 1. Seperti contoh batu granit yang memiliki porositas 0.01, dan
gambut serta tanah liat yang memiliki porositas sekitar 0.5.

Dalam geologi pertambangan, porositas bebatuan atau lapisan sedimen penting sebagai rujukan
ketika mengevaluasi volume potensial air dan hidrokarbon yang mungkin terkandung di dalamnya.
Porositas sedimen adalah fungsi yang rumit dari berbagai faktor, mencakup laju pengebumian,
kedalaman pengebumian, sifat fluida, sifat sedimen di atasnya, dan sebagainya. Persamaan yang
umum digunakan adalah persamaan Athy (1930):

di mana adalah porositas permukaan, adalah koefisien pemadatan (m−1) dan adalah
kedalaman (m).

Nilai dari porositas dapat dihitung dari massa jenis bahan curah dan massa jenis
partikel :

 Porositas dan konduktivitas hidrolik

Porositas sebanding dengan konduktivitas hidrolik. Pada kasus dua akuifer berpasir, salah satu yang
memiliki porositas tinggi akan memiliki konduktivitas hidrolik yang lebih tinggi, yang berarti akan lebih
banyak area bagi air untuk mengalir, namun memiliki banyak kerumitan dalam menjelaskan hubungan
ini. Kerumitan utama adalah bahwa porositas dan konduktivitas hidrolik tidak sebanding secara
proporsional, namun konduktivitas hidrolik sebanding dengan radius pori-pori.

Seperti contoh tanah liat umumnya memiliki porositas tinggi dan mampu menyimpan air dalam jumlah
besar, namun memiliki konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak mampu mengalirkan
maupun melepaskan air. Hal ini dikarenakan ruang di antara partikel besar pada tanah liat terisi oleh
partikel kecil yang bersifat “lengket” terhadap air.

 Porositas bebatuan

Bebatuan terkonsolidasi seperti batu pasir, shale, granit, atau batu kapur umumnya memiliki dua sifat
porositas jika dibandingkan dengan sedimen aluvial. Sifat porositas tersebut yaitu porositas terhubung
dan porositas tidak terhubung. Porositas terhubung dapat diukur dengan menggunakan gas atau
cairan yang mengalir ke dalam bebatuan, namun tidak dapat melalui porositas yang tidak terhubung.

 Porositas tanah
Porositas tanah permukaan umumnya berkurang dengan dengan meningkatnya ukuran partikel. Hal ini
dikarenakan pembentukan agregat tanah pada permukaan tanah yang bertekstur ketika berhadapan
dengan proses biologi tanah. Pembentukan agregat melibatkan adhesi partikulat dan memiliki
ketahanan yang lebih tinggi terhadap pemadatan. Massa jenis dari tanah berpasir biasanya antara 1.5
sampai 1.7 g/cm³, dengan porositas antara 0.43 sampai 0.36.

Massa jenis tanah liat antara 1.1 sampai 1.3 g/cm³ dengan porositas antara 0.58 sampai 0.51. Meski
tanah liat disebut dengan “tanah berat”, namun sesungguhnya pada massa yang sama, tanah liat
memiliki porositas yang lebih banyak. Disebut “tanah berat” karena kandungan air di dalamnya lebih
banyak dari tanah biasa, dan kandungan air tersebut menyumbang berat yang lebih banyak dari air
yang terkandung pada tanah biasa. Selain itu, kadar air yang terkandung dalam tanah liat membuat
bajak singkal sulit membajak tanah liat sehingga membutuhkan gaya yang lebih besar.

Pengukuran porositas

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur porositas:

 Metode langsung dengan mengukur volume bahan curah dan lalu mengukur volume
komponen per bagian. Hanya bisa dilakukan pada benda berukuran cukup besar dengan
komponen individu tidak memiliki pori-pori.
 Metode optis dengan menggunakan mikroskop.
 Metode tomografi komputer, menggunakan pemindaian CT untuk membuat pencitraan tiga
dimensi dari geometri eksternal dan internal, termasuk ruang kosong di dalamnya.
 Imbibisi yaitu menenggelamkan bahan berpori ke dalam fluida yang dilakukan di dalam ruang
vakum. Fluida yang dipilih adalah fluida yang mampu membasahi bahan secara mendalam
dan tidak bereaksi dengan bahan.
 Metode pengurapan air
 Intrusi raksa
 Metode ekspansi gas.

4. Perbedaan tanah liat primer dan sekunder

Tanah Liat Primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan
feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk.

Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan
batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen yang
menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti
lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah danau.

5. Pengelolaan tanah liat manual teknik basah dan pengelolaan tanah liat teknik kering

Jenis Pengolahan: - Teknik Basah => Jumlah Besar Pengolahan tanah liat dengan teknik basah
merupakan pengolahan yang untuk menghasilkan tanah liat siap pakai dalam jumlah besar. -
Teknik Kering => Jumlah Kecil Pengolahan tanah liat dengan teknik kering merupakan
pengolahan yang sederhana untuk menghasilkan tanah liat siap pakai dalam jumlah kecil.

1. Penjemuran Bongkahan tanah dipecah-pecah hingga menjadi butir-butir yang lebih kecil,
kemudian dijemur hingga kering secara merata.
2. 2. Penumbukkan Bahan tanah liat yang sudah kering ditumbuk sampai halus dengan
mortar dan pestle atau alat penumbuk. Setelah ditumbuk tanah liat akan menjadi halus
seperti tepung.
3. 3. Penyaringan Hasil penumbukan tanah liat yang sudah halus disaring dengan
menggunakan saringan mesh 50 atau jika menghendaki yang lebih halus lagi dapat
menggunakan saringan dengan ukuran 70, 80 sampai 100. Butiran kasar yang tidak
tersaring dapat ditumbuk dan disaring kembali.
4. 4. Penimbangan Penimbangan dilakukan untuk masing-masing jenis tanah liat sesuai
persentase berat yang ditentukan. Tiap perbandingan campuran dicatat untk
mengetahui perbandingan bahan yang dibutuhkan. Untuk menyiapkan satu jenis tanah
liat, tepung tanah liat ditimbang untuk menentukan jumlah air yang diperlukan.
5. 5. Pencampuran Tanah liat yang sudah ditimbang dicampur dalam suatu wadah dengan
cara diaduk. Tambahkan air sebanyak 30 – 40 % dari jumlah tanah liat kering.
Penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan merata sambil diaduk dan diremas-
remas, sehingga kandungan air dalam tanah liat cukup dan siap untuk dikuli.
6. 6. Pengulian Pengulian tanah liat dilakukan agar tanah liat menjadi plastis dan homogen,
kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan bola tanah liat.
7. 7. Penyimpanan/Pemeraman Bulatan-bulatan bola tanah liat disimpan dalam kantong plastik
dan ditutup rapat selama kurang lebih 7 hari. Dalam proses ini terjadi proses fermentasi
dari unsur-unsur organic yang dikandungnya, sehingga tanah liat menjadi lebih plastis.

Anda mungkin juga menyukai